Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWAWATAN

MATERNITAS

KONSEP DASAR KEPERAWATAN MATRNITAS


Tutik Rahayuningsih, S.Kep.,Ns.,MPH

PRODI D III KEPERAWATAN POLTEKKES BHAKTI MULIA


TAHUN AKADEMI 2020 / 2021
A. Pengertian Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua
kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya,
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan
psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas
pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik
dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir. (May & Mahlmeister,
1990).
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan
dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu
beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa
interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari
konsepsi sampai dengan enam minggu setelah melahirkan. (Shane,et.al.,1990)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang
difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses
konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan
menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan. (Reede,
1997)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar
kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu,
dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan
psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI,
1993)

Keperawatan Maternitas – Perinatal dan Perawatan yang Berpusat pada


Keluarga.
1. Keperawatan Maternitas – Perinatal.
Definisi.
Keperawatan Maternitas – Perinatal adalah pemberian pelayanan kesehatan
profesional yang berkualitas, sudah diakui, berfokus pada dan
mengadaptasikan kebutuhan fisik dan psikososial dari wanita yang
melahirkan / beranak / childbering, keluarga, dan newborn (Reeder et al,
1997)
Definisi lain: bahwa keperawatan maternitas berfokus pada perawatan wanita
childbering – masa dimulai dari kehamilan, persalinan dan post partum, dan
keluarga mereka melalui setiap tahap dari kehamilan persalinan dan post
partum (4 minggu setelah persalinan) (Lowdermik, et al, 2000).

Implementasi:
Perawatan Maternitas – Perinatal meliputi perawatan langsung dan personal
pada wanita childbering dan bayinya dan berhubungan dengan aktivitas
pengajaran, konseling, dan supervisi selama berbagai fase dari pengalaman
childbering:
 Education / pendidikan.
 Konselling .
 Intervensi untuk mengurangi atau meringankan masalah yang disebabkan
oleh fisiology, psikologi atau stres sosial.
 Perawat harus membuat klien sadar terhadap prinsip mempertahankan
kesehatan sehingga mereka menerapkan dalam pola perilaku
pencegahan.
 Melibatkan interaksi yang bertujuan dan menopang selama pengkajian
dan kemudian mengambil tindakan untuk mengurangi masalah dan
mendukung kekuatan. Jika pelayanan membutuhkan keterlibatan anggota
kesehatan lain, referal, konsultasi diberikan.
 Keberhasilan dari perawatan yang berfokus pada keluarga adalah adanya
hubungan yang baik antara team: wanita, keluarganya, pemberi
pelayanan kesehatan dan masyarakat.
 Komposisi dari team mungkin beragam dari Obstetrician, Pediatrician,
dokter keluarga, Certified Nurse – Midwives / CNM / bidan / perawat
practician dan spesialis perawat klinik perinatal.
 Konsep team meliputi rumah sakit, pemberi pelayanan, dan komunity
dalam sistem pelayanan yang diorganisir.

2. Konsep Keluarga.
Definisi “ Didefinisikan dalam berbagai pemahaman ”
Jenis keluarga / type keluarga:
Tradisional struktur.
Modern structure.
Konsep keluarga dalam pendekatan perawatan maternitas yang berpusat
pada keluarga :
Interaksi / hubungan.
Fungsi dan peran.

B. Sejarah Keperawatan Maternitas.


Dimulai tahun 1990, yang dinamakan sebagai dekade kesehatan wanita,
reproduksi mendapat perhatian utama bahwa kesehatan, kesejahteraan,
keamanan, masing-masing ibu, dan ayah dan newborn harus dilindungi.

Perkembangan Perawatan Maternitas.


Perkembangan perawatan maternitas bermula dari pemahaman terhadap definisi
tiap istilah dalam perawatan maternitas. Semua definisi dan bentuk dari
pelayanan kesehatan mempunyai sejarah, termasuk perawatan maternitas.

Obstetrik
Obstetrik didefinisikan sebagai cabang dari medis yang menangani kelahiran,
proses sebelumnya dan sesudahnya. Kesimpulannya, obstetrik berfokus pada
fenomena dan manajemen kehamilan, persalinan, dan masa nifas baik keadaan
normal maupun abnormal ( Cunningham et al, 1993 ).

Kata Obstetrik terdiri dari Obstetricia atau obstetriks, yang berarti midwife / bidan
“ with womean “. Dalam bahasa latin Obsto yang berarti to stand by = untuk
mendukung atau mensupport. Pada awalnya di Amerika dan Inggris mereka
namakan Midwife / bidan hingga akhirnya berubah menjadi istilah obstetrik.

Setelah perang dunia kedua istilah tersebut kemudian berubah menjadi


perawatan maternitas, dimana berfokus pada penerima perawatan daripada
pemberi perawatan. Saat ini perawatan maternitas mempunyai arti yang lebih
luas yaitu : bayi, ibu dan anggota keluarga lainnya.

Hal tersebut menekankan pada pentingnya hubungan interpersonal yang


merupakan aspek yang penting dalam keluarga dan faktor – faktor yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan keluarga

Perawatan perinatal
Dalam dekade terakhir, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah
maju, sebagai dampaknya adalah pemberian konsep yang lebih menekankan
pada perawatan kesehatan maternal dan fetal, sehingga muncul istilah perinatal
care (6 minggu masa melahirkan)
C. Falsafah Perawatan Maternitas
Perawatan maternitas lebih ke filosofi / falsafah perawatan klien dibandingkan
special area dari pelayanan medis atau keperawatan. Seperti dikemukakan
sebelumnya mempunyai anak adalah hubungan keluarga, sehingga perawatan
medis dan keperawatan klien maternitas adalah kegiatan yang berpusat pada
keluarga.
Falsafah yang mendasari perawatan maternitas berdasarkan pada
anggapan sebagai berikut :
 Semua individu mempunyai hak untuk lahir sehat dan dikuatkan dengan hak
ini bahwa setiap wanita hamil dan bayi juga mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
 Seksualitas tiap individu adalah bagian tak terpisahkan dari reproduksi
proses, perubahan sikap sosial terhadap seksualitas, peran hubungan, dan
childbering, bersamaan kemajuan teknologi dalam kontrol kesuburan, telah
membuat kedudukan orang tua merupakan suatu keadaan yang sifatnya
sukarela.
 Reproduksi bukan merupakan bagian tersendiri, apapun keadaannya, hal itu
melibatkan satu atau lebih individu lain.
 Reproduksi adalah suatu normal psiko – fisiology proses dan dapat
memperoleh keuntungan secara emosional dan fisik untuk keterlibatan
tersebut.
 Pengalaman childbering adalah kesempatan perkembangan, hal itu
merupakan situasi krisis selama proses dimana anggota keluarga akan
mendapat keuntungan dari solidaritas / dukungan anggota / unit keluarga.
 Setiap sikap individu, nilai, perilaku sehat dipengaruhi oleh budaya dan sosial
dimana ia berasal, sehingga keluaran dari reproduksi tiap individu dan
pengalaman childbering akan dipengaruhi oleh budaya yang diturunkan

D. Tujuan Keperawatan Maternitas


Kehamilan dan kelahiran merupakan suatu kejadian normal dalam kehidupan
wanita dan keluarganya. Tujuan dari keperawatan maternitas adalah
memberikan dukungan pada klien dan keluarga untuk dapat melalui masa
transisi dari keadaan tidak hamil menjadi hamil sampai masa persalinan dan
masalah lain yang terkait dengan sistem reproduksi perempuan.
1. Membantu calon ibu untuk memahami proses kehamilan dan persalinan
sebagai proses perubahan fisik dan psikososial yang normal.
2. Memberikan dukungan pada ibu hamil untuk menghadapi kehamilan dan
persalinan sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan.
3. Membantu memberikan informasi yang adekuat tentang perubahan dalam
kehamilan maupun proses persalinan dan hal lain yang terkait termasuk peran
sebagai orangtua.
4. Memahami keadaan sosial dan ekonomi dari klien.
5. Membantu dan mendeteksi adanya penyimpangan secara dini.
6. Mempersiapkan dan meningkatkan kesehatan sebelum perkawinan.
7. Memberikan pengertian tentang :
a. Konsep keluarga sebagai unit terkecuali kehidupan
b. Pengertian keluarga dalam kedudukan sosial budaya
c. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
d. Menanamkan tentang program keluarga berencana dan merencanakan
keluarga
e. Perawatan neonates bayi
f. Perawatan dan pemeriksaan wanita setelah kehamilan

E. Peran perawat dalam keperawatan maternitas

Suatu perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan standar merefleksikan


tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi tertentu. Peranan atau tingkah
laku perawat yang diharapkan dan dinilai oleh masyarakat dalam memberikan
pelayanan ibu dan bayi baru lahir segera yaitu:
1. Sebagai pelaksana keperawatan (caregiver)
Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan
masalah yang disebut proses keperawatan. Dikenal sebagai perawat
pelaksana.
2. Sebagai pendidik (teacher)
Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun
bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.Biasanya dalam
ruang perawat dikenal dengan CI / Clinical Instruktur.Berperan dalam
memberikan pendidikan kepada para mahasiswa keperawatan yang sedang
menjalankan praktek keperawatannya di Rumah Sakit / Puskesmas.
3. Sebagai komunikator (communicator)
Perawat harus kompeten untuk mengkomunikasikan secara jelas dan tepat
agar kebutuhan kesehatan klien dapat terpenuhi
4. Sebagai penasehat (counselor)
Proses interpersonal untuk membantu klien membuat keputusan yang akan
meningkatkan kes sec. menyeluruh, yg diberikan secara objektif dan lengkap
secara sistematik
5. Sebagai peneliti (researcher)
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode
penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu
asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian di dalam
bidang keperawatan berperan dalam mengurangi kesenjangan penguasaan
teknologi di bidang kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan
terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu penting
dalam memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi
keperawatan.Biasanya dilakukan oleh para perawat yang terjun dalam bidang
pendidikan / dosen.
6. Sebagai pembela (advocate)
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
7. Sebagai pengelola (manajer)
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan
manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai
pengelola, perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan
atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan
sistem pelayanan keperawatan. Secara umum, pengetahuan perawat tentang
fungsi, posisi, lingkup kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pelaksana
belum maksimal.Dan dilakukan oleh perawat dalam struktural.
8. Role model bagi para ibu
Dimana perawat berperan sebagai panutan bagi ibu-ibu yang sedang
menjalani keperawatan maternitas.
9. Role model bagi teman sejawat
Sebagai panutan bagi sesama perawat atau saling bekerja sama atau
kolaborasi sesama perawat.
10. Perumus masalah
Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan
masalah tersebut.
11. Ahli keperawatan
Perawat harus ahli dalam melaksanakan tugas keperawatan (Reeder, 1997)

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old (1988), Bobak


and Jensen (1993) antara lain:

1. Memberi pelayanan/asuhan: perawat memeberikan asuhan keperawatan


langsung kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Askep diberikan pada masa transisi seperti kehamilan,
persalinan, nifas serta memberikan kenyamanan dan tindakan keperawatan
pada keadaan sakit dan kelemahan
2. Advocate: Suatu proses menjaga, melindungi, hadir di samping klien saat
klien membutuhkan bantuan, bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam
pelayanan kesehatan melalui kemitraan partnership dan memperlakukan
pasien sama sebagai mana ia ingin diperlakukan.
3. Pendidik/ Edukator: Bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya, bagi klien yang
dalam keadaan tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi mau dan tidak
mampu menjadi mampu
4. Change Agent: perawat mengadakan perubahan dalam upaya peningkatan
kinerja profesi keperawatan
5. Political Activis: perawat ikut aktif dalam bidang politik dengan mengikuti
perkembangan politik untuk kemajuan profesi
6. Peneliti: perawat berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuannya melalui berbagai penelitian. Hasil – hasil penelitian
digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
Kompetensi:
1) Melakukan penelitian dalam keperawatan maternitas
2) Mengembangkan kebiasaan melakukan observasi dan mencatat secara
sistematis dan akurat sehingga dapat menentukan hasilnya
3) Memfokuskan observasi pada penemuan peanggulangan masalah
keselamatan, kesembuhan dan mengurangi cacat
4) Menevaluasi penemuan terhadap penelitian supaya relevan pada
perawatan pasien
F. Peran praktek lanjut dalam pelayanan keperawatan maternitas.
Peran praktik lanjut terjadi tergantung dari proses pendidikan yang merupakan
gabungan dari komponen theori, praktek klinik, konsultasi, pendidikan /
education, dan penelitian / research.
 Perawat praktisionir obstetrik ginekologis / perawat obs gyn.
Perawat praktisioner obstetrik ginekologis / perawat obsgyn memberikan
perawatan prenatal untuk kehamilan yang tidak disertai komplikasi dengan
bekerja sama dengan konsultan dokter. Perawat memperoleh riwayat
kesehatan dan kehamilan, melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik,
memerintahkan dan menginterpretasikan laboratorium dan pemeriksaan
diagnosa lain, merencanakan pengobatan yang penting dan pengobatan
bekerjasama dengan dokter, dan mengkaji hubungan keluarga dan kebutuhan
psikososial.
 Perawat praktisi obstetrik ginekologis / perawat obsgyn.
Area praktek:
a. Uncomplication prenatal care.
b. Bekerjasama dengan konsultan dokter.
c. Prenatal fisit, mengevaluasi kemajuan kehamilan, mengatasi masalah
minor fisik, memberikan informasi dan konseling tentang kehamilan dan
persalinan dan KB, dan mengkaji adaptasi terhadap perubahan.
d. Refferal ke pelayanan di masyarakat lain.
e. Menyiapkan kelas childbirth
 Perawat keluarga.
Memberikan perawatan berkelanjutan selama siklus reproduksi kecuali dalam
pertolongan persalinan.
 Specialis klinik maternal perinatal
Merupakan lulusan dari pendidikan lanjut setingkat graduate level dan mampu
memberikan pelayanan yang lebih dalam dan kompleks dalam masalah
adaptasi dan fisiologi pada perawatan maternitas, misal : kehamilan, dengan
diabetes, breast feeding, dll.
Perawat dengan tingkat pendidikan master merupakan konsultan untuk staf
perawat maternity, dan terlibat dalam pendidikan staff dan pemberian
perawatan
 Obstetrik perawatan kritis.
Berhubungan dengam resiko tinggi dalam persalinan perawatan kritis post
partum.
 Perawat bidan / bidan.
Perawat yang telah mendapat pendidikan lanjutan kebidanan sebagai
spesialis dan telah memperoleh pengalaman praktik yang telah diakui oleh
profesi. Diberi wewenang untuk memberikan perawatan yang komprehensif
dari prenatal sampai post partum, termasuk dalam pertolongan persalinan
dalam keadaan normal.

G. Trend dan issue dalam perawatan maternal – perinatal.


1. Keadaan demografi.
2. Perubahan dalam pelayanan kesehatan: jaringan pengaman sosial, asuransi
kesehatan.
a. Penelitian biomedik: program fertilitas / kesuburan, kontrasepsi.
b. Status kesehatan: angka kesakitan dan kematian  program pemerintah
bidang kesehatan dan harapan hidup.
c. Pilihan dalam perawatan kesehatan: pilihan dalam perawatan kehamilan,
lingkungan untuk melahirkan dan pemberi pelayanan kesehatan.
d. Lisensi praktik.
e. Masalah
1) Penyebab angka kematian bayi masih tinggi
Kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti radang
paru-paru, diare dan malaria, Penyakit yang merenggut paling banyak
korban jiwa adalah radang paru-paru 18 persen, atau sebanyak 1,58
juta anak diare (15 persen, 1,34 juta) dan malaria 8 persen, 0.73 juta
anak.
2) Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi
Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan
kesehatan yang semakin meningkat, kurangnya pengetahuan
masyarakat progam KB
3) Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas (Depkes RI, Dirjen Binkesmas, 2004)
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas
faktor- faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan
dan sosio-ekonomi.
a) Penyebab komplikasi obstetric seperti: tekanan darah tinggi saat
hamil (eklamsia), infeksi, komplikasi keguguran dan perdarahan
sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum
dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan
kasus gawat darurat yang kejadiannya masih banyak dari semua
persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Chalik
TMA, 1997 dan Kemenkes RI, 2017).
b) Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh timbulnya
penyulit persalinan (seperti: persalinan macet) yang tidak dapat
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
Keterlambatan merujuk disebabkan berbagai faktor seperti masalah
keuangan, transportasi dsb. (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005 dan
Kemenkes RI, 2017).
4) Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang
dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3
juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. Hampir seluruh
PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti
gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi
lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, Sifilis dan kutil kelamin,
hepatitis, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak
dapat disembuhkan. Seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai
penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai
kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan
berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai
penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan
5) Penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia).
6) Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah
karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang
siap ikut memperberat permasalahan ini.
Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat
mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan
terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu
(terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran).
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat
dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan
dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya
di tingkat keluarga. (Kemnekes RI, 2017)
3. Penemuan Teknologi Terbaru
a. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB
generasi ke tiga yang dinamakan Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini
bisa bertahan hingga 7 tahun di badingkan implant saat ini yang berumur 5
tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari jurusan Farmakologi dan
Toksikologi UGM.
b. Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air,
manfaaatnya ibu akan merasakan lebih relaks karena semua otot yang
berkaitan dengan proses persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga
akan mempermudah proses mengejan sehingga rasa nyeri selama
persalinan tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses pembukaan jalan
lahir akan lebih cepat.
c. USG (Ultrasonografi ) 3D dan 4D
Alat USG (Ultrasonografi) 3D dan 4D adalah alat USG yang
berkemampuan menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ini janin
dapat terlihat utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya (
DrJudi Januadi Endjun S.pog). Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan
seluruh tubuh bayi berikut gerak- geriknya teknologi 3 dan 4 dimensi
menjadi pelengkap bila di duga janin dalam keadaan tidak normal dan
perlu di cari kelainan bawaannya seperti bibir sumbing, kelaina pada
jantung dan sebagainya. Secara lebih detail kelebihan USG
(Ultrasonografi) 3D dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih
akurat, karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan
diagnosa.
d. Pil KB Terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan
perlindungan kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan berbagai
manfaat tambahan dalam suatu kombinasi yang unik. Pil Kb dengan
dorspirenone adalah pil yang membuat seseorang merasa lebih nyaman.
Mengandung progestin baru dorspirenone yaitu homon yang sangat
menyerupai progesteron salah satu hormon dalam tubuh. Pil KB dengan
dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan
berat badan, mengurangi gejala kembung, Haid menjadi teratur,
mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak
menaikan tekanan darah dengan androgennya serta mengurangi jerawat,
dan mempercantik rambut dan kulit.
e. Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit
Diagnostik ini, robot akan menggunakan penelitian global untuk
memberikan pendapat ahli, beberapa dokter yang akan berani untuk
diabaikan. Pelatihan medis akan beralih dari apa yang orang tahu, untuk
mendapatkan data yang akurat yang robot bisa membuat keputusan, dan
menyediakan “high-touch” dukungan emosional. Batas antara dokter dan
perawat akan terus kabur sebagai perawat berwenang untuk membuat
lebih banyak keputusan. Akibatnya pelatihan perawat akan semakin
panjang dan perawat kelas atas akan lebih mahal)

H. Aspek Legal Dan Etik Dalam Keperawatan Di Indonesia


1. Kebijakan Pemerintah dalam bidang Kesehatan Ibu.
Sejak tahun 1988 menteri kesehatan telah menekankan program untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu untuk merespon adanya
angka kematian ibu yang masih tinggi di Indinesia. Target program pemerintah
bidang kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu (MMR) dari 450 per
100.000 kelahiran hidup ditahun 1995 ke 225 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2000 dan menjadi 125 pada tahun 2010 (WHO, Indonesia Country
Proggres Repport, 2000). Sedangkan target Milennium Development Goals
(MDGs) Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
(KH) pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja
keras karena kondisi saat ini, AKI masih 307 per 100.000 KH (Kemenkes RI,
2017).
 Masalah KIA dalam prioritas utama diantara masalah kesehatan
lainnya.
 Patokan utama keberhasilan program pemerintah adalah :
1. Child survival (kelangsungan hidup anak) >>>>> Gerakan Sayang
Anak.
2. Save Motherhood (kehamilan dan persalinan yang aman) >>>>>
Gerakan sayang ibu /The mother friendly movement tahun 1996 untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu yang berfokus pada peningkatan
/ promoting partisipasi masyarakat dan koordinasi intersektor. Hal
tersebut menekankan pada partisipasi suami dalam kehamilan dan
persalinan.
The Mother Friendly Hospital and Mother Friendly sub – district
Programmes.
>>>>> Oktober 2000 Presiden Indonesia dan WHO meluncurkan /
mencanangkan program the Making Pregnency Safer Initiative,
bersamaan dengan itu membentuk kerjasama secara nasional dan
internasional untuk mewujudkan kebijaksanaan tentang pemberian
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dan terjangkau.
3. Tahun 2015 pemerintah meluncurkan program baru berupa Milennium
Development Goals (MDGs) yang berisi 8 program salah satunya
adalah program ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Anak dan
Angka kematian bayi di Indonesia dan program ke–5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu
 Kebijaksanaan pemerintah tersebut berfokus pada tiga kunci pesan
dari program Making Pregnancy safer :
a. Pencegahan manajemen kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi
yang tidak aman.
b. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
c. Kebutuhan untuk akses ke pelayanan referal ketika komplikasi muncul.
Arah kedepan dari kebijakan program Making Pragnancy Safer
berfokus pada perbaikan kualitas pelayanan kesehatan maternal
neonatal secara komprehensif dengan pemberian pelatihan tenaga
kesehatan untuk tingkat propinsi dan kecamatan.

 Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan ibu adalah :


a. Peningkatan kepemimpinan dan komitmen dan dukungan politis.
b. Peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi ibu,
termasuk pelayanan rujukan.
c. Pengembangan sistem informasi.
d. Pengembangan sumber daya manusia.
e. Pengembangan teknologi tepat guna.
f. Pengembangan kegiatan institusi di masyarakat.
g. Pemasaran sosial dan mobilisasi masyarakat.
h. Pelaksanaan penelitian operasional.

2. Aspek Legal dan Etis Dalam Keperawatan Maternitas di Indonesia.


a. Aspek legal keperawatan maternitas.
Praktek keperawatan maternitas membutuhkan pemahaman yang
menyeluruh tentang standart praktek, kebijakan institusional atau lembaga,
dan hukum yang berlaku. Praktek profesional juga membutuhkan
pemahaman tentang implikasi etik dan standar, kebijakan dan hukum yang
berdampak ke pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan, penerima
pelayanan. Setiap perawat profesional bertanggungjawab
untukmendapatkan dan mempertahankan informasi terbaru yang
berhubungan dengan etik dan hukum berkaitan dengan praktek
keperawatan dan pelayanan kesehatan.
 Ruang lingkup praktik.
Ruang lingkup praktik keperawatan adalah memberikan perawatan
pada klien yang berhubungan dengan mempertahankan kesehatan dan
mencegah penyakit, kolaborasi dengan tenaga profesional yang lain
yang berhubungan dengan perencanaan dan pemberian perawatan,
diagnosa dan referal. Ketentuan praktik keperawatan, melindungi
masyarakat dengan mendefinisikan legal aspek ruang lingkup praktek
keperawatan.
Ruang lingkup: memberikan perawatan pada klien yang berhubungan
dengan mempertahankan kesehatan dan pencegahan penyakit,
kolaborasi, dan referal
 Lingkup praktek keperawatan maternitas meliputi :
Perawatan wanita mulai dari masa dimulainya kehamilan,
persalinan dan post partum dan keluarga mereka melalui setiap tahap
dari kehamilan, persalinan dan post partum (4 minggu setelah
persalinan ) (Lowdermilk, et al, 2000)
Pemahaman yang baik tentang ruang lingkup praktik
keperawatan maternitas akan menjadikan perawat memberikan
perawatan yang aman diantara keterbatasan ruang lingkup praktiknya.
Kadang antara luang lingkup praktik yang ditetapkan organisasi dan
atau lembaga mungkin akan menimbulkan konflik ketika diterapkan
dilahan praktik : RS
Praktek perawat adalah sesuatu yang berubah, satu komponen
yang penting dari praktik keperawatan profesional adalah
tanggungjawab dari masing-masing perawat untuk memperbarui ruang
lingkup praktik dan juga berpartisipasi dalam meningkatkan perubahan
yang sesuai.
 Kelalaian / malpraktik
Adanya kelalaian ditinjau dari :
a. Ada tugas memberikan perawatan sesuai dengan standar praktik.
b. Pelanggaran tugas
c. Terjadinya injury.
d. Pelanggaran menyebabkan injury / kerugian.
 Standar Pelayanan Keperawatan.
Standar perawatan biasanya berdasarkan aspek legal dibandingkan
dengan aspek etik. Standar praktik menetapkan kriteria komponen –
komponen pemberian pelayanan perawatan yang sesuai. Standar
ditetapkan untuk melindungi masyarakat dan digunakan untuk
menetapkan kualitas perawatan yang diberikan. Standar merupakan
refleksi dari pengetahuan yang terbaru dan wujud dari level praktik
yang telah disetujui oleh pimpinan bidang yang bersangkutan
(AWHONN, 1998). Di dindonesia standar praktek keperawatan
ditetapkan oleh profesi perawatan (PPNI). Di Amerika contohnya telah
ditetapkan suatu standar praktik oleh ANA (the American Nurses
Association). Kadang instansi / lembaga tertentu mempunyai kebijakan
sendiri dan buku prosedur yang berisi standar yang harus diikuti. Untuk
mengetahui dan menentukan aspek legal dari praktik keperawatan
maternitas dan adanya pelanggaran aspek legal perawatan yang
diberikan maka dibandingkan dengan standar praktik.
Standar praktik ditetapkan oleh profesi keperawatan atau instansi
terkait untuk melindungi masyarakat dan mempertahankan praktik
keperawatan.

3. Aspek Legal dan Etik dalam Praktik Keperawatan Maternitas.


Issu praktek yang menjadi perhatian dan debat dalam perawatan maternitas
menjadikan semakin meningkat seiring dengan kemajuan dan penggunaan
teknologi dan kemajuan ilmu. Contoh: teknologi reproduksi; bayi tabung dan
adanya kesempatan mempunyai anak diusia yang tidak produktif lagi.

Etik legal mempunyai perspektif yang berbeda. Etik berdasarkan


tanggungjawab atau aspek kewajiban yang mempertimbangkan faktor yang
lebih luas dibandingkan dengan aspek hak .Etik gabungan dari faktor – faktor
resiko, hubungan dengan ketentuan yang lain : agama atau aturan setempat
yang tidak tertulis, pertimbangan – pertimbangan, kebutuhan dan
kemampuan seseorang yang dipengaruhi oleh dan mempengaruhi
keputusan.
Hukum dan etik mempunyai hubungan, keduanya masing – masing terbagi
dalam proses keputusan yang sama dan standar proses. Keduanya
menggabungkan temuan fakta, negosiasi konflik, dan prioritas yang
berhubungan dengan issue dan nilai.

4. Aspek Legal dan Etik Dalam Inovasi Pelayanan Keperawatan Maternitas


di Indonesia.
Inovasi dalam pelayanan perawatan maternitas semakin meningkat dengan
penggunaan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Inovasi dalam
pelayanan maternitas sebagai contoh operasi fetal intrauterin, fetoskopi, terapi
inseminasi, genetic engeneering, ibu yang dititipi bayi tabung, operasi untuk
infertilitas, dan penelitian research, serta kontrasepsi. Inovasi tersebut akan
terus berkembang yang perlu tinjauan legal dan etik untuk pemberian
pelayanan perawatan maternitas.
Inovasi keperawatan
maternitas

LEGAL ETIK

KEPERAWATAN
MATERNITAS

Keputusan pemberian
pelayanan maternitas

Anda mungkin juga menyukai