Anda di halaman 1dari 9

A.

PENGERTIAN HUKUM
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum EropaNederlandsch-Indie).
Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at
Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku
sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari
aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
Kata hukum secara etimologis biasa diterjemahkan dengan kata law (Inggris), recht (Belanda), loi atau
droit (Francis), ius (Latin), derecto (Spanyol), dirrito (Italia). Dalam bahasa Indonesia, kata hukum diambil
dari bahasa Arab yaitu , yang berarti ( memutuskan sebuah perkara). Berikut
merupakan pengertian hukum menurut 50 pakar :
1. Baruch Spinoza : Adalah hukum kodrat
sebagaimana yang diterapkan pada manusia
tidak didasarkan nalar yang benar, hal itu
merupakan suatu pencerminan dari hukum.
2.
3. Piere Dubois : Hukum adalah sesuatu aturan
yang harus diterima secara terus-menerus dan
bukan sesuatu yang statis.
4.
5. Puchta : Hukum merupakan pencerminan dari
jiwa rakyat, hukum tumbuh bersama-sama
dengan pertumbuhan rakyat dan menjadi kuat
bersama-sama kekuatan rakyat dan pada
akhirnya ia mati jika bangsa itu kehilangan
kebanggannya.
6.
7. Huijbers: Hukum ditemukan sebagai gejala
dalam hidup bersama manusia guna mengatur
hidup bersama itu baik dalam hubungan politik
maupun privat.
8.
9. Paul Scholten: Bahwa hukum adalah suatu
petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan
apa yang tidak layak untuk dilakukan, jadi
hukum itu bersifat suatu perintah.
10.
11. Mac Iver: Hukum adalah masyarakat sebagai
sarang laba-laba diatur oleh berbagai kaidah
yang mengatur hubungan antar individu
dengan tujuan tercapainya kedamaian,
ketertiban dan kesejateraan.
12.
13. Jhon Stuar Mill: Memandang hukum, bahwa
tindakan itu hendaknya di tujukan terhadap
pencapaian kebahagian dan adalah keliru jika
ia menghasilkan sesuatu yang merupakan
kebalikan dari kebahagian.
14.
15. John Locke: hukum adalah sesuatu yang
ditentukan oleh warga masyarakat pada
umumnya tentang tindakan mereka untuk
menilai mana yang merupakan perbuatan yang
jujur dan mana yang merupakan perbuatan
yang curang.

16.
17. Hans Kelsen: hukum adalah suatu keharusan
yang mengatur tingkahlaku manusia sebagai
mahluk rasional, bahwa hukum harus
dibersihkan dari unsur-unsur nonyuridis.
Hukum adalah sebuah ketentuan sosial yang
mengatur perilaku mutual antar manusia, yaitu
sebuah ketentuan tentang serangkaian
peraturan yang mengatur perilaku tertentu
manusia dan hal ini berarti sebuah sistem
norma. Jadi hukum itu sendiri adalah
ketentuan.
18.
19. John Langshaw Austin: hukum adalah
sejumlah perintah yang keluar dari seorang
yang berkuasa dalam negara secara memaksa
dan yang biasanya ditaati. Ia menegaskan
bahwa hukum merupakan suatu sistem
peraturan yang bersifat memaksa dan berlaku
umum serta bersumber pada pemegang kuasa
pemerintah yang di dalamnnya mencakup
kewenangan pembuatan undang-undang.
Hukum adalah perintah baik langsung atau
tidak langsung dari pihak yang berkuasa
kepada warga masyarakatnya yang merupakan
masyarakat politik yang independen, dimana
otoritasnya (pihak yang berkuasa) merupakan
otoritas tertinggi.
20.
21. Henry Summer Maine: Hukum adalah produk
adaptasi sosial. Dalam masyarakat yang statis
hukum bertugas meneguhkan hubungan antara
status, sebaliknya pada masyarakat yang
progresif, hukum berfungsi sebagai media
kontrak antar prestasi.
22.
23. Gottfried Wilhelm Leibuiz: Hukum adalah
hubungan-hubungan kepentingan antara
pribadi yang kian menonjol.
24.
25. Saitnt Simon : Hukum adalah pertentangan
antara masyarakat dan ekonomi dan blok besar
dari kelompok-kelompok lokal dan ekonomi
merupakan pusatnya, lenyapnya nergara

27.

29.

31.

33.

35.

37.
39.

41.

43.

dalam masyarakat mengantarkan


penyelenggaraan terakhir dari rezim industri.
26.
Llewellyn: Bahwa apa yang diputuskan oleh
seorang hakim tentang suatu persengketaan
adalah hukum itu sendiri.
28.
Benyamin Cardozo: Hukum adalah kegiatan
hakim di pengadilan yang terikat pada tujuan
hukum yaitu kepentingan hukum. Hakim
bebas memutuskan tetapi dengan batasan yang
tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum.
30.
Beryl Harold Levy: The technical language of
law, like the technical vocabulary of scence, is
mean to serve a function.
32.
Leon Duguit : Hukum adalah tingkah laku
warga masyarakat, yang merupakan aturan di
mana daya penggunaannya pada saat tertentu
di indahkan oleh warga masyaraka sebagai
jaminan dari kepentingan bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran.
34.
T. Arnold: Bahwa dalam kenyataannya hukum
tidak akan pernah dapat didefinisikan, tetapi ia
menyadari bagaimanapun kalangan hukum
tidak akan pernah menghentikan perjuangan
mereka untuk mendefinisikan hukum, sebab
bagi mereka merupakan suatu bagian yang
esensial dari cita-cita mereka yang
menganggap adalah rasional dan mampu untuk
mendefinisikan hukum itu.
36.
W. Friedmann : Hukum adalah suatu sistem
yang terdiri dari struktur, substansi dan kultur.
38.
David M. Trubruch: Hukum mempunyai tiga
ciri pokok (1) merupakan sistem peraturan, (2)
merupakan suatu bentuk tindakan manusia, (3)
merupakan bagian sekaligus otonom terhadap
negara. (Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir
Hukum).
40.
Robert Seidman: Konsep The Law of The
Non Transferrability of Law , konsep hukum
tentang tidak dapatnya hukum di transfer
begitu saja dari suatu masyarakat ke
masyarakat lain yang memiliki perbedaan
kultur, karena belum tentu hukum dari suatu
negara maju cocok diterapkan di negara lain.
42.
Philippe Nonet: Bahwa hukum bukanlah apa
yang oleh sarjana hukum anggap sebagai
aturan wajib, tetapi lebih dari itu, sebagai
contoh, pengaturan-pengaturan konkrit yang
dilakukan oleh para hakim, polisi, jaksa,
ataupun pejabat administrasi.
44.

45. John Chipman Gray: Pendapat Gray dalam


hubungannya dengan masalah jenis-jenis
metode penemuan hukum oleh hakim secara
khusus metode interpretasi. Interpretasi tidak
lain merupakan proses dimana hakim maupun
para pakar hukum lain bahkan orang awam
sekalipun mencari makna kata-katanya, artinya
mana di yakini berasal dari pembuat undangundang, paling tidak dianggap berasal dari
pembuat undang-undang.
46.
47. Jeremy Bentham: Penganut aliran utilistis,
dikenal sebagai bapak utilitarianisme
individual. Tujuan hukum dan wujud keadilan
adalah mewujudkan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya pada sebanyak-banyaknya
orang. Tujuan perundang-undangan adalah
menghasilkan kebahagiaan pada masyarakat,
maka harus mencapai empat tujuan yaitu : (1)
Untuk memberi nafkah, (2) Untuk
memberikan makanan yang berlimpah, (3)
Untuk memberikan perlindungan, (4) Untuk
mencapai persamaan.
48.
49. Marc Galanter: Hukum yang modern terdiri
dari berbagai aturan yang diterapkan dengan
cara yang tidak berbeda-beda dimana-mana,
berlakunya aturan-aturan itu bersifat teritorial
dan tidak bersifat pribadi.
50.
51. Paul Bohannan: Bahwa hukum merupakan
himpunan kewajiban-kewajiban yang telah di
lembagakan kembali dalam pranata hukum.
52.
53. Thomas Aquinas: Bahwa hukum adalah
aturan atau ukuran dari tindakan dalam hal
mana manusia di rangsang untuk bertindak
(sesuai aturan/ukuran) atau di kekang untuk
tidak bertindak (yang tidak sesuai dengan
aturan/ukuran). Hukum adalah perintah yang
berasal dari masyarakat, dan jika ada
pelanggaran atas hukum, si pelanggar akan
dikenai sanksi oleh tetua masyarakat bersama
sama dengan seluruh anggota masyarakatnya.
54.
55. Samuel Von Pufendorf (penganut hukum
kodrat) : Hukum kodrat didasarkan atas
dualitas kodrat manusia. Ketidakmampuan
manusia dan sosialitasnya berada dalam
keadaan konflik dan perjuangan yang
dihasilkannya mempengaruhi hukum kodrat :
agrasi dan kepentingan sendiri merupakan latar
belakang bekerjanya hukum buatan manusia.
56.
57. John Salisbury: Salisbury adalah rohaniawan
pada abad pertengahan. Ia banyak mengkritik
kesewenang-wenangan penguasa waktu itu.
Menurut Salisbury gereja dan negara perlu
bekerja sama ibarat hubungan organois antar
jiwa dan raga. Dalam menjalankan
pemerintahan penguasa negara wajib

59.

61.

63.
65.

67.

69.

71.

73.

75.

77.

memperhatikan hukum tertulis dan hukum


tidak tertulis, yang mencerminkan hukumhukum Allah. Tugas rohaniawan adalah
membimbing penguasa agar tidak merugikan
rakyat dan menurut nya bahkan penguasa itu
seharusnya menjadi abdi gereja. Menurut
Salisbury jika masing-masing penduduk
bekerja untuk kepentingan sendiri,
kepentingan masyarakat akan terpelihara
dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga
melukiskan kehidupan beagama itu seperti
kehidupan sarang lebah yang sangat
memerlukan kerja sama dari semua unsur,
suatu pandangan yang bertitik tolak dari
pendekatan organis.
58.
Bodenheimer: Hukum adalah hukum terdiri
dari penyempurnaan masyarakat mahluk yang
berakal yang ada hubungannya dengan
moralitas, namun hukum selalu dilukiskan
dengan kelompok yang nyata.
60.
Allen: Hukum adalah suatu usaha untuk
menegakkan keadilan dilain pihak yang harus
di bedakan.
62.
Durkhein: Hukum adalah moral sosial.
64.
Max Weber: Hukum sebagai suatu kompleks
dari kondisi-kondisi faktual yang ditentukan
oleh tindakan manusia.
66.
Roscoe Pound: Bahwa hukum merupakan
realitas sosial yang mengatur warga
masyarakat.
68.
Olivecona: bahwa hukum utamanya tersusun
dari aturan-aturan tentang kekuasaan, aturan
mana memuat pola-pola tingkalaku bagi
pelaksanaan kekuasaan.
70.
Frank: Hukum adalah salah satu konsekuensi
dari kenyataan bahwa masyarakat yang
melahirkan hukum dan bukan hukum yang
melahirkan masyarakat.
72.
Radbruck: Hukum merupakan suatu unsur
kebudayaan, maka seperti unsur-unsur
kebudayaan lain hukum mewujudkan salah
satu nilai dalam kehidupan konkrit manusia.
74.
Parson Sibernetika: Hukum itu merupakan
mekanisme integrasi. Parson menempatkan
hukum sebagai salah satu subsistem dalam
sistem sosial yang lebih besar.
76.
Savigny: Hukum adalah aturan yang terbentuk
melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan,
yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara
diam-diam. Hukum berakar pada sejarah
manusia dimana akarnya di hidupkan oleh

79.

81.

83.

85.

87.

89.

kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga


masyarakat.
78.
E. Ehrlich: Bahwa hukum tidak terdapat
dalam undang-undang, tidak juga dalam ilmu
hukum dan juga tidak dalam putusan
pengadilan melainkan di dalam masyarakat
sendiri.. (Acmad Ali, 1996, Menguak Tabir
Hukum).
80.
Grotius: Hukum adalah peraturan tentang
tindakan moral yang menjamin keadilan pada
peraturan tentang kemerdekaan.
82.
Hauriou: Ada tiga elemen pokok: (1) Gagasan
tentang perbuatan yang direalisasikan dan
secara yuridis berlangsung dalam lingkungan
sosial, (2) Untuk merealisasikan gagasan itu
disusun kekuasaan yang memberinya organorgan, (3) Dalam merealisasikan gagasan ini
diatur oleh ketentuan-ketentuan prosedural. (W
Friedmann, 1994, Teori dan Filsafat Hukum).
84.
Hobbes: hukum merupakan perintah yang
didukung oleh kekuasaan tertinggi di negara
itu mengenai tindakan di masa datang yang
akan dilakukan oleh subjeknya.
86.
K. Renner: Hukum adalah suatu perubahan
masyarakat secara radikal dan tidak selalu
diikuti dengan perubahan struktur hukum.
88.
J. M. Commons: John M. Commons dalam
bukunya yang berjudul The Legal Foundation
of Capitalism , terbit Tahun 1924, pelukisan
sosiologis tentang sistem hukum dewasa ini
yakni tipologi hukum masyarakat serba
meliputi seseorang. Commons melukiskan
dengan menyakinkan dan sangat mendalam
perubahan yang terjadi dalam makna lembaga
sosial, seperti hak milik dan transaksi yang
dewasa ini didasarkan pada pengharapan akan
hal yang tidak berikatan. Commons
menujukkan timbulnya suatu pemerintahan
industri yang bersaiang dengan pemerintah
negara dan peranan hukum serikat pekerja dan
trust dalam kehidupan hukum. Selanjutnya
Commons membentangkan pemikiran yang
mendalam mengenai sosiologi hukum
sistematik berkisar penataran bekerja yang
menguasai kelonpok individu yang berkumpul
dalam kepentingan yang sedang berlaku. Ia
menyatakan hukum tiap kepentingan yang
sedang berlaku sesungguhnya adalah suatu
pemerintahan. Commons menyatakan bahwa
hukum, kesusilaan serta ekonomi adalah dari
segi penataran bekerja, dari struktur sama
yang hanya diperbedakan menurut kadar
kemungkinan kelakuan lahiriah yang dapat
ditentutan oleh masing-masing. (George
Curvict, 1996 :171).

90.
91. Magnis Suseno: Berpendapat bahwa jawabanjawaban filasafat itu memang tidak pernah
abadi. Karena itu filsafat tidak pernah selesai
dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah
masalah. Filsafat tidak menyelisiki salah satu
segi dari kenyataan saja melainkan apa-apa
saja yang menarik perhatian manusia, artinya
masalah manusia itu banyak dan tidak hanya
beberapa saja yang dikaji oleh filsafat. Yang
menarik lagi karena jawaban yang diberikan
filsafat tidak pernah abadi, kenyataan itu
menyebabkan masalah-masalah yang dikaji
filsafat seringkali terbesar dan begitu-begitu
saja. Boleh jadi pendapat ini ada benarnya,
tetapi jelas tidak benar seluruhnya. (Darji
Darmodiharjo, 1995 :3).
92.

93. Stampe: Hukum adalah hukum dalam tatanan


responsif memandang dirinya sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan dunia sosial yang
mengitarinya.
94.
95. J. Proudhon: Hukum adalah merupakan suatu
asas yang mengatur keseimbangan yang goyah
antara pertentangan-pertentangan pokok yang
selalu ada dalam kenyataan sosial.
96.
97. Otto Von Gierke: Sosiologi hukum
diferensialnya cenderung kepada idealisasi
hukum otonomi kelompok-kelompok ang
bertentangan dengan negara.
98.
99. Immanuel Kant: hukum adalah keseluruhan
syarat-syarat yang dengannya kehendak bebas
dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri
dengan kehendak bebas dari orang yang lain.

100.
101. Dengan demikian, pengertian dari Hukum yaitu, sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan
larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk
mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.
102. Setiap orang berkewajiban untuk bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata-tertib
dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan
yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan yang lainnya, yakni peraturan-peraturan
hidup bermasyarakat yang dinamakan dengan Kaedah Hukum.
103. Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar suatu Kaedah Hukum akan dikenakan sanksi (sebagai
akibat pelanggaran Kaedah Hukum) yang berupa hukuman. Pada dasarnya, hukuman atau pidana itu berbagai
jenis bentuknya. Akan tetapi, sesuai dengan Bab II (PIDANA), Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) adalah:
a. Pidana pokok :
1. Pidana mati,
2. Pidana penjara,
3. Pidana kurungan,
4. Pidana denda,
5. Pidana tutupan.
b. Pidana tambahan :
1. Pencabutan hak-hak tertentu,
2. Perampasan barang-barang tertentu,
3. Pengumuman putusan hakim.

B. TUJUAN HUKUM
104.
Sesuai dengan banyaknya pendapat tentang pengertian hukum, maka tujuan hukum juga terjadi
perbedaan pendapat antara satu ahli dengan ahli yang lain. Berikut ini beberapa pendapat ahli hukum tentang
tujuan hukum :
1. Prof. L. J. Van Apeldoorn : Tujuan hukum
adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat
secara damai dan adil. Demi mencapai
kedamaian hukum harus diciptakan
masyarakat yang adil dengan mengadakan
perimbangan antara kepentingan yang
bertentangan satu sama lain, dan setiap orang
harus memperoleh (sedapat mungkin) apa
yang menjadi haknya. Pendapat Apeldorn ini
dapat dikatakan jalan tengah antara dua teori
tujuan hukum, teori etis dan utilitis.
2.
3. Aristoteles : Tujuan hukum menghendaki
keadilan semata-mata dan isi dari hukum

ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa


yang dikatakan adil dan apa yang tidak adil.
4.
5. Prof. Soebekti S.H : Tujuan hukum adalah
melayani kehendak negara yakni
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
pada rakyat. Dalam melayani tujuan negara,
hukum akan memberikan keadilan dan
ketertiban bagi masyarakatnya.
6.
7. Geny (Teory Ethic) : Menurut Geny dengan
teori etisnya, bahwa tujuan hukum adalah
untuk keadilan semata-mata. Tujuan hukum
ditentukan oleh unsur keyakinan seseorang

yang dinilai etis. Adil atau tidak, benar atau


tidak, berada pada sisi batin seseorang,
menjadi tumpuan dari teori ini. Kesadaran etis
yang berada pada tiap-tiap batin orang
menjadi ukuran untuk menentukan warna
keadilan dan kebenaran.
8.
9. Jeremy Bentham (Teori Utility) : Menurut
Bentham dengan teori utilitasnya, bahwa
hukum bertujuan semata-mata apa yang
berfaedah bagi orang. Pendapat ini dititik
beratkan pada hal-hal yang berfaedah bagi
orang banyak dan bersifat umum tanpa
memperhatikan soal keadilan. Maka teori ini
menetapkan bahwa tujuan hukum ialah untuk
memberikan faedah sebanyak-sebanyaknya.

10.
11. J.H.P. Bellefroid : Bellefroid
menggabungkan dua pandangan ekstrem
tersebut. Menurut Bellefroid, isi hukum harus
ditentukan menurut dua asas yaitu asas
keadilan dan faedah.
12.
13. Prof. J Van Kan : Tujuan hukum adalah
menjaga kepentingan tiap-tiap manusia
supaya kepentingan-kepentingannya tidak
dapat diganggu. Dengan tujuan ini, akan
dicegah terjadinya perilaku main hakim
sendiri terhadap orang lain, karena tindakan
itu dicegah oleh hukum.

14.
15.
Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :
1. Untuk mewujudkan keadilan
2. Semata-mata untuk mencari faedah atau manfaat.
16. Selain tujuan hukum, ada juga tugas hukum, yaitu :
1. Menjamin adanya kepastian hukum.
2. Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan masyarakat.

C. CIRI-CIRI HUKUM
17.
Hukum memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan yang lain. Misalnya, adanya
perintah atau larangan dan adanya keharusan untuk mematuhi atau menaati hukum. Hukum sangat diperlukan
dalam kehidupan. Terlebih lagi dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia. Masyarakat yang
majemuk terdiri atas bermacam-macam agama, tradisi, adat istiadat, dan norma. Hukum harus mampu mengatasi
keanekaragaman yang terjadi sehingga penegakan keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
18. Dengan demikian ciri-ciri hukum yaitu :
1. Terdapat perintah ataupun larangan, dan
2. Perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh setiap orang

D. SIFAT HUKUM
19.
Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati sehingga menjadi kaidah
hukum, peraturan hidup kemasyarakatan itu harus memiliki sifat mengatur dan memaksa. Bersifat memaksa agar
orang menaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa
yang tidak mau patuh menaatinya.
20.
21. Berikut merupakan sifat-sifat hukum, yaitu :
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
22.
E. MACAM-MACAM PENGGOLONGAN HUKUM
23.
Para ahli hukum mengalami kesulitan pada saat membuat pengertian hukum yang singkat dan meliputi
berbagai hal. Ini dikarenakan kompleksnya hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Untuk memudahkan dalam
membedakan hukum yang satu dengan yang lainnya, C.S.T. Kansil, membuat penggolongan hukum seperti
berikut :
24.
1. Menurut Sumbernya :
a. Hukum undang-undang ; yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
b. Hukum kebiasaan (adat); yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan (adat).
c. Hukum traktat (perjanjian) ; yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara dalam suatu perjanjian
antar Negara.
d. Hukum Yurisprudensi ; yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.
25.
2. Menurut Bentuknya :
a. Hukum Tertulis ; yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan.
b. Hukum Tidak Tertulis ; yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis,
namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan. Hukum tidak tertulis disebut juga sebagai
suatu kebiasaan.
26.
3. Menurut Tempat Berlakunya (ruang) :
a. Hukum Nasional ; merupakan hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
b. Hukum Internasional ; merupakan hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional.
c. Hukum Gereja ; merupakan kumpulan norma-norma yang ditetapkan.
d. Hukum Asing ; merupakan hukum yang berlaku dalam Negara lain.
27.
4. Menurut Waktu Berlakunya :

a. Ius Constitutium (Hukum positif/berlaku sekarang) ; hukum yang berlaku sekarang bagi masyarakat
tertentu dalam suatu daerah tertentu (hukum yang berlaku dalam masyarakat pada suatu waktu, dalam
suatu tempat tertentu).
b. Ius Constituendum (berlaku masa lalu) ; hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.
c. Antar Waktu (hukum asasi/hukum alam) ; hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selamalamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat.

28.
5. Menurut Cara Mempertahankannya (Tugas & Fungsi) :
a. Hukum Materil (KUH Perdata, KUH Pidana, KUH Dagang).
b. Hukum Formal (Pidana Formal, Perdata Formal).
29.
6. Menurut Sifatnya :
a. Hukum Memakasa (imperative) ; Hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga harus dan mempunyai
paksaan mutlak.
b. Hukum Mengatur (fakultatif/pelengkap) ; Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
30.
7. Menurut Isinya :
a. Hukum Privat/Perdata (hukum pribadi, hukum kekayaan, hukum waris).
b. Hukum Publik (Hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, hukum pidana, hukum acara, hukum
internasional)
31.
8. Menurut Pribadi :
a. Hukum Satu Golongan
b. Hukum Semua Golongan
c. Hukum Antar Golongan.
9. Menurut Wujudnya :
a. Hukum Objektif ; Hukum dalam suatu Negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau
golongan tertentu.
b. Hukum Subjektif ; Hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau
lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.
32.
F.URUTAN PERATURAN HUKUM DI INDONESIA
33.
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatankekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang jika dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan
nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi :
1. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya ekonomi,
sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan menyatakan bahwa yang menjadi
sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Demikian sudut pandang yang
lainnya pun seterusnya akan bergantung pada pandangannya masing-masing bila kita telusuri lebih jauh.
34.
2. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :
1) Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara.
a) Dalam arti material adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dilihat dari
isinya mengikat secara umum seperti yang diatur dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.
b) Dalam arti formal adalah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang karena bentuknya dan
dilibatkan dalam pembuatannya disebut sebagai undang-undang. Misanya :
i.
UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Jalan Raya.
ii.
UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM.
iii.
UU. No. 31 Tahun 2002 Tentang Parpol.
iv.
UU No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu.
v.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
vi.
UU No. 22 Tahun 2003 Tentang Susduk MPR-DPR-DPRD-DPD.
vii.
UU No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
35.

37.3.

2) Kebiasaan (custom/adat), perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Apabila ada tindakan atau perbuatan yang
berlawanan dengan kebiasaan tersebut, hal ini dirasakan sebagai pelanggaran.
3) Keputusan Hakim (Jurisprudensi); adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan dasar
keputusan oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara yang sama.
4) Traktat (treaty); atau perjanjian yang mengikat warga Negara dari Negara yang bersangkutan. Traktat
juga merupakan perjanjian formal antara dua Negara atau lebih. Perjanjian ini khusus menyangkut
bidang ekonomi dan politik.
5) Pendapat Sarjana Hukum (doktrin); merupakan pendapat para ilmuwan atau para sarjana hukum
terkemuka yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan dalam pengambilan keputusan.
36. Sumber dari segala sumber hukum RI adalah Pancasila.
Tata Urutan Peraturan Perundangan RI :

1. Menurut TAP MPRS No. XX Tahun 1966


a) UUD 1944
b) TAP MPR RI
c) Undang-Undang
d) PERPU (Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang).
e) Peraturan Pemerintah (PP)
f) Peraturan Menteri
g) Keputusan Menteri
h) Instruksi Menteri
2. Menurut TAP MPR No. III Tahun 2000
a) UUD 1945
b) TAP MPR RI
c) Undang-undang.
d) PERPU
e) Peraturan Pemerintah (PP)
f) Keputusan Presiden
g) Peraturan Daerah (PERDA)
38. 4.
39.

Macam-Macam Peradilan Hukum


Sekarang ini di Indonesia terdapat bermacam-macam peradilan, yang dibedakan sebagai berikut :

a. Pengadilan Sipil Umum, terdiri atas :


Peradilan Negeri
Pengadilan Tinggi
Mahkamah Agung
b. Pengadilan Sipil Khusus, terdiri atas :
Pengadilan Agama
Pengadilan Adat
Pengadilan Administrasi Negara (Pengadilan Tata Usaha Negara).
c. Pengadilan Sipil Militer, yang terdiri atas :
Pengadilan Tentara
Pengadilan Tentara Tinggi
Mahkamah Tentara Agung.

40.
41. KESIMPULAN
42.
Pengertian hukum itu sangat banyak karena terdapat banyak sisi pandang terhadap hukum. Akan
tetapi, sebuah definisi bagi hukum yang dapat menjadi pedoman adalah Hukum itu adalah himpunan peraturanperaturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena itu
harus ditaati oleh masyarakat, apabila tidak ditaati atau di langgara akan mendapat hukuman atau sanksi hukum.
43.
Unsur-unsur hukum adalah peraturan tingkah laku manusia yang diadakan oleh badan resmi, bersifat
memaksa, terdapat sanksi tegas bagi pelanggarnya. Ciri-cirinya adalah terdapat perintah dan atau larangan serta
harus dipatuhi setiap orang. Sedangkan sifatnya adalah mengatur dan memaksa. Fungsi hukum adalah sebagai alat
pengatur tata tertib, sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin, sebagai sarana penggerak
pembangunan, sebagai penentuan alokasi wewenang, sebagai alat penyelesaian sengketa, berfungsi memelihara
kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang berubah. Dengan tujuan

mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil, dapat melayani kehendak negara yaitu mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat, demi keadilan dan atau berfaedah bagi rakyat yang mana dapat
menjaga kepentingan rakyat.

44.

Anda mungkin juga menyukai