Anda di halaman 1dari 34

Modul 2

Skenario ke 2

Langkah 1

( menentukan istilah yang belum dipahami)

1. remaja
2. perkosaan
3. pemurung
4. stres
5. trauma
6. mekanisme koping maladaptif
7. konsultasi
8. psikiater

menjelaskan jawaban dengan pemikiran sendiri sendiri

1. remaja: seseorang yang pindah dari masa anak-anak yang sedang mengalami masa
pubertas dari umur 11-17 tahun yang masi mencari jati diri.
2. Perkosaan: suatu tindakan kriminal yang berwatak seksual yang dilakukan secara paksa
baik kekerasan maupun ancaman.
Pemurung : suatu kondisi seseorang yang bersifat ingin menyendiri atau menjauhi dari
lingkungan sekitarnya .
3. Stres : suatu kondisi seseorang baik fisik, psikis, mental, emosi, yang tidak stabil, akibat
pikiran yang terlalu berat.
4. Trauma : keadaan jiwa yang tidak normal akibat adanya kejadian yang tidak di inginkan
pada masa lalu
5. mekanisme koping maladaktif : suatu cara seseorang untuk memperlihatkan tidak
kestabilan jiwanya seperti, mogok makan, mogok keluar rumah dan lain-lain.
6. Konsultasi : bertukar pikiran dalam memutuskan suatu masalah
7. Psikiater : sesorang yang telah menamatakan pendidikan di bidang psikologi yang
bekerja untuk mengatasi masalah kejiwaan mental seseorang.

Langkah 2
( menentukan masalah )
1. Apa itu manusia
2. Bagaimana konsep manusia
3. Defenisi konsep diri
4. Komponen konsep diri
5. Apa itu stres
6. Apa stressor
7. Macam-macam stressor
8. Sumber stressor
9. Dampak stressor
10. Model-model stressor
11. Faktor yang mempengaruhi stressor
12. Adaptasi
13. Teori adaptasi
14. Metoda pertahanan diri / metoda koping
15. Mekanisme pertahanan diri
16. Manajemen stres

Langkah 3

Curah pendapat kemungkinan hipotesis

1. Manusia:seorang makhluk ciptaan Allah yang mempunyai akal pikiran dan perasaan,yang
membutuhkan makhluk lain dalam keberlangsungan hidupnya
2. Konsep manusia:suatu cara bagaimana manusia bertindak dan berperilaku dalam
berkehidupan sehari-hari
3. Konsep diri:suatu cara bagaimana seorang manusia bertindak dan berperilaku dalam
kehidupannya
4. Komponenen konsep diri:rasa kepercayaan,cara penampilan,berperilaku
5. Stres:suatu keadaan keadaan jiwa,mental,fisik,psikologisnya tidak stabil
6. Stressor:sesuatu keadaan,baik fisik,mental,psiko,yang tidak terpenuhi
7. Macam-macam stressor:stressor internal dan stressor external
8. Sumber sterssor:dari dalam diri,dari lingkungan,dari teman,dari keluarga
9. Dampak stressor:menyebabkan jiwa tidak tenang,pemurung,menyendiri,putus asa dan
bahkan bisa menyebabkan percobaan bunuh diri
10. Model-model stressor:psiko dan fisik
11. Faktor yang mempengaruhi:adaptasi lingkungan,adaptasi budaya,adaptasi
lingkungan,adaptasi religius
12. Adaptasi:suatu cara manusia menyesuaikan diri baik psiko maupun fisik dengan lingkungan
tempat tinggalnya
13. Teori adaptasi:cara manusia untuk berinteraksidan menyesuaikan diri dengan lingkungan
tempatnya berada
14. Metoda koping:suatu cara manusia menununjukkan ketidakstabilan jiwanya terhadap
masalah yang dihadapinya
15. Mekanisme pertahanan diri:dari diri sendiri,lingkungan
16. Menajemen stres:melakukan aktivitas,mencari kesibukkan,melakukan pertemanan lebih baik
Langkah 4

Dampak stres dalam kehidupan manusia

Langkah 5 tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan :


 Konsep manusia
 Prinsip dasar pemenuhan kebutuhan manusia
 Pemenuhan kebutuhan fisik
 Pemenuhan kebutuhan psikososial
 Konsep diri
 Perkembangan teori konsep diri
 Jenis dan struktur konsep diri
 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
 Stress dan adaptasi
 Kebutuhan personal hygiene
 Prinsip pencegahan infeksi
 Prinsip dasar eliminasi
 Pendampingan pasien kritis
 Pendampingan pasien yang hampir meninggal
 Mekanisme koping mal adaptif

Langkah 6 mengumpulkan informasi dan belajar mandiri

1. Konsep manusia

Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, diantaranya yaitu manusia sebagai makhluk
holistic dan manusia sebagai system.

Manusia Sebagai Makhluk Holistik

Holistik berarti keseluruhan atau utuh.

Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur

biologis,psicologis,social dan spiritual.

1. Makhluk biologis

-Manusia tersusun atas system organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya,

-Mempunyai kebutuhan yang berguna untuk mempertahankan hidupnya


-Tidak terlepas dari hokum alam:dilahirkan-berkembang-mati

-Manusia memerlukan oksigen untuk bernapas

-Manusia memerlukan nutrisi untuk menambah energi dalam tubuh

-Manusia memerlukan cairan tubuh agar tidak dehidrasi

2. Makhluk psikologis

-Manusia mempunyai struktur kepribadian.

-Tingkah laku sebagai manispestasi kejiwaan.

-Mempunyai daya fikir serta kecerdasan.

-Mempunyai kebutuhan psikologi agar pribadi dapat berkembang

Makhluk social

-Manusia perlu hidup bersama orang lain, saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan hidup,.

-Kebudayaan mempengaruhi komponen social manusia.

-Dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan social.

-Dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada.

Makhluk spiritual

-Manusia memiliki keyakinan dan mengakui adanya Tuhan.

-Manusia memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya.

Manusia Sebagai Sistem

Manusia sebagai system terdiri atas system adaptif, system personal, system interpersonal, dan system
social.

1. Sistem Adaptif

Sistem adaptif merupakan proses perubahan individu sebagai respons terhadap perubahan lingkungan
yang dapat mempengaruhi integritas atau keutuhan.

Lingkungan seluruh kondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau
kelompok organisme. Menurut Roy (1976) Perilaku adaptif merupakan perilaku individu secara utuh
untuk beradaptasi dan menangani rangsang lingkungan.
2. Sistem Personal

Sebagai system personal manusia memiliki proses persepsi dan bertumbuh kembang. Sistem personal
disebut juga sebagai individu. Misalnya bidan harus mengerti tentang konsep :

2. Prinsip dasar pemenuhan kebutuhan manusia


Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow

Abraham Maslow mengungkapkan teori Hierarki kebutuhan yang menyataakan bahwa setiap
manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan yang paling utama yang di miliki oleh setiap
manusia seperti makan, minum, mmenghirup oksigen, beraktifitas, istirahat dan tidur.
2. Kebutuhan rasa aman da perlindungan, di bagi menjadi 2 yaitu perlindungan fisik dan
mental.
a.perlinndungan fisik meliputi perlindungan atas kekerasan fisik, penyakit,
kecelakaan, bahaya dari lingkungan
b.perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman,kekhawatiran trauma, dll.
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan di miliki, membberi dan
menerima kasih sayang, kehangatan dan persahabatan. mempunyai keluarga dll.
4. Kebutuhan harga diri, maupun persaan ingin di hargai oleeh orang lain, untuk
meningkatkan percaya diri juga status sosial dirinya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.merupakan kebutuhan paling tertinggi di piramida hierarki
maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi kepada orang lain /lingkungan serta
mencapai potensi diri sepenuhnya.
3. Pemenuhan kebutuhan fisik

 Kebutuhan fisik (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup meliputi -
kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi
- kebutuhan makanan dan cairan
- kebutuhan eliminasi
- kebutuhan ventilasi

4. Pemenuhan kebutuhan psikososial


 Kebutuhan psikososial (phychososial need) , yaitu kebutuhan integritas yang meliputi
kebutuhan akan penghargaan dan beraffliasi.
- Kebutuhan berorganisasi
- Kebutuhan berprestasi
5. Konsep diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Sutuart & Sudeen, 1998). Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri (Burns, 1993). Konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi
fisik, karakteristik pribadi, motifasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan, (Cawagas,
1993).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
pandangan dan perasaan tentang diri kita, menyangkut gambaran fisik psikologis
yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan pentingnya bagian-
bagian tubuh yang berbeda yang ada pada dirinya.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri).

7. Perkembangan teori konsep diri


Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir sampai mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Dalam
melakukan kegiatan memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama pangilan,pengalaman budaya dan hubungan interpersonal,
kemampuan pada area tertentu yang dinilai pada diri sendiri atau masyarakat serta
aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
8. Jenis dan struktur konsep diri
 jenis konsep diri
1.Konsep diri umum (general self-concept).
2.Konsep diri akademis(academic self-concept).
3.Konsep diri matematika(mathematicself-concept).
4.Konsep diri problem-solving.
5.Konsep diri spiritual.
6.Konsep diri kestabilan emosi(emotional self-concept).
7.Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama(same
sex peersself-concept).
8.Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin
berbeda(opposite sex peersself-concept).
9.Konsep diri hubungan orangtua(parentself-concept).
10.Konsep diri penampilan fisik(physical appearance self-concept).
11.Konsep diri kekuatan fisik(physical ability self-concept).
12.Konsep diri verbal(verbal self-concept).
13.Konsep diri kejujuran(honestyself-concept)
9. Stress dan adaptasi
 Merupakan konsep penting dalam keperawatan karena kedua hal tsb termasuk dasar
pengertian perawat akan respon/reaksi manusia terhadap kesehtan nya baik sakit maupun
sehat.
DEFINISI STRES
 Robbins& Coulter (1999) mendefinisikan stress sebagai kondisi dinamis dimana individu
dikonfrontir dengan kesempatan pembatas atau tuntutan yang berhubungan dengan apa yang
diinginkan dan yang hasilnya dirasakan menjadi tidak menentu serta penting
 Hans Selye (2001) mendefinisikan stress sebagai respon tubuh yang sifatnya non spesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya.

Cont : beban pekerjaan yang berlebihan

Model Stres

Digunakan untuk mengidentifkasi stresor bagi individu tertentu dan memprediksi


respon individu tersebut terhadap stresor. Perawat dapat membantu klien mengatasi respon
tidak sehat, non produktif.

Diklasifikasikan atas 3 model stres :


Model Stres Berdasar Respon

Mengkhususkan respon atau pola respon tertentu yang mungkin menunjukkan stresor.
Digunakan oleh Selye (1976) dimana stres ditunjukkan dengan reaksi fisiologis,GAS (general
adaptation syndrome)

Kelemahan : tidak memungkinkan perbedaan individu dalam pola berespon

Model Stres Berdasar Stimulus

Berfokus pada karakteristik yang menggangu

di dalam lingkungan.

Model ini memfokuskan pada asumsi :

1. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah norma & membutuhkan tipe & durasi
penyesuaian yang sama

2. Memandang individu dan lingkungandalam hubungan dinamis, interaktif (Lazarus &


Folkman,1984)
3. Memandang stresor sebagai respon perseptual individu yang berakar dari proses psikologis
(koping) & kognitif

4. Individu adalah resepien pasif dari stres, & persepsi mereka terhadap peristiwa adalah tidak
relevan

5. Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama & penyakit dapat terjadi pada setiap
titik setelah ambang tersebut

Definisi adaptasi

1. Perngertian
- Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis berubah dalam
respon terhadap stress.
- Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya unuk mempertahankan fungsi yg
optimal.
- Adaptasi melibatkan reflex ,mekanisme otomatis untuk perlindungan , mekanisme
otomatis untuk perlindungan , mekanisme koping dan idealnya dapat mengarahpada
penyesuaian atau pengesuaian otomatis.
- Cirri adaptasi bagi individu adalah ketelitian pengamatan atas kenyataan , kesadaraan
akan motivasi atas perasannya dapat mengontrol tingkah lakunya.
Dimensi adaptasi
- Adaptasi fisiologi
- Adaptasi psikologis

stress

Dr. Arlina Gunarya, MSc

Dr. Muhammad Tamar, MPsi

Indra Fadjarwati Ibnu, SKM, MA

1.Pengertian stres

Stres merupakan pengalaman subyektif yang didasarkan pada persepsi seseorang

terhadap situasi yang dihadapinya. Stres berkaitan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan

harapan atau situasi yang menekan. Kondisi ini mengakibatkan perasaan cemas, marah dan

frustrasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stress: (1) Gangguan atau

kekacauan mental dan emosional (2) - Tekanan. Secara teknis psikologik, stress didefinisikan

sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang

atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. ~ Stress is an adaptive response to a

situation that is perceived as challenging or threatening to the person’s well-being . Jadi stress

merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap „stressor „ ~ hal yang dipandang

sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun

eksternal Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektifm sesuai perspsi

orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum

tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.

Di sisi lain, „stressor‟ adalah Sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang

memberi tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka.

Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :

1. Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri

seperti antara lain

 Cuaca, kebisingan, kepadatan,


 Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
 Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan
perubahan keluarga

2. Fisiologik ~ dari tubuh kita

a. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, proses

menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh

b. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan

perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.

3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan

Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan

kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman

dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.

Lebih lanjut, sumber stressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang

penanganannya, yakni : Pertama, Stressor yang penanganannya hanya membutuhkan sedikit

upaya seperti misalnya kebiasaan belajar; waktu bangun pagi, diet, dst dimana upaya

menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka dalam

waktu satu-dua minggu dapat berubah. Kedua, Stressor yang untuk menanganinya

membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti contohnya soal kepercayaan diri,

persoalan hubungan,dst, dimana diperlukan bantuan teknikal untuk menanganinya, seperti

„percakapan kalbu‟, skill komunikasi, manajemen konflik, dst. Ketiga, stressor yang memang

tidak dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka penanganannya, perlu belajar

berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan relaksasi, dan upaya

spiritual.

Melihat kemungkinan sumber stressor di atas , maka setiap orang potensial untuk

mengalami stress. Namun demikian, ada kelompok orang yang lebih mudah terkena stress (type

kepribadian A), ada juga kelompok lain yang lebih memiliki ketahanan terhadap stress (type

kepribadian B) Selanjutnya, di kalangan mahasiswa yang banyak menjadi sumber stressor antara
lain sebagai berikut: Tuntutan untuk sukses; persoalan finansial, persoalan

relasi~hubungan, persoalan penggunaan waktu dan pergeseran nilai-nilai.

Lebih jauh bisa kita simpulkan bahwa setiap orang bisa mengalami stress, sesekali stress

dalam kehidupan merupakan „bumbu‟ hidup dinamis, akan tetapi apabila terjadi stress yang

sering dengan fluktuasi yang besar, maka sudah perlu mendapat perhatian khusus, artinya sudah

perlu lebih serius menanganinya.

2. Mekanisme terjadinya stress

2.1 Gambaran umum:

Secara sederhana mekanisme stress dapat digambarkan sebagai berikut:

Sterssor kampus Dampak stres

 Lingkungan fisik  Fisiologik


stress  Behabivorial
 Hubungan peran
 Interpersonal  psychological
 organizational

Perbedaan
individual

Sterssor
non
kampus

2.2 Persepsi tekanan dan daya tahan

Stress baru nyata disarankan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru

mengalami stress manakala kita presepsikan tekanan dari stessor melebihi daya tahan yang kita

punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandang diri kita masih bisa

menahankan tekanan tersebut, (yang kita presepsi lebih ringan dari kemampuan kita

menahannya) maka cekaman stress belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut

bertambahn besar (dari stressor yang sama at au dari stressor lain secara bersamaan) cekaman

menjadi nyata, kita keawalahan dan merasakan stress.


2.3 Secara fisiologik

apa yang sebenarnya terjadi di tubuh kita manakala kita mengalami stress?

Persoalan/perubahan(riel/imaginasi) “cerabeal cortec”

Mengirimi tanda bahaya

Hypotalamus

Serangkaian perubahan pada tubuh SNS(SYMPHATETIC NERVOUS


SYSTEM)

Selama pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya ke otak, mekanisme Stress ini

berjalan terus. Belakangan ini sejumlah penelitian paduan bidang psikologi dan syaraf (Goleman,

2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki banyak neuron mirror yang bekerja otonom

menangkap signal pada saat kita ber- interaksi sosial, kemudian membangun (set-up) sistem

sirkuit yang sesuai dengan bacaannya. Dengan perkataan lain, meskipun secara mental kita bisa

melakukan adjustment, tubuh secara otonom melakukan mekanisme pertahanan atau

perlindungan sesuai bacaan neuron mirror.

Secara fisiologis ada 3 tahap penyesuaian dilakukan tubuh , sering disebut GAS (General

Adaptation Syndrome), yaitu : Tahap pertama, tahap siaga (alarm stage) terjadi saat mulai

terasa sengatan cekaman, biasanya muncul rekasi darurat, ‟fig ht or flight‟.; Tahap kedua, tahap

perlawanan (resistance stage) , pada tahap ini tidak seheboh tahap pertama, tetapi reaksi

hormonal tubuh masih tinggi, secara nyata orang ini melakukan upaya penanganan, bisa ’coping’
bisa juga ’fighting’ . Apabila stressor bisa ditiadakan, maka tubuh akan kembali ke keadaan

normal.

Tahap ketiga, tahap kepayahan – Exhausted stage Individu tidak lagi memberikan respos stress
karena kepayahan, kehabisan energi Kondisi ini agak berbahaya karena tubuh yang mengalamai
banyak goncangan keseimbangan menjadi

terbiasa ‟sesuai‟ dengan kondisi tersebut, berakibat gangguan penyakit yang lebih parah, seperti

gangguan lambung, hypertensi, cardiovasculer,dst.

 Indikasi/gejala stress

Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :

a) gejala fisiologik , antara lain :

denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin),

pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur,

gangguan lambung, dst

b) gejala psikologik , antara lain :

resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak

enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb

c) Tingkah laku, antara lain :

berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks,

Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).

4. Tingkat dan Bentuk Stress

Berdasarkan gejalanya, stress dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :

a. Stress Ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti

terlalu banyak tidur, kemacetan lalu-lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti ini

biasanya berlangsung beberapa menit atau jam . Stresor ringan biasanya tidak

disertai timbulnya gejala.

Ciri-cirinya yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun

cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat,


sering merasa letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti

pencernaan, otot, perasaan tdk santai.

b. Stress Sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi

perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan ; anak yang sakit; atau

ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan penyebab stres

sedang. Ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan

tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.

c. Stress Berat

Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai

beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan terus menerus; kesulitan finansial

yang berkepanjangan; berpisah dengan keluarga; berpindah tempat tinggal;

mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis, sosial pada

usia lanjut. Makin sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi resiko

kesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi

kemampuan untuk meyelesaikan tugas perkembangan.

Ciri-cirinya yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur,

negativistik, penurunan konsentrasi, takut t i dak jelas, keletihan meningkat, tidak

mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkat, perasaan

takut meningkat.

Istilah stres yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari umumnya mengacu

pada perasaan atau reaksi negatif terhadap suatu peristiwa. Sebenarnya stres bukan hanya sesuatu

hal yang ”buruk” karena hal yang ”baik” pun dapat merupakan stres. Ada beberapa tipe stres,

Hebb (dalam Sarafino, 1997) mempergunakan istilah yang dapat membedakan tipe stres, yaitu :

a). Distress merupakan stres yang berbahaya dan merusak keseimbangan fisik, psikis atau sosial

individu

b). Eustress merupakan stres yang menguntungkan dan konstruktif bagi kesejahteraan
individu. Anthonovsky (dalam Sher ridan dan Radhmacher,1992) menambahkan bahwa stres juga

Bersahabat Dengan Stress dapat bersifat netral yaitu tidak memberikan efek buruk maupun baik. Ini
terjadi bila intensitas atau durasi stresor sangat kecil atau kemampuan adaptasi individu sangat baik
sehingga stresor dapat dikendalikan.

5. Dampak akibat stress

Menurut Hall (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap stresor adalah

sebagai berikut:

a. Pengalaman sebelumnya. Seseorang yang pernah mengalami situasi stressfull pada umumnya

mampu menghadapi dengan baik jika situasi yang menyebabkan stres muncul lagi.

b. Informasi. Informasi mengenai suatu peristiwa stressfull dapat memberikan persiapan kepada

seseorang untuk menerima keadaan tersebut sehingga mengurangi intensitas dari stres.

c. Perbedaan individu. Sebagian orang berusaha untuk melindungi diri mereka dari dampak

stres seperti penyangkalan atau melepaskan diri dari situasi tersebut.

d. Dukungan sosial. Dampak dari peristiwa stres dipengaruhi sistem sosial. Dukungan dan

empati dari orang lain sangat membantu mengurangi tingkat stres.

e. Kontrol. Kepercayaan seseorang untuk mengontrol situasi yang menyebabkan stres dapat

mengendalikan situasi akibat stres.

dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik dan dampak
perilaku~ behavioral

Dampak Fisiologik :

Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti :

mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau

menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti

cardiovasculer, hypertensi, dst.

Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :

a) Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem ttt.

- muscle myopathy >>> otot tertentu mengencang/melemah

- tekanan darah naik >>> kerusakan jantung dan arteri


- sistem pencernaan >>> mag, diarhea

b) Gangguan pada sistem reproduksi

- amenorhea >> tertahannya menstruasi

- kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada

pria

- kehilangan gairah sex

c) Gangguan pada sistem pernafasan

- asthma, bronchitis

d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst

Dampak Psikologik:

 Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral
bagi terjadinya „burn – out
 Terjadi „depersonalisasi‟ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan
kewalahan/keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai „sesuatu‟ ketimbang „sesorang‟
 Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa
kompeten & rasa sukses

Dampak Perilaku

 Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku
yang tidak berterima oleh masyarakat
 Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingatinformasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
 Mahasiswa yang „over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.

6. Adaptasi Stress

Adaptasi stress adalah perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri

seseorang sebagai reaksi terhadap stress.

Adaptasi terhadap stress dapat berupa :

1. Adaptasi secara fisiologis

Adaptasi fisiologis merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara

fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dan berbagai faktor yang

menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang contohnya


masuknya kuman penyakit, maka secara fisiologis tubuh berusaha untuk

mempertahankan baik dari pintu masuknya kuman atau sudah masuk dalam tubuh.

Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu: apabila kejadiannya atau

proses adaptasi bersifat lokal, maka itu disebut dengan LAS (Local Adaptation

Syndroma) seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka di daerah kulit

tersebut akan terjadi kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan lain -lain yang sifatnya

lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. Akan tetapi apabila reaksi lokal tidak

dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan

proses penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain, keadaan ini

disebut sebagai GAS (General Adaption Syndroma).

2. Adaptasi secara psikologis

Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor

yang ada, dengan memberikan mekanisme pertahanan dari dengan harapan dapat

melindungi atau bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan.

Dalam adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari

berbagai stresor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya

berorientasi pada tugas (task oriented) yang di kenal dengan problem solving strategi

dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri.

3. Adaptasi sosial budaya

Adaptasi sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan

melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.

Strategi Pencegahan :

Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis.

 Lapis pertama ~ primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan

sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya : skill

mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan,


menata, dst

 Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi

stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istira hat , meditasi, dst.

 Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang

terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive (social-network)

ataupun bantuan profesional.

Bersahabat dengan Stress di Kampus

Secara sederhana, kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai

STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.

S , Study skills .

Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang

ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress, seyogyanya

mahasiswa perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga saya bisa belajar

secara efektif tetapi juga effisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber

lainnya.

T, Tempo – Time management

Selain skill belajar, skill penting yang juga perlu Anda kuasai untuk menangani stress

adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut mahaiswa perlu memiliki paradigma

waktu yang tepat.

Rehat ~ Rest ~ istirahat

Tubuh kita „by default’ memerlukan jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana

„speeding up’, tetapi juga arif dan terampil untuk „slowing down’. Bila kita tidak

memiliki keterampilan istirahat, leisure, santai ( bukan leha-leha) maka besar

kemungkinan kita mengalami stress.

Eating & Exercise – Makan dan Olah raga Kebugaran

Tubuh kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga „exercise‟ yang

memadai,agar bisa bugar, [Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru
biasanya kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta

peralatan tersebut, Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa yang baik

untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.],

Self-talk ~ percakapan kalbu

Sejak kecil kita punya „perlengkapan‟ berpi kir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa

mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu

bisa positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga negative, membuat kita

tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita

kepada hati nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik

antara kita dengan diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar

meng-ganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung

kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu: ‘stop~ganti’ yang bisa kita latihkan

di diri kita.

Social support ~ jaringan pendukung,

Manusia adalah makhluk social, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh

perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa

kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan

stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap

punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan

kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan supporifnya sehingga bisa

saling mendukung di saat diperlukan.

Bersahabat dengan stress hadapi ujian

Cemas menghadapi ujian atau test adalah salah satu bentuk stress yang lumrah dihadapi

oleh hampir semua orang, bagaimana kita sebaiknya menangani stress tersebut. Cemas hadapi

ujian adalah respons kita atas situasi ujian, respons yang kita peroleh dan ulangi sejak kecil, yang

seperti juga semua hasil perolehan belajar lainnya, respon tersebut bisa diubah. Kecemasan

dalam kadar sedikit, tidak apa-apa, malah bagus sebab bisa memotivasi kita untuk belajar lebih
giat mempersiapkan diri menghadapi ujian. Namun demikan, apabila kecemasan tersebut sudah

berlebihan, bisa menjadi distress, justru akan membuat prestasi kita terganggu sebab kita tidak

bisa berpikir dengan jernih. Lebih parah, apabila kecemasan ini kita pergunakan sebagai alasan

‘excuse’, maka hal itu akan merusak kepribadian kita.

Lalu bagaimana sebaiknya cara mengatasi kecemasan ujian? Berikut disaran kan sejumlah

langkah, yakni:

1. Biasakan diri dengan situasi ujian, dengan cara antara lain :

a. Kenali ruang dimana kita akan ujian

b. Belajar memadai, dan banyak berlatih sesuai tipe ujian (open-end, multiple choice

ataukan essay) yang akan dihadapi

c. Berlatih berprestasi dalam waktu terbatas, seperti di ujian.

2. Kendalikan emosi, pikiran dan tindakan

a. Hindari kecenderungan meragukan diri ataupun percakapan kalbu negative.

Apabila kita memang ragu kurang menguasai bahan, tidak ada cara lain cobalah belajar,

kuasai secara memadai. Selanjutnya apabila ada percakapan pikiran negative, lakukan

teknik „sop-ganti‟ berikut :

o Metode ‘STOP Pikiran’

Kita merasakan kecemasan karena kita dihantui oleh pikiran negative tentang

kesulitan/hambatan/ketidak mampuan atau ketidak berdayaan kita dalam ujian nanti.

Bahkan bisa saja kita dibayangi pikiran negatif lainnya seperti, “ Wah saya pernah

berbeda pendapat dengan dosen itu, jangan-jangan dia masih sentimen….,dst”.

Pikiran negative ini akan memberi rangsangan kepada amygdala yang akan memicu

endokrin menimbulkan enzyme cortizol yang mengakibatkan rasa resah pada diri

kita. Selanjutnya rasa cemas ini akan meneguhkan bahkan menambah asosiasii

pikiran negative yang kembali dan dirasakan lebih resah dan cemas lagi. Jadi

strateginya adalah menghentikan pikiran negative tersebut. Dengan teknik berikut :

o Mengatur arus berbagai pikiran dan refocus


Kadang-kadang ada banyak arus pikiran bergerak dalam mental/mind kita, simpang siur,

saling menyerobot. Oleh karenanya perlu diatur, perlu ditertibkan, dan difokuskan pada satu

pokok pikiran setiap saatnya. Perlu dicatat tidak selamanya kita perlu mengikuti satu alur pikir

(linier), kadang-kadang diperlukan kita menye-brang alur (lateral) . Hal itu boleh-boleh saja,

bahkan seringkali diperlukan untuk kerja kreatif. Akan tetapi tetap perlu diupayakan tertib, focus

pada satu gagasan, dalam hal ini hanya idea yang relevan berkaitan dengan ujian. Gagasan

lainnya, ditunda dan diberi jadwal lain, tetapi perlu ditanggapi supaya tidak menganggu. Bila kita

dapat mengatur pikiran dengan lebih tertib, maka muncul-nya gagasan yang relevan akan

menolong kita lebih percaya diri, dan dengan demikian, merangsang muncul pikiran iringannya.

b. Ramah dan beri Diri kita dukungan moril

c. Berpikirlah realistic, ujian hanya merupakan salah satu cara evaluasi, bukan segala-galanya

d. Berdamai dengan diri siap hadapi yang terburuk ~ tidak lulus ujian, bukanlah akhir

segalanya, bukan kiamat.

3. Persiapkan Fisik

a. Asupan nutrisi yang sesuai untuk situasi ujian (tidak terlalu kenyang, bergizi dan

seimbang)

b. Cukup istirahat, relax

c. Sebaiknya tetap lakukan exercise seperlunya.

4. Pelajari skill relaksasi yang amat menolong segera :

a. Tarik nafas dalam secara teratur

Metode ini merupakan teknik yang paling sederhana, yang bisa menolong kita

menenangkan respons fisiologik/faal yang ditimbulkan oleh perasaan kita.

b. Teknik Relaksasi lainnya seperti „progressive relaxation’

c. Bermeditasi, berdoa dan upaya spiritual lainnya

Bersahabat Dengan Stress

Modul MD10

Daftar Pustaka
Cohen, S. and Syme, S.L. (1985). Social Support and Health. London: Academic Press Inc.

Goldberger, L and Shlomo Breznizt, (1982). Handbook of Stress, The Free Press, New York

Hardjana, A.M. (1994). Stress Tanpa Distress. Yogyakarta: Kanisius.

Mőnks, F.J. Knoers,A.M.P and Haditono, S.R. (1984). Psikologi Perkembangan, Pengantar

Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Sarafino,E.P, (1997). Health Psychology-Biopsychosocial Interactions, 3

rd

edition. John Wiley

and Sons. Inc., USA

Sherridan,C.L and Radmacker,S.A. (1992). Health Psychology,Challeging The Biomedical

Model. New York . John Willey and Sons.Inc

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Gramedia.

Taylor and Shelley, E (1995). Health Psychology. MC. Graw Hill Co. New York

10. Kebutuhan personal hyiegene


Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologi.
Tujuan personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan
keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain

Jenis
Personal hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang rutin dilakukan
oleh perawat setiap di rumah sakit.
a. Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh
b. Perawatan mata
c. Perawatan hidung
d. Perawatan telinga
e. Perawatan gigi dan mulut
f. Perawatan kuku tangan dan kaki
g. Perawatan perineum
h. Perawatan tubuh (mandi)
11. Prinsip pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi adalah : Suatu upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau
terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit bahaya yang kini
belum ditemukan cara pengobatannya seperti : HIV/AIDS ( JNPK – KR/POGI, 2007 )
12. Prinsip dasar eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah
proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Eliminasi pada
manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

 Miksi/Eliminasi Urine
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi
ini sering disebut buang air kecil.

 Defekasi/Eliminasi Alvi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari
sistem pencernaan.
13. Pendampingan pasien yang hampir meninggal
 Definisi
Adalah perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi pelayanan
khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meningggal.
 Tujuan
- Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan keluarganya.
- Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien sekitarnya.
- Mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bias dilihat dari
keadaan umum, sital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian.
 Persiapan alat
- Disediakan tempat tersendiri
- Alat-alat pemberian O2
- Alat resusitasi
- Alat pemeriksaan vital sighn
- Pinset
- Kassa, air matang kom/gelas untuk membasahi bibir.
 Prosedur
- Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
- Memisahkan alat.
- Memisahkan pasien dengan pasien lain.
- Mengijinkan keluargauntuk mendampingi dan pasien tidak boleh ditinggal sendiri.
- Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab jika tampak kerig menggunakan pinset.
14. Pendampingan pasien kritis
- Definisi :
Pasien krisis adalah perubahan dalam proses yang mengindikasikan hasilnya sembuh atau
mati, sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau berpisah.
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih system tubuh,
tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi dengan
keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan
untuk merawat pasien sakit kritis.Pasien kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan
yang canggih dan terapi yang intensif.
- TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PENATALAKSANAAN PASIEN
KRITIS
A. Tujuan :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat
dan melakukan t indaklanjut.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.
4. Mengoptimalkankemampuanfungsi organ tubuhpasien.
5. Mengurangiangkakematiandankecacatanpasienkritisdanmempercepat proses
penyembuhanpasien.
B. Tugas dan tanggung jawab
1. Mengelolapasienmengacupadastandarkeperawatanintensifdengankonsisten
2. Meghormatisesamasejawatdantimlainnya.
3. Megintegrasikankemampuanilmiahdanketrampilankusussertadiikutiolehnilaietikd
an legal dalam memberikan asuhankeperawatan.
4. Beresponse cara terus menerus dengan perubahan lingkungan.

1.Mekanisme koping maladaptive


mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan
berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah
suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi).
Konsep Koping
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau
beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang
sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang
akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Individu dapat mengatasi stres dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan. Ada lima sumber koping yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan
motivasi (Hidayat, 2008).
1.1 Metode koping
Bell (1977, dalam Rasmun 2004) menyatakan ada dua metode koping
yang di gunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu: metode
koping jangka panjang dan metode koping jangka pendek.
Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara
yang efektif dan realitas dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu
yang lama, hal ini seperti; berbicara dengan orang lain, teman, keluarga atau
profesi tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba mencari informasi yang
lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, menghubungkan situasi atau
masalah yang sedang dihadapi dalam kekuatan supra natural, melakukan latihan
fisik untuk mengurangi ketegangan/masalah, membuat berbagai alternatif
Universitas Sumatera Utara
tindakan untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran dari peristiwa atau
pengalaman masalalu.
Sedangkan metode koping jangka pendek digunakan untuk mengurangi
stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak
efektif jika digunakan dalam jangka panjang contohnya adalah; mengunakan
alkohol, melamun fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak
menyenangkan, tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil,
banyak tidur, banyak merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat
melupakan masalah.
Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah
seperti yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun, 2004) adalah;
mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau
keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat
menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk
mengurangi stres/kecemasa, mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui
pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, menggerakkan keluarga untuk
mencari dan menerima bantuan, penilaian secara pasive terhadap peristiwa yang
di alami dengan cara menonton tv, atau diam saja.
2. Konsep stres dan Adaptasi
Menurut Hans Selye (1950, dalam Hawari, 2008) yang dimaksud dengan stres
adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya.
Universitas Sumatera Utara
Sumber stres terdiri dari tiga (3) aspek yaitu; diri sendiri, keluarga, masyarakat
dan lingkungan. Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan
konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda. Sementara itu stres
yang bersumber dari masalah keluarga dapat terjadi karena adanya perselisihan
masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara
anggota keluarga. Pada sisi lain masyarakat dan lingkungan juga menjadi salah
satu sumber stres. Kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya
pengakuan di masyarakat merupakan penyebab stres dari lingkungan dan
masyarakat (Hidayat, 2008).
Hawari (2001), menyatakan bahwa stres dapat dirasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya, seperti hal-hal berikut: gangguan
penglihatan, pendengaran berdenging, daya mengingat menurun, wajah nampak
tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius, tidak santai, bicara berat,
sukar untuk senyum, kulit muka kedutan, mulut dan bibir terasa kering,
tenggorokan serasa tercekik, tubuh terasa panas atau dingin, keringat berlebihan,
nafas terasa berat dan sesak, jantung berdebar-debar, lambung terasa kembung,
mual dan pedih, perut mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare,
buang air kecil sering, otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang,
kadar gula meninggi, libido bisa menurun atau sebaliknya meningkat.
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam
berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi
kebutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan
menghasilkan prilaku adaptif (Hidayat, 2008).
Adaptasi secara fisiologis dapat di bagi menjadi dua yaitu LAS (Local
Adaptation Syndroma) dan GAS (General Adaptation Syndrom). LAS adalah
proses adaptasi yang bersifat lokal, sedangkan GAS adalah reaksi lokal yang tidak
dapat diatasi dan menyebabkan gangguan secara sistemik, lalu tubuh akan
mealakukan proses penyesuaian seperti berkeringat, seluruh tubuh terasa panas
dan lain-lain (Hidayat, 2008).
3. Mekanisme Koping dan Strategi Koping
Menurut Keliat (1999, dalam Suliswati, 2005), mekanisme koping adalah cara
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri
dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.
Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang
dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor
tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal,
sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor
tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor
tersebut.
Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut sebagai mekanisme
pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal) menghindarkan
realitas ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolah untuk mengenalinya,
projeksi yaitu mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri
pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada org lain,
regresi yaitu menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan yang lebih awal, displacement (mengisar) yaitu mengalihkan
emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau
orang yang netral atau tidak membahayakan, mencari dukungan sosial seperti
keluarga mencari dukunga atau bantuan dari kelurga, tetangga, teman atau
keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat
menanganinya dan menerimanya, mencari dukungan spiritual seperti mencari dan
berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada
pertemuan ibadah, dan yang terakhir adalah menggerakkan keluarga untuk dapat
menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan
menerima bantuan orang lain.
Sedangkan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas di gunakan untuk
menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.
Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasipada tugas yaitu; prilaku menyerang
(Fight), prilaku menarik diri (withdrawl), dan kompromi (Rasmun, 2004).
Pada prilaku menyerang, individu menggunakan energinya untuk melakukan
perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Prilaku yang di
tampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif yaitu tindakan
agreesif (menyerang) terhadap obyek, dapat berupa benda, barang, orang lain atau
bahkan terhadap diri sendiri. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya
individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu dengan kata-kata
terhadap rasa ketidak senangannya. Seperti kompromi juga merupakan tindakan
konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah.
Lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Secara umum kompromi dapat
mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.
Prilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain, jadi secara physik dan psikologis individu secara sadar
pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya; individu
melarikan diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi dan sumber
infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu
(Ramun, 2004).
Selain mekanisme koping, juga di kenal istilah strategi koping. Strategi koping
adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau
menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004).
Stuart dan Sundeen (1995) Mekanisme koping juga dapat di
golongkan menjadi 2 (dua) yaitu : mekanisme koping adaptif dan mekanisme
koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang
mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara
efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan
yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan
individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan).
Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang
menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja
berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan
melakukan pengelakan terhadap solusi).
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif
mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan
usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh
tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara
tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang
lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).
Ahyar (2010), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
koping, yaitu; kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan
memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi.
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi
stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Sementara
itu keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada
penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan
strategi coping tipe : problem-solving focused coping.
Pada sisi lain keterampilan juga menjadi salah satu sumber koping, yaitu
keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan sosial. Keterampilan
memecahkan masalah meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan
dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan
melakukan suatu tindakan yang tepat. Sedangkan keterampilan sosial meliputi
kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.
Dukungan sosial dan materi juga merupakan faktor strategi koping. Dukungan
sosial meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada
diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman,
dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Sedangkan materi merupakan dukungan
sumber daya berupa uang, barang barang dapat dibeli.
4. Perawatan BBLR di NICU
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa
semua bayi baru yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR)(Asrining, 2003).
Bayi yang termasuk dalam BBLR adalah NKB SMK (neonatus kurang bulan -
sesuai masa kehamilan), NKB KMK (neonatus kurang bulan – kecil masa
kehamilan), NCB KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan).
Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir yaitu; bayi dengan berat
lahirnya yaitu; bayi berat lahir rendah dengan berat badan lahir antara 1500-2500gram, bayi berat
lahir sangat rendah dengan berat badan lahir antara 1000
sampai 1500gram, bayi berat lahir amat sangat rendah dengan berat badan lahir
kurang dari 1000gram (Maryunani, 2009).
Mengidentifikasi BBLR juga dapat di identifikasi menurut masa gestasinya,
yaitu; prematuritas murni dengan masa gestasi 37 minggu, dan dismaturitas
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu
(Proverawati, 2010).
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada
usia kehamilan saat bayi di lahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur
kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaanya dengan bayi yang lahir
cukup bulan. Tanda dan gejala bayi prematur antara lain; umur kehamilan sama
dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, kuku panjangnya
belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis
atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, tumit mengilap,
telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Testis belum turun kedalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otot
lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi saraf yang
belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap, menelan dan batuk masih
lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mamae masih
kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks
kaseosa tidak ada atau sedikit (Asrining, 2003).
Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama
yang prematur terjadi karena ketidak matangan sistem organ pada bayi tersebut.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan,
susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal,
termoregulasi (Maryunani, 2009).
Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan
intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.
Beberapa peralatan yang ada di NICU yang biasa digunakan pada perawatan
bayi adalah sebagai berikut:
Feeding tube adalah selang untuk alat bantu memberikan makan pada bayi
BBLR, sering bayi di NICU tidak bisa mendapatkan makanan yang mereka
butuhkan melalui mulut langsung, sehingga perawat akan memasang selang kecil
melalui mulut sampai ke lambung. Sebagai jalan untuk memasukan ASi atau susu
formula.
Infant warmers adalah tempat tidur dengan penghangat yang ada diatasnya,
sehingga bayi dapat terhindar dari hipotermi. Orang tua dapat menyentuh bayi di
warmers, yang tentunya berbicara dulu kepada perawat.
Inkubator adalah tempat tidur kecil yang tertutup oleh plastik keras yang
transparan, suhu di inkubator diatur sesuai dengan kondisi bayi. terdapat lubang
disetiap samping inkubator sebagai jalan untuk perawat dan dokter memeriksa
pasien. Orang tua dapat menyentuh bayinya lewat lubang tersebut.
Jalur infus sebuah kateter kecil yang fleksibel yang dimasukan kedalam
pembuluh darah vena. Hampir semua bayi yang dirawat di NICU diinfus untuk
kebutuhan cairan dan obat-obatan, biasanya di lengan atau kaki atau bahkan dapat
dibuat umbilical chateter (sebuah kateter yang dimasukan ke umbilical) pada
situasi tertentu dibutuhkan IV line yang lebih besar untuk memasukan cairan dan
obat-obatan, ini dilakukan oleh dokter bedah pediatrik.
Monitor adalah alat yang di sambungkan kepada agar staff NICU akan selalu
mengetahui tanda-tanda vital mereka. Dalam satu monitor dapat terekam beberapa
tanda-tanda vital, antara lain denyut nadi, pernafasan, tekanan darah, suhu dan
SpO2 (kandungan oksigen dalam darah ).
Blue light therapy adalah alat terapi cahaya yang digunakan untuk bayi-bayi
yang kadar bilirubinnya lebih tinggi dari normal, biasanya digunakan di atas bayi
dengan bayi telanjang dan matanya ditutup dengan pelindung mata khusus,
lamanya terapi cahaya tergantung dari penurunan kadar bilirubin, biasanya
diperiksa ulang setelah 24 jam pemakaian cahaya.
Bubble CPAP merupakan alat bantu napas dengan menggunakan canul kecil
ke dalam lubang hidung bayi, hal ini biasanya digunakan untuk bayi yang sering
lupa napas (apnoe).
Ventilator adalah mesin napas yang digunakan untuk bayi yang mempunyai
gangguan nafas berat, hal ini dengan menggunakan selang kecil melalui hidung
atau mulut sampai ke paru (Asmarani,2010).
Pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan BBLR,
tidak jauh berbeda dengan perawatan pada bayi baru lahir normal. Cara
melakukan pengkajian dan perencanaan adalah sama, perbedaannya terletak pada
tehnik-tehnik pelaksanaan tindakan keperawatan. Begitu pula dalam melakukan
evaluasi, kriteria hasil yang ditetapkan dari tiap tahap perencanaan tidak dapat
sekaligus mengharapkan dalam batas normal, namun dilihat dari peluang untuk
seberapa jauh perubahan ke arah normal dapat dicapai (Doengoes, 2001).
Berdasarkan penjelasan diatas terkait kriteria bayi yang dirawat di dalam
inkubator dapat diidentifikasi beberapa masalah keperawatan dan intervensi yang
mungkin pada BBLR selama perawatan dalam inkubator (Martin, 1987) :
Pertukaran gas yang terganggu yang berhubungan dengan kurangnya
surfactant. Perencanaan yang dapat di lakukan adalah mengamati dan melaporkan
tanda-tanda dan gejala-gejala aspirasi seperti, tachypnea, sianosis, gerak cuping
hidung, lalu mempertahankan saluran pernafasan terbuka dengan penyedotan bila
di perlukan, memberikan oksigen bersama dengan pemonitoran gas darah dan
memonitor fungsi pengaturan ventilator, memeriksakan konsentrasi oksigen tiap
jam. Setelah dilakukan perencanaan tersebut maka hasil yang di harapkan adalah
bayi bernafas secara normal atau bernafas ringan dengan ventilator.
Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan air yang tidak
dapat dirasakan dan intake cairan yang tidak adekuat. Perencanaan keperawatan
yang dapat dilakukan adalah mempertahankan jalur intravena dan memonitor
infiltrasi, memberikan cairan yang tepat dan jumlah yang tepat per jam,
mengamati tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit, output urin, membran
Universitas Sumatera Utara
mukus, karakter fontanel, dan menimbang secara harian pada waktu yang sama.
Hasil yang di harapkan adalah bayi kehilangan berat badan minimal dan
bertambah terus.
Berkaitan dengan perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan lebih kecil dari kebutuhan kalori. Maka perencanaan
yang dapat di buat adalah memberikan asupan kalori yang adekuat, mengukur
lingkaran abdomen bila diperlukan, dan membiarkan orangtua berpartisipasi
dalam rencana pemberian makan. Setelah melaksanakan perencanaan tersebut
maka bayi disesuaikan dengan metode pemberian makan dan bayi
mempertahankan pergerakan bowel normal.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tape dan material abrasif
lainnya yang digunakan sebagai alat-alat pemonitoran. Perencanaan yang dapat
dilakukan yaitu memasang sedikit mungkin tape pada kulit, menggunakan opsite
untuk alat-alat kulit lainnya, mempertahankan lotion yang memiliki kontak kulit
langsung dengan minimum, menempatkan bayi pada water bed atau sheepskin,
memutar dan mengatur kembali posisi secara sering. Setelah perencanaan di
lakukan maka hasil yang di harapkan adalah dapat mempertahankan kesehatan
kulit bayi.
Potensial untuk injuri atau tekanan hawa dingin berhubungan dengan
mekanisme pengaturan temperatur immature. Perencanaan yang dapat di lakukan
adalah mempertahankan lingkungan termis normal, memonitor temperatur kulit
dengan cara memeriksa temperatur unit inkubator, menghindari bayi pada
kehilangan panas melalui penguapan, konveksi, konduksi, dan radiasi. Hasil yang
di harapkan dari perencanaan tersebut adalah bayi tidak mengalami tekanan hawa
dingin dan dapat mempertahankan temperatur yang stabil.
Resiko infeksi, potensial berhubungan dengan sistem kekebalan immature.
Perencanaan yang dapat di lakukan adalah membatasi kontak dengan bayi secara
tepat yaitu pantau petugas, orangtua, dan pengunjung terhadap infeksi, lesi kulit,
demam atau herpes, memelihara peralatan individu dan bahan-bahan persediaan
untuk setiap bayi, menginspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan
integritas kulit. Hasil yang di harapkan adalah bayi bebas dari tanda-tanda infeksi.
Masalah keperawatan yang terakhir adalah defisit pengetahuan orangtua
berhubungan dengan perawatan bayi prematur. Perencanaan yang dapat di
lakukan yaitu memberikan informasi yang adekuat dan realistis kepada orangtua
mengenai kondisi bayi, menganjurkan orangtua untuk berkunjung dan melakukan
tugas pengasuhan pada bayi. hasil yang di harapkan yaitu orangtua
mengindikasikan pengetahuan dan keahlian dengan melaksanakan tugas-tugas
pengasuhan dan orangtua mengunjungi NICU secara reguler.
4.1 Lama Perawatan BBLR
Lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung
kasus. Namun biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati
tanggal kelahiran idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari
seharusnya, biasanya mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang lebih 4
minggu, atau lebih cepat dua minggu dari kelahiran idealnya. Pertimbangan
lainnya, bayi akan dipulangkan jika kondisi tubuhnya sudah stabil, organ-organ
Universitas Sumatera Utara
vitalnya sudah berfungsi baik, dan berbagai risiko yang mengancam sudah bisa
dihindari. Salah satu indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap atau
buang air besar dan kecil sudah baik (Rahayu, 2010).
4.2 Perawatan Berorientasi Keluarga
Dewasa ini banyak NICU yang menganjurkan agar para orang tua
melibatkan diri dalam melayani kebutuhan harian pada bayi. Staf NICU mengajari
para orang tua apa yang dapat mereka lakukan, di mana menyimpan keperluan
bayi, serta bagaimana cara memegang, menyentuh dan merawat bayi.
Pelibatan orang tua dalam perawatan bayi berkisar pada penggantian
popok sampai pada pemberian susu. Jika perlu, lebih dari satu kali biasanya
perawat mengajar orang tua cara mengganti popok bayi yang berada di antara
berbagai peralatan yang memonitornya, mencuci mukanya yang kecil dan
merawat bayi ketika berada dalam inkubator. Di hari-hari pertama, mungkin orang
tua baru diperbolehkan untuk hanya menyentuh bayi, tetapi jika bayi sudah cukup
kuat, orang tua dapat merawat bayinya sendiri (Rahayu, 2010).

Anda mungkin juga menyukai