Anda di halaman 1dari 16

Menghitung Dosis Obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang


dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia dan atau
hewan serta untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk pemakaian obat tradisional. Kita harus selalu
memperhatikan bagaimana obat itu bekerja, dosis yang harus dikonsumsi,
efek dari pemakaian obat tersebut dan keadaan dari obat itu sendiri apakah
masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk digunakan sehingga
kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti misalnya over dosis
atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang diderita atau bahkan
dapat menimbulkan kematian jika salah dalam mengkonsumsi obat.

1. Pengertian Dosis Obat

Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (unit internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang
dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek
terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis
medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi
dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan
terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat
sampai mengakibatkan kematian disebut sebagai dosis letal.

Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (inisial dose) atau


dosis awal (loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(maintenance dose). Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi
dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki
dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara lain pada
pemberian oral preparat sulfa (sulfasoxasol, Trisulfa pyrimidin), diberikan
dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6
jam waktu berikutnya.
Tujuan perhitungan dosis obat adalah, agar pasien mendapatkan obat
sesuai dengan yang diperlukan oleh pasien tersebut, baik berdasarkan
kemauan sendiri atau berdarkan dosis yang ditentukan oleh dokter penulis
resep kalau obat tersebut harus dengan resep dokter.

2. Macam-macam dosis Obat.

a. Dosis Terapi atau dosis lazim adalah dosis yang diberikan dalam
keadaan biasa dan dapat menyembuhkan orang sakit. Dosis lazim
suatu obat dapat ditentukan sebagai jumlah yang dapat diharapkan
menimbulkan efek pada pengobatan orang dewasa yang sesuai
dengan gejalanya. Rentangan dosis lazim suatu obat menunjukkan
perkisaran kuantitatif atau jumlah obat yang dapat ditentukan dalam
kerangka praktek pengobatan biasa. Untuk obat – obatan yang
mungkin dipakai oleh anak – anak maka dosisya diturunkan dari dosis
dewasa.
b. Dosis Maksimum merupakan batas dosis yang relatif masih aman
yang diberikan kepada penderita. Dosis terbesar yang dapat diberikan
kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari.
c. Dosis Toksik adalah dosis yang diberikan melebihi dosis terapeutik,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya keracunan obat
d. Dosis Letal (Lethal dose )yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat
mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang
mengkonsumsi akan mengalami kelebihan dosis (Over dose)
e. Initial Dose merupakan dosis permulaan yang diberikan pada
penderita dengan konsentrasi/kadar obat dalam darah dapat dicapai
lebih awal.
f. Loading Dose adalah dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat
mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh yang
menghasilkan efek klinis.
g. Maintenance Dose adalah dosis obat yang diperlukan untuk
memelihara dan mempertahankan efek klinik atau konsentrasi
terapeutik obat yang sesuai dengan regimen dosis. Diberikan dalam
tiap obat untuk menggantikan jumlah obat yang dieliminasi dari dosis
sebelumnya. Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat dapat
mempertahankan suatu keadaan stabil konsentrasi obat di dalam
tubuh.

3. Cara penghitungan Dosis Obat.


a. Dosis Maksimum.
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum
dewasa (20-60 tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi sub
kutan dan rektal. Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah
mulai menurun, pemberian dosis obat harus lebih kecil dari dosis
maksimum.
b. Dosis maksimum gabungan ( DM sinergis )
Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat)
yang kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah
obat yang digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat
yang berefek sama tersebut, baik sekali pemakaian ataupun dalam
pemberian dosis harian.
Contoh obat yang memiliki efek yang sama
- Atropin sulfat dengan ekstrak belladoina
- Pulvis opii dengan pulvis overi
- Kofein dan aminofilin
- Arsen trioxida dan Natrii arsenas.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat


Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh
beberapa faktor: faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita.
Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena
perbedaan individual terhadap respons obat tidak selalu dapat
diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapat
sekaligus.
a. Faktor obat
1) Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan
sebagainya
2) Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa
3) Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya
b. Cara pemberian obat kepada penderita
1) Oral: dimakan atau diminum
2) Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya
3) Rectal, vaginal, uretral
4) Local, topikal, transdermal
5) Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya
c. faktor penderita/karakteristik penderita
1) Umur: neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric
a) Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan
dosis obat. Dosis obat memiliki kekhususan dalam perawatan
neonatal (kelahiran baru), pasien pedriatik dan geriatik.
b) Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik merupakan pecahan dari
dosis orang dewasa. Tergantung pada umur pasien dan secara
relative terhadap pasien yang lebih muda.
c) Pada orang yang berusia di atas 65 tahun lazimnya lebih peka
terhadap obat dan efek sampingnya, karena adanya perubahan-
perubahan fisiologis, oleh karena itu bagi lansia dianjurkan
menggunakan dosis yang lebih rendah yakni : 65-74 thn : dosis
biasa-10%, 75-84 thn : dosis biasa-20%, dan 85 thn lebih : dosis
biasa-30%.
d) Usia berhubungan erat dengan kondisi organ tubuh seseorang,
terutama ginjal dan hati. Jadi nih, ginjal dan hati itu berperan
penting dalam membuang sisa obat dari dalam tubuh. Jika kerja
ginjal dan hati mulai menurun karena faktor usia, maka sisa obat
yang dibuang dari dalam tubuh akan berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan efek terapi obat berlangsung lebih lama, namun
berpotensi juga meningkatkan kejadian efek samping. Oleh sebab
itu, pada pasien geriatri (usia di atas 65 tahun), dibutuhkan dosis
yang lebih kecil. Dosis berdasarkan usia juga sering digunakan
pada pasien anak. Dalam kasus anak-anak, hal ini dikarenakan
fungsi organ hati dan ginjal mereka yang belum seberkembang
dewasa.

2) Berat badan: biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda


besar
a) Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat
badan 70 kg (150 pound). Rasio antara jumlah obat yang digunakan
dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentarsi obat pada tempat
kerjanya. Untuk itu dosis obat memerlukan penyesuaian dari dosis
biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak lazim, pasien kurus
atau gemuk, penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih muda,
berdasarkan berat badan lebih tepat diandalkan dari pada yang
mendasarkan kepada umur sepenuhnya.
b) Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam
milligram (obat) perkilogram (berat badan).

3) Jenis kelamin: terutama untuk obat golongan hormone


Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan dari pada laki-
laki, dan dalam beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup
memerlukan pengurangan dosis.

4) Ras: “slow & fast acetylators”


faktor genetik seseorang juga bisa memengaruhi respon yang timbul
pada orang yang memiliki ras tertentu ternyata memiliki jumlah enzim
pemetabolisme yang lebih banyak daripada orang degan ras lain loh.
Hal ini dikarenakan akibat variasi genetik yang ada pada setiap
orang. Dengan adanya enzim pemetabolisme yang banyak ini akan
menyebabkan keberadaan obat di dalam tubuh menjadi dipersingkat
(karena metabolismenya diperbesar), sehingga efeknya pun menjadi
lebih kecil dari obat yang dikonsumsi. Ataupun sebaliknya, pada ras
lain yang mengalami mutasi pada gen tertentu dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan tubuh Anda dalam memetabolisme obat,
sehingga keberadaaan obat dalam tubuh Anda meningkat dan
nantinya efek yang ditimbulkan menjadi besar atau bahkan toksis.

5) Tolerance
Kemampuan untuk memperpanjang pengaruh suatu obat, khususnya
apabila dibutuhkan untuk pemakaian bahan yang terus menerus disebut
toleransi obat. Efek toleransi obat ialah obat yang dosisnya harus
ditambah untuk menjaga respon terapeutik tertentu. Untuk kebanyakan
obat-obatan pengembang toleransi dapat diperkecil dengan cara
memprakasai terapi dengan dosis efektifnya yang terendah dengan cara
mencegah perpanjangan pemakaian.
Beberapa obat, jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang cukup panjang, dapat menyebabkan sesuatu yang
disebut toleransi. Jika sudah terjadi toleransi, maka obat tidak
akan memberikan efek yang semestinya, atau bisa dikatakan
‘tidak mempan’. Contohnya isosorbid dinitrat dan beberapa obat
anti-depresan. Jika toleransi sudah terjadi, biasanya pasien butuh
dosis yang lebih besar agar efek terapi dapat dirasakan. Sedangkan
resistensi biasanya terjadi pada penggunaan antibiotik. Jika suatu
bakteri sudah resisten terhadap antibiotik tertentu, maka obat
antibiotik yang diminum tersebut tidak akan memberikan efek seperti
yang diharapkan, alias infeksinya masih tetap ada.

6) Obesitas: untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan


7) Sensitivitas individual
8) Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi
absorpsi obat; penyakit hati mempengaruhi metabolism obat; kelainan
pada ginjal mempengaruhi eksreksi obat.
9) Kehamilan
Mengingat beberapa jenis obat dapat melintasi plasenta, maka
penggunaan obat pada wanita hamil perlu hati-hati. Selama trisemester
pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan
resiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trisemester kedua
dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan fisiologi tersebut
misalnya perubahan volume cairan tubuh yang dapat menyebabkan
penurunan kadar puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang
terdistribusi di air dan obat dengan volume distribusi yang rendah.

Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran albumin


serum (hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan obat-
albumin sehing ga obat bebas banyak terakumulasi dalam darah dan
berpotensi meningkatkan efek yang merugikan. Tetapi hal ini tidak
bermakna secara klinis karena bertambahnya kadar obat dalam bentuk
bebas juga akan menyebabkan bertambahnya kecepatan metabolisme
obat.

10)Laktasi
Konsentrsi obat dalam darah ibu merupakan faktor utama yang
berperan dalam proses transfer obat ke ASI. Pada umumnya, kadar
puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum obat.
Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak
memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus
meminum obat yang potensial berbahaya terhadap bayinya maka untuk
sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat diberikan kembali setelah
dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan
setelah 5 kali waktu paruh obat. Penggunaan obat yang tidak diperlukan
harus dihindari, jika pengobatan memang diperlukan, perbandingan
manfaat/resiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya. Pada
neonatus (khusus bayi yang lahir prematur) mempunyai resiko lebih
besar terhadap paparan obat melalui ASI.
11)“Circadian rhythm”
12)Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud seperti faktor nutrisi, faktor obat-
obat lain yang digunakan bersama, faktor penyakit, dan faktor
gaya hidup, seperti merokok atau konsumsi alkohol dan lain-lain

Obat beracun umumnya mempunyai dosis maksimum, yaitu batas dosis


yang relative masih aman diberikan kepada penderita. Pada lampiran
famakope Indonesia edisi III tercantum daftar dosis maksimum (D.M.) dari
sebagian besar obat. Angka yang menunjukkan D.M. untuk suatu obat
ialah dosis tertinggi yang masih dapat diberikan kepada penderita
dewasa; ini umumnya dicantumkan dalam satuan gram, milligram,
microgram, atau satuan internasional, kecuali untuk beberapa cairan. Bila
jumlah atau dosis ini dilebihi, ada kemungkinan terjadi keracunan.
Dokter yang menuliskan resep tidak terikat akan D.M. obat yang
tercantum; bilamana dianggapnya perlu, dokter boleh melebihi D.M. ini.
Untuk memberitahukan kepada apoteker/apotek bahwa dokter dengan
sadar melebihi D.M. suatu obat, maka dibelakang angka/jumlah obat yang
dituliskan di resep diberi tanda seru (!) dengan disertai paraf. Contoh: R/
Atropin Sulfas 2 mg ! (Paraf)
Catatan:
D.M. Atropin Sulfas ialah 1 mg. Dosis yang lebih tinggi dapat saja
diberikan/diperlukan dalam keadaan khusus, misalnya bila diperlukan
sebagai antidotum pada keracunan dengan Perticida Cholineesterase
Inhibator.
Apoteker/asisten apoteker yang mengerjakan/membuat obat terikat akan
D.M. obat pada resep; dalam hal D.M. obat berlebih tanpa ada tanda ! di
belakang jumlah yang berlebih itu, maka obat tidak boleh dibuatkan.
Bilamana obat dibuatkan juga dan penderita mendapat keracunan, maka
apoteker/asissten apoteker yang bertanggungjawab mengenai pembuatan
obat tersebut menurut undang-undang yang berlaku dapat dituntut ke
pengadilan. Dengan ditulisnya tanda! dokter mengambil alih
tanggungjawab dosis yang berlebihan itu.Obat beracun yang mempunyai
D.M., bila diberikan kepada anak, harus diperhitungkan tersendiri; untuk
itu dapat dipergunakan rumus Young: D.M. obat untuk anak sama dengan
(n/n + 12) x DM (dewasa) kali D.M. dewasa.
(n=umur anak/tahun)

RUMUS MENGHITUNG DOSIS OBAT

1. Rumus dasar
Rumus dasar mudah untuk diingat dan lebih sering dipakai dalam penghitungan
dosis
obat adalah
D x V=A
H
Dimana :

D adalah dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter


H adalah dosis ditangan : dosis obat pada label tempat obat (botol atau vial)
V adalah bentuk : bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A adalah jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

Contoh 1 :
Perintah : Ampicillin 0,5 g peroral 2 kali sehari. Obat yang tersedia ampicilln 250
mg/capsul. Jawab

Langkah 1 : Konversi g menjadi mg 5 g = 500 mg


Langkah 2 :

D x V=A 500/ 250 X 1 capsul = 500/250 = 2


H
Jadi pasien mendapat 2 caps

2. Rasio dan Proporsi


Metode rasio dan proporsi

Diketahui Diinginkan
H:V= D : x

D adalah dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter


H adalah dosis ditangan : dosis obat pada label tempat obat (botol atau vial)
V adalah bentuk : bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
x adalah jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

Contoh 2:

Soal : Perintah ampicillin 4 x 100 mg, tersedia ampicillin 250 mg/5 mL


Jawaban
Konversi tidak diperlukan karena keduanya dinyatakan dalam unit pengkuran
yang sama.

H : V = D : x
250 mg : 5mL = 100 mg : mL
250 x = 500

X = 2 Ml

3. Berat Badan (BB)

Metode berat Badan dalam penghitungan memberikan hasil yang individual


dalam dosis obat dan tediri dari 3 langkah

Konversi jika perlu ( 1 kg : 2,2 lb)


Tentukan dosis obat per BB dengan mengalikan
Dosis obat X BB = dosis klien perhari
Ikuti rumus dasar atau metode rasio dan proporsi untuk menghitung dosis obat

Contoh 3

Soal 1 : Perintah Flourroasil 12 mg/kg/hari intra vena, tidak melebihi 800


mg/hari. Berat pasien 132 lb
Konversi pound menjadi kg ( 1 kg=2,2
pound) 132 : 2,2 = 60 kg
mg X kg = dosis
klien 12 X 60 +
720 mg
Jawab : Flourroasil 12 mg/kg = 720
/hari mg

4. Luas Permukaan Tubuh

Metode Luas Pemukaan Tubuh dianggap yang paling tepat dalam menghitung
dosis obat untuk bayi, anak-anak, orang lanjut usia dan klien yang menggunakan
agen antineoplasma atau mereka yang berat badannya rendah. Luas permukaan
tubuh dalam m2, ditentukan oleh titik temu (perpotongan) pada skala nomogram
antara tinggi badan dan berat badan seseorang. Untuk menghitung dosis obat
dengan metode ini.

Gbr. Normogram
Contoh 4
Soal : Perintah pemberian mefenitoin 200 mg/m 2. Peroral dalam dosis terbagi tiga.
Tinggi
anak 100 cm dan beratnya 20 kg.
Jawab
100 cm dan 20 kg perpotongan skala normogram pada 0,5 m 2.
200 mg X 0,5 = 100 mg/hr atau 33mg , 3 kali sehari.

5. Rumus menghitung dosis oral

a.Penghitungan tablet, Kapsul dan Cair


Ketika menghitung dosis oral, pilihlah salah satu metode penghitungan. Masih
ingat dengan rumus dasar

x V=A atau Diketahui Diinginkan


H:V= D : x

Contoh 5
Perintah pasien mendapat terapi ampisilin 0.5 g. Tersedia 250 mg per 5 mL
Jawaban
a. Konversi gram menjadi miligram 0,5 g = 500 mg
D/
H X 500/250 X 5 = 2500 / 250 = 10
b. V=A mL

Atau
H : V = D : X
250 mg : 5 mL = 500 mg : x mL
250 x = 2500
10
X= mL

6. Persentasi larutan
Jika pasien tidak dapat makan makanan atau minum melalui mulut, maka mereka
mungkin menerima makanan melalui Naso gastrc Tube (NGT). Makanan yang
diberikan melalui NGT biasanya berbentuk cairan dan biasanya diencerkan dengan
cairan untuk mencegah diare. Jika diminta untuk memberikan larutan dengan
prosentase tertentu, maka perawat menghitung jumlah larutan dan air yang diberikan.

Contoh 6
Seorang pasien mendapat Ensure, 250 mL dari larutan 30% 4 kali sehari. Hitung
berapa banyak Ensure dan air diperlukan untuk membuat 250 mL dari larutan 30% ?
Catatan : Larutan 30% berarti 30 dalam 100 bagian.
Jawab

x 30/100 X 250 = 7500 / 100 = 75 mL


a. V=A Ensure
Atau
H : V = D : X
100 : 250 = 30 : x
100 x = 7500
X= 75 mL Ensure

Berapa banyak air yang ditambahkan ?


Jumlah Total - Jumlah makanan melalui NGT = jumlah air
250 mL – 75 mL = 175 ml

Jawab = 75 mL Ensure dan 175 mL Air

7. Penghitungan obat anak-anak

Tujuan mempelajari bagaimana menghitung dosis anak adalah untuk memastikan


bahwa anak-anak mendapat dosis yang tepat dalam batas terapetik yang
disetujui. Dua metode yang dianggap aman dalam pemberian obat untuk anak-
anak adalah metode berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.

Contoh 7:
Perintah Cefaklor 50 mg 4 kali sehari. Berat anak 6,8 kg. Dosis obat anak-
anak 20-40 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi tiga. Tersedia Cefaklor 125 mg/5
mL. Apakah dosis yang diresepkan aman ?
Jawab :
Parameter obat: 20 mg X 6,8 = 136 mg/hr
40 mg X 6,8 = 272 mg/hr
= 200 mg /hr ( Dosis dalam parameter
Perintah dosis 50 mg X 4 aman)
D
/ Hx V=A 50/125 X 5 = 250 / 125 = 2 mL
Atau
H : V = D : X
50
125 mL : 5 mL = mg : x mL
125
x = 250
X = 2 mL

Dosis Anak-anak per Luas Permukaan Tubuh


Untuk menghitung dosis anak-anak dengan luas permukaan tubuh diperlukan
tinggi dan berat badan anak.

Contoh 8
Perintah : Metrotreksat 50 mg setiap minggu. TB anak 54 inchi, BB 41 kg. Dosis
obat 25-75 mg/m2/minggu. Tinggi dan berat anak berpotongan di 1.3 m 2 (LPT).
Apakah dosis yang diberikan aman ?
Jawab

Kalikan dosis minimum dan maximum dengan LPT


25 mg X 1,3 32,5
2
m = mg
97,5
2
75 m X 1,3 m = mg
Dosis didalam parameter berdasar LPT anak
Dosis anak-anak dari dosis Dewasa dihitung dengan
rumus LPT/ 1,73 m2 X dosis dewasa = Dosis anak-anak

Contoh 9
Perintah : Eritromicin 125 mg peroral 4 kali sehari
Tinggi badan anak 42 inchi dan berat badan 60 lb berpotongan pada 0,9 m 2
Dosis dewasa 1000 mg/hari

Jawaban
0,9 m2 / 1,73 m2 X 1000 = 900/1,73= 520 mg/hari
520 mg : 4 kali sehar = 130 mg/dosis

Dosis berada dalam batas keamanan.


Cara menghitung dosis untuk anak-anak :
1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak < 8 tahun)

                    n : umur dalam tahun

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)

                        n : umur dalam tahun

c. Rumus Fried  (untuk bayi)

                        n : umur dalam bulan

   
2. Berdasarkan berat badan

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan kondisi pasien
ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila memungkinkan hitung dosis
melalui berat badan dan lebih akurat lagi penghitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
(LPT).

d.Rumus Thermich

           
                 n : berat badan dalam kilogram

3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat

Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

8. Menghitung Dosis Obat Injeksi


Jika obat – obatan tidak bisa diminum melalui mulut karena ketidakmampuan
untuk menelan atau menurunnya kesadaran, pengurangan aktivitas obat akibat
pengaruh asam lambung dan lain lain, maka pemberian obat parenteral dapat
dipilih. Obat yang digunakan dapat berasal dari bentuk cair yang telah tersedia,
dan bubuk yang direkonstituasi dalam vial dan ampul serta cartride yang telah
terisi.

Preparat Injeksi
Vial biasanya berupa tempat obat kecil terbuat dari kaca dengan tutup karet yang
terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multiple dan jika disimpan
dengan baik dapat dipakai berkali-kali. Ampul adalah tempat obat yang terbuat
dari gelas dengan leher yang melekuk ke dalam dan merupakan tempat membuka
ampul dengan jalan memecahkannya. Ampul biasanya digunakan untuk sekali
pakai. Label obat pada vial atau ampul biasanya memberikan keterangan sebagai
berikut : nama generik dan nama dagang obat, dosis obat dalam berat (miligram,
gram dan miliequivalen) dan jumlahnya (mililiter), tanggal kadaluwarso dan
petunjuk pemberian. Bila obat dalam bentuk bubuk, instruksi pencampuran dan
equivalen dosisnya biasanya juga diberikan.

Gambar Obat dalam Vial dan Ampul


Spuit. Spuit terdiri silinder, pengisap dan ujung (tip) dimana jarum bertemu
dengan spuit. Spuit tersedia dalam berbagai type dan ukuran. Spuit 3 mL dikalibrasi
dalam sepersepuluh (0,1 mL). Jumlah cairan dalam spuit ditentukan oleh pangkal
karet hitam dari pengisap (bagian dalam dari pengisap) yang paling dekat dengan
ujung. Ingat bahwa mL dan cc dapat dipakai bergantian. Spuit 5 cc dikalibrasi
dengan pertanda 0,2 mL. Sering untuk merekonstitusi obat yang berbentuk kering
dengan aqua. Spuit Tuberculin adalah tabung 1 mL yang ramping dengan pertanda
dalam sepersepuluh dan seperseratus. Tabung ini dipakai jika jumlah cairan yang
akan diberikan kurang dari 1 mL dan untuk anak-anak serta dosis heparin. Spuit
Insulin mempunyai kapasitas 1 mL tetapi insulin diukur dalam unit dan dosis insulin
tidak boleh dihitung dalam mililiter. Spuit insulin dikalibrasi dengan petanda 2-U, dan
100 U setara dengan 1 mL. Spuit insulin harus dipakai untuk pemberian insulin.
Catridge dan spuit yang tlah diisi Obat. Banyak obat-obat suntik yang telah diisi dan
yang sekali pakai. Biasanya catridege yang telah diisi memiliki kelebihan 0,1-0,2 mL
larutan obat. Berdasarkan obat yang akan diberikan, kelebihan larutan harus dibuang
sebelum pemberian.

Jarum. Ukuran jarum terdiri dari 2 komponen, ukuran lubang dan panjang.
Nomor ukuran lubang yang sering dipakai adalah antara 18 sampai 26.

Tabel Ukuran dan Panjang Jarum

Type injeksi Ukuran lubang jarum Panjang jarum (inci)

Intra Cutan 25,26 3/8; ½; 5/8


SubCutan 23,25,26 3/8; ½; 5/8
Intra Musculer 19,20,21,22 1;1½;2

Sumber : Kee, Hayes,Mc Cuistion, 2009

Penghitungan injeksi Sub Cutan

Setelah memahami tentang perangkat yang digunakan untuk memberikan obat,


kini akan kita lanjutkan dengan menghitung dosisnya. Kita mulai dengan
menghitung dosis injeksi subcutan. Pada pembahasan dosis sub cutan, kita akan
juga membahas tentang dosis pemberian insulin, karena meskipun
pemberiannya sama secara sub cutan, akan tetapi insulin memiliki kharakteristik
tersendiri, baik satuan obatnya maupun spuit yang digunakan untuk
memasukkan obat.

Penghitungan dosis injeksi sub cutan


Disini akan kita berikan contoh , beberapa kasus terkait kebutuhan terapi secara
sub cutan.
Contoh :
Perintah Heparin 250 U SC, Tersedia Heparin 1.000 U/mL dalam vial.
Rumus
dasar :

x V= 250 X 1 mL = 25 = 0,25 mL
1.000 100
Metode Rasio dan Proporsi
H ; V = D ; X
10.000 : 1 mL = 25000 : x ml
= 0,25
X= 25 mL
100

Injeksi Insulin
Insulin diresepkan dan diukur dalam unit. Kini, kebanyakan insulin diproduksi
dalam konsentrasi 100 U/mL. Insulin diberikan dengan spuit insulin yang
dikalibrasi sesuai dengan 100-U insulin. Konsentrasi insulin juga tersedia dalam
40 U dan 500 U, tapi jarang ditemukan. Botol dan spuit

Gambar Contoh Obat Insulin

Penghitungan Dosis Injeksi Intra Muskuler (IM)


Otot mempunyai lebih banyak pembuluh darah daripada jaringan lemak, sehingga
obat-obatan yang diberikan secara intra muskuler lebih cepat diabsorbsi dari pada
injeksi subkutan. Volume larutan obat untuk injeksi IM adalah 0,5 sampai 3,0 mL.
Volume larutan yang lebih banyak dari 3 mL, menyebabkan perpindahan jaringan otot
yang lebih banyak dan kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan.
Prosedur
Periksa dosis dan volume meperidin dalam cartridge yang telah terisi
Buang larutan yang telah berlebih dari cartridge yang telah diisi , 0,7 larutan harus
ditinggalkan.
Ambil 0,5 mL udara ke dalam cartridge dan suntikkan ke dalam vial
Ambil 0,5 Hidroxcsizin dari vial, masukkan ke dalam cartridege
Volume total untuk injeksi mepeidin dan hidroxzisin adalah 1,2 mL
9. Penghitungan Injeksi untuk anak

Kita akan lanjukan dengan perhitungan dosis untuk anak-anak.


Ketiga metode yang digunakan dalam perhitungan dosis oral untuk anak juga
dipakai dalam penghitungan dosis obat injeksi. Metode-metodenya adalah
penghitungan berdasarkan 1) Berat badan ( kg), 2). Luas permukaan tubuh (LPT, m 2),
dan 3) dosis dewasa .

Anda mungkin juga menyukai