Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM 

STEVENS JHONSEN

Tutik Yuliyanti, S.Kep.,M.Kes.


Pengertian
 Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir di oritisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula dapat
disertai purpura.
Etilogi
 Penyebab yang pasti belum diketahui, ada angapan bahwa sindrom ini
merupakan eritema multiforme yang berat
 alergi obat secara sistemik. Obat-obatan yang disangka sebagai penyebabnya
antara lain : penisilin dan semisintetiknya, streptomisin, sulfonamida,
tetrasiklin, antipiretik/analgetik, (misal : derivate salisil / pirazolon,
metamizol, metapiron, dan parasetamol) klorpromasin, karbamasepin, kinin
antipirin, tegretol, dan jamu.
 Selain itu dapat juga disebabkan infeksi (bakteri,virus, jamur, parasit)
neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi dan makanan.
Patofisiologi
 Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi alergi tipe III
dan IV.
 Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-antibody yang
membentuk mikro presitipasi sehingga terjadi aktivasi neutrofil yang
kemudian melepaskan lysozim dan menyebabkan kerusakan jaringan dan
organ sasaran (target organ).
 Reaksi tipe IV terjadi akibat lysozim T yang tersensitisasi berkontrak kembali
dengan antigen yang sama kemudian lysozim dilepaskan sehingga terjadi
reaksi radang.
Tanda dan Gejala

Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa :


 Kelainan kulit
 Kelainan selaput lendir di orifisium
 Kelainan mata
1. Kelainan Kulit

 Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga disertai
purpura.
2. Kelainan Selaput lender di orifisium
 Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, kemudian
genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
 Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi
dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk pescudo
membran. Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang
tebal.
 Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius bagian
atas dan esophagus. Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita sukar/tidak
dapat menelan. Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan
keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan Mata
 Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop, ulkus
kornea, iritis dan iridosiklitis.
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka


penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
 Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan
ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel
epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
 Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial
serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
Kompikasi

 bronkopneumonia, kehilangan cairan / darah, gangguan keseimbangan


elektrolit dan syok.
 Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimal.
Penatalaksanaan

1. Medis
 Pada  sindrom Stevens Johnson pengangannya harus tepat dan cepat. Penggunaan obat
kostikosteroid merupakan tindakan life-saving. Biasanya digunakan Deksamethason secara
intravena, dengan dosis permulaan 4-6 X 5 mg sehari. Pada umumnya masa kritis dapat
diatasi dalam beberapa hari dengan perubahan keadaan umum membaik, tidak timbul lesi
baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi.
 Dampak dari terapi kortikosteroid dosis tinggi adalah berkurangnya imunitas, karena itu bila
perlu diberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pilihan antibiotic hendaknya yang jarang
menyebabkan alergi, berspekrum luas dan bersifat bakterisidal. Untuk mengurangi efek
samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein.
 Hal lain yang perlu diperhatikan ialah mengatur kseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.
Bila perlu dapat diberikan infuse berupa Dekstrose 5% dan larutan Darrow.
 Tetapi topical tidak sepenting terapi sistemik untuk lesi di mulut dapat diberikan kenalog in
orabase. Untuk lesi di kulit  pada tempat yang erosif dapat diberikan sofratul atau betadin.
 2. Keperawatan
 a. Observasi input dan output cairan dan elektrolit
 b. Lakukan perawatan kulit dengan tehnik aseptic dan antiseptic
 c. Batasi pengunjung
 d. Perawatan isolasi pasien
Fokus Pengkajian

Data Subyktif
 Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan  nyeri
tenggorokan / sulit menelan.
Data Obyektif
 Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi
yang luas, sering didapatkan purpura.
 Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
 Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
Diagnosa Keperawatan

 Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan s.d adaya bula
 Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan
 Gangguan integritas kulit s.d bula yang mudah pecah
 Kurang pengetahuan tentang proses penyakit s.d kurang informasi
 Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek samping terpasangnya infus dan
terapis steroid
Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala,
tenggorokan b.d adaya bula
Tujuan :
 Klien merasa nyaman dalam waktu 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
 Nyeri berkurang / hilang
 Ekpresi muka rileks
Intervensi
 Berikan kompres dingin
 Berikan pakaian yang tipis dari bahan yang menyerap
 Hindarkan lesi kulit dari manipulasi dan tekanan
 Usahakan pasien bias istirahat 7-8 jam sehari.
 Monitor balance cairan
 Monitor suhu dan nadi tiap 2 jam
Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang
dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan
Tujuan :
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Diet yang disediakan habis
 Hasil elektrolit serum dalam batas normal
Intervensi
 Kaji kemampuan klien untuk menelan
 Berikan diet cair
 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi kesembuhan klien
 Monitoring balance cairan
 Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elekrolit
 K/P kolaborasi untuk pemasangan NGT
Gangguan integritas kulit s.d bula yang
mudah pecah
Tujuan :
 Kerusakan integritas kulit menunjukan perbaikan dalam
Kriteria hasil :
 Tidak ada lesi baru
 Lesi lama mengalami involusi
 Tidak ada lesi yang infekted
Intervensi
 Kaji tingkat lesi
 Hindarkan lesi dari manipulasi dan tekanan
 Berikan diet TKTP
 Jaga linen dan pakaian tetap kering dan bersih
 Berikan terapi topical sesuai dengan program
Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek
samping terpasangnya infus dan terapis steroid

Tujuan :
 Tidak terjadi infeksi sekunder selama dalam perawatan
Kriteria hasi :
 Tidak ada tanda infeksi
Intervensi
 Hindari lesi kulit dari kontaminasi
 Dresing infus dan lesi tiap hari
 Kaji tanda –tanda infeksi lokal maupun sistemik
 Ganti infus set dan abocatin tiap 3 hari
 Kolaborasi untuk pemeriksaan Ro thorax dan labortorium

Anda mungkin juga menyukai