MENTAL
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSI
A. Pengertian
Mental
KBBI (1995 ), mental ; bersangkutan dgn
batin dan watak manusia yang bukan
bersifat badan atau tenaga.
b. Eksternal
Faktor yang ada diluar diri manusia, ( cara
berfikir, cara berperasaan berdasarkan
hati nuraninya )
Lanjutan
Misalnya ; pendidikan agama (keyakinan),
status sosial, hukum,
budaya, sistem pemerintahan.
tubuh.
Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab
dikontrol.
2. Model Psikiatris (Helman, 1990)
Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan
penyebab gangg mental.
Model organik: menekankan pada perubahan
fisik dan biokimia di otak.
Model psikodinamik: berfokus pada faktor
perkembangan dan pengalaman.
Model behavioral: psikosis terjadi karena
kemungkinan2 lingkungan.
3. Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
Muncul karena ketidakpuasan dengan model
biomedis.Dipelopori oleh Helen Flanders
Dunbar (1930-an)
Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh
anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya
tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai
oleh simtom somatik.
Penyakit berkembang melalui saling terkait
secara b’kesinambungan antara faktor fisik
dan mental yang saling memperkuat satu
sama lain melalui jaringan yang kompleks.
Model Timur
Bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990).
1. Holistik sempit
Organisme manusia dilihat sbg suatu sistem
kehidupan yang semua komponennya saling
terkait dan saling tergantung.
2. Holistik luas
Sistem tersebut merupakan suatu bagian
integral dari sistem2 yang lebih luas, dimana
orginasme individual berinteraksi terus
menerus dengan lingkungan fisik dan
sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh
lingkungan tapi jg bisa m’ngaruhi dan
mengubah lingkungan.
1. Ciri-ciri tingkah laku sehat dan normal
Ciri-ciri individu sehat/normal adalah:
1. Bertingkahlaku menurut norma2 sosial yang
diakui.
2. Mampu mengelola emosi.
3. Mampu m’aktualkan potensi-potensi yang
dimiliki.
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan
dan kemampuan tersebut digunakan untuk
menuntun tingkah lakunya.
6. Mampu menunda keinginan sesaat untuk
mencapai tujuan jangka panjang.
7. Mampu belajar dari pengalaman.
8. Biasanya gembira.
Harber&Runyon (1984)
Ciri individu normal adalah:
1. Sikap terhadap diri sendiri: mampu menerima
diri apa adanya, memiliki identitas diri yang
jelas, mampu menilai kelebihan dan
kekurangan diri sendiri secara realistis.
2. Persepsi terhadap realita: pandangan realistis
terhadap diri dan dunia sekitar yang meliputi
orang lain maupun segala sesuatunya.
3. Integrasi: kepribadian menyatu & harmonis,
bebas konflik, toleransi yang baik terhadap
stres.
4. Kompetensi:mengembangkan ketrampilan
dasar b’kaitan dengan aspek fisik, inteligensi,
emosional dan sosial untuk melakukan coping
thd masalah.
5. Otonomi: memiliki ketetapan diri yang kuat,
b’tgjwb, penentuan diri dan memiliki
kebebasan yang cukup thd pengaruh sosial.
6. Pertumbuhan dan aktualisasi diri:
pengembangan ke arah kematangan,
pengembangan potensi dan pemenuhan diri
sebagai pribadi.
Lanjutan Harber&Runyon…
Statistical infrequency
Perspektif ini menggunakan pengukuran
statistik dimana semua variabel yang yang
akan diukur didistribusikan ke dalam suatu
kurva normal atau kurva dengan bentuk
lonceng. Kebanyakan orang akan berada
pada bagian tengah kurva, sebaliknya
abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di
kedua ujung kurva. Kriteri ini biasanya
digunakan dalam bidang medis atau
psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah,
tinggi badan, intelegensi, ketrampilan
membaca, dsb.
Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu
bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi.
Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas
(misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan
gemetar) ketika berada di tengah-tengah
suasana keluarganya yang berbahagia. Atau
seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan
keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat
itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan
adalah tidak diharapkan terjadi.
Violation of norms
Perilaku abnormal ditentukan dengan
mempertimbangkan konteks sosial dimana
perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku sesuai
dengan norma masyarakat, berarti normal.
Sebaliknya jika bertentangan dengan norma
yang berlaku, berarti abnormal. Kriteria ini
mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif
tergantung pada norma masyarakat dan budaya
pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun
1970-an, homoseksual merupakan perilaku
abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi
dianggap abnormal.
Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu
menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan
bagi individu. Tidak semua gangguan
(disorder) menyebabkan distress. Misalnya
psikopat yang mengancam atau melukai
orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa
bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua
penderitaan atau kesakitan merupakan
abnormal. Misalnya seseorang yang sakit
karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif
karena susah untuk menentukan standar
tingkat distress seseorang agar dapat
diberlakukan secara umum.
Disability
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan)
untuk mencapai tujuan karena abnormalitas
yang dideritanya. Misalnya para pemakai
narkoba dianggap abnormal karena pemakaian
narkoba telah mengakibatkan mereka
mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi
akademik, sosial atau pekerjaan.
Dari semua kriteria di atas menunjukkan
bahwa perilaku abnormal sulit untuk
didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang
secara sempurna dapat membedakan
abnormal dari perilaku normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut
berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria
pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat
relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta
waktu.
F. Pengaruh Timbal Balik Antara
Mental dan Fisik
"Dalam badan yang sehat terdapat Mental
yang sehat "