Anda di halaman 1dari 13

KEWIRAUSAHAAN

FAKTOR-FAKTOR KEWIRAUSAHAAN
Dosen Pengampu : Novi Indah Aderita, S.Kep.NS.MPH

Disusun Oleh :
Siti Fatimah (19121115)

POLTEKKES BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMI 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata motivasi sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal
yang menyangkut pengembangan diri. Bila kita mempunyai keinginan, maka kita perlu
motivasi untuk memanifestasi keinginan tersebut. Banyak dari kita yang mempunyai
keinginan dan ambisi besar, tetapi kurang mempunyai inisiatif dan kemauan mengambil
langkah untuk mencapainya karena kurangnya energi pendorong dari dalam diri kita sendiri
atau kurang motivasi. Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan
membantu dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dengan
motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita. Di sinilah motivasi
berperan membuat diri seseorang maju dan melangkah untuk mengambil langkah selanjutnya
demi merealisasikan apa yang diinginkan tersebut.
Fenomena banyaknya pengangguran yang semakin meningkat tiap harinya menjadi salah
satu masalah sosial yang membutuhkan penyelesaian. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang
ada saat ini, menjadi alasan utama bertambahnya angka pengangguran di negara ini. Kondisi
ini dapat dikurangi jika kita berusaha menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk itu semua
masyarakat yang memiliki kreatifitas dan bekal ilmu yang telah diperoleh di dunia
pendidikan, sebaiknya memiliki mental untuk berwirausaha dibanding menggantungkan diri
dengan berburu pekerjaan bersama jutaan pengangguran yang juga mencari pekerjaan.
Banyak pihak yang menyelenggarakan seminar, workshop maupun pelatihan dan
pengembangan motivasi berwirausaha dengan tujuan mendorong masyarakat untuk
berwirausaha. Jika motivasi kerja tinggi maka semangat hidup pun akan tinggi. Oleh karena
itu agar gairah hidup kita bertambah perlu adanya motivasi dalam dalam segala hal yang kita
lakukan termasuk bekerja ataupun berwirausaha. Untuk itu, kita perlu menumbuhkan
motivasi berwirausaha agar dapat mengubah pola pikir dari yang sebelumnya pencari kerja
menjadi  penyedia lapangan kerja.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu,
cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk
mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan keterampilan karyawan tidak
ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan
kemampuan, kecakapan dan ketermpilan yang dimiliknya.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau
bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas yang tinggi.
Beberapa definisi mengenai motivasi, diantaranya:

1. Drs. Malayu Hasibuan


Motivasi adalah sebuah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
2. Harold Koontz
Motivation refers to drive and effort to satisfy a want or goal.
Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu
tujuan.
3. American Encyclopedia
Motivation : that predisposition (it self the subject of much controvency) within the
individual wich arouses sustain and direct his behavior. Motivation in volve such factor
as biological and emotional needs that can only be inferred from observation behavior.
Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam
diri seseorang yang membangkit topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya. Motivasi
meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari
pengamatan tingkah laku manusia.
4. Merle J. Moskowits
Motivation is usually defined the initiative and direction of behavior and the study of
motivation is in effect the study of course of behavior.

2
Motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan
pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
dorongan atau daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan suatu tindakan 
untuk memenuhi hal yang dibutuhkan atau diharapakan.

2.2 Jenis dan Tujuan Motivasi


Jenis-jenis motivasi diantaranya:

1. Motivasi Positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan


hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.
2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan
hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah).
Tujuan Motivasi:

1. Mendorong gairah dan semangat kerja


2. Meningkatkan kepuasan
3. Meningkatkan produktivitas kerja
4. Mempertahankan loyalitas
5. Efektifitas
6. Efisiensi
7. Meningkatkan kreativitas, dan lain-lain.

2.3 Teori Motivasi

Beberapa Teori Motivasi


a. Teori Motivasi Klasik
Teori motivasi klasik (teori kebutuhan tunggal) dikemukakan oleh Frederick
Winslow Taylor. Menurut teori ini motivasi para pekerja hanya untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja.
b. Maslow’s Need Hierarchy Theory
Maslow’s Need Hierarchy Theory atau A theory of Human Motivation,
dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini merupakan kelanjutan dari
“Human Science Theory” Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan bahwa

3
kebutuhan dan kepuasan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis
berupa materiil dan non materiil.
Teori ini berdasakan pada :

a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan


b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat  motivasi bagi
pelakunnya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.
c. Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat (hierarchy), sebagai berikut:
1) Physiological Needs; yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum,
tempat tinggal, dan lainnya.
2) Safety and Security Needs; adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman
yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam
melakukan pekerjaan.
3) Affiliation or Acceptance Needs; adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai
serta diterima dalam pergaulan kelompok dan lingkungannya.
4) Esteem or Status Needs; adalah kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan
serta penghargaan prestise dari masyarakat dan lingkungannya.
5) Self Actualization; adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal
untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang
sulit dicapai orang lain.
c. Herzberg’s Two Factor Motivation Theory
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu Maintenance Factors (faktor-faktor pemeliharaan yang
berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh kententraman
badaniah, misal orang yang lapar akan makan) danMotivation Factors (menyangkut
kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan,
misal seseorang yang bekerja membutuhkan ruangan yang nyaman).
d. Mc. Celland’s Achievement Motivation Theory
Teori ini dikemukakan oleh David Mc.Celland. teori ini berpendapat bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi ini dilepaskan dan
digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta

4
peluang yang tersedia. Mc.Celland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang
dapat memotivasi gairah bekerja yaitu:
a. Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement); kebutuhan ini akan mendorong
seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua
kemampuan serta energy yang dimiliki demi mencapai prestasi kerja yang
optimal.
b. Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Afiliation); kebutuhan ini yang merangsang
gairah seseorang untuk bekerja seseorang karena setipa orang menginginkan
kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain, dihormati, kebutuhan akan
perasaan maju dan tidak gagal, dan kebutuhan akan perasaan ikut serta.
c. Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power); kebutuhan ini yang merangsang
dan memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan semua kemampuan
demi mencapai kekuasaan atau kedudukan  yang terbaik dalam organisasi.

2.4 Motif Berprestasi dalam Kewirausahaan


Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang
menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan
pribadi. Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan
tentang hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan manusia
bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan berprestasi wirausahawan terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Wirausahawan yang memiliki
motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan
kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang, jika tugas yang diembannya
sangat ringan, wirausahawan merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari

5
tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat
rendah.

2.5 Bagaimana Memulai Usaha


Untuk memulai suatu usaha banyak cerita yang dapat kita ambil hikmahnya. Sering kali
kagum menyaksikan kesuksesan seorang pengusaha. Kadang-kadang kita tidak tahu proses
keberhasilan pengusaha tersebut. Namun, jika kita telaah lika-liku sebelum sukses menjadi
pengusaha banyak cerita suka duka dibelakang kesuksesannya. Tidak sedikit cerita yang
menyedihkan dibalik suskses yang diraih pengusaha tersebut. Ada pengusaha yang memulai
usahanya dari nol dengan tertatih – tatih. Bahkan, seringkali penderita tersebut menderiat
kerugian dan nyaris bangkrut. Namun, karena keberanian, kesabaran, ketekunan, dan
kepandaiannya mengelola usaha dari waktu ke waktu selama bertahun – trahun akhirnay
berhasil.
Dari hasil penelitian di lapangan terdapat beragam cara dan sebab untuk memulai usaha.
Ada lima sebab atau cara seseorang untuk memulai merintintis usahanya, yaitu :

1. Faktor keluarga pengusaha


2. Sengaja terjun menjadi pengusaha
3. Kerja sampingan (iseng)
4. Coba – coba
5.  Terpaksa
Pengusaha yang memulai usaha karena faktor keluarga cukup banyak ditemui. Artinya,
seseorang memulai usaha karena keluarga mereka sudah memiliki usaha sebelumnya.
Sengaja terjun menjadi pengusaha, artinya seseorang dengan sengaja mendirikan
usahanya. Biasanya mereka belajar dari kesuksesan orang lain. Mereka mengikuti contoh dari
pengusaha yang ada dengan mencari modal atau bermitra dengan orag lain. Model ini biasa
dilakukan oleh mereka yang berstatus pegawai, namun memiliki naluri bisnis. Tidak sedikit
model seperti ini mencapai kesuksesan. Kesuksesan dan kegagalan orang lain menjadi
tuntunan dan pedoman pengusaha ini dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Faktor berikutnya adalah melakukan usaha dengan tidak disengaja, biasanya dilakukan
secara iseng. Ini sering disebut sebagai usaha sampingan untuk tambah kegiatan. Usaha ini
biasanya dilakukan oleh mereka yang mencoba menjual atau memproduksi suatu skala kecil
untuk mengisi waktu luang. Akan tetapi, usaha ini ternayata terus meningkat. Meningkatnya
pesanan atau permintaan ini terus pula direspon oleh pemilik denagn menambahkan modal

6
dan kapasitas produksinya. Maka, kegiatan yang semula dilakukan hanta untuk mengisi
wakttu senggang menjadi kegaitan yang memberikan hasil yang luar biasa.
Memulai usagha dengan coba – coba cukup banyak dilakukan dan juga menunai
keuksesan. Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki pengalaman,
mereka yang kesulitan mencari pekerjaan, atau mereka yang baru terkena Putus Hubungan
Kerja (PHK). Namun demikian tidak sedikit usaha yang diawali dengan coba – coba ini yang
mencapai kesuksesan.
Faktor usaha karena terpaksa memang jarang terjadi, namun berdasarkan hasil penelitian
ternyata ada beberapa wirausahawan yang berhasil karena keterpaksaan.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memulai usaha, baik secara
berkelompompok maupun perorangan. Cara memulai usaha yang lazim dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. Mendirikan usaha baru


Artinya seseorang memulai usaha dengan mendirikan perusahaan yangbaru. Dalam hal
ini yang harus dilakukan adalah mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan
badan usaha, mulai dari akta notaris sampai ke pengadilan negeri (Departemen
Kehakiman), kemudian mengurus izin – izin yang dibutuhkan. Disamping itu tugas lain
adalah mencari lokasi yang tepat dan menyediakan peralatan atau mesin yang sesuai
dengan usahanya.
2. Membeli perusahaan
Usaha ini dilakukan degan cara membeli perusahaan yang sudah ada atau sudah berjalan
sebelumnya. Pembelian usaha ini dapat dilakukan terhadap perusahaan yang sedang
berjalan atau perusahaan yang tidak aktif, tetapi masih memiliki badan usaha. Pembelian
meliputi saham berikut aset perusahaan yang dimiliki.
3. Kerja sama maajemen dengan sistem waralaba (Franchising)
Model ini dikembangkan dengan meakai nama dan manajemen perusahaan lain.
Perusahaan pemilik nama disebut sebagai perusahaan induk (franchisor) dan perusahaan
yang menggunakan disebut franchise. Dukungan manajemen yang diberikan
oleh franchisor berupa:
a. Pemilihan lokasi usaha
b. Bentuk bangunan
c. Layout gedung dan ruangan

7
d. Peralatan yang diperlukan
e. Pemilihan karyawan
f. Penentuan atau penyediaan bahan baku atau produksi
g. Iklan bersama.
Cara seperti ini sudah pernah dilakukan oleh McDonald, Indomart, Rumah makan
sederhana dan lain-lain.

4. Mengembangkan usaha yang sudah ada


Artinya pengusaha melakukan pengembangan atas usaha yang sudah ada sebelumnya,
baik pengembangan berupa cabang ataupun penambahan kapasitas yang lebih besar.
Biasanya kegiatan seperti ini dilakukan oleh perusahaan keluarga.

2.6 Langkah Menuju Keberhasilan Kewirausahaan


Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) mengemukakan beberapa karakteristik yang
diperlukan untuk mencapai pengembangan dan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut :

1. Untuk menjadi wirausahawan yang sukses, seseorang harus memiliki ide atau visi bisnis
yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik berupa waktu
maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko.
2. Bila ingin sukses harus membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan
menjalankannya. Agar usaha tersebut berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan
urgensinya, wiraushawan harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra
usaha maupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaanSukses dalam
berwirausaha tidak diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan secara kebetulan, tetapi
dengan penuh perencanaan, memiliki visi, misi, kerja keras, dan memiliki keberanian
secara bertanggung jawab. Berikut adalah gambar menuju kewirausahaan sukses menurut
Dun Steinhoff:
Tahap Pembagunan Kewirausahaan
1. Memiliki visi dan tujuan usaha
2. Berani mengambil risiko waktu dan uang
3. Merencanakan, mengorgaisasikan, dan menjalankan
4. Bekerja keras
5. .Membangun hubungan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan yang lainnya
6. Bertanggungjawab atas kesuksesan dan kegagalan              

8
2.7 Faktor Penodrong dan Penghambat Kewirausahaan

1. Faktor Pendorong Kewirausahaan


Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-
hal berikut :
a. Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak
kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan,
keduanya tidak akan menjadi wirausahaan yang sukses. Sebaliknya, orang yang
memilki kemauan dan dilengkapi dengan kemampuan akan menjadi orang yang
sukses. Kemauan saja tidak cukup bila tidak dilengkapi dengan kemampuan.
b.  Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi
memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang yag suka bekerja keras, tetapi tidak
memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
c. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak
akan ada peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan
mencari-cari atau menunggu peluang yang datang kepada kita.
2. Faktor-faktor Penghambat Kewirausahaan
Selain keberhasilan seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan
yang akan memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar kesuksesan.
Menurut Zimmerer keberhasilan atau kegagalan berwirausaha sangat bergantung pada
kemampuan pribadi wirausahawan itu sendiri. Menurut Zimmerer ada beberapa beberapa
faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha barunya, yaitu :
a. Tidak kompeten dalam hal menejerial
b. Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha,
mengoordinasikan, mengelola sumber daya manusia maupun mengintegrasikan
operasi perusahaan
c. Kurang dapat mengendalikan keuangan
d. Gagal dalam perencanaan
e. Lokasi yang kurang memadai
f. Kurangnya pengawasan peralatan
g. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha
h. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.

9
Kegagalan juga dapat ditimbulkan oleh dasar kelemahan yang bersumber pada sifat
pribadi yang penuh keraguan, dan hidup tanpa pedoman ataupun orientasi yang tegas,
misalnya sebagai berikut :

a. Suka meremehkan mutu


b. Suka menerobos atau mengambil jalan pintas
c. Tidak memiliki kepercayaan diri
d. Tidak berdisiplin dan suka mengabaikan tanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Motivasi adalah dorongan atau daya penggerak yang mengarahkan seseorang
melakukan suatu tindakan  untuk memenuhi hal yang dibutuhkan atau diharapakan.

10
2. Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena
adanya suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial
yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan
pribadi. Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
3. Ada lima sebab atau cara seseorang untuk memulai merintintis usahanya, yaitu :
a. Faktor keluarga pengusaha
b. Sengaja terjun menjadi pengusaha
c. Kerja sampingan (iseng)
d. Coba – coba
e. Terpaksa

3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat, mungkin ada tambahan-tambahan untuk
mengisi kekurangan-kekurangan dalam makalah ini. Saran dari semuanya akan kami
kumpulkan untuk memberi semangat dan acuan dalam penulisan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. Kewirausahaan, Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.

Suhandana, G. Anggan. Pengaruh Kepariwisataan terhadap Perilaku Kewirausahaan


Pengrajin Ukir Kayu di Bali, Disertasi. Bandung: IKIP. 1980.

Suryana. Kewirausahaan :Kiatdan Proses Menuju Sukses. Jakarta: SalembaEmpat. 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai