Anda di halaman 1dari 4

Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pasca persalinan? Risiko ini memang dihadapi semua wanita bersalin.
Namun begitu, ada cara untuk menghindari perdarahan pasca persalinan ini.
Setiap persalinan pasti akan mengeluarkan darah. Yang dimaksud perdarahan ialah
bila darah yang keluar lebih dari 500 cc. Indikasi lainnya ialah tensi darah menurun di
bawah 90, denyut nadi berdetak cepat, lemas/lemah, dan pandangan kabur. Pada
kondisi ini pasien sudah masuk dalam fase syok.
Perdarahan pasca bersalin dapat terjadi langsung setelah pasien melahirkan (dalam
waktu 24 jam), beberapa hari kemudian, bahkan setelah pasien pulang ke rumah.
Itulah mengapa, pasien selalu mendapat jadwal kontrol kembali pasca bersalin.
Setelah melahirkan, umumnya pasien juga akan dibekali pengetahuan untuk
membedakan darah nifas yang normal terjadi setelah bersalin, dengan perdarahan
pasca persalinan yang membahayakan. Contoh, jumlah darah nifas tidak banyak.
Sementara pada perdarahan, darah yang keluar adalah darah segar dan kadang
bergumpal-gumpal. Bila ada gejala seperti ini ditambah nyeri perut yang hebat,
pasien diminta untuk segera kembali ke rumah sakit.

Risiko Serius
Bila tidak tertangani, perdarahan pasca bersalin tentu berisiko mengancam jiwa. Di
Indonesia, angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan
MDGS, tahun 2012 sebanyak 259 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini lebih dari sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24).
Perdarahan setelah persalinan menyumbang sekitar 20-25% kematian ibu sehingga
merupakan risiko yang paling serius. Oleh sebab itu, setiap ibu yang hendak bersalin
perlu mengetahui risiko serta kemungkinan munculnya perdarahan pasca melahirkan.
Meskipun begitu, ibu hamil tidak perlu terlalu khawatir. Perdarahan pasca persalinan
sangat mungkin untuk dapat dihindari.

Siapa Yang Berisiko Tinggi Mengalami Perdarahan Pasca Bersalin


Umumnya, perdarahan pasca bersalin dapat terjadi pada ibu hamil yang seperti
berikut ini :
1. Semasa hamil megalami anemia dimana kadar hemoglobin (HB)-nya kurang
dari normal.
2. Persalinan bayi kembar.
3. Punya anak lebih dari lima.
Meskipun demikian, setiap ibu hamil perlu untuk selalu waspada dan aware akan
perdarahan pasca bersalin ini. Bagaimanapun, semua persalinan tetap berisiko. Jika
terjadi perdarahan pasca bersalin, penanganannya akan berkejaran dengan waktu
demi keselamatan ibu dan bayi. Oleh sebab itu, pantauan selama kehamilan serta
mempersiapkan segala kemungkinan saat persalinan, sangat dianjurkan.

4 Penyebab Perdarahan Post Partum

Berikut ini adalah 4 penyebab perdarahan post partum (waktu yang diperlukan oleh
ibu untuk memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula dari melahirkan bayi
sampai persalinan) dan penanganannya :
1. Tone atau Tonus (Kontraksi). Setelah melahirkan, kontraksi rahim harus
bagus sehingga pembuluh darah yang terbuka menjadi terjepit oleh otot-otot
rahim. Bagus atau tidaknya kontraksi rahim dapat diketahui oleh penolong
persalinan dengan memegang perut pasien. Kontraksi yang tidak kencang
membuat pembuluh darah rahim tetap terbuka dan darah terus mengalir.
Penanganan : Bila pada pasien tidak ditemukan adanya kontraksi, dokter akan
memberikan obat (berupa suntikan) untuk memicu terjadinya kontraksi.
Pemberian obat-obatan ini umumnya dilakukan ketika persalinan tahap 3,
sehingga kontraksi bisa terjadi begitu pasien melahirkan dan plasenta belum
keluar.
2. Tears atau Robekan. Seperti diketahui, persalinan per vaginam akan
menimbulkan robekan di vagina. Bila dilakukan episiotomi, robekan bisa
mencapai perinieum (daerah yang terletak antara vulva dan anus). Episiotomi
adalah pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus dengan tujuan
melebarkan
jalan
lahir
agar
bayi
mudah
dikeluarkan.

Perdarahan yang membahayakan pasien bisa terjadi, bila robekan mencapai


rahim sehingga darah terus mengalir. Kasus ini bisa disebabkan oleh panggul
ibu yang kecil, sementara bayinya besar. Jika persalinan tetap dipaksakan
secara normal, robekan yang terjadi pun bisa hingga ke rahim.
Penanganan : Tindakan operasi dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko yang
fatal. Kasus ini bisa dicegah jika setiap ibu memiliki gambaran kondisi
persalina yang akan dijalani kelak. Bila dalam pemeriksaan dokter, panggul
ibu dinyatakan kecil sementara si calon bayi besar, maka ibu bisa
mempertimbangkan untuk persalinan caesar.
3. Trombine atau Ada Kelainan Darah. Pasien yang memiliki kelainan darah,
seperti hemofilia (darah sulit membeku), juga dapat mengalami risiko
perdarahan pasca bersalin. Kasus perdarahan juga bisa terjadi pada penderita
hepatitis
berat
atau
penderita
kadar
trombosit
rendah.
Penanganan : Persalinan berisiko tinggi seperti kasus-kasus di atas
membutuhkan penanganan yang terintegrasi. Misal, antara dokter kandungan
dengan dokter penyakit dalam yang biasa menangani masalah penyakit
tersebut. Pada penderita hemofilia, biasanya akan diberi obat-obatan
pembekuan darah terlebih dahulu sebelum menjalani persalinan.
4. Tissue atau Jaringan. Istilah jaringan (tissue) merujuk pada plasenta (atau
terkadang selaput ketuban) yang masih tertinggal dalam rahim.
Saat terjadi persalinan, plasenta harus keluar. Karena itulah, dokter akan
memastikan plasenta pasien untuk keluar semua. Plasenta yang tertinggal
akan lengket di dalam rahim dan bila tidak segera ditangani bisa
menyebabkan
perdarahan.
Penanganan : Ibu dengan riwayat plasenta susah lahir perlu diobservasi. Saat
pemeriksan kehamilan, misal, dapat dilihat dengan USG bagaimana
kedalaman plasenta yang menempel tersebut. Biasanya sebelum waktu
persalinan tiba, dokter sudah bisa memprediksi apakah ibu bisa bersalin
normal atau perlu operasi caesar.

4 Tindakan Pencegahan Perdarahan Pasca Persalinan

Berikut ini adalah 4 tindakan pencegahan perdarahan pasca persalinan :


1. Perhatikan Gizi Makanan. Dengan selalu menikmati makanan sehat dengan
gizi seimbang, Ibu hamil dapat meminimalkan munculnya perdarahan kelak
saat bersalin. Bila unsur mineral dan besi tercukupi, ibu akan terhindar dari
anemia. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko mengalami perdarahan

pasca persalinan. Teruskan kebiasaan makan dengan pola gizi seimbang ini
hingga setelah melahirkan agar dapat mempercepat pemulihan usai bersalin.
2. Periksa Kehamilan Secara Rutin. Menurut WHO, pemeriksaan paling tidak
dilakukan 4 kali selama kehamilan. Pemeriksaan di trimester pertama dan
kedua setiap sebulan sekali, kemudian trimester ketiga sebulan dua kali, dan
menjelang persalinan menjadi seminggu sekali. Lewat pemeriksaan ini, ibu
bisa mengetahui ukuran si calon bayi, apakah bayinya kembar, dan
sebagainya. Bila ada masalah plasenta menempel pun sudah bisa diketahui di
usia kehamilan 5 bulan. Dengan begitu, dari hasil pemeriksaan tersebut,
perencanaan untuk persalinan dapat dipersiapkan.
3. Pilih Tempat Bersalin Yang Lengkap. Untuk menjaga hal-hal yang tidak
diharapkan, ibu hamil disarankan untuk memilih tempat bersalin yang
mempunyai perlengkapan bersalin yang lengkap. Ada dokter beserta tenaga
medis yang lengkap, peralatan, obat-obatan, serta fasilitas operasi.
4. Tetap Waspada Meski Sudah Di Rumah. Bagi yang bersalin normal,
biasanya menjalani rawat inap sekitar 1-2 hari di rumah sakit. Sedangkan
untuk yang melahirkan caesar sampai 3 hari di rumah sakit. Perdarahan pasca
bersalin bisa terjadi setelah 24 jam bersalin. Bila perdarahan terjadi dalam
waktu itu, bisa dilakukan pertolongan segera oleh dokter di rumah sakit.
Namun, ada juga perdarahan yang terjadi setelah beberapa hari dan ketika ibu
sudah di rumah. Oleh karena itu, jika ibu mengalami perdarahan yang tak
normal, segera datang kembali ke dokter. Umumnya, sebelum ibu pulang dari
rumah sakit, dokter akan menyarankan untuk pasang KB, ini merupakan salah
satu cara untuk menekan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Anda mungkin juga menyukai