Anda di halaman 1dari 69

PSIKOLOGI KLINIS

Dra. Unandari S, Psik


BAB I
PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS

Pengertian-pengertian dasar
- Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang
menangani gangguan kejiwaan.
- Psikologi klinis :

a. Tahun 1530, Philip Melachton mengatakan


bahwa materi psikologi adalah gabungan dari
faal tubuh, malaikat, setan, Tuhan, yang muncul
pada gejala perilaku.
b. Fungsionalis mengganggap materi psikologi
adalah mental atau fungsi psikis seperti emosi
dan daya pikir.
Lanjutan
c. Tahun 1920, Watson, materi psikologi
berdasarkan kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan yang objektif, yang harus
dapat diukur dan diamati, yaitu perilaku.
d. Lebih rumit perkembangan psikologi
selanjutnya, karena mengikuti
perkembangan filsafat, terutama tentang
manusia dan metodologi.
PSIKOLOGI KLINIS DAN
PSIKOLOGI
Dari sejarah, wacana psikologi yang paling
tua adalah psikologi klinis
Kenyataannya sering wacana psikologi
klinis justru berkembang berdasarkan
penggunaan kaidah-kaidah psikologi
Pilar psikologi adalah sub-sub disiplin ilmu
psikologi, yaitu
- Psikologi umum, psikologi perkembangan,
psikologi sosial, psikologi kepribadian.
PEMAHAMAN DASAR
1. Psikologi klinis merupakan ilmu yang menerapkan
psikologi abnormal sebagai ilmu dasarnya.
2. Psikologi abnormal merupakan kelanjutan dari
psikologi kepribadian.
3. Ilmu psikologi merupakan studi tentang perilaku dan
penghayatan atas pengalaman seseorang. Psikologi
klinis membahas perilaku individu secara khas/unik
(particular individual).
4. Hippocrates, psikologi klinis yakin bahwa perilaku
termasuk gejala sakit bersumber dari otak yang
disubtitusi dengan ‘psike’ atau ‘jiwa’ atau ‘mental’
atau ‘mind’
Definisi Psikologi Klinis
• Lightner Witmer (1912)
“Psikologi klinis adalah metode yang digunakan untuk
mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan
hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik
penanganan pedagogis”.
• Woodworth (1937) – Goldenberg (1983)
“Psikolog klinis adalah penasehat/advisor profesional yang
menggunakan peralatan ilmiah dan memberikan konseling pada
individu dalam berbagai area penyesuaian diri yang penting”.
• APA (American Psychologycal Association)
“Psikologi klinis adalah wujud psikologi terapan yang
bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristika
individu yang dilakukan melalui metode pengukuran, analisis
dan memberikan saran serta rekomendasi, agar individu mampu
melaksanakan penyesuaian diri secara patut”.
Orientasi Psikologi Klinis
Hubungan yang jelas dan erat antara
psikologi klinis, psikologi abnormal dan
psikiatri. Konsep maladjustment penting
dalam psikologi abnormal, yaitu studi
tentang segala hal yang terkait dengan
kesulitan dan masalah-masalah
penyesuaian diri.
Psikopatologi tradisional memasukkan
bidang psikologi abnormal dan psikiatri
dalam 1 konsep yang menganggap
malajustment dlm pngertian sakit mental.
Titik Pandang Dasar Psikologi Klinis
Psikologi klinis
Psikologi klinis lebih berfikir
tentang manusia sebagai konsep
penyesuaian diri dan penyesuaian diri
kembali, berproses secara konstan,
dengan proses adaptasi terhadap
lingkungannya maupun kecenderungan-
kecenderungan yang ada di dalam dirinya
sendiri.
Tugas Psikolog Klinis
• Memahami masalah-masalah klien/pasien dan cara klien
menyelesaikan problemnya.
• Jika penyelesainnya tepat disebut penyesuaian yang baik;
kalau tidak tepat mengindikasikan ketidaksesuaian,
maladptif atau psikopatologi.

Peran Psikolog Klinis


• Terapi/psikoterapi
• Asesmen
• Mengajar
• Konsultasi
• Administrasi
• Penelitian
3 landasan kompetensi Psikolog klinis
• Pemahaman akademik
• Pengalaman riset/penelitian
• Pengalaman klinis

Ciri/sifat Psikolog Klinis


• Memiliki orientasi-ilmiah profesional
• Menampilkan kompetensi psikolog klinis
• Menampilkan kompetensi klinikus
• Ilmiah, karena pakai metode ilmiah
• Profesional
Setting Psikologi Klinis
Di pusat kesehatan mental masyarakat (Community mental helath
centres) Rumah sakit jiwa. Terdapat 12 macam pelayanan bagi pasien,
yaitu :
a. Inpatient hospitalization
b. Outpatient services
c. Partial hospitalization
d. Emergency services
e. Consultation and community education
f. Services for children
g. Services for the elderly
h. Screening services
i. Follow-up care
j. Transitional services
k. Alcoholism services
l. Drug addiction services
Setting Psikologi Klinis
1. Rumah sakit jiwa
2. Praktek pribadi
3. Rumah sakit umum
4. Pusat pelayanan untuk anak dan remaja
5. Universitas dan perguruan tinggi
6. Sistem sekolah
7. Penjara, pengadilan dan departemen
kepolisian
8. Pemerintah dan industri
Aspek- aspek kepribadian
1. Motivasi
2. Kapasitas
3. Pengendalian (fungsi kontrol)
5 wujud pengendalian
1. Pengendalian berlebih (over control) atau
repressi.
2. Pengendalian lemah (under control/over
expressiveness).
3. Pengendalian tentatif (tentative control) atau
cemas.
4. Pengendalian terganggu: pengendalian
(anxiety) tidak adekuat.
5. Pengendalian yang ideal : pengendalian yang
memunculkan penyesuaian yang tepat, pas.
BAB II
Normal dan Abnormal Dalam Psikologi
• Istilah-istilah gangguan kejiwaan
• Perilaku abnormal (abnormal behavior)
Untuk menggambarkan tampilan kepribadian dalam (inner personality)
atau perilaku luar (outer behavior). Perilaku spesifik seperti:
- Fobia
- Pola gangguan schizophrenia
- Intoksikasi obat-obat dengan simptom yang akut atau temporer.

• Perilaku maladaptif (maladaptive behavior)


Pemahaman tingkah laku abnormal yang bersifat konseptual yang
memasukkan pengertian bahwa tingkah laku/setiap tingkah laku
memiliki konsekuensi yang tidak diharapkan, seperti:
- Perilaku psikosis
- Perilaku neurotis
- Perilaku bisnis yang tidak etis
Gangguan mental (mental disorder) = untuk
pola perilaku yang abnormal, rentang lebar
dari paling ringan sampai paling berat.
Gangguan emosional (emotional
disturbance) = integrasi kepribadian yang
tidak adekuat dan distress personal.
Psikopatologi
Sakit mental
Gangguan mental
Gangguan perilaku
Gila (insanity)
Gangguan Kejiwaan Dalam Pandangan
Akademis
Ada 3 pengertian utama:
1. Menyimpang dari standar kultural atau sosial
- Ullamn dan Krasner, betitik tolak dari
pengertian abnormal sebagai ciri pada
perilaku menyimpang dari harapan-harapan
sosial
- Tak ada perilaku abnormal selama
masyarakat menerimanya. Dengan kata lain,
tak ada masyarakat yg sakit, karena ukuran
sehat ada pada masyarakat sendiri
2. Ketidakmampuan menyesuaikan diri.
Perilaku abnormal adlh perilaku maladaptif
ketika individu berada dalam kondisi dan atau
situasi yang menuntutnya melakukan tindakan
menyesuaikan diri dengan baik.
3. Menyimpang secara statistik
- Yang paling mudah untuk dipahami didalam
kriteria statistik misalnya fungsi mental =
kecerdasan.
- Taraf kecerdasan 90 dan 110 adalah normal
- Kurang dari 90 termasuk rendah/abnormal,
lebih dari 110 termasuk tinggi/sub normal
Pengertian sehat mental
1. World Federation for mental health (1948)
“kondisi yang optimal dari aspek intelektual dan aspek
emosional yang cukup mantap dan stabil, sehingga
perilakunya tak mudah goncang oleh situasi yang berubah di
lingkungan”.
2. Karl Menninger
“penyesuaian manusia terhadap lingkungannya dengan
keefektifan dan kebahagiaan yang optimal”
3. HB. English
“keadaan yang relatif menetap, dimana seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan baik, memiliki semangat hidup
yang tinggi dan terpelihara dan berusaha mencapai
aktuialisasi diri, atau realisasi diri yang optimal”.
4. W.W. Boehm
“Kondisi dan taraf p[emfungsian sosial yang dapat diterima
5. Coleman & Broen, Jr
a. Sikap terhadap diri sendiri yang positif
b. Persepsi atas realitas, pandangan realistik atas diri sendiri,
dunia, orang, benda-benda nyata.
c. Keutuhan (integrasi)
d. Kompetensi
e. Otonomi
f. Pertumbuhan atau aktualisasi diri.

6. Killander
Ciri-ciri sehat mental sebagai berikut:
- Kematangan emosional
- Kemampuan menerima realitas
- Hidup bersama dan bekerja sama dengan orang lain
- Memiliki falsafah dan pegangan hidup.
Model gangguan Psikologi
1. Model medis
2. Model psikodinamis
3. Model belajar
4. Model sistem

5. Model Medis
(Model penyakit/model organik)
Perilaku abnormal bersangkutan dengan kelemahan fisik : simptom
patologis, dilihat sebagai akibat dari penyakit biologis/kimiawi.

2. Model Psikodinamis
Berkembang dari Sigmund Freud.
- Proses pikiran tak sadar berperan sentral untuk berperilaku abnormal.
- 3 agen psikologis: id, ego, super ego saling berinteraksi
- Konflik psikologis menyebabkan cemas, ego berusaha mereduksinya
dengan memanfaatkan mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism) yang tak sadar.
3. Model Belajar
Menganggap bahwa gangguan perilaku terjadi karena pengalaman
salah belajar (faulty learning).

4. Model sistem
- Ilmuwan menggunakan konsep ilmu alam (biologi), proses
informasi (terutama ilmu komputer) dan sosial (antropologi) untuk
mengkonseptualisasikan interaksi manusia, baik yang adaptif
maupun disfungsi, sebagai komponen dalam sistem sosial.
- Setiap perubahan di dalam atau di luar jejaring, yang bersifat
konstruktif maupun destruktif, mengancam homeostatic
equilibrium.
- Disfungsi psikologis terjadi dalam dua bentuk:
a. Jika orang harus berfikir, merasa atau bertingkah laku dalam situasi
psikologis dan fisik yang mengancam atau dengan cara yang
menyakitkan, agar sesuai dengan jejaring sosial.
b. Jika orang berusaha mengubah peran atau interaksinya dalam
jejaring sosialnya, tanpa keterampilan atau kekuatan untuk
mengatasi inter jejaring sosial.
Klasifikasi gangguan kejiwaan
• Sumber referensi :
- APA (1952) 1994 : DSM IV-TR (sejak 1979)
- WHO ICD 10
- Indonesia PPDGJ III

Aksis I (Gangguan klinis, Kondisi lain yang menjadi fokus


perhatian klinis)
Aksis II (Gangguan kepribadian, Retardasi ,mental).
Aksis III ( Kondisi medik umum)
Aksis IV (Masalah psikososial dan lingkungan)
Aksis V (Penilaian fungsi secara global : GAF Scale
(Global Assessment of Functioning).
BAB III
Asesmen Psikologi Klinis
• Asesmen psikologi klinis pada mulanya disebut “Psikodiagnosis”.
• Menurut Goldenberg (1983): pengukuran psikologi yang sekarang
dikenal dengan “asesmen psikologis” telah dilakukan sejak 4000
tahun yang lalu di cina, sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada
masyarakat.
• Dubois (1970) : merupakan evaluasi resmi yang digunakan di
zaman Yunani kuno dan Eropa.
• Mc. Reynold (1975) : adalah usaha mengukur individu dengan cara
kembali ke belakang (ke waktu yang lalu).
• Upaya asesmen dipelopori oleh Sir Galton di Inggris dan Sir Cattle
di USA sejak abad ke 19. usaha ini untuk mendapatklan
pemahaman pribadi individu yang lebih tepat, dengan langkah-
langkah pemeriksaan yang obyektif, baku, sistematik, dan dapat
diandalkan sesuai prosedur, yang bertujuan memahami perbedaan-
perbedaan individual.
 Murray (1938), dalam buku “exploration in personality” dengan
menggabungkan hasil tes psikologis, interview dan observasi.

 Sumberg (1977), Asesmen kepribadian didefinisikan sebagai


seperangkat proses yang digunakan seseorang atau beberapa orang
untuk mengembangkan kesan dan citra, membuat keputusan dan
mengecek hipotesis tentang pola karakteristik orang lain yang
menentukan perilakunya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Jadi ada 3 tujuan utama :
1. Pembuatan citra
2. Pembuatan keputusan
3. Membangun teori termasuk menghubungkan teori dengan
praktek.

 Kendall (1982), Asesmen klinis merupakan proses pengumpulan


info tentang klien atau subyek untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang diri klien.
Alasan diadakannya Asesmen Klinis
1. Penyaringan dan diagnosis
2. Evaluasi atas intervensi klinis
3. Riset

4. Penyaringan dan diagnosis


• Fungsi penyaringan di dalam asesmen meliputi kegiatan :
memilih dan mengelompokan orang, menggunakan
kemampuan klinikus untuk mengembangkan metode
(asesmen), mengumpulkan data, membuat keputusan yang
canggih. Misal : memudahkan seleksi dalam menentukan
kecocokan orang bagi program intervensi yang spesifik.
• Menentukan diagnosis yang akurat. Diagnosis
mengidentifikasikan masalah spesifik klien, dapat
diarahkan untuk “referal” dengan info yang akurat dan
efisien kepada profesional lain, sehingga keputusan dibuat
tentang cara yang terbaik untuk melayani klien.
2. Evaluasi atas intervensi klinis
• Pada umunya, tanpa asesmen, klinikus tidak dapat mengevaluasi efek
intervensi klinis. Data dihimpun melalui asesmen untuk menentukan
kekuatan, kelemahan, keparahan permasalahan psikis klien, sebelum,
di saat, sesudah intervensi klinik dilakukan.
• Sebagai “mental tester” psikolog klinis bisa menerima referal
(permintaan) psikiater untuk meng-ases klien untuk menentukan
apakah pasien dapat dinyatakan sembuh dan rawat jalan atau belum
dapat. Psikiater tetap bertanggung jawab atas keputusan menahan atau
memulangkan pasien. Saran psikolog klinis hanya salah satu
pertimbangan dari keputusan psikiater.

3. Riset
• Asesmen di dalam riset dimaksud menguji hipotesis yang spesifik
dalam menangani klien, baik perilaku normal maupun abnormal atau
mengalami disfungsi psikologis, dan dirancang untuk mendapatkan
info baru, agar meningkatkan pemahaman tentang pemfungsian
manusia.
• Riset juga digunakan untuk evaluasi kekuatan dan kelemahan
instrumen asesmen yang ada dan mengembangkan metode asesmen
baru (Kendall, 1982)
Psikologi Klinis Psikologi Abnormal/Psikopatologi

- Riset dilakukan dengan metode Dilakukan riset dengan metode induktif


deduktif tentang seberapa jauh efek dari dengan maksud membangun kaidah-
terapi tertentu. kaidah tentang segala hal yang menjdi
wilayah cabang ilmu ini.

Berhasil/tidaknya pada orang-orang Membangun kaidah, tentang sebab-


lapisan atas, menengah, bawah sebab gangguan atau hubungan antara
timbul dan berkembangnya gangguan
jiwa dengan kultur suatu komunitas
tertentu.

Seberapa jauh efek terapi tertentu


berhasil di dalam mengatasi gangguan
tertentu pada orang dari lapisan atas,
tengah atau bawah.
Menguji efektivitas penggunaan kaidah-
kaidah tersebut.
Sasaran atau target riset klinis
1. Disfungsi (psikologis) individual,
memperhatikan abnormalitas atau kekurangan
dalam aspek pikiran, emosi atau tindakannya.
2. Untuk menemukan kekuatan klien, kemampuan,
keterampilan atau sensitivitas, masih termasuk
dalam evaluasi klinis dapat diminta melakukan
evaluasi dan melukiskan.
3. Kepribadian subyek, menyelenggarakan tes
psikologi, observasi, interview untuk membantu
menemukan kebutuhan, motivasi, pertahanan
diri dan pola perilaku subyek.
Metode Asesmen
Yaitu cara yang digunakan oleh seorang psikolog klinis
mengumpulkan informasi dan membuat kesimpulan berdasarkan
informasi tersebut.
Psikolog klinis akan menggunakan satu atau kombinasi banyak dan
beragam metode asesmen yang meliputi:
1. Wawancara
2. Tes tertulis yang terstruktur
3. Tes yang tak terstruktur
4. Asesmen perilaku

Selain itu, cara lain yang dapat digunakan adalah:


5. Kunjungan rumah
6. Catatan kehidupan
7. Dokumen pribadi
8. Pemfungsian psikologis
1. WAWANCARA
• Psikolog klinis seringkali menggunakan istilah
ANAMNESA untuk mengganti wawancara.
• Wawancara kadang-kadang merupakan satu-satunya metode
yang digunakan seorang klinikus (psikolog klinis), tetapi
pada umumnya asesmen klinis memanfaatkan wawancara
bersama dengan metode lain.
• Tujuan wawancara tergantung pada konteks
penggunaannya, misalnya wawancara bisa dipakai sebagai:
a. Asesmen pra terapi
b. Evaluasi atas pemfungsian vokasional
c. Menentukan keputusan hukum
d. Untuk keperluan usaha mengembangkan kesehatan mental.
 Sullivan (1945) mendefinisikan wawancara sebagai berikut :
“situasi yang pertama-tama adalah komunikasi vokal dalam suatu
dwi kelompok, diintegrasikan secara volunter, tentang rentang
progresif atas dasar hubungan ahli-klien, dengan tujuan
membentangkan pola hidup karakteristik pasien atau klien yang
mengalami masalah/gangguan atau memiliki nilai khusus dan
dalam mengemukakan apa yang ia rasakan dapat memberi
keuntungan”.

 Pada umumnya, wawancara berusaha mencari fakta-fakta yang


sebenarnya, wawancara klinis bukan suatu pemeriksaan silang
(cross examination), tetapi proses dimana psikolog klinis harus
waspada dengan:
- Intonasi suara klien
- Kecepatan bicara
- Nafas klien
- Gestures/gerakan tangan dan badan klien
- Sensitivitas pada saat diwawancara, dari mata klien (Kendall,
1982).
2. Tes terstruktur

• Merupakan metode asesmen yang sering sebagai penambah


wawancara.
• Subyek harus jawab secara tegas: ya dan tidak, maknanya
umum/uniform, jawaban terbatas.
• Standardisasinya harus hati-hati, normanya representatif.
• Standardisasi yang perlu diperhatijkan adalah prosedur
pengetesan dari klien, tempat tes, suasana tes harus dijaga,
reliabilitas, validitas alat tes, keseragaman pelaksanaan tes,
kejelasan tes.
• Norma= seperangkat nilai yang didapat dari sekelompok orang
yang telah melakukan tes.
• Interpretasi tes pada umumnya bereferensi pada norma, yaitu:
tafsiran atas skor testee tertentu dibandingkan dengan skor
kelompok normatif. Agar perbandingan skor testee dengan
kelompok normatif menjadi berarti, maka kelompok normatif
sebaiknya mewakili populasi dari mana testee datang.
2. Tes terstruktur
Lanjutan

• Wilayah psikis-mental yang dapat dijangkau tes terstruktur


diantaranya domain kognitif seperti kecerdasan/intelegensi, dan
domain afektif, seperti emosionalitas, motivasi, daya tahan.
• Harus berhati-hati, masih ada pendapat bahwa emosionalitas
tidak dapat disebut quetient dalam makna/nilai pengukurannya,
jadi pembakuannya perlu upaya yang lebih berhati-hati.
• Standardisasi/pembakuan diperlukan agar efek dari faktor-
faktor luar yang tidak dikehendaki, misal perbedaan yang tak
dimaksudkan untuk diukur dari orang-orang yang di tes dapat
diminimalkan.
• Tafsiran atas prestasi tes disebut “norm-referenced”, yaitu: bila
interpretasi atas skor subyek secara khusus dibuat dalam
perbandingan dengan skor kelompok normatif.
3. Tes tak terstruktur
• Psikolog klinis dapat pula menggunakan pertanyaan kepada klien
dengan cara menjawab dengan memberikan keleluasaan lebih besar,
misalnya dengan memberikan TAT atau Rorschach Inkblot Test.
• Disebut tak terstruktur karena stimulus tes nya tidak membuktikan
jawaban yang ditentukan dengan jelas atau tegas.
• Faktor pribadi testee sangat menentukan, semua jawaban dianggap
benar, tak ada yang salah.
• Pada TAT atau kartu Ro, subyek diberikan suatu gambar dan
diminta untuk menceritakan apa saja kesan yang ia dapat dari apa
yang ia lihat di kartu itu.
• Dalam tes tak terstruktur tak terjadi ikatan yang kuat akan adanya
item test, tetapi lebih menekankan pada bagaimana klien berespons
terhadap alat tes yang ambiguous. Jadi akibatnya, di dalam skoring
akan diperlukan usaha yang lebih besar – psikolog klinis harus
sering menafsirkan makna respons-respons klien daripada
membandingkan dengan norma.
4. Asesmen-asesmen perilaku
(Behavioral asessment)
• Observasi sistematik yang dilakukan di laboratorium,
di klinik atau dalam perilaku sehari-hari.
• Kadang-kadang di dalam situasi klinis, observasi
dimaksudkan untuk:
1. Mendapatkan info yang tidak diperoleh melalui
wawancara.
2. Mengevaluasi ketepatan komunikasi verbal klien dan
konsistensinya dengan komunikasi non-verbal.
3. Membuat kesimpulan tentang keadaan dalam,
perasaan, dan motivasi yang perlu diperhatikan secar
khusus, yang melahirkan perilaku klien.
• Pendekatan Behavioral:
- Mengarahkan pada perilaku yang
langsung di jaraing dalam proses
investigasi.
- Dirancang lebih untuk menggambarkan
pola perilaku kehidupan nyata subyek dan
akibat dari keadaan lingkungan terhadap
pola-pola perilaku tersebut.
• Penggunaan psikotes
- Memperoleh pemahaman tentang ciri-ciri
kepribadian atau psikodinamika.
5. Kunjungan rumah

• Psikolog klinis umumnya tidak (boleh) melakukan


kunjungan ke rumah karena merupakan wewenang
pekerja sosial atau perawat kesehatan masyarakat.
• Kunjungan ke rumah klien dirasakan penting
karena:
- Untuk memenuhi kehidupan alamiah klien di
rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga
klien, termasuk setiap pola relasi antar anggota
keluarga dan peran-peran masing-masing.
- Biasanya kunjungan ke rumah klien diperlukan
dalam persiapan atau penyelenggaraan terapi
keluarga.
Lanjutan
5. Kunjungan rumah

Ada 6 keuntungan dari kunjungan ke rumah klien:


1. Fungsi keseluruhan keluarga terlihat sebagaimana adanya,
alamiah.
2. Setiap anggota keluarga lebih berpeluang untuk
melaksanakan peran sehari-hari.
3. Terdapat lebih sedikit kemungkinan pada sesi terapi, ada
keluarga yang tak bisa hadir.
4. Terdapat peluang untuk memetakan seluruh keluarga dalam
permasalahan, bukan hanya seorang anggota saja.
5. Klien kemungkinan tak merasa cemas karena di rumahnya
sendiri dan lebih polos, meminimalkan perilaku yang dibuat-
buat.
6. Terapi yang berlaku akan terbebas dari relasi formal antara
dokter-pasien di ruang praktek.
6. Catatan kehidupan
Dengan mempelajari riwayat hidup klien
melalui catatan harian, buku harian/diary,
catatan peristiwa, kesan-kesan pribadi,
psikolog dapat memperkirakan permasalahan
yang dialami klien, yang diasumsikan dapat
membangun gambaran pribadi klien. Bisa
jadi, permasalahan yang dialami klien saat ini
justru lebih banyak terungkap dari catatan
kehidupan ini.
7. Dokumen pribadi
G.W.Allport adalah penganjur pertama agar psikolog
meminta klien untuk menulis catatan harian, baik tentang
peristiwa, perasaan, pemikiran, kesan pribadi. Penting untuk
mengetahui motif utama klien, maupun “yang
disembunyikan”, seperti : penyangkalan, hambatan, kesulitan
klien dalam membicarakan permasalahannya.

Dipermasalahkan, apakah yang dicatat klien dalam


harian itu jujur atau tidak. Psikolog harus berprinsip bahwa
apapun yang dicatat klien adalah “proyeksi” yang dapat
ditafsirkan. Seperti yang wwancara, keterampilan psikolog
untuk menganalisis catatan tersebut sangat diperlukan.
8. Pemfungsian Psikofisiologis
• Hubungan psikis-mental dan faal organ tubuh sangatlah erat.
Tekanan darah, sering berkaitan erat dengan kecemasan,
kemarahan, reaksi atas tekanan-tekanan psikologis.
• Makin banyak ditemukan organ tubuh yang fungsinya
berhubungan erat dengan kondisi dan situasi psikologisnya.
• Dalam gangguan psikofisiologis yang pernah mengganti
nama gangguan psikosomatis, tercatat hampir semua organ
tubuh dapat terganggu fungsinya oleh kondisi psikologis
tertentu. Dapat menghubungkan gejala-gejala (simptom dan
sindrom) faali dan fungsi syaraf atau endokrin, juga dapat
menghubungkan dengan simbol-simbol, misal:
a. Gangguan kulit sering berkait dengan gangguan dalam
kontak sosial.
b. Hipertensi essensial (tekanan darah tinggi) berhubungan
dengan tingginya kebutuhan untuk berprestasi dalam
kepribadian seseorang.
LAPORAN PSIKOLOGI
• Setiap metode asesmen psikologi memberikan sumbangan bagi
pemahaman atas diri/pribadi subyek.
• Di dalam praktek psikolog nyata, asesmen psikolog yang
lengkap meliputi metode multiple.
• Jika asesmen psikolog dilakukan untuk memperoleh evaluasi
psikolog, digunakan “battery test assessment” yang bisa dimulai
dari:
1. Wawancara
2. Tes terstruktur tertentu
3. Tes tak terstruktur tertentu
4. Observasi perilaku yang relevan.

• Hasil dari bermacam-macam metode itu diorganisasikan,


diintegrasikan, dan dikomunikasikan dalam laporan psikologis
 Sampai saat ini, terutama pada awal kelahiran psikologi
klinis sebagai tes mental, laporan psikologi dibuat sebagai
jawaban atas permintaan profesional lain, termasuk sesama
psikolog yang akan melakukan tindakan terapeutik terhadap
klien.
 Psikolog klinis dapat melakukan pemeriksaan untuk
keperluan penanganan klien. Yang penting adalah membuat
laporan hasil asesmen merupakan upaya membangun
komunikasi antara pembuat dengan penerima laporan.
 Komunikasi antar pelapor dan penerima laporan ditandai
dengan pemahaman yang sama tentang klien, sehingga
kedua belah ahli bertindak berdasar pemahaman yang sama.
 Laporan seharusnya dibuat dengan mengacu pada keahlian
dari yang dilapori. Laporan untuk guru berbeda dengan
untuk psikiater, berbeda untuk orang tua, meskipun tentang
anak/subyek yang sama.
a. Format umum

1.Data Identitas
Nama, umur, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, tempat & tanggal pemeriksaan,
nama pemeriksa.
2. Permintaan referal
Apa yang diinginkan oleh pengirim?, mengapa klien dikirim untuk asesmen? Siapa
pengirim?
3. Sejarah sosial/keluarga dan konteks yang berjalan.
Latar belakang yang menyangkut realasi keluarga, kesehatan, pekerjaan, sistem sosial,
dsb.
4. Observasi perilaku
Verbal, non-verbal selama asesmen, juga sebelum dan sesudahnya. Apakah klien
sedang berobat/konsumsi obat? Hiperaktif? Bagaimana perasaan klien setelah
menyelesaikan tes? Gaya berjalan, penglihatan, pendengaran, interaksi dengan
keluarga, temas selama tes berlangsung, dsb.
5. Pengadministrasian tes
Pemeriksa menyiapkan daftar semua tes yang akan diberikan.
6. Hasil tes
Gambaran hasil berbagai tes dan tampilan integrasi hasil tes. Dalam laporan ini
terkandung karakteristik perilaku klien dalam diskusi, defence, relasi interpersonal,
gaya hidup, konsep diri, distress subyektif yang saat ini sedang dialami klien.
7. Kesimpulan
Berdasarkan informasi itu, jawablah pertanyaan/permintaan: tampilan formulasi
diagnostik, berikan keterangan tentang gaya klien menangani masalahnya,
kebutuhan-kebutuhannya, konflik-konfliknya, lingkungan sosial, keterampilan,
dan defisiensinya. Buat rekomendasi treatment, kemukakan prognostiknya.
8. Rangkuman
Tampilkan kunci atau pokok-pokok laporan. Orang atau profesional lain dapat
hanya membaca bagian laporan ini, sehingga bagian ini diharapkan menyentuh
semua hal yang penting.
9. Gaya tulisan
Laporan psikologi adalah masalah komunikasi dari komunikator (psikolog
pelapor) kepada komunikan (pemesan/konsumen). Oleh karena itu bahasa harus
jelas dan singkat, lebih menggunakan gaya naratif dan bahasa yang paling
umum. Beberpa istilah diperhalus, misal : “pasien adalah seorang yang
defensif….” lebih baik ditulis “Pasien mencoba menyangkal perasaanya sendiri,
jika perasaan ini mengancam rasa amannya dengan menampilkan diri secara
irasional dan tidak stabil”, atau daripada menuliskan “pasien ini memiliki
kebutuhan afiliasi” lebih baik tuliskan “pasien ini sangat menginginkan untuk
memiliki teman”.

Laporan terfokus pada kasus individu tersebut, maka nama klien harus ditulis
di dalam laporannya, tak terbatas pada teori tertentu, tes psikologi tertentu atau
sosok/citra stereotipe seorang pasien secara umum.
b. Mengintegrasikan data asesmen
Pendekatan yang bermanfaat atas integrasi data asesmen
membutuhkan tiga langkah berikut ini:
1. Pemeriksa menskor seluruh tes dan membuat daftar pertanyaan sesuai
maksudnya.
2. Pemeriksa mengambil setiap alat asesmen dan membuat pernyatan
singkat yang dimaksudkan sebagai jawaban setiap pertanyaan. Setiap
tes digunakan berbeda, tidak dapat digunakan untuk saling mengecek.
3. Pemeriksa kembali pada pernyataan singkat dari setiap tes dan mulai
mengintegrasikan bahan tersebut dihubungkanm dengan rancangan
laporan. Penekanan khusus harus diusahakan untuk menemukan
kongruensi, diskrepansi, penyimpangan perilaku, dan perilaku tipikal
(Sudenberg, Tyller & Taplin, 1973).

Dalam akhir laporan, kepada pembaca hendaknya disajikan


pernyataan profesional pemeriksa dalam relasi dengan pertanyaan referral
dan keperluan relevan lainnya, secara jelas dan singkat-padat. Pemeriksa
harus menyatakan taraf konfidensiasinya dalam bentuk rekomendasi, dan
bila ada hal yang tidak jelas atau meragukan, harus pula diutarakan.
BAB IV
ASESMEN PSIKOLOGI KLINIS

1. Asesmen pemfungsian intelektual


Merupakan salah satu tugas orisinal yang
dilakukan psikolog, karena ada sebagian psikolog
dan ada masa dimana faktor intelegensi dinilai dan
dianggap paling berperan dalam perkembangan
kepribadian dan pendalaman disiplin seseorang
dalam melakoni kehidupannya, di bidang apapun.
Berikut ini beberapa alat tes intelegensi yang umum
dipakai, khususnya di Indonesia:
Stanford-Binet Intelligence Scale
(Wechsler Adult Intelligence Scale) WAIS
2. Asesmen Kepribadian
Merupakan upaya untuk menemukan pola perilaku dan pola
pikiran atau penyesuaian diri seseorang terhadap
lingkungannya, termasuk diantaranya adalah tuntutan
lingkungan. Sifat khas dari laporan kepribadian adalah
bahwa satu-satunya bentuk yang memadai adalah laporan
yang bersifat dinamis yang menggambarkan interaksi antar
komponen dalam kepribadian sehingga melahirkan suatu
pola perilaku yang sifatnya khas. Pada umumnya , asesmen
kepribadian terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Projective Assessment (pengukuran projektif)


Menurut Lindzey, teknik proyektif merupakan alat yang
dianggap memiliki sensitifitas yang khusus untuk aspek
perilaku yang tertutup dan tak sadar, memungkinkan atau
menggali keragaman respon subyek yang luas,
multidimensional dan menggali data respon yang sangat
kaya. Material yang disajikan bersifat ambigu, interpretasi
berdasarkan analisa holistik, tes menggali respon fantasi, dan
tidak ada respon benar atau salah dalam tes.
Terdapat beberapa jenis tes proyeksi. Lindzey mebagi
berdasarkan tipe respon, yaitu:

1). Asosiasi, yaitu meminta subyek untuk mengasosiasikan atau


menjawab stimulus yang diberikan pemeriksa, diantaranya tes
Rorschach atau tes asosiasi kata.
2). Konstruksi, yaitu meminta subyek untuk membangun atau
menciptakan cerita atau gambar, diantaranya TAT (Thematic
Apperception Test).
3). Melengkapi, yaitu meminta subyek untuk melengkapi sesuatu
yang belum lengkap, diantaranya tes Wartegg atau SSCT.
4). Memilih atau membuat peringkat, misalnya pada tes Szondi
meminta subyek untuk memilih gambar-gambar dari yang paling
disukain sampai yang paling tidak disukai.
5). Ekspresi, yaitu meminta subyek untuk menciptakan produksi,
seperti metode konstruksi namun disini subyek memainkan
peranan aktif dalam menentukan apa yang harus dikonstruksikan,
misalnya bermain, menggambar, melukis dan psikodrama.
b. Objective Assessment
Asesmen objektif merupakan pendekatan yang
terstruktur, ilmiah dan non subyektif dalam deskripsi
individual. Asesmen yang terkenal dalam pemakaian klinis,
terutama di kalangan psikiatri adalah:

1). MMPI
Inventori ini dikembangkan oleh Hathaway dan
McKinley tahun 1942. terdiri dari 550 butir pertanyaan yang
dapat dijawab betul, salah, atau tidak dapat mengatakannya.
Skor akan menggambarkan 4 skala validitas (? Tidak dapat
mengatakan, L skala bohong, F skala palsu yang buruk, K
sikap defensif yang subtil) dan 10 skala klinis (Hs:
Hipokondriasis, D: Depresi, Hy: Histeria, Pd: Psychopathic-
deviant, Mf: Maskulinitas-femininitas, Pa: Paranoia, Pt:
Psikhastenia, Sc: Schizophrenia, Ma: Mania, Si: Introversi
soisal). Skor kemudian dikonversikan ke dalam T score dan
ditempatkan pada profil MMPI.
2) California Psychological Inventory (CPI)
Merupakan tes yang berisi 480 butir pertanyaan dan
terdiri dari 18 skala pernyataan-pernyataan yang terkandung
dalam CPI berisikan pola perilaku dan perasaan, pendapat dan
sikap sosial subyek mengenai etika sosial serta masalah keluarga.
CPI terutama digunakan untuk subyek yang tidak terganggu,
normal dan lebih menampilkan karakter kepribadian daripada
deskripsi diagnostik. Skala dasar CPI terbagi dalam empat kelas
skala.

3) Sixteen Personality Factor Questionaire (16 PF)


Diciptakan oleh Raymond B Catell yang terdiri dari 105
butir pasang pernyataan. Kepribadian seseorang menurut Catell
dapat diukur dan diuraikan ke dalam 16 faktor. 16 faktor tersebut
dibagi ke dalam dua dimensi psikologis yang disebut dengan “sten
score” yaitu sten score rendah antara 1-3 dan sten score tinggi
antara 8-10. kedua dimensi itu diinterpretasikan ke dalam sifat-
sifat kecenderungan perilaku atau kepribadian seseorang yang
saling berlawanan arah.
16 PF terdiri dari beberapa bentuk yaitu bentuk A, B, C,
D, E dan F. bentuk A, B, C, D dipergunakan untuk orang normal
sedangkan bentuk E dan F dipergunakan untuk individu-individu
yang mengalami hambatan di dalam pendidikan terutama di
3. Asessmen Pemfungsian Neuropsikologis
Asesmen neuropsikologis melibatkan pengukuran
tanda-tanda perilaku yang mencerminkan kesehatan
atau kekurangan dalam fungsi otak.

a. Pertanyaan-pertanyaan asesmen neuropsikologis:


(1). Apakah gangguan otak itu jelas lokasinya atau kabur?
(2). Apakah gangguan bersangkutan dengan pergeseran
jaringan atau penyakit jaringan?
(3). Apakah gangguan tersebut bersifat progresif atau non-
progresif?
(4). Apakah gangguan itu akut atau kronik?
(5). Apakah disfungsi itu bersifat organik atau fungsional?
(6). Mungkinkah “minimal brain dysfunction?”
b. Beberapa tes asesmen neuropsikologis
1. Tes persepsi visual
2. Tes persepsi pendengaran
3. Tes persepsi taktil
4. Tes koordinasi motorik dan steadiness
5. Tes kemampuan konstruksi sensorimotor
6. Tes memori
7. Tes verbal (kemampuan bahasa)
8. Tes kemampuan pemahaman konseptual.
4. Asesmen Perilaku
Pendekatan perilaku dalam asesmen terpusat
pada :
- Mengidentifikasikan perilaku spesifik dari klien
- Sistem lingkungan yang mungkin memerlukan
perubahan. Misal: Jika menghadapi klien yang
cemas, asesor perilaku dapat bertanya
(anamnesa/auto anamnesa): situasi apakah yang
menyebabkan rasa cemas, perilaku macam apa
yang muncul ketika merasa cemas, apakah
kondisi lingkungan tertentu berkaitan dengan
perubahan rasa cemas, bagaimana klien biasanya
mengatasi rasa cemasnya?
Asesmen tradisonal Asesmen perilaku
a. Target asesmen menyangkut hal- a. Memusatkan perhatian pada
hal yang langsung berhubungan perilaku yang berlangsung
dengan apa yang dihadapi oleh teramat dan gambaran
intervensi. lingkungan.
b. Gambaran kepribadian label b. Bersifat spesifisitas, tidak
diagnosis seperti: skizofreni, menyebarkan kepribadian
schizoid, katatonik, dsb. umum atau label diagnostik.
c. Penekanan tanda-tanda sifat Mencatat pikiran, perasaan,
kepribadian klien, psikodinamika respon fisiologis, menuju
dan kapasitas pribadi umum. uraian yang komprehensif
d. Strategi pengembangan ukur tentang klien.
asesmen ditentukan oleh c. Pusat asesmen tingkah laku
psikolognya. adalah mendapatkan sampel
e. Prosedur asesmen selama interaksi aktual klien.
asesmen berlangsung, diukur juga d. Pilihan ganda
sebelum terapi. e. Berupaya mengumpulkan info
asesmen, tidak hanya sebelum
dan sesudah terapi, tetapi juga
selama intervensi berlangsung.
BAB V
INTERVENSI KLINIS
A. PSIKOANALISIS
 Tokoh : Sigmund Freud (1856-1939), neurolog, psikiater dan
psikolog.
 Dasar utama psikoanalisis adalah ketidak sadaran, atau
terganggu jiwanya karena terdapat represi atau pengalaman
atau ingatan yang mencemaskan ke alam tak sadarnya.
 Psikoanalisis sebagai psikoterapi; berupaya mengurai satu atau
beberapa gejala (sakit) yang ditampilkan dan dikeluhkan
pasien, demikian mendalam dan detail, sehingga sampai pada
inti permasalahan atau sumber gangguan.
 Pandangan psikonalisis; gangguan jiwa terjadi karena
ketidakharmonisan antara 3 kelompok kepribadian, yaitu id
yang merupakan sisi biologis kehidupan kejiwaan klien, super
ego sebagai sisi sosial klien, dan ego adalah sisi psikologis
kehidupan manusia.
 Ketidakharmonisan yang terjadi, dengan peristiwa tak
menyenangkan, tetapi tak pantas diekspresikan kemudian
direpresikan. Akibatnya masalah tetap ada dan
berkembang, sehingga timbul pola pikir dan perilaku tak
wajar.
 2 metode atau teknik utama yang dilakukan Sigmund
Freud dalam melaksanakan terapinya adalah:
1. Asosiasi bebas
2. Analisis mimpi

 Dalam proses ini terdapat 2 gejala terapeutik yang penting,


yaitu:
1. Pengungkapan masalah yang semula tak disadari ke
lapisan kesadaran.
2. Pendidikan kembali atau re-edukasi.
 Dasar Psikoanalisis menyangkut 3 hal utama, yaitu:
1. Struktur atau sistem kepribadian yang diusung komponen atau
sub sistem id, ego, super ego.
- Perilaku yang terganggu pun merupakan hasil dari interaksi
ke tiga sub sistem ini secara dinamis.
- Bila terdapat keinginan/kebutuhan dari id sebagai sistem
biologis, maka id mendapat tantangan dari super ego sebagai
sistem sosial, sehingga individu punya rasa bersalah.
- Ego sebagai sistem psikologis, bila tak berhasil
mendamaikan pertentangan id dan super ego, melalui
pertahanan diri maka ingatan terhadap pertentangan itu harus
ditekan ke alam tak sadar; “direpresikan” secara tak sadar.
- Dengan teknik psikoanalisis, masalah yang tak disadari atau
yang direpresikan, diungkapkan kembali menjadi sadar.
- Melalui pemikiran yang lebih dewasa (lebih rasional),
permasalahan diselesaikan. Proses ini disebut Re-Edukasi.
2. Kecemasan, mekanisme pertahanan dan ketidak sadaran.
- Kecemasan atau anxiety adalah perasaan yang
tergeneralisasikan atas ketakutan dan kekhawatiran.
- Konsep ini adalah titik pandangan psikoanalitik yang utama.
Ada 3 jenis kecemasan menurut Freud:
1). Kecemasan realitas (reality anxiety)
yaitu perasaan cemas yang didasarkan pada adanya
obyek atau ancaman yang menakutkan dari dunia luar.
2). Kecemasan neurotic (neurotic anxiety)
yaitu perasaan cemas sebagai akibat dari impuls-impuls id yang
menembus kendali ego menjadi tingkah laku, dan menimbulkan
perasaan seperti mendapat hukuman.
3). Kecemasan moral (moral anxiety)
kecemasan yang timbul dari tindakan baik yang nyata maupun
dipikirkan yang bertentangan dengan super ego, sehingga
menimbulkan perasaan bersalah.
- Kecemasan merupakan peringatan akan bakal terjadi
bahaya atau pengalaman yang menyakitkan hati, sehingga
individu harus melakukan koreksi.
- Sering kali ego tak dapat mengambil tindakan penyelesaian
yang rasional dan memadai, sehingga individu menciptakan
penggantinya, berupa tindakan yang irrasional yang disebut
aaaaaaa’mekanisme pertahanan diri” (defence mechanism).
- Tindakan ini pasti tidak tuntas, karena bersifat palivatif (tak
sesuai dengan kenyataannya).
- Proses penanggulan yang tidak rasional itu berada pada
alam tak sadar, jauh lebih besar daripada bagian kesadaran.
- Menurut pandangan psikoanalisa, apa yang dilakukan
manusia lebih banyak ditentukan oleh alam tak sadarnya.
3. Taraf perkembangan psikoseksual
 Dorongan seksual dan perkembangan seksual merupakan
bagian penting pula dari prinsip-prinsip teori Sigmund Freud.
 Dorongan seksual; inti dari kekuatan atau sumber energi atau
kekuatan hidup manusia yang utama.
 Konseptualisasi taraf perkembangan seksual Sigmund Freud
meliputi 5 tahap (stage).

TAHAP PERKEMBANGAN SEKSUAL


1. Tahap Oral; terjadi sejak lahir sampai umur 2 tahun. Mulut
adalah daerah erogenus utama, bayi memiliki sumber
pemuasan di bidang ini, antara lain dalam bentuk menyusu.
2. Tahap Anal; umumnya berlangsung 2 dan 3 tahun. Lapisan
sekitar anus menyediakan sumber utama stimulus yang
menyenangkan.
3. Tahap Phalik; umur sampai 5 atau 6 tahun. Manipulasi diri
alat genital menyediakan kepuasan utama sensasi
kenikmatan.
4. Tahap Latensi; antara 6-12 tahun, dimana motivasi seksual
menjadi pewnting, saat anak ini mengalami
perkembanganketerampilan dan aktivitas-aktivitas lain.
Disebut laten karena perkembangan seksualnya tak
menampakkan diri karena terliput aktivitas-aktivitas
tersebut.
5. Tahap Genital; setelah melampaui fase pubertas perasaan
nikmat yang paling mendalam datang dari relasi
heteroseksual, misal dalam bentuk pacaran.
Pandangan Sigmund Freud:
a. tahap-tahap perkembangan, terutama 3 tahap pertama ini
penting: membangun tipe kepribadian.
b. Pada mereka yang disebut normal, juga dapat membentuk
perilaku yang tergolong terganggu atau menyimpang atau
deviasi.
c. Kondisi ini terjadi karena bisa terdapat fiksasi: anak tersebut
tak mampu mengembangkan kepribadian ke taraf yang lebih
tinggi, walau usianya bertambah.
d. Bila terjadi “regresi”, anak yang telah mencapai taraf
perkembangan tertentu, tetap mengalami kesulitan yang tak
terselesaikan, sehingga menurunkan taraf perkembangannya.
Psikoterapi dalam psikoanalisis ini disebut menggunakan
metode “rational insight”, yang berarti pemecahan masalah
melalui pemahaman rasional.
KONSELING ROGERIAN
 Disebut juga client-centered therapy
 Terapi ini menekankan pada penghayatan psikologis klien pada
saat ini dan berdasar pada keyakinan humanistik bahwa semua
orang memiliki motivasi, kemampuan dan keinginan untuk
meningkatkan diri.
 Menurut Rogers klien akan mampu menyelesaikan masalah jika
terapis/konselor menampilkan kehangtan dan membangun relasi
yang didasari oleh pemahaman atas apa yang dihayati dan
dipikirkan klien.
 Atmosfir terapeutik yang dibangun adalah “non-directive” dan
fasilitatif.
 Menurut Rogers, harus diusahakan agar klien dapat
mengaktualisasikan potensinya sebagai akar/penunjang cara
mengatasi masalahnya.
 Aktualisasi diri adalah kecenderungan yang timbul dalam diri
individu secara optimal mengembangkan seluruh
kapasitasnya, yang dapat memelihara atau meningkatkan
kualitas organisme.
 Kondisi terapis yang diharapkan dapat mencapai tujuan
tersebut adalah:
i. Genuineness atau congruence; seseorang harus membuka
perasaannya dan penghayatan dalam (inner experience)
untuk secara jujur dan terbuka menjalin relasi dan menjadi
bagian dari relasi terapeutiknya.
ii. Empati yang akurat: keterlibatan aktif terapis dalam dunia
klien.
iii. Penilaian positif yang spontan: perawatan non-posesif dan
penerimaan atas individualitas klien membangun penilaian
positif yang tidak dibuat-buat.

Ketiga ciri kondisi terapis diatas tidak berdiri sendiri-sendiri,


melainkan terorganisasikan sebagai suatu keseluruhan.
 Berbeda dengan terapi dari Psikoanalisis,
client-centered therapy menerima laporan diri
dari klien sebagai info yang akurat dan
berharga.
 Percakapan antara konselor dan klien lebih
tepat dilakukan daripada wawancara klinis.
 Percakapan ini dikhususkan pada:
- Pemahaman (understanding)
- Menghindari sifat mencari info (probing)
- Menilai (evaluating)
- Menafsir (interpreting)
- Mendukung (promoting)

Dalam Rogerians, kedudukan konselor dan klien


setara.
 Di dalam konseling tak ada diagnostik, karena
diagnostik menggambarkan perbedaan kedudukan
psikolog dengan kliennya.
 Di dalam konseling, keterampilan yang penting
dikuasai oleh konselor adalah keterampilan membuat
singkatan yang disebut “paraphrase”
 Paraphrase : mengemukakan inti dari apa yang
dinyatakan atau lebih diceritakan klien di dalam
kaitannya dengan permasalahan yang mengganggu
klien, yang berhubungan dengan “kekalutan” dalam
pikiran, yang sebenarnya bersumber dari kekalutan
dalam memandang permasalahan, lalu menjadi
kekalutan dalam pikiran.
 Kekalutan tersebut ditenangkan melalui paraphrase,
maka permasalahan menjadi lebih jelas.
 Keyakinan ini akan menyebabkan klien mampu menyelesaikan
problemnya secara optimal.
 Klien sendiri melalui pemahaman emosional atau emotional
insight, ia akan menemukan inti permasalahan.
 Konselor hanyalah menemani dan mengantar klien ke arah
pemecahan masalah.

JENIS-JENIS TERAPI BERDASARKAN FOKUS


PENEKANANNYA.
a. Psikoanalitik: memecahkan konflik personal yang tidak
disadari.
b. Client centered: membantu klien untuk menerima dirinya.
c. existensial: membawa makna bagi kehidupan.
d. Cognitive: restrukturisasi pola pikir yang salah.
e. Behavioral : mengajarkan keterampilan untuk meniru
(mengatasi) situasi dan memperkembangkan tingkah laku yang
efektif.

Kebanyakan Psikolog Klinis menggunakan pendekatan yang


otentik (gabungan dari beberapa pendekatan) dalam memilih terapi,
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing klien, psikolog klinis
yang akan menentukan berdasarkan psikodiagnostiknya.

Anda mungkin juga menyukai