Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO 3

Seorang perempuan berusia 21 tahun mengaku hamil anak pertama datang


ke Bidan Praktek Mandiri. Klien mengatakan bahwa usia kandungannya saat ini
memasuki 3 bulan. Saat bidan mempersilakan klien masuk dan duduk, klien terlihat
malu-malu. Setelah percakapan dimulai, diketahui bahwa ini adalah pertama kalinya
ibu datang ke tenaga kesehatan. Ketika ditanyakan bidan tentang keluhannya, muka
klien langsung merah. Klien mengatakan bahwa sebenarnya masalah yang ia
hadapi saat ini memalukan dan tidak layak untuk dibicarakan.

Melihat kondisi tersebut, bidan berusaha untuk mencairkan suasana. Pada


akhirnya klien mengatakan bahwa saat ini ia memiliki masalah dengan suaminya.
Semenjak klien tahu bahwa ia hamil, ia memutuskan untuk tidak mau melakukan
aktivitas seksual dengan suami, hal ini membuat hubungannya dengan suami
menjadi kurang baik. Saat bidan menanyakan pada klien kenapa ia melakukan hal
tersebut, klien menjawab bahwa berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari teman
temannya, berhubungan seksual saat hamil muda itu tidak dilarang, karena dapat
menyebabkan keguguran, anak cacat dan lain lain

Setelah mendapatkan informasi yang cukup dari klien, bidan mulai


menjelaskan tentang aktivitas seksual selama trimester 1 kehamilan. Bidan
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan klien, dan hal tersebut membuat klien
lega, dan dapat mengambil kesimpulan untuk jawaban permasalahannya.
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
SEVEN JUMP (SKENARIO 3)
LANGKAH 1
Mengidentifikasi istilah asing
1. Tenaga Kesehatan
Seseorang yang mengabadikan diri dibidang
kesehatan serta memiliki kemampuan melalui
pendidikan bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memiliki wewenang untuk melakukan upaya
kesehatan.
2. Klien
Seseorang yang perlu bantuan ( pasien )
3. Trimester pertama
Kehamilan dari 0 – 12 minggu dari fertilisasi sampai
kehamilan 12 minggu.
4. Aktivitas seksual
Hubungan antar alat kelamin wanita dengan pria
yang telah memiliki hubungan yang sah ( menikah )
5. Keguguran
Keluarnya janin sebelum usia 20 minggu
6. Hamil muda
Seorang ibu yang hamil pada trimester pertama atau
dari 0 – 3 bulan pertama.
LANGKAH 2
Menetapkan masalah
1. Saat hamil trimester pertama tidak boleh melakukan
aktivitas seksual
2. Bagaimana pendekatan bidan ke pasien yang masih
malu-malu
3. Kenapa mungka klien tanpak memerah ?
4. Kenapa bidan berusaha untuk mencairkan suasana ?
5. Ketika klien mengetahui hamil, ia tidak mau melakukan
aktivitas seksual ?
6. Bagaimana cara bidan menjelaskan ke kilen tentang
solusi dari permasalahannya
7. Bagaimana bidan dapat mengambil kesimpulan dari
masalah klien

LANGKAH 3
Hipotesis
1. Dapat menyebabkan pendarahan / keguguran, anak
cacat.
2. Bidan melakukan KIP, melakukan K.Verbal & Non Verbal
3. Klien masih malu untuk menceritakan masalah
pribadinya,dan ini kali pertama klien pergi ke tenaga
kesehan.
4. Agar pasien tidak merasa canggung / gugup dan terbuka
kepada bidan sehingga tercipta hubungan baik.
5. Ibu khawatir, karna iya mendapatkan informasi dari orang
lain.
6. Komunikasi efektif, menjawab semua pertanyaan,
memahami masalah dengan mengemungkakan faktor –
faktor dan memberi contoh yang nyata
7. Menetukan keputusan berdasarkan hasil jawab pasien.

LANGKAH 4
Solusi sementara

 Cari tau kebenaran apakah aktivitas seksual dapat


mengalami keguguran
 Pendekatan bidan ke pasien yang malu – malu dengan
melakukan komunikasi efektif
 Membina hubungan baik
 Melakukan konseling
 Membuat kesimpulan / keputusan

LANGKAH 5
Tujuan pembelajaran
1. Mencari tau apakah permasalahan itu rumor / fakta
2. Mampu menjelaskan respon dalam membina hubungan
baik
3. Mampu membina hubungan baik
4. Mampu mengidentifikasi masalah dalam kehamilan untuk
melakukan konseling
5. Mampu menjelaskan apa saja yang perlu dalam
pengambilan keputusan
LANGKAH 6

MENGUMPULKAN INFORMASI DAN BELAJAR MANDIRI

1.Mencari tau apakah permasalahan itu RUMOR atau FAKTA

Rumor dan Fakta Tentang Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Beserta


Kasusnya

Contoh Rumor dan Fakta Tentang Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


Beserta Kasusnya
1. Rumor dan Fakta Tentang Kehamilan
Rumor :
Tidak boleh memotong atau menjahit baju. Tidak boleh memotong
atau menjahit baju selama kehamilan atau anak akan lahir dengan
bibir sumbing.
Fakta :
Bibir sumbing biasanya karena pengaruh obat-obatan yang
diminum ibu saat hamil, efek radiasi atau faktor genetik. Oleh
karenanya x-ray tidak dilakukan selama kehamilan kecuali atas
indikasi tertentu.
Contoh kasus :
Seorang ibu yang sedang hamil datang ke bidan A untuk konseling.
Si ibu bercerita bahwa ibu mertuanya melarangnya untuk memotong
atau menjahit baju dengan alasan si ibu mertua mempercayai bahwa
memotong atau menjahit baju selama kehamilan akan menyebabkan
anak akan lahir dengan bibir sumbing atau cacat pada salah satu organ
tubuhnya. Ibu bidan menjelaskan bahwa ibu tidak benar atau hanya
mitos masyarakat semata karena bibir sumbing biasanya karena
pengaruh obat-obatan yang diminum atau efek radiasi atau faktor
genetik.
2. Rumor dan Fakta Tentang Persalinan
Rumor :
Berhubungan intim dengan Suami dapat mempercepat
datangnya persalinan.
Fakta :
Mitos ini tidak sepenuhnya salah. Cairan sperma
mengandung hormon yang disebut dengan prostagladin. Hormon ini
dapat menimbulkan kontraksi rahim serta melembutkan leher rahim,
sehingga bisa memicu persalinan untuk datang lebih cepat. Namun
jika memang belum waktunya untuk melahirkan, maka sesering
apapun berhubungan intim dengan suami, belum tentu akan segera
melahirkan.
Contoh kasus :
Ada seorang wanita yang tengah mengandung sedang duduk-
duduk dengan tetangganya. Ibu yang tengah hamil tersebut sedang
hamil pada trimester ke-III atau lebih tepatnya 8 bulan 2 minggu. Di
tengah perbincangan mereka, salah satu tetangga tersebut
menyarankan ibu tersebut melakukan senggama dengan suaminya
dengan alasan agar ibu tersebut melahirkan dengan cepat. Ibu tersebut
sangat mempercayai mitos tersebut karena menurutnya itu sudah
menjadi mitos turun menurun dari nenek moyang. Faktanya, jika
memang belum waktunya melahirkan maka sesering apapun
berhubungan intim dengan suami belum tentu akan segera
melahirkan.
3. Rumor dan Fakta Tentang Nifas
Rumor :
Tidak boleh bersenggama setelah melahirkan.
Fakta :
Senggama memang tidak dianjurkan pada 40 hari setelah
melahirkan. Aktivitas ini dapat mencegah proses mengecilnya rahim.
Proses berhubungan seksual juga dengan mudah memasukkan resiko
infeksi atau pendarahan pada jalan lahir. Lapisan mukosa pada jalan
lahir masih sensitif karena meningkatnya aliran pembuluh darah pada
saat melahirkan.
Contoh Kasus :
Seorang ibu baru satu minggu pasca melahirkan anak pertamanya
memiliki tetangga seorang bidan. Bidan tersebut datang ke rumah ibu
tersebut untuk silahturahmi. Ibu tersebut berbincang-bincang dan ia
menceritakan bahwa suaminya semalam mengajak untuk
berhubungan suami istri tetapi ibu kandungnya melarangnya untuk
melakukan hubungan intim karena ia baru saja melahirkan. Ibu bidan
tersebut menanggapi bahwa itu memang benar adanya karena
senggama memang tidak dianjurkan pada 40 hari setelah melahirkan.

2.Mampu menjelaskan respon dalam membina hubungan baik


Perilaku respon positif mendukung terciptanya hubungan baik

 Bersalaman dengan ramah


 Mempersilahkan duduk
 Bersabar
 Tidak meintrupsi/memotong pembicaraan klien
 Menjaga kerahasian klien
 Tidak melakukan penilaian
 Mendengarkan dengan penuh perhatian
 Menanyakan alasan kedatangan klien
 Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.

Respon yang tidak mendukung terciptanya hubungan baik

 Menasehati
 Berkhotbah
 Menyalahkan
 Interograsi terhadap klien
 Banyak bertanya kenapa
 Mengarahkan
 Beralih kelain topik
 Membuang muka
 Menjaga jarak dengan klien
 Menguap di depan klien dengan cara ya ng tidak sopan
 Bergerak terlalu banyak
 Tidak ada ekspresi wajah
 Analisis masalah komuniksi/analisis transaksi pada komunikasi
Adalah analisis transaksional sebagai suatu model analisis
komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut
posisi psikologik yang berbeda
Digunakan pada kontak yang singkat dengan orang lain untuk
membina hubungan baik.

3.Mampu membina hubungan baik


Membina hubungan baik adalah dasar dari pemberian konseling
pada klien. Dengan adanya hubungan yang baik akan menciptakan
keterbukaan dari klien terhadap bidan.
Ada tiga cara yang membantu klien merasa aman setelah membuka
informasi pribadinya, yakni:
1. Mengakhiri pembicaraan secara halus
Konselor perlu mengetahui proses mengakhiri pembicaraan yang
biasanya berlangsung. Ketika mendekati akhir sebuah pembicaraan
konseling, sebaiknya konselor:
 Memberi tanda bahwa pembicaraan akan berakhir
 Membuat rangkuman
 Mengatakan bahwa hasil pembicaraan tidak harus dipraktikan
 Memberi penegasan.
 Mengajak untuk melanjutkan pembicaraan di waktu lain
 Memberikan pernyataan tertutup
 Mengubah topic pembicaraan.

2. Memperhatian kelangsungan hubungan di masa yang akan


mendatang
Ketika mengetahui bahwa anda adalah seorang pendengar yang baik,
klien mungkin akan berbicara lagi dengan anda di waktu lain. Pada
umumnya keinginan itu tidak akan menimbulkan masalah bagi anda
jika klien tidak terlalu sering melakukannya.
3.Menunjuk konselor yang lebih kompoten
Ketika klien dating kepada konselor berulangkali dan menceritakan
hal yang sama,maka konselor harus menyadari bahwa klien
membutuhkan bantuan khusus dari konselor yang lebih kompoten.
Hubungan bersifat tidak pasti atau permanen.Hubungan memiliki
faktor-faktor yang membantu untuk menentukan batas teritori
percakapan kita.
1. Faktor-faktor yang membantu untuk menentukan batas
teritori percakapan:
1. Status. Status adalah kedudukan yang anda akui pada orang
laindikaitkan dengan anda.Anda melihat diri anda sendiri tinggi
atau rendah dalam status hubungan anda dengan orang
lain.Orang member status pada orang lain. Status adalah bukti
derajat penghargaan, keakraban atau penolakan terhadap orang
lain.
2. Kekuatan. Kekuatan adalah kendali manusia unuk mendesak
satu sama lain.Jika anda dapat mempengaruhiatau
mengendalikan sikap seseorang dengan segala cara maka anda
mempunyai kekuatan atas mereka.
3. Peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan seseorang
terhadap orang lainnya.Orang cenderung bercakap-cakap
dengan orang lain sesuai perannya.Misalnya jika anda seorang
Bidan maka orang akan cenderung bercakap-cakap dengan anda
sesuai peran anda sebagai seorang bidan.
4. Kegemaran. Percakapan bakal berhasil pada orang yang walau
tidak saling mengenal tetapi memiliki kegemaran yang
sama,sehingga dapat terjalin suatu hubungan.
2. Sikap d perilaku dasar yang dibutuhkanan
Dalam membina hubungan baik terhadap sikap dan perilaku dasar
yang dibutuhkan seorang bidan yaitu dapat menerapkan SOLER
dalam melakukan komunikasi dengan klien. SOLER merupan
akronim dari:
SOLER
S: Face your clients squarely (menghadap ke klien)dan smile/nod at
client (senyum/mengangguk ke klien)
O: Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
L: Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E: Eye contact in a cultularry-acceptable manner (kontak mata atau
tatap mata sesuai cara dan budaya setempat)
R: Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap hangat/tidaknya
seseorang.Suara yang keras,menggebu-gebu,kurang menunjukan
kehangatan dibandingkaan dengan volume dan intonasi suara yang
lembut,tidak terlalu keras.
Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan
konseling agar hubungan baik lebih mantap, yaitu:
1. Menunjukan tanda perhatian verbal, yang dimaksud adalah kata-
kata pendek seperti: hemmm…, ya, lalu, oh ya, terus, begitu, ya,
dan pengulangan kata-kata penting yang diucapkan oleh
klien.maksudnya mem
2. Menjalin kerjasama, dalam konseling, bidan yang baik adalah
bidan yang meningkatkan hubungan baik dengan klien. Hal ini
akan terwujud apabila selama proses konseling bidan selalu
berusaha bersama dengan klien.
3. Member respon yang positif, pujian dan dukungan. Memberi
pujian maksudnya mengungkapkan persetujuan atau kekaguman
sehingga mendorong tingkah laku yang baik, penghargaan
terhadap usaha yang dilakukan klien dengan baik. Memberi
dukungan maksudnya memberi dorongan, kepercayaan dan
harapan pada klien, agar klien tahu bahwa bidan percaya klien
dapat mengatasi masalah dan membantu klien mengatasi
masalahnya.
Contoh perilaku respon positif yang mendukung terciptannya
hubungan baik:
1. Bersalaman dengan ramah
2. Mempersilahkan duduk
3. Besabar
4. Tidak menginterupsi/ memotong pembicaraan klien
5. Menjaga rahasia klien
6. Tidak melakukan penilaian ( misal: menyalahkan klien )
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian
8. Menanyakan alasan kedatangan klien
9. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
4.Mampu mengidentifikasi masalah dalam kehamilan untuk
melakukan konseling
5.Mampu menjelaskan apa saja yang perlu dalam pengambilan
keputusan
Menurut Terry (1989) dalam blog Komunitas Diamond faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai
berikut:
1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional
maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan;
2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk
mencapai tujuan organisasi;
3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,
perhatikan kepentingan orang lain;
4. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan
mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu
yang cukup lama;
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk
mendapatkan hasil yang baik;
8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui
apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari
serangkaian kegiatan berikutnya.

Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut


mempengaruhi pengambilan keputusan :

1. Fisik

Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak
nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah
laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2.Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada
suatu situasi secara subyektif.

3.Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi,


memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4.Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan


melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.

5.Interpersonal

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar


satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan
individual.

6.Struktural

Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan


mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu
tingkah laku tertentu.

Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan


faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan
keputusan, dan keterbatasan kemampuan. Dalam pengambilan
suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan
risiko.

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan


dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada
permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini
telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu
bahkan tidak berpikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan
lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.

Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga


dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel
utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang
dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus
objektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi
ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu
filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu
pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya
pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya
secara pribadi.

Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk


meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus
membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena
keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut.
Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan,
sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan
menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan
hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit
membuat keputusan di bawah ketidakpastian dibanding di bawah
kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan
tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas
strategi lainnya.
Selanjutnya Dalam Judul Skripsi Pengambilan Keputusan yang
tepat yang disusun Sumaryanto Sarjana Universitas Negeri
Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain:
1. Posisi kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan
seseorang dapat dilihat, apakah ia sebagai pembuat keputusan
(decision maker), penentu keputusan (decision taker), ataukah staff
(staffer).

2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk
tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa
yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus
diselesaikan. Sebenarnya, masalah tidak selalu dapat dikenal dengan
segera, ada yang memerlukan analisis, ada pula yang bahkan
memerlukan riset tersendiri.

3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang
berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama
memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita
perbuat. Situasi ini ada yang bersifat tetap dan ada juga yang
berubah-ubah.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-
sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit
(kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya
telah tertentu / telah ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam
pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau obyektif.
Jenis Jenis Pengambilan Keputuan.
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan
lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar,
dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini
terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya
guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang
memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat,
keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal
masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang
di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan
keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya
istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.
Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis
dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari
data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi
informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan,
pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya
pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui
arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan
tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat
apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan
kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara
yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena
wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi
pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa
keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan
juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih
permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik
dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh
pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

Anda mungkin juga menyukai