Anda di halaman 1dari 42

Tafsir Surat Al-Ashr

Company
LOGO
Kerangka Maddah

Muhtawa Tujuan Umum

Mawashofat yang
ingin dicapai
Tujuan Khusus

Sasaran Kerangka Sasaran Afektif


Pembelajaran Maddah

Sarana Evaluasi Sasaran


dan Mutaba’ah Psikomotorik

Pilihan Kegiatan Kegiatan


Pendukung Pembelajaran
I. TUJUAN UMUM

1. Memperkuat tali ikatan dengan Kitabullah


2. Dasar pemahaman yang benar
3. Penanaman cinta
4. Penguasaan untuk mengajarinya,
5. Merasa terikat dengan taujihnya,
6. Mengamalkan kandungannya,
7. Memurnikan sasaran-sasaran dengan
menyesuaikan ruang dan waktu,
8. Kembali kepada Al-Qur’an ketika
berselisih.
Rasm
II. TUJUAN KHUSUS

1. Menjelaskan kosa kata dan dilalah-nya


2. menjelaskan tentang sikap Hakikat
waktu
3. Menjelaskan sikap orang beriman
dalam menyikapi kehidupan di dunia
4. Menjelaskan sikap mukmin terhadap
waktu
5. Hakikat orang-orang yang beruntung

Rasm
III. SASARAN APLIKATIF DAN PSIKOMOTORIK.

1. Baik bacaannya, hapalan dan pemahaman


kandungan surat.
2. memperindah bacaan Al-Qur’an
3. Mengokohkan dirinya dengan pelajaran-pelajaran
dibalik surat Al-Qur’an
4. Senantiasa ikhlas dalam setiap pekerjaan.
5. Tetap bertawakal kepada Allah dan bergantung
kepada-Nya
6. Merenungkan ciptaan Allah di dalam jiwa dan
cakrawala.

Rasm
III. SASARAN APLIKATIF DAN PSIKOMOTORIK.

7. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran


8. Sadar bahwa dirinya berkewajiban memberi
peringatan karena Allah swt.
9. Merasakan karunia Allah dengan diutusnya seorang
Rasul mulia saw.
10.Mencari petunjuk dari ayat-ayat Allah swt. dalam
pembahasan ilmiah.
11.Merefleksikan nikmat Allah dengan penuh ketaatan
dan jihad dalam jalan-Nya
12.Memperindah bacaan surat Al-‘Ashr
IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:


1. Kegiatan Pembuka
Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Tafsir surat Al-Asr
2. Kegiatan Inti
• Kajian tentang Tafsir surat Al-Asr
• Berdikusi dan tanya jawab seputar pokok bahasan ( lihat tujuan Kognitif,
afektif dan psikomotor
• Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam
materi tersebut
3. Kegiatan Penutup
• Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)
• Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)

Rasm
V. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.

1. Belajar membaca surat Al-Qur’an dan menghapalnya


2. Mendokumentasikan film yang berbicara tentang kehebatan Al-Qur’an.
3. Merangkum inti-inti surat dan menulisnya pada kertas di dinding agar mudah
dihafal .
4. Menulis cerita yang berkenaan dengan kemulian orang yang bertaqwa dan
kehinaan orang yang durhaka
5. Mengadakan Rihlah individu untuk merenungi ayat-ayat Allah.
6. Mengadakan halaqah tahsin Al-Qur’an beserta tafsir untuk remaja dan
pemuda.
7. Membahas rahasia-rahasia dan mukjizat yang ada dalam Al-Qur’an
8. Melengkapi buku-buku kaset video dan kaset tafsir yang sederhana
9. Melengkapi kaset-kaset muratal di perpustakaan masjid seperti murattal
Syaikh Mahmud Al-Hushori.

Rasm
VI. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH

1. Menguji peserta sekitar hukum-hukum tajwid


baik teori maupun praktek
2. Menguji hafalan surat setiap peserta secara
lafazh dan maknanya
3. Mengevaluasi perilaku peserta dan
komitmennya terhadap adab-adab Al-Quran
4. Membuat format untuk mengevaluasi
keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan di atas

Rasm
VII. SASARAN PEMBELAJARAN

1. Paruh kedua dari Juz Amma (Al-‘ala s/d An-nas)


2. Menjelaskan makna dari kosakata dan dilalah yang ada
3. Menerangkan kesesuian risalah Islam dengan ciptaan Allah.
4. Menyebutkan tugas-tugas Rasul dari kesimpulan surat tersebut .
5. Menjelaskan kehancuran orang-orang zhalim dan dampaknya
dalam kemenangan dakwah para da’i, dan meluasnya dakwah
islamiyyah.
6. Menerangkan rahasia dibalik ujian Allah, dan pengaruh ujian
tersebut terhadap manusia, dan bagaimana sikap seorang
mukmin menghadapinya.
7. Menjelaskan fadilah menyegerakan berbuat kebajikan.
8. Memaparkan peranan dai dalam menyebarluaskan akhlak islami

Rasm
Muwashafat yang ingin dicapai

SALIMUL AQIDAH
1. Mengimani rukun iman
2. Tidak bersumpah dengan selain Allah swt
3. Tidak tasya'um (merasa sial karena melihat atau
mendengar sesuatu)
4. Mengikhlaskan amal untuk Allah swt
5. Mensyukuri nikmat Allah swt saat mendapatkan nikmat
6. Menjadikan syetan sebagai musuh
7. Tidak mengikuti langkah-langkah syetan
Muwashafat yang ingin dicapai

• SHAHIHUL IBADAH
1. Ihsan dalam shalat
2. Bersemangat untuk shalat berjamaah
3. Bersemangat untuk berjamaah di masjid
4. Menjauhi dosa besar
5. Hafal surat Adh-dhuha sampai An-Naas
6. Qiyamul-Lail minimal sekali sepekan
7. Berpuasa sunnat minimal sehari dalam sebulan
8. Komitmen dengan wirid tilawah harian
9. Berdoa pada waktu-waktu utama
10. Menutup hari-harinya dengan bertaubat dan beristighfar
Muwashafat yang ingin dicapai

• MATINUL KHULUQ
1. Tidak menjadikan orang buruk sebagai
teman / sahabat
2. Tidak memotong pembicaraan orang lain
3. Tidak mencibir dengan isyarat apapun
4. Menyayangi yang kecil
5. Menghormati yang besar
6. Menyimpan rahasia
Muwashafat yang ingin dicapai

• QADIRUN ALAL KASBI


1.Tidak menunda dalam
melaksanakan hak orang lain
2.Menjaga fasilitas umum
3.Menjaga fasilitas khusus
Muwashafat yang ingin dicapai

• MUTSAQAFUL FIKRI
1.Baik dalam membaca dan menulis
2.Memperhatikan hukum-hukum tilawah
3.Mengkaji marhalah Makkiyah dan
menguasai karakteristinya
4.Tidak menerima suara-suara miring tentang
kita
5.Membaca satu juz tafsir Alquran (juz 30)
Muwashafat yang ingin dicapai

• HARITSUN ‘ALA WAQTIHI


1.Bangun pagi
2.Menghabiskan waktu untuk belajar
• MUJAHIDUN LINAFSIHI
1.Menjauhi segala yang haram
2.Menjauhi tempat-tempat maksiat
3.Menjauhi tempat-tempat bermain yang
haram
Rasm
Muwashafat yang ingin dicapai

• MUNAZHAM FI SYU’UNIHI
–Memperbaiki penampilannya
• NAFI’UN LIGHAIRIHI
– Membantu yang membutuhkan
– Ikut berpartisipasi dalam kegembiraan
– Memberi petunjuk orang tersesat
VIII. Muhtawa

‫ين آ َ َمنُوا‬ ْ ‫ان لَ ِفي ُخ‬


َ ‫) ِإ ََّّل الَّ ِذ‬2( ‫س ٍر‬ َ ‫س‬ َ ‫اْل ْن‬
ِ ْ ‫) ِإ َّن‬1( ‫ص ِر‬ْ َ‫َوا ْلع‬
‫ص ْب ِر‬
َّ ‫ص ْوا ِبال‬َ ‫ق َوت َ َوا‬ِ ‫ص ْوا ِبا ْل َح‬
َ ‫ت َوت َ َوا‬ ِ ‫صا ِل َحا‬ َّ ‫َوع َِملُوا ال‬
)3(
1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.

Rasm
‫‪ALUR MATERI‬‬
‫ا ْل ُمقَ ِد َمةُ‬
‫أَ َه ِميَّةُ ا ْل َو ْق ِ‬
‫ت فِي ا ْل َحيَا ِِ‬
‫س ُم ِبا ْل َو ْق ِ‬
‫ت‬ ‫ا ْلقَ َ‬
‫أَ َه ِميَّةُ ا ْل َحيَا ِِ ا ْل ُم ْنبَثِقَةُ ِم َن ا ْل َو ْق ِ‬
‫ت‬

‫ا ْل ُخ ْ‬
‫س َر ُ‬
‫ان‬ ‫أَحْ َوا ٌل َكثِي ٌْر ِم َن النَّ ِ‬
‫اس فِي الد ْن َيا‬ ‫ص ُر‬
‫العَ ْ‬
‫اْل ْي َم ُ‬
‫ان‬ ‫ِ‬
‫صا ِل َحةُ‬
‫األ َ ْع َما ُل ال َّ‬
‫ان‬ ‫سالَ َم ِة ِم َن ا ْلخ ْ‬
‫س َر ِ‬ ‫ا ْل َحل ِلل َّ‬

‫ص ْوا ِبا ْل َح ِ‬
‫ق‬ ‫الت َّ َوا َ‬

‫ص ْب ِر‬ ‫الت َّ َوا َ‬


‫ص ْوا ِبال َّ‬
Pendahuluan

•Surat Al-Ashr adalah


Makkiyah yaitu turun
sebelum hijrah nabi saw ke
madinah
•Surat ini terdiri dari 3 ayat.
HUBUNGAN SURAT

 Hubungan surat Al-Ashr dengan surat sebelumnya:


1. Pada surat At Takaatsur Allah menerangkan keadaan
orang yang bermegah-megahan dan disibukkan oleh
harta benda sehingga lupa dari mengingat Allah, sedang
surat Al ’Ashr menerangkan bahwa manusia akan
merugi, kecuali kalau mereka beriman, beramal salih
dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran.
2. Pada surat At Takaatsur Allah menerangkan sifat orang
yang mengikuti hawa nafsunya, sedang pada surat Al
’Ashr menerangkan sifat orang-orang yang tidak merugi
dengan tidak mengikuti hawa nafsu.
HUBUNGAN SURAT

 Hubungan surat Al-Ashr dengan


surat sesudahnya:
Pada surat Al-Ashr Allah
menerangkan sifat-sifat orang yang
tidak merugi, sedang dalam surat Al-
Humazah Allah menerangkan
beberapa sifat orang yang selalu
merugi
Kedudukan Surat Al-Ashr

Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menegaskan tentang


kedudukan surat Al ‘Ashr, beliau berkata:

ِ ‫اس َه ِذ ِه الس ْو َرةَ لَ َو‬


‫سعَتْ ُه ْم‬ ُ َّ‫لَ ْو ت َ َدبَّ َر الن‬
“Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan)
surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.”
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al


Imam Asy Syafi’i itu adalah tepat karena Allah telah
mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi
(celaka) kecuali barang siapa yang mu’min (beriman) lagi shalih
(beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling
berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas
kesabaran. (Lihat Majmu’ Fatawa, 28/152)
Keutamaan Surat Al-Ashr

Al Imam Ath Thabrani menyebutkan


dari Ubaidillah bin Hafsh, ia berkata:
“Jika dua shahabat Rasulullah SAW
bertemu maka keduanya tidak akan
berpisah kecuali setelah salah satu
darinya membacakan kepada yang
lainnya surat Al ‘Ashr hingga selesai,
kemudian memberikan salam.” (Al
Mu’jamu Al Ausath no: 5097,
dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di
dalam Ash Shahihah no. 2648)
‫‪Sayyid Qutb berkata:‬‬
‫ِ يََ َ َ ََّّثُ َ ث ْه َج‬ ‫ت الثََََّّ ِ‬ ‫ص ِغي َْر ِة ذَات اآليَا ِ‬ ‫س ْو َر ِة ال َّ‬ ‫ِفي َه ِذ ِه ال ُّ‬
‫اس ْس ثََ ‪َ .‬وَ َ ْر ثرز َ عَثثا َِ‬
‫ل‬ ‫يث ِثريَّ َِ َك َ ثثا ي ِر ْيثثه َها ِ‬ ‫َكا ِ ثثُ ِل ْح َييَثثا ِة ْالرَ َ‬
‫ضثِِ َوأ َ َه ِّ ِ‬ ‫يثا ِ حَ َِ فِثي أ َ ْو َ‬ ‫اس ْي َ اهِي ِر َي ِق ْيقََِث ِ ْال َك ِري َْثرةِ ال َّ‬ ‫ص ُّو ِر ِ‬ ‫الَ َّ َ‬
‫ص ْو َرةٍ ‪.‬‬
‫ثار ‪.‬‬ ‫صث ٍ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ت‬ ‫ِ‬ ‫ثا‬‫ث‬ ‫َ‬ ‫ح‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ثي‬ ‫ث‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫ث‬ ‫َّ‬ ‫اس ْس ثََ ِ َّ‬
‫ي كح‬ ‫ضثثل ال ُّه ْسثثَ ْو َر ِ‬ ‫ِإهَّ َجثثا َ َ َ‬
‫ايث َهةٍ‬ ‫صف األ َّ ََ ْال ْس ِح َ ََ ‪َ :‬ي ِق ْيقََ َجثا َو َو ِِ ْيَََ َجثا ‪ِ .‬فثي آيَث ٍَ َو ِ‬ ‫َوَ َ ِ‬
‫اس ْج َاثاز الَّث ِذي الَ‬ ‫س ْثو َر ِة ‪َ . .‬و َهثذَا ه َثو ِ‬ ‫ثَ ال ُّ‬ ‫ِهي اآليََ الََّّا ِلَََّ ِ َ‬
‫جحَ ْي ِ ِإالَّ هللا ‪. .‬‬ ‫يَ ْق ِهر َ‬
Sayyid Qutb berkata:
Dalam surat pendek berjumlah tiga ayat ini merupakan
representasi sempurna akan kehidupan insan
sebagaimana yang diinginkan oleh Islam.. Menampakkan
karakteristik tashawwur (sudut pandang) keimanan
dengan hakikatnya yang besar dan komprehenship secara
gamblang dan detail sekali.
Ini merupakan dasar-dasar Islam yang terdapat dalam
kata-kata singkat, menunjukkan karakter seorang muslim:
hakikat dan tugasnya, yang terdapat dalam satu ayat yaitu
ayat ketiga dari surat ini, dan ini merupakan kemukjizatan
Al-Qur’an yang tidak ada seorangpun mampu
membuatnya kecuali Allah SWT
Pentingnya Waktu dalam Kehidupan

ْ َ‫َوا ْلع‬
‫ص ِر‬
Demi masa.
Allah bersumpah dengan al ‘ashr yang bermakna waktu, zaman atau
masa. Pada zaman/masa itulah terjadinya amal perbuatan manusia
yang baik atau pun yang buruk. Jika waktu atau zaman itu digunakan
untuk amal kebajikan maka itulah jalan terbaik yang akan menghasilkan
kebaikan pula. Sebaliknya jika digunakan untuk kejelekan maka tidak
ada yang dihasilkan kecuali kerugian dan kecelakaan. Itulah kehidupan
manusia.
Rasulullah saw bersabda:
‫الص َّح ُة َوا ْل َف َرا ُغ‬ ٌ ُ ‫نِ ْع َمتَا ِن َم ْغب‬
ِ ‫ون فِ ْي ِه َما َكثِ ْي ٌر ِم َن ال َّن‬
ِ :‫اس‬
“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya;
kesehatan, dan waktu senggang” (At Tirmidzi no. 2304, dari
sahabat Abdullah bin Abbas)
Waktu adalah Kehidupan
Pentingnya hidup yang memancar melalui waktu

Di hari kiamat kelak Allah akan menanyakan tentang umur


seseorang, untuk apa dia pergunakan. Sebagaimana hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, beliau
bersabda:
َ ‫ع ُم ِر ِه فِي َم أَ ْفنَاهُ َوع َْن‬
‫شبَا ِب ِه فِي َم‬ ُ ‫ع ْن َخ ْم ٍس ع َْن‬ َ ‫سأ َ َل‬ ْ ُ‫الَ تَ ُزو ُل قَ َد ُم ا ْب ِن آ َد َم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة ِم ْن ِع ْن ِد َر ِب ِه َحتَّى ي‬
َ ‫سبَهُ َوفِي َم أَ ْنفَقَهُ َو َماذَا ع َِم َل فِي َما‬
‫ع ِِل َم‬ َ َ‫أَ ْبالَهُ َو َما ِل ِه ِم ْن أَ ْي َن ا ْكت‬
“Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari
kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang lima
perkara;
1. Umurnya untuk apa ia gunakan,
2. Masa mudanya untuk apa ia habiskan,
3. Hartanya dari mana ia dapatkan
4. Hartanya untuk apa ia belanjakan,
5. Ilmunya apakah diamalkan”. (At Tirmidzi no. 2416 dan
dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash
Shahihah no. 947)
Nabi saw bersabda:

ُ‫سه‬َ ‫ب فِ ْي َها نَ ْف‬ ُ ‫س‬ ِ ‫عةٌ يُ َحا‬ َ ‫سا‬ َ ‫اجى فِ ْي َها َربَّهُ َو‬ ِ َ‫ساعَةٌ يُن‬ َ ٌ‫ساعَات‬ َ ُ‫ع ْق ِل ِه أ َ ْن يَك ُْو َن لَه‬
َ ‫علَى‬ َ ‫علَى ا ْلعَاقِ ِل َما لَ ْم يَك ُْن َم ْغلُ ْوبًا‬ َ
‫علَى ا ْلعَاقِ ِل أ َ ْن َّلَ يَك ُْو َن‬َ ‫ب َو‬ ِ ‫ساعَةٌ يَ ْخلُ ْو فِ ْي َها ِل َحا َجتِ ِه ِم َن ا ْل َم ْطعَ ِم َوا ْل َمش َْر‬ ِ ‫ص ْن ِع‬
َ ‫هللا َو‬ َ ‫ساعَةٌ يَتَفَك َُّر فِ ْي َها فِى‬ َ ‫َو‬
ً‫علَى ا ْلعَاقِ ِل أ َ ْن يَك ُْو َن بَ ِصي ًْرا ِب َز َمانِ ِه ُم ْق ِبال‬ َ ‫غي ِْر ُم َح َّر ٍم َو‬ َ ‫اش أ َ ْو لَذًَِّ فِى‬ ٍ َ‫ث ت َ َز َّو ُد ِل َمعَا ٍد أ َ ْو َم ْر َمةً ِل َمع‬ٍ َ‫َظا ِعنًا ِإَّلَّ ِلثَال‬
‫ع َم ِل ِه قَ َّل َكالَ ُمهُ ِإَّلَّ ِف ْي َما َي ْع ِن ْي ِه‬
َ ‫ب َكالَ ِم ِه ِم ْن‬ ِ ‫س‬َ ‫سا ِن ِه َو ِم ْن َح‬َ ‫ظا ِل ِل‬ ً ‫علَى شَأ ْ ِن ِه َحا ِف‬ َ
• Orang yang berakal selama belum hilang akalnya membagi hidupnya pada 4 waktu:
1. Waktu untuk bermunajat (ibadah) kepada Allah
2. Waktu untuk muhasabah diri
3. Waktu untuk tafakkur terhadap ciptaan Allah
4. Waktu untuk memenuhi kebutuhannya dari makan dan minum
• Orang yang berakal tidaklah akan bekerja dengan sungguh-sungguh kecuali untuk tiga
perkara:
1. Memperbanyak untuk hari akhir
2. Meningkatkan kemampuan untuk kehidupan
3. Meraih kenikmatan selama bukan yang haram
• Orang yang berakal harus senantiasa sadar dalam menjaga waktu, perhatian dengan
kondisinya dan menjaga lisannya. Dan cukuplah baginya ucapan daripada perbuatan dengan
sedikit berbicara kecuali yang bermanfaat (Ibnu Hibban)
Nabi saw bersabda:

‫س َال ِم ا ْل َم ْر ِء ت َ ْر ُكهُ َما ََّل‬ ْ ‫ِم ْن ُح‬


ْ ‫س ِن ِإ‬
‫يَ ْعنِي ِه‬
Diantara Ihsannya Islam seseorang
adalah meninggalkan sesuatu yang
tidak bermanfaat (Muwattha Imam
Malik)
Mayoritas manusia merugi

ْ ‫ان لَ ِفي ُخ‬


‫س ٍر‬ َ ‫س‬َ ‫اْل ْن‬
ِ ْ ‫ِإ َّن‬
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

Manusia dalam kerugian dan kesesatan, kekufuran


dan kebinasaan, karena ia terjerumus ke dalam
kemaksiatan dan kekufuran serta dosa-dosa yang
dipilihnya sendiri. Manusia bagai tenggelam dalam
kerugian yang mengelilinginya dari berbagai penjuru.
Sebab itu telah melakukan dosa terhadap hak-hak
Allah yang memelihara dan memberinya berbagai
nikmat dan kebaikan.
Mayoritas manusia merugi

• Lafazh al insan pada ayat di atas secara kaidah tata


bahasa Arab mencakup keumuman manusia tanpa
terkecuali. Allah tidak memandang agama, jenis kelamin,
status, martabat, dan jabatan, melainkan Allah
mengkhabarkan bahwa semua manusia itu dalam keadaan
celaka kecuali yang memilki empat sifat yang terdapat pada
kelanjutan ayat tersebut.
• Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini ada dua macam:
• Kerugian yang bersifat mutlak, seperti keadaan orang
yang merugi di dunia dan di akhirat, yang dia
kehilangan kenikmatan dan diancam dengan balasan di
dalam neraka jahim.
• Kerugian tidak mutlak yang menimpa seseorang akan
namun hanya sebagian saja. (Taisir Karimirrahman,
karya Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di)
Solusi Agar selamat dari Kerugian

‫ص ْب ِر‬
َّ ‫ص ْوا ِبال‬ ِ ‫ص ْوا ِبا ْل َح‬
َ ‫ق َوت َ َوا‬ َ ‫ت َوت َ َوا‬ َّ ‫ين آ َ َمنُوا َوع َِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫ِإ ََّّل الَّ ِذ‬
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.

Manusia, semuanya merugi karena dosa yang membinasakan


kecuali yang dipelihara Allah dan ditunjukkan kepada kebaikan, seperti:
1. Orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-Nya, dan rasul-rasul-
Nya dengan keimanan yang tulus.
2. Orang-orang yang mengerjakan amal shalih yang berguna dan diridhai
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.
3. Orang-orang yang senantiasa menasihati yang lain tentang kebenaran
dan keteguhan yang didukung oleh dalil yang kuat dan syairah yang
tepat.
4. Orang-orang yang senantiasa menasihati yang lain untuk bersabar
menghadapi hal-hal yang tidak disukai dan berbagai kesulitan.
Solusi Agar selamat dari Kerugian

Pertama: Keimanan
 Sifat yang pertama adalah beriman, diambil dari penggalan ayat:
‫ِإالَّ الَّذ ْي َن َءا َمنُ ْوا‬
“Kecuali orang-orang yang beriman”
 Iman adalah keimanan terhadap seluruh apa yang Allah perintahkan untuk
mengimaninya, dari beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
malaikat-malaikat-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir, serta segala
sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Allah dari keyakinan-keyakinan yang
benar dan ilmu yang bermanfaat.
 Penggalan ayat di atas memiliki kandungan makna yang amat berharga
yaitu tentang kewajiban menuntut ilmu agama yang telah diwariskan oleh
Nabi.
 Mengapa demikian? Tentu, karena tidaklah mungkin seseorang mencapai
keimanan yang benar dan sempurna tanpa adanya ilmu pengetahuan terlebih
dahulu dari apa yang ia imani dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Solusi Agar selamat dari Kerugian

Kedua: Beramal shalih


 Sifat yang kedua adalah beramal shalih, diambil dari penggalan ayat
(artinya):
‫ت‬ َّ ‫َوع َِمِلُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
“Dan beramal shalih.”
 Amalan shalih itu mencakup amalan zhahir yang dikerjakan oleh
anggota badan maupun amalan batin, baik amalan tersebut bersifat
fardhu (wajib) atau pun bersifat mustahab (anjuran).
 Keterkaitan antara iman dan amal shalih itu sangatlah erat dan tidak
bisa dipisahkan. Karena amal shalih itu merupakan buah dan
konsekuensi dari kebenaran iman seseorang. Atas dasar ini para ulama’
menyebutkan salah satu prinsip dasar dari Ahlus Sunnah wal jama’ah
bahwa amal shalih itu bagian dari iman. Iman itu bisa bertambah
dengan amalan shalih dan akan berkurang dengan amalan yang jelek
(kemaksiatan)
Solusi Agar selamat dari Kerugian

 Oleh karena itu, dalam Al Qur’an Allah banyak


menggabungkan antara iman dan amal shalih dalam satu
konteks, seperti dalam ayat ini atau ayat-ayat yang lainnya.
Diantaranya firman Allah (artinya): “Barangsiapa yang
mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di: “Jika dua sifat (iman
dan amal shalih) di atas terkumpul pada diri seseorang maka dia
telah menyempurnakan dirinya sendiri.” (Taisir Karimirrahman)
Solusi Agar selamat dari Kerugian

Ketiga: Saling menasehati dalam kebenaran


 Merupakan salah satu dari sifat-sifat yang menghindarkan
seseorang dari kerugian adalah saling menasehati diantara
mereka dalam kebenaran, dan di dalam menjalankan ketaatan
kepada Allah serta meninggalkan perkara-perkara yang
diharamkan-Nya.
 Nasehat merupakan perkara yang agung, dan merupakan
jalan rasul di dalam memperingatkan umatnya, sebagaimana
Nabi Nuh ketika memperingatkan kaumnya dari kesesatan: “Dan
aku memberi nasehat kepada kalian.” (Al A’raaf: 62).
Kemudian Nabi Hud yang berkata kepada kaumnya: “Aku
hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Al A’raaf:
68)
Solusi Agar selamat dari Kerugian

Dengan nasehat itu maka akan tegak agama ini, sebagaimana


sabda Rasulullah di dalam haditsnya:
ُ‫ص ْي َحة‬
ِ َّ‫ال ِدِّي ُْن الن‬
“Agama ini adalah nasehat” (Muslim no. 90 dari shahabat Tamim
Ad Daari)
 Bila nasehat itu mulai kendor dan runtuh maka akan runtuhlah
agama ini, karena kemungkaran akan semakin menyebar dan
meluas. Sehingga Allah melaknat kaum kafir dari kalangan Bani
Israil dikarenakan tidak adanya sifat ini sebagaimana firman-Nya
(artinya): “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan
mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang mereka perbuat.” (Al Maidah: 79)
Solusi Agar selamat dari Kerugian

Keempat: Saling menasehati dalam kesabaran


Saling menasehati dalam berbagai macam kesabaran,
sabar di atas ketaatan terhadap Allah ? dan menjalankan
segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sabar
terhadap musibah yang menimpa serta sabar terhadap
takdir dan ketetapan-Nya.
Orang-orang yang bersabar di atas kebenaran dan saling
menasehati satu dengan yang lainnya, maka
sesungguhnya Allah telah menjanjikan bagi mereka pahala
yang tidak terhitung, Allah berfirman (artinya):
‫ب‬ َ ‫ون أَ ْج َر ُه ْم ِبغَ ْي ِر ِح‬
ٍ ‫سا‬ َّ ‫ِإنَّ َما يُ َوفَّى ال‬
َ ‫صا ِب ُر‬
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az
Zumar:10)
Solusi Agar selamat dari Kerugian

Jika telah terkumpul pada diri seseorang keempat


sifat ini, maka dia telah mencapai puncak
kesempurnaan. Karena dengan dua sifat pertama
(iman dan amal shalih) ia telah menyempurnakan
dirinya sendiri, dan dengan dua sifat terakhir (saling
menasehati dalam kebenaran dan dalam
kesabaran) ia telah menyempurnakan orang lain.
Oleh karena itu, selamatlah ia dari kerugian, bahkan
ia telah beruntung dengan keberuntungan yang
agung.
Penutup

Surat Al ‘Ashr semoga dapat memberikan


bimbingan kepada kita semua di dalam
menempuh agama yang telah diridhai oleh
Allah ini. Dan tentunya kita berharap agar
dapat memiliki 4 sifat yang akan
menyelamatkan kita dari kerugian baik di
dunia maupun di akhirat.
Amin, Ya Rabbal ‘alamin.

Anda mungkin juga menyukai