Anda di halaman 1dari 64

DOSIS

Mayaranti Wilsya, S.Far., Apt., M.Sc


definisi
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suat
u obat yang dapat dipergunakan atau diberikan
kepada seorang pasien, baik untuk obat dalam
maupun obat luar.
Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek
yg diinginkan, tergantung banyak faktor, antar
a lain : umur, berat/bobot tubuh, luas permuka
an tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit pasie
n
Ketentuan Umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :
1).Dosis Maksimal / DM ( maximum doses), berlaku untuk pemakaian
sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis
maksimum dapat dilakukan dengan membubuhi tanda seru dan paraf
dokter penulisan resep, diberi garis dibawah nama obat tersebut atau
banyaknya obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap.

2).Dosis Lazim / DL (Usual Doses), merupakan petunjuk yang tidak


mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa /
umum digunakan).
 Dosis lazim memberi takaran sejumlah obat yang cukup tapi tidak berlebih untuk
menghasilkan suatu efek terapi.
 Obat-obat paten yang dijual di apotik pada umumnya sudah tersedia dalam dosis lazimnya,
sehingga memudahkan tenaga kesehatan (dokter/farmasis) untuk menentukan besarnya
dosis lazim untuk orang dewasa maupun anak. Contohnya CTM tablet (4 mg/tablet),
Dexamethason tablet (0,5 mg/tablet), Prednison tablet (5 mg/tablet), Ampisillin
kapsul (250 mg/kapsul atau 500 mg/kapsul), Ampisillin sirup (125 mg/cth) dan lain –
lain.
 Seorang Farmasis perlu mempertimbangkan dosis obat, walaupun dosis maksimalnya tidak
lampau.
 Karena beberapa macam obat yang jika diminum DM nya tidak lampau tetapi dianggap
tidak lazim. Misalnya DM CTM 40 mg per hari, sedangkan DL 6-16 mg /hari. Bila pasien
minum CTM tablet 3 kali sehari 2 tablet, DM belum dilampaui, tetapi dianggap tidak lazim
karena efek terapi sudah dapat dicapai cukup dengan pemberian 3 kali sehari 1 tablet.
Jumlah obat yang diberikan kepada penderita
dalam satuan berat atau satuan isi atau unit-
unit lainnya
Satuan berat : mikrogram (µg), miligram (mg),
gram (g)
Satuan isi : mililiter (ml) / cc, liter (l)
Satuan unit : UI
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat

1. FAKTOR OBAT
 SIFAT FISIKA
Daya larut obat dalam air / lemak, kristal / amorf,
dsb
 SIFAT KIMIAWI
asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa
 TOKSISITAS
dosis obat berbanding terbalik dgn toksisitasnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat

2. CARA PEMBERIAN OBAT KEPADA PENDERITA


 ORAL : dimakan /diminum
 PARENTERAL :
subkutan, intramuskular, intravena, intra peritoneal, dsb
 REKTAL,VAGINAL, URETRAL
 LOKAL,TOPIKAL,TRANSDERMAL
 Lain-lain :
sublingual, intrabukal, dsb
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat

3. FAKTOR / KARAKTERISTIK PENDERITA


 Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
 Berat badan
 Jenis kelamin (untuk obat gol. Hormon)
 Ras : slow & fast acetylator
 Toleransi
 Obesitas
 Sensitivitas
 Keadaan patofisiologi : gangguan hati, ginjal, kelainan sal. pencernaan
 Kehamilan
 Laktasi
 Circadian rhythm
Arti % dalam Campuran Obat
 % berat / berat = gram/gram %
misal : Boorzalf 10% = tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum boricum

 % berat / volume = gram / ml %


misal : 1% morphine HCl = 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan / injeksi

 % volume / volume = ml / ml %
misal : alkohol 70% = tiap 100 ml campuran mengandung 70 ml ethylalko
hol murni

 % volume / berat = ml / gram %


misal : kadar minyak 10% dalam suatu simplisia berarti terdapat 10 ml min
yak dalam 100 g simplisia
Alat Penakar Dosis Untuk Obat Minum
1. Dalam Bentuk Sendok
 Sendok makan = 15 cc
 Sendok bubur = 8 cc
 Sendok teh = 5 cc

Karena ada variasi volume dalam bentuk sendok yang digunakan,


maka idealnya :
1. tiap wadah obat minum dilengkapi dengan sendok yang sesuai
(ada batas ukurannya).
2. tiap penderita memiliki gelas-obat yang diberi tanda dengan ga
ris untuk sendok makan dan untuk sendok teh
2. Berupa Obat Tetes

Penetes yang digunakan adalah penetes baku.


Penetes baku = penetes internasional yang sud
ah memenuhi syarat-syarat khusus
Daftar dosis maksimal menurut FI digunakan
untuk orang dewasa berumur 20 - 60 tahun,
dengan berat badan 58 – 60 kg.
Untuk orang yang sudah berusia lanjut dan
pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun,
maka pemberian dosis lebih kecil dari pada
dosis dewasa.
Dosis untuk wanita hamil
 Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan
sebaiknya diberi dalam jumlah yang lebih kecil,
bahkan untuk beberapa obat yang dapat
mengakibatkan abortus dilarang, juga wanita
menyusui, karena obat dapat diserap oleh bayi
melalui ASI.
 Untuk anak dibawah 20 tahun mempunyai
perhitungan khusus.
Ketentuan Umum tentang dosis
 Dosis maksimum (DM)
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
 Dosis lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan
sebagai pedoman umum.
 Regimen dosis
Jadwal pemberian dosis suatu obat
 Loading dose
Dosis muatan sebagai dosis awal sehingga tercapai kadar dalam dara
h yang cukup untuk menghasilkan efek terapetik
 Maintenance dose
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar obat dalam darah a
gar tetap menghasilkan efek terapetik
Macam-macam dosis
 Dosis terapi : takaran obat yang diberikan dalam keadaan bias
a dan dapat menyembuhkan pasien
 Dosis minimum : takaran obat terkecil yang diberikan dan mas
ih dapat menyembuhkan serta tidak menimbulkan resistensi pa
da pasien
 Dosis maksimum : takaran obat terbesar yang diberikan dan m
asih dapat menyembuhkan serta tidak menimbulkan keracunan
pada pasien
 Dosis toksis : takaran obat dalam keadaan biasa dan dapat men
yebabkan keracunan pada pasien
 Dosis letalis : takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat me
nyebabkan kematian pada pasien
Lethal Doses (LD)
LD50 : dosis (takaran) yang menyebabkan
kematian pada 50% hewan percobaan.

LD100: dosis (takaran) yang menyebabkan


kematian pada 100 % hewan percobaan.
Pengenalan Pertimbangan Dosis
 Selain dosis maksimal kita juga mengenal dosis lazim yaitu dosis suatu obat yang dapat
diharapkan menimbulkan efek pada pengobatan orang dewasa yang sesuai dengan gejalanya.
 Rentangan dosis lazim suatu obat menunjukkan kisaran kuantitatif atau jumlah obat yang
dapat ditentukan dalam pengobatan biasa .
 Pemakaian diluar dosis lazim (kurang atau lebih) menyebabkan suatu permasalahan .
Misalnya kuman menjadi kebal atau penyakit tidak sembuh.
 Dalam Farmakope Indonesia edisi III dicantumkan dosis lazim untuk orang dewasa dan
dosis lazim untuk bayi dan anak-anak Selain dinyatakan dalam umur, dosis lazim juga bisa
dihitung berdasarkan berat badan pasien mengingat beberapa pasien ada yang tidak sesuai
antara umur dan berat badannya.
 Untuk obat-obat tertentu, dosis awal atau pemakaian pertama kadang jumlahnya besar, hal
tersebut mungkin dibutuhkan untuk tercapainya konsentrasi obat yang diinginkan dalam
darah atau jaringan, kemudian dilanjutkan dengan dosis perawatan.
 Dosis lazim memberi kita sejumlah obat yang cukup tapi tidak berlebih untuk menghasilkan
suatu efek terapi.

   
 Obat-obat paten yang dijual di apotik pada umumnya sudah tersedia dalam
dosis lazimnya, sehingga memudahkan tenaga kesehatan (dokter/farmasis)
untuk menentukan besarnya dosis lazim untuk orang dewasa maupun anak.
 Contohnya CTM tablet (4 mg/tablet), Dexamethason tablet (0,5 mg/tablet)
, Prednison tablet (5 mg/tablet), Ampisillin kapsul (250 mg/kapsul ata
u 500 mg/kapsul), Ampisillin sirup (125 mg/cth) dan lain – lain.
 Mengapa kita perlu mempertimbangkan dosis obat, bila dosis maximalnya
tidak lampau ?
Hal tersebut perlu dipertimbangkan karena beberapa macam obat DM nya t
idak lampau tetapi dianggap tidak lazim. Misalnya dosis maximal CTM 40
mg per hari, sedangkan dosis lazimnya 6-16 mg /hari. Bila pasien minum C
TM tablet 3 kali sehari 2 tablet, dosis maksimalnya belum dilampaui, tetapi
dianggap tidak lazim karena efek terapi sudah dapat dicapai cukup dengan
pemberian 3 kali sehari 1 tablet.
Pertimbangan Pengaturan Dosis
 Khusus untuk pasien geriatrik dan pediatrik
 Geriatrik : berhubungan dg penurunan fungsi fisiologis terkait
usia
 Pediatrik : memiliki bobot lebih kecil dari pasien dewasa dan si
stem tubuh tertentu belum berkembang sepenuhnya
 Dosis untuk wanita hamil
Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan sebaiknya
diberi dalam jumlah yang lebih kecil, bahkan untuk beberapa o
bat yang dapat mengakibatkan abortus dilarang, juga wanita me
nyusui, karena obat dapat diserap oleh bayi melalui ASI.
 Untuk anak dibawah 20 tahun mempunyai perhitungan khusus.
Diperlukan beberapa pengetahuan untuk dapat menghitung do
sis secara benar dengan :
 Memahami perhitungan dosis individual bagi bayi, anak-anak,
lansia, orang dengan BB berlebih (obesitas), atau pada pasien
dengan fungsi ginjal/hati yang terganggu
 Memahami satuan2 dosis yang digunakan dalam bidang farma
si dan cara konversinya
 Memahami perhitungan dosis yang harus diberikan berdasarka
n sediaan obat yang ada (tersedia)
 Memahami cara menghitung luas permukaan tubuh
 Menghitung sediaan obat
Berdasarkan Umur

Perhitungan dosis Berdasarkan BB

Berdasarkan Luas
Permukaan Tubuh
Perhitungan Dosis Berdasarkan Umur
 Tidak akurat karena tidak mempertimbangkan sangat beragam
nya bobot dan ukuran anak2 dalam satu kelompok usia
 Obat bebas untuk pediatrik : dosis dikelompokkan atas usia, sp
t : 2-6 thn; 6-12 thn; diatas 12 thn. Bila kurang dari 2thn, dinya
takan dengan atas pertimbangan dokter
 Persamaan yang digunakan :
Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)
Rumus Dilling (anak diatas 8 tahun)
Rumus Cowling
Rumus Fried (khusus untuk bayi)
Rumus Young
Latihan :
Dosis lazim parasetamol utk dewasa adalah 50
0mg untuk 1x minum. Berapa dosis obat untuk
anak usia 7 tahun?
Rumus Dilling
Latihan :
Dosis lazim ibuprofen untuk dewasa adalah 40
0mg untuk 1x minum. Berapakah dosis untuk
anak 11 tahun?
Rumus Cowling
Latihan :
  Dosis lazim ibuprofen untuk dewasa adalah 4
00mg untuk 1x minum. Berapakah dosis untuk
anak 11 tahun?
Rumus Fried
Latihan :
Dosis lazim amoksisilin utk dewasa adalah 50
0mg utk 1x minum. Berapakah dosis untuk ba
yi 5 bulan?
Rumus Gaubius
0 – 1 tahun : 1/12 dosis dewasa
1 – 2 tahun : 1/8 dosis dewasa
2 – 3 tahun :1/6 dosis dewasa
3 – 4 tahun : 1/4 dosis dewasa
4 – 7 tahun : 1/3 dosis dewasa
7 – 14 tahun : 1/2 dosis dewasa
14 – 21 tahun : 2/3 dosis dewasa
21 – 60 tahun : dosis dewasa
60 - 70 tahun : 4/5 dosis dewasa
70 - 80 tahun : 3/4 dosis dewasa
80 - 90 tahun : 2/3 dosis dewasa
di atas 90 tahun : 1/2 dosis dewasa
Berdasarkan Bobot
 Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk individu ber
bobot 70 kg (154 pon)
 Rasio antara jumlah obat yang diberikan dan ukuran tubuh me
mpengaruhi konsentrasi obat di tempat kerjanya
 Oleh karena itu, dosis obat mungkin perlu disesuaikan dari dos
is lazim untuk pasien kurus atau gemuk yang tidak normal
 Persamaan :
Rumus Clark (AS)
Rumus Thremick-Fier (Jerman)
Rumus Black (Belanda)
Rumus Clark
Latihan :
Dosis lazim parasetamol utk dewasa adalah 50
0mg untuk 1x minum. Berapa dosis untuk ana
k dengan bobot 40kg?
1kg = 2,2pon
Rumus Thremick-Fier
Latihan :
Dosis lazim parasetamol utk dewasa adalah 50
0mg untuk 1x minum. Berapa dosis untuk ana
k dengan bobot 40kg?
Rumus Black
Latihan :
Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah
500mg untuk 1x minum. Berapa dosis untuk a
nak dengan bobot 40kg?
Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
 Disebut juga dengan rumus BSA (Body Surface Area)
 Paling akurat karena mempertimbangkan tinggi dan bobot pasi
en dengan menggunakan rumus Du Bois dan Du Bois
 Terutama digunakan untuk :
Pasien kanker yang menerima kemoterapi
Pasien pediatrik pada semua usia anak2, kecuali bayi prema
tur dan bayi normal yang fungsi hati dan ginjalnya belum sem
purna sehingga memerlukan penilaian tambahan dalam penga
turan dosis
Rumus Du Bois dan Du Bois
 BSA (cm²) = W(kg)0,425+H(cm)0,725x71,84
 BSA dewasa rata-rata = 1,73. Beberapa literatur
menyebut 1,75m²

 Bisa juga ditentukan dg nomogram


Perkiraan BSA (m²) anak berdasarkan Berat Badan

Luas Permukaan
Berat badan (kg)
Tubuh (m²)
1-5 (0,05 x BB(kg)) + 0,05

6-10 (0,04 x BB(kg)) + 0,10

11-20 (0,03 x BB(kg)) + 0,20

21-40 (0,02 x BB(kg)) + 0,40


Latihan
Pasien anak wanita berusia 7 tahun dengan tin
ggi 101 cm dan bobot 17 kg. Resep yang diber
ikan dokter berupa omeprazol dimana untuk d
ewasa, dosisnya 20 mg sehari. Berapa dosis un
tuk pasien ini?
Gunakan persamaan BSA
Gunakan nomogram untuk mencari BSA anak
Hubungan Umur dan Bobot dengan % Dosis Pemakaian
 Menurut buku ISO Indonesia, kategori usia
bayi = 0 - 12 bulan ; anak = 1–15,5 tahun
 Hubungan dosis bayi-anak terhadap dosis dewasa :
Bayi prematur : 1,13 kg: 2,5-5%
Bayi baru lahir : 3,18 kg: 12,5%
2 bulan : 4,54 kg: 15%
4 bulan : 6,35 kg: 19%
12 bulan : 9,98 kg: 25%
3 tahun : 14,97 kg : 33%
7 tahun : 22,68 kg : 50%
10 tahun : 29,94 kg : 60%
12 tahun : 35,52 kg : 75%
14 tahun : 45,36 kg : 80%
16 tahun : 54,43 kg : 90%
Berdasarkan Farmakope Indonesia 1995
% Dosis anak terhadap dos
Usia Berat Badan (kg)
is dewasa
Neonatus 3,4 < 12,5%
1 bulan 4,2 < 14,5%
3 bulan 5,6 18%
6 bulan 7,7 22%
1 tahun 10 25%
3 tahun 14 33%
5 tahun 18 40%
7 tahun 23 50%
12 tahun 37 75%
Regimen Dosis berdasarkan jam
 Menurut FI ed III
Satu hari dihitung 24 jam
Untuk pemakaian sehari dihitung : 24/n kali pemakaian sehari semalam
contoh : tiap 3 jam, maka pemakaian 24/3 = 8 kali sehari semalam

 Menurut Van Duin


Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam
Untuk pemakaian sehari dihitung : (16/n + 1X)
contoh : obat digunakan 3 kali sehari, maka : 16/3 +1X = 6 kali minum obat
untuk sehari semalam
Kecuali antibiotika dan sulfonamida dihitung sehari semalam 24 jam
Ada 3 macam bahan yang mempunyai DM unt
uk obat luar yaitu :

Naphthol, Guaiacol, Kreosot untuk kulit


Sublimat untuk mata
Iodoform untuk obat pompa
Dosis maksimum gabungan
 Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat yang me
mpunyai kerja bersamaan/searah, maka harus dibuat dosis mak
simum gabungan.
 Dosis maksimum gabungan dinyatakan tidak lampau bila : pe
makaian 1 kali zat A + pemakaian 1 kali zat B, hasilnya kuran
g dari 100 %, demikian pula pemakaian 1 harinya.
 Contoh obat yang memiliki DM gabungan :
Atropin Sulfas dengan Extractum Belladonnae
Pulvis Opii dengan Pulvis Doveri
Coffein dengan Aminophyllin
Arsen Trioxyda dengan Natrii Arsenas,
dan lain-lain
Dosis untuk larutan mengandung sirup jumlah besar

Harus diperhatikan didalam obat minum yang


mengandung sirup dalam jumlah besar yaitu lebih
dari 16,67 % atau lebih dari 1/6 bagian, BJ larutan
akan berubah dari 1 menjadi 1,3, sehingga berat
larutan tidak akan sama dengan volume larutan.
Bahasa Latin Dalam Resep
Alasan penggunaan bahasa latin dalam resep dokter :
1)Merupakan bahasa yang sudah mati, artinya tidak dipakai lagi dalam
percakapan sehari-hari. Jadi bahasa latin tidak tumbuh membentuk
kosa kata-kosa kata baru.
2)Merupakan bahasa internasional dalam dunia kesehatan, khususnya
pada profesi kedokteran dan kefarmasian.
3)Tidak menimbulkan dualisme arti tentang bahan yang dimaksud
dalam resep.
4)Adanya faktor psikologis yang terkadang penderita sebaiknya tidak
mengetahui bahan obat yang diberikan.
Bahasa Latin Yang Sering Digunaka Dalam Resep
Istilah Kepanjangan Arti
s signa tandai
a.c. ante coenam Sebelum makan
d.c. durante coenam Pada waktu makan
p.c. post coenam Setelah makan
a.p. ante prandium Sebelum sarapan pagi
a.h. alternis horis Selang satu jam
abs.febr absente febre Bila tidak demam
h.v. hora vespertina Malam hari
n nocte Malam hari
h.s. hora somni Waktu tidur
h.m. hora matutina Pagi hari
s.d.d. semel de die Sekali sehari
b.d.d. bis de die Dua kali sehari
Istilah Kepanjangan Arti
t.d.d. ter de die Tiga kali sehari
q.d.d quarter de die Empat kali sehari
s.n.s si necesse sit Bila perlu
s.o.s si opus sit Bila perlu
u.p usus propius Untuk dipakai sendiri
u.c usus cognitus Cara pakai sudah diketahui
i.m.m In manus medici Berikan kepada dokter
gtt. guttae Tetes
C atau cochl. cochlear Sendok makan (15ml)
C.p cochlear parvum Sendok bubur (8ml)
C.th cochlear theae Sendok teh
Ukuran 5 ml, namun
Farmakope Belanda menulis
3 ml.
C.orig Cochlear original Sendok dari pabrik
m.f misce fac Campur dan buatlah
a.a. ana Masing-masing
Istilah Kepanjangan Arti
aa p.aeq. ana partes aequales Masing-masing sama banyak
a.d. ad sampai
add adde Tambahkan
ad.libit. ad libitum Sesukanya
q.s quantum satis Secukupnya
d.t.d da tales doses Berikan dalam dosis demikian
d.i.d da in dimidio Berikan setengahnya
cito cito Segera
p.i.m periculum in mora Berbahaya jika ditunda
div.in.part.aeq. Divide in partes aequales Bagilah dalam bagian-bagian
yang sama
g gramma Gram
gr grain Kurang lebih 65 mg
d.c.f da cum formula Berikan dengan resepnya
a.d. auris dextrae Telinga kanan
a.l. auris laevae Telinga kiri
i.o.d in oculo dextro Pada mata kanan
Istilah Kepanjangan Arti
us. ext. (u.e.) usus externum Untuk pemakaian luar
ext.ut. externe untendum Pemakaian sebagai obat luar
us.int. usus internum Untuk pemakaian dalam
loc.dol locus dolens Tempat yang nyeri
i.v intra vena Ke dalam pembuluh darah
i.m Intra muscular Ke dalam jaringan otot
p.o per oral Melalui mulut
s.c sub cutan Di bawah kulit
oris oris Mulut
fl flash Botol
ampl. ampula Ampul
aurist. auristillae Obat tetes telinga
bol. boli Pil besar
caps. capsule Kapsul
collut. collutio Obat cuci mulut
garg. gargarisma Obat kumur
emuls. emulsum Emulsi
Istilah Kepanjangan Arti
pulv. pulveres Serbuk terbagi
narist. naristillae Obat tetes hidung
oculent. oculentum Salep mata
past.dentrif. pasta dentrificia Pasta gigi
pil. pilula Pil
pot. potio Obat minum
pulv. pulvis Serbuk
pulv.adsp. pulvis adspersorius Serbuk tabur
sol. solutio Larutan
tinc. tinctura Tingtur
 S 0 – 1 – 0 = aturan pakai 1 kali sehari pada siang
hari
S 1 – 1 – 0 = aturan pakai 2 kali sehari pagi dan
siang hari
S 0 – 0 – 1 = aturan pakai 1 kali sehari pada malam
hari
Angka Romawi Dalam Resep
dokter menggunakan angka romawi tiap menulis
resep untuk mencantumkan jumlah obat yang
diminta.
secara umum, ada 7 buah angka romawi, yaitu :
I=1 L = 50 M = 1.000
V=5 C = 100
X = 10 D = 500
Angka Lambang Cardinalia Ordinalia Distributiva Adv.numerali
1 I Unus: satu Primus: Pertama Singuli: selalu Semel: sekali
satu(sendiri)
2 II Duo Secundus Bini Bis
3 III Tres Tertius Terni Ter
4 IV Quattor Quartus Quaterni Quarter
5 V Quinque Quintus Quini Quinguis
6 VI Sex Sextus Seni Sextes
7 VII Septem Septimus Septeni Septies
8 VIII Octo Octavus Octoni Octies
9 IX Novem Nonus Novena Novies
10 X Decem Decimus Deni Decies
11 XI Undecem Undecimus Undeni Undecies
12 XII Duodecim Duodecimus Duoneni Duodecies
13 XII Terdecim Tertius decimus Terni deni Ter decies
14 XIV Quattor decim Quartus decimus Quaterni deni Quarter decies
15 XV Quin decim Quuintus decimus Quini deni Quinquies decies
16 XVI Sedecim Sextus decimus Seni deni Sexies decies
17 XVII Septen decim Septimus decimus Septeni deni Septies decies
18 XVIII Duo deviginti Duodevicesimus Duo devicini Duodevicies
19 XIX Undeviginti Undevicemus Undeviceni Undevicies
20 XX Viginti Vicesimus Viceni Vicies
30 XXX Triginta Tricesimus Triceni Tricies
40 XL Quadraginta Quadragesimus Quadrageni Quadragies
50 L Quinquaginta quinquagecimus Quinquageni Quanquagies
60 LX Sexaginta Seragesimus Sexageni Sexagies
70 LXX Septuaginta Septuagesimus Septuageni Septuagies
80 LXXX Octoginta Octogesimus Octogeni Octogies
90 XC Nonaginta Nonagesimus Nonageni Nonageis
100 C Centum Centusimus Centeni Centimes
200 CC Ducenti Ducentesimus Duceni Duocenties
300 CCC Trecenti Trecentesimus Treceni Trecenties
400 CD Quadringenti Quadringentimus Quadraceni Quadringenties
500 D Quingenti Quingentimus Quingeni Quingenties
600 DC Sescenti Sescentesimus Sesceni sescenties
700 DCC Septingenti Septingentesimus Sptengani Septungenties
800 DCCC Octingenti Octingentimus Octingani Octingenties
900 DCCCC Nongenti Nongentesimus nongeni Nongenties
1000 M Mille Millesimus singumulia millies
1. s.bdd.pulv.I
2. s.tdd.pil.II
3. s.bdd.syr. I cth
4. s.bdd.gtt. III
5. s. sdd.s.n.s
Ketentuan Umum Mengenai Angka Romawi

 Angka yang sama ditulis dua atau tiga kali mempunyai nilai kelipatan tersebut
contoh : XX = 20; XXX = 30; CC = 200; CCC = 300)
 Bila angka bilangan kecil diletakkan sebelum angka bilangan besar akan
memberikan nilai kurang (negatif).
contoh :
IV = 4 : angka I (1) diletakkan sebelum angka V (5), jadi artinya 5-1 = 4.
XC = 90 : angka X (10) diletakkan sebelum angka C (100), jadi 100 - 10 = 90.
CM = ?
XL = ?
DC = ?
 Bila angka bilangan kecil diletakkan setelah angka bilangan besar, akan
memberikan nilai tambah (positif).
contoh :
VI = 6 : angka I (1) diletakkan setelah angka V (5), jadi artinya 5 + 1 = 6.
LXX = 50 + 10 + 10 = 70
MCC = ?
VIII = ?
MDC = ?
XXV = ?
kata bilangan dalam bahasa latin di bagi atas 2:
1. Adjective numeralia ( kata bilangan keadaan), kata bilangan ini di bagi atas 3
yaitu:
a) Cardinalia : bilangan pokok, bilangan ini di gunakan jika kita menyebut 1,2,3 seperti biasa
misalnya; 2 mobil
b) Ordinalia : bilangan ini di gunakan jika kita ingin mengucapkan peringkat
pertama, kedua, dan seterusnya
c) Distributiva: bilangan ini di gunakan dalam pengucapan kami pergi berlima,
berdua, berenam,...

2. Adverbia numeralia, bilangan ini digunakan dalam menjawab pertanyaan berapa


kali? mis: saya minum obat 2 kali sehari.
Latihan Soal
1) XCIX = ?
2) CCCL = ?
3) CD = ?
4) DCL = ?
5) CML = ?
6) XXIX = ?
7) CLIX = ?
8) CXC = ?

Anda mungkin juga menyukai