Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PEMBERIAN OBAT

MAKALAH PEMBERIAN OBAT


JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA 1
BAB I
PENDAHULUAN
Peran perawat, bidan, dan tenaga kesehatan dalam pemberian obat dan pengobatan
telah berkembang dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas
tenaga medis tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui
pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk
dimiliki oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian,
perawat, bidan,dokter membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Keberhasilan promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien sebagai bagian
dari pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan
perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat alternative, diresepkan oleh dokter, atau
obat bebas tanpa resep dokter. Sehingga, tenaga kesehatan

harus dapat membagi

pengetahuan tentang obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DOSIS OBAT
Dengan dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit
Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu

sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis
lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi
dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan,
dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai mengakibatkan kematian,
disebut sebagai dosis letal.
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan
memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali),
kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara
lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis
permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
B. MACAM-MACAM DOSIS
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila
dikelompokkan bisa dibagi :
1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau
2.

pengobatan untuk penyembuhan penyakit.


Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat
maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar
seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan

3.

orang dewasa.
Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila

dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis (OD)
4. Dosis toxica yaitu dosis obat yang melampui dosis maksimalnya.
5. Dosis Khusus yaitu Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan
persentase BB tanpa lemak (BBTL) BBTL = BB x (100 - % lemak)Dosis penderita geriatrik
6.

(>65 tahun)
Dosis dopamine. Salah satu indikasi penggunaan dopamine adalah pada TD sistolik
<70mmHg disertai dengan tanda-tanda syok. Rumus dopamine yaitu: Dosis X BB(kg) X
60/4000. Contoh: Pasien dengan tekanan darah 80/50mmHg dan BB 50 kg. Dosis dopamine
dimulai

dari

5mikrogram/kgBB/menit.

Kita

gunakan

rumus

praktik

saja=5X50X60/4000=15000/4000=3.75 cc/jam
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS OBAT
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali
kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat
diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.

1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.

Faktor Obat:
Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
Oral : dimakan atau diminum
Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
Rektal, vaginal, uretral
Lokal, topical
Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
Faktor Penderita:
Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat,
khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Pada anak-anak bukan dewasa kecil
dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat,
sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Sedangkan pada orang usia lanjut

kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti :


- proses metaboliknya lebih lambat,
- laju filtrasi glomerulus berkurang,
- kepekaan/respon reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah,
- kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan,
- pendengaran telah berkurang dan pelupa,
- efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.
b. Berat badan
Biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar. Pasien obesitas mempunyai
akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air
yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi
cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan
c.

normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat.


Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria.
Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke
janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang

dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital.


d. Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi
tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin,
barbiturate & anagetik narkotik
e.

Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit

f.

hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat
Bentuk sediaan dan cara pemakaian

Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara
pemakaian,perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet
memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga
dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan.
Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses farmakokinetik
g. Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada
pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh
saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum
makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih
baik dipakai segera sesudah makan.
h. Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika dan
kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu.
Misal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium (logam
ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus
dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk
kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna.
D. PERHITUNGN DOSIS
DOSIS OBAT UNTUK ANAK(Pediatrik)
KATEGORI ANAK:
Anak premature : lahir kurang 35 minggu
Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
Bayi : infant s/d 1 tahun
Balita : 1-5 tahun
Anak : 6-12 tahun

PENENTUAN DOSIS ANAK


Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan. Organ
(hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna, metabolisme obat belum maksimal
Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang dewasa
1. Neonatus >29,7% dari dewasa
2. Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa

3. Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa


Rumus perhitungan dosis anak
1. Menurut perbandingan umur orang dewasa ;
Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah
Da =

x Dd

n + 12
contoh soal :
1.

Dosis lazim paroksetin (paxil) utk dewasa adalah 20 mg/hari utk penangangan
gangguan obesif konfulsif. Berapa dosis obat ini utk anak berusia 6 tahun?
jawab : 6
6 + 12

x 20 mg = 6,67 mg/hari

Rumus Dilling : utk anak lebih dari 8 tahun


Da =

Dd

20
Contoh soal :
1. R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)
Sacchar.lact. qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)
Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan, mengandung
0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu bungkus.
Jawab: a. DM sekali pakai untuk anak 12 tahun
DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai
b. DM untuk sehari untuk anak 12 tahun
DM sehari = (12/20) x 3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin untuk sehari .
Ket :
Da = Dosis obat untuk anak
Dd = Dosis obat untuk dewasa
N = Umur anak dalam tahun
2. Menurut perbandingan berat badan orang dewasa (70 kg) :
Rumus Clark
Da = W anak x Dd
W dewasa

atau Da = W x Dd
contoh :
Dosis hidroklorotiazid untuk dewasa adalah 50 mg per hari. Berapa dosis untuk anak
berbobot 40 kg?
Jawab : Da = 40 x 50 mg
= 200 mg
3. Rumus Fried untuk umur bayi 0-12 bulan
Da = n x Dd
150
4. Menurut perbandingan luas permukaan tubuh orang dewasa (1,73 m2)
Rumus Crawford-Terry-Rourke :
Da =
E.
1.
a.
b.
c.
d.
2.

LPT anak x Dd
LPT dewasa
KESALAHAN DOSIS ATAU OVERDOSIS
Akibat kelebihan dosis:
pernapasan akan tertekan/sesak nafas
mual-mual/muntah
berkurangnya tingkat kesadaran
pusing
Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara

penambahan oksigen.
F. PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT
Perawat, bidan, dan tenaga medis bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang
aman. Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat, bidan, dan
dokter. Caranya adalah tenaga medis harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis
yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat, bidan, dan
dokter bertanggung iawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak
benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Tenga medis
wajib membaca buku-buku refrensi obat untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek
terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau
reaksi

yang

merugikan

dari

pengobatan.

Perawat menggunakan lima benar pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang
a.
b.
c.
d.
e.
A.

aman.
Benar obat
Benar dosis
Benar Klien
Benar rute pemberian
Benar waktu
Benar Obat

Apabila obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan etiket obat atau format
pencatatan unit dosis dengan instruksi yang ditulis dokter. Membandingkan label pada wadah
obat dengan format atau etiket obat. Perawat melakukan ini sebanyak tiga kali, yaitu :
a. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau lemari
b. Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya
c. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat yang
memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Upayakan untuk tidak menyiapkan
obat dari wadah tidak bertanda atau wadah yang labelnya tidak terbaca. Apabila klien
menolak obat, upayakan untuk tidak mengembalikan obat ke wadah aslinya atau
memindahkan obat tersebut ke wadah lain.
B. Benar Dosis
Sistem unit dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia
dalam dosis yang sesuai. Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan
obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter
memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli
farmasi, resiko kesalahan meningkat. Gelas ukur, spuit dan sendok yang dirancang khusus
dapat digunakan untuk menghitung obat dengan akurat.
C. Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat
tersebut diberikan pada klien yang benar. Perawat bertanggung jawab dalam memberikan
obat terhadap banyak klien. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa
kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokkan dengan nama atau no rekam
medik klien, atau meminta klien untuk menyebutkan namanya sewaktu perawat memberikan
obat. Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan
berasumsi bahwa respons klien menunjukkan bahwa klien adalah orang yang benar,
sebaiknya perawat meminta klien menyebutkan nama lengkapnya. Klien yang menggunakan
obat secara mandiri di rumah harus diperingatkan untuk tidak pernah memberi obatnya
kepada anggota keluarga atau teman.
D. Benar Rute
Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengonsultasikannya kepada dokter. Bila rute pemberian obat bukan cara yang
direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
E. Benar Waktu
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat di programkan untuk waktu tertentu dalam satu
hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah
Contoh: dua obat diberikan, satu q8h (setiap 8 jam) dan yang lain tid (3 kali sehari). Kedua
obat diberikan tiga kali dalam 24 jam. Tujuan diberikan obat q8h dalam hitungan jam adalah

mempertahankan kadar terapeutik obat. Perbedaannya, obat tidak diberikan selam klien
terjaga. Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus diberikan
dengan interval sering. Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam
menentukan waktu pemberian obat yang tepat. Obat tidurpun harus diberikan menjelang klien
tidur, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat mengganggu tidur klien,
sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperoleh
manfaat optimal obat. Perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat
ketidaknyamanan. Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek
analgesik mungkin tidak cukup. Untuk klien yang sulit mengingat waktu minum obat,
perawat dapat membuat bagan yang memuat daftar waktu pemberian setiap obat.
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian
obat obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian, pencatatan, dan halhal yang tidak boleh dalam pemberian obat) Persiapan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Cuci tangan sebelum menyiapkan obat


Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
Periksa perintah pengobatan
Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
Periksa tanggal kadaluarsa
Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli Farmasi
Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit, buka obat disisi

9.

tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien


Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus berada pada

10.

garis dosis yang diminta


Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan

bersama-sama dengan makanan


G. PENGGUNAAN UNIT DOSIS OBAT
Jika obat digunakan dibawah dosis lazimnya, maka suatu obat tidak akan cukup
memberikan khasiat sedangkan apabila dosis yang diberikan melebihi dosis maksimalnya
maka efek racun dari suatu obat akan terjadi pada penggunanya. Ketepatan jumlah dosis
menjadi salah satu bagian yang paling penting dalam memperoleh khasiat dari obat tersebut.
Informasi mengenai dosis obat dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang disertakan pada
suatu produk obat atau dengan menanyakannya pada apoteker anda. Keracunan obat bisa
terjadi karena dosis yang diminum melebihi dosis anjuran. Misalnya karena merasa ingin
cepat sembuh, dosis obat yang seharusnya satu tablet diminum menjadi 2 tablet. Dalam
penggunaan dosis obat terdapat batasan obat. Sebagai bahan kimia, obat identik dengan
racun. Yang membedakan adalah cara pemberian dan dosisnya. Bila indeks terapinya sempit,

seperti digoksin dan xantine, tingkat toksisitasnya akan semakin tinggi. Berdasarkan
Permenkes RI No. 242/1990, OBAT JADI: merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang
siap digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi. Kegunaan obat, antara lain:
a.

Diagnosis
Contohnya barium sulfat (BaSO4) yang digunakan sebagai cairan kontras dalam pemeriksaan

radiology untuk melihat fungsi organ tertentu.


b. Pencegahan
Misalnya Vaksin yang diberikan pada adik bayi.
c. Mengurangi/menghilangkan gejala
Untuk menghilangkan gejala simtomatis ada golongan analgetika yang udah kita kenal
seperti Antalgin, Paracetamol.
d. Menyembuhkan penyakit
Diantaranya antibiotic, yang harus kita tegaskan aturan minumnya agar tak terjadi resistensi.
e. Memperelok tubuh
Obat jerawat, pemutih kulit,dll.
H. PENCEGAHAN INJURI PENGOBATAN
Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif

1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

indifidu dan sumber pertahanan.


Faktor resiko :
Eksternal
Mode transpor atau cara perpindahan
Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)
Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)
Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet,

kosmetik, celupan (zat warna kain))


2. Internal
Psikolgik (orientasi afektif)
Mal nutrisi

Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan,

trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.


Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

3. NOC : Risk Kontrol

Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
Klien mampu menjelaskan
Factor resiko dari lingkungan/perilaku personal
Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan position kesehatan
4. NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
11. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan position
kesehatan dan penyebab penyakit

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien. Dengan
menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang tepat. Agar pasien
merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita berikan. Dalam memberikan
dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui dan
menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi, sebagai bidan yang professional harus mampu
menguasai tentang dosis obat.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.lenterabiru.com/2011/04/resiko-injury-cedera.htm
http://brambutakala.blogspot.com/2011/01/makalah-perhitungan-dosis.html
http://ketrampilandasarpraktekklinik-dian.blogspot.com/p/penggunaan-unit-dosis-obat.html
http://www.slideshare.net/4nakmans4/perhitungan-dosis-obat
http://mirawatidianhusada.blogspot.com/p/persiapan-pemberian-obat.html
http://ketrampilandasarpraktekklinik-dian.blogspot.com/p/persiapan-pemberian-obat.html

Anda mungkin juga menyukai