STEVENS JHONSEN
Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga disertai
purpura.
2. Kelainan Selaput lender di orifisium
Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, kemudian
genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi
dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk pescudo
membran. Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang
tebal.
Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius bagian
atas dan esophagus. Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita sukar/tidak
dapat menelan. Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan
keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan Mata
Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop, ulkus
kornea, iritis dan iridosiklitis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Medis
Pada sindrom Stevens Johnson pengangannya harus tepat dan cepat. Penggunaan obat
kostikosteroid merupakan tindakan life-saving. Biasanya digunakan Deksamethason secara
intravena, dengan dosis permulaan 4-6 X 5 mg sehari. Pada umumnya masa kritis dapat
diatasi dalam beberapa hari dengan perubahan keadaan umum membaik, tidak timbul lesi
baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi.
Dampak dari terapi kortikosteroid dosis tinggi adalah berkurangnya imunitas, karena itu bila
perlu diberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pilihan antibiotic hendaknya yang jarang
menyebabkan alergi, berspekrum luas dan bersifat bakterisidal. Untuk mengurangi efek
samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah mengatur kseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.
Bila perlu dapat diberikan infuse berupa Dekstrose 5% dan larutan Darrow.
Tetapi topical tidak sepenting terapi sistemik untuk lesi di mulut dapat diberikan kenalog in
orabase. Untuk lesi di kulit pada tempat yang erosif dapat diberikan sofratul atau betadin.
2. Keperawatan
a. Observasi input dan output cairan dan elektrolit
b. Lakukan perawatan kulit dengan tehnik aseptic dan antiseptic
c. Batasi pengunjung
d. Perawatan isolasi pasien
Fokus Pengkajian
Data Subyktif
Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri
tenggorokan / sulit menelan.
Data Obyektif
Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi
yang luas, sering didapatkan purpura.
Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan s.d adaya bula
Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan
Gangguan integritas kulit s.d bula yang mudah pecah
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit s.d kurang informasi
Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek samping terpasangnya infus dan
terapis steroid
Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala,
tenggorokan b.d adaya bula
Tujuan :
Klien merasa nyaman dalam waktu 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang / hilang
Ekpresi muka rileks
Intervensi
Berikan kompres dingin
Berikan pakaian yang tipis dari bahan yang menyerap
Hindarkan lesi kulit dari manipulasi dan tekanan
Usahakan pasien bias istirahat 7-8 jam sehari.
Monitor balance cairan
Monitor suhu dan nadi tiap 2 jam
Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang
dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Diet yang disediakan habis
Hasil elektrolit serum dalam batas normal
Intervensi
Kaji kemampuan klien untuk menelan
Berikan diet cair
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi kesembuhan klien
Monitoring balance cairan
Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elekrolit
K/P kolaborasi untuk pemasangan NGT
Gangguan integritas kulit s.d bula yang
mudah pecah
Tujuan :
Kerusakan integritas kulit menunjukan perbaikan dalam
Kriteria hasil :
Tidak ada lesi baru
Lesi lama mengalami involusi
Tidak ada lesi yang infekted
Intervensi
Kaji tingkat lesi
Hindarkan lesi dari manipulasi dan tekanan
Berikan diet TKTP
Jaga linen dan pakaian tetap kering dan bersih
Berikan terapi topical sesuai dengan program
Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek
samping terpasangnya infus dan terapis steroid
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi sekunder selama dalam perawatan
Kriteria hasi :
Tidak ada tanda infeksi
Intervensi
Hindari lesi kulit dari kontaminasi
Dresing infus dan lesi tiap hari
Kaji tanda –tanda infeksi lokal maupun sistemik
Ganti infus set dan abocatin tiap 3 hari
Kolaborasi untuk pemeriksaan Ro thorax dan labortorium