Anda di halaman 1dari 8

KONSEP MATERI PERTEMUAN 3

(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal)

Disusun Oleh:

Naila Luthfiyah (A1E123047)

Dosen Pengampu:
Dr. Siti Amanah, S. Pd., M. Pd., Kons.
Drs. Rasimin, M. Pd.
Affan Yusra, S.Pd., M.Pd
Muhammad Ferdiansyah, S.Pd., M.Pd., Kons

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
1. Konsep Abnormal

 Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik


Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari
mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius samasama abnormalnya dengan seorang
idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
 Abnormal menurut Konsepsi Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat
simptom-simptom klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia,dst. Sebaliknya
individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah
individu yang normal.
 Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan
mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan
bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya
menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak
terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan
jiwanya tidak normal.
 Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural
Setiap masyarakat pasti memiliki seperangkat norma yang berfungsi sebagai pengatur
tingkah laku para anggotanya. Individu sebagai anggota masyarakat dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial dan susila di mana dia berada. Bila individu
tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma tersebut, maka dirinya dinyatakan sebagai
individu yang tidak normal.
 Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya
telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga psikopatologi. Dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Apa yang dimaksud dengan psikologi
abnormal? Berikut dikemukakan beberapa definisi.
Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang
menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.
Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai
lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut
proses dan isi kejiwaan.
Berkenaan dengan definisi psikologi abnormal, pada Ensiklopedia Bebas Wikipedia (2009),
dinyatakan “Abnormal psychology is an academic and applied subfield of psychology involving the
scientific study of abnormal experience and behavior (as in neuroses, psychoses and mental
retardation) or with certain incompletely understood states (as dreams and hypnosis) in order to
understand and change abnormal patterns of functioning”.
Definisi psikologi abnormal juga dapat dijumpai di Merriem-Webster OnLine (2009). Pada
kamus online tersebut dinyatakan : “Abnornal psychology : : a branch of psychology concerned with
mental and emotional disorders (as neuroses, psychoses, and mental retardation) and with certain
incompletely understood normal phenomena (as dreams and hypnosis)”
Dari empat definisi yang dinyatakan dengan kalimat yang berbeda tersebut dapat diidentifikasi
pokok-pokok pengertian psikologi abnormal sebagai berikut.
1. Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi atau psikologi khusus.
2. Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa
baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai
faKtor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).
3. Metode penelitian dalam psikologi abnormal
Ada 6 jenis metode ilmiah dalam psikologi Abnormal, yaitu :
Pertama yaitu eksperimen, efektivitas dari obat antidepresi dievaluasi dengan
membandingkan skor pada tes yang mengukur depresi antara orang yang menerima obat
dengan yang tidak menerima obat. Tujuan: untuk mengetahui apakah obat dapat bekerja
lebih baik dibandingkan tanpa obat. Keuntungan : jika kelompok yang menerima obat
menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan yang tidak menerima obat, maka orang yang
melakukan eksperimen dengan penuh percaya diri dapat membuat kesimpulan bahwa obat
memiliki obat terapeutik. Kerugian : orang yang melakukan eksperimen mungkin akan
mengalami kesulitan dalam menyembunyikan treatmen pada orang yang menderita depresi.
Kedua yaitu Kuasi eksperimen, membandingkan orang-orang yang memiliki perbedaan
jumlah teman untuk mengukur depresi. Tujuan : untuk menentukan apakah kelompok yang
memiliki perbedaan jumlah teman juga memiliki perbedaan tingkat depresi. Keuntungan :
ketika karakteristik orang dibandingkan, maka tidak dapat dimanipulasi. Kerugian : karena
orang-orang yang ada dalam tiap kelompok tidak dipilih secara acak, orang yang melakukan
eksperimen tidak dapat memastikan apakah mereka mereka benar-benar memiliki kesamaan
dalam segala hal, kecuali variabel yan relevan.
Ketiga yaitu korelasi, orang-orang yang mengalami depresi dites mengenai harga diri
(self esteem) untuk mengetahui apakah mereka memiliki pandangan yang negatif mengenai
diri mereka sendiri. Tujuan : untuk meneliti hubungan antara depresi dengan keadaan
psikologis lainnya. keuntungan : orang yang melakukan eksperimen dapat menentukan
karakteristik psikologi lainnya yang menjadi karakter individu yang depresi. Kerugian :
orang yang melakukan eksperimen tidak dapat menentukan apakah depresi yang membuat
orang memiliki harga diri yang rendah atau harga diri yang rendah menyebabkan depresi.
Keempat yaitu survei, kuesionar tanpa nama diberikan kepada ratusan orang yang
meminta mereka untuk mengindikasikan apakah mereka memiliki simtom depresi. Tujuan :
untuk mendapatkan respons dari sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian dapat
digeneralisasikan untuk seluruh populasi. Keuntungan : respons dari jumlah sampel yang
banyak dapat diperoleh dengan jumlah kerugian yang sedikit. Kerugian : pertanyaan yang
diberikan kepada responden cenderung memiliki keterbatasan pada tingkat kedalamannya.
Kelima yaitu studi kasus, individu yang memiliki sejarah depresi digambarkan secara
terperinci dengan penekanan pada perkembangan gangguan yang dialami orang tersebut.
Tujuan : untuk memperoleh analisis yang mendalam dari satu individu tertentu untuk
mendapatkan insigh yang unik mengenai gangguan tertentu. Keuntungan : banyak keadaan
dalam kehidupan orang tersebut dan keadaan psikologisnya yang dapat dieksplorasi dengan
tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai individu tersebut.
Kerugian : apa yang menjadi ciri khas satu individu belum tentu menjadi ciri khas individu
lain yang mengalami depresi.
Keenam yaitu desain subjek tunggal, orang yang mengalami depresi diberikan percobaan
treatmen tertentu dan dites setelah pemberian treatmen tersebut untuk mengukur tingkat
efektifitas treatmen. Kemudian, treatmen dihentikan dan depresi diukur kembali. siklus ini
diulangi selama satu atau beberapa kali. Tujuan : untuk menggunakan satu kasus tertentu
tertentu dalam meneliti efek dari perubahan kondisi pada prilaku. Keuntungan : dengan
membandingkan penerimaan treatmen terhadap orang tertentu dengan dirinya sendiri, bukan
dengan orang lain, perbedaan yang terdapat pada orang lain dalam riwayat kehidupannya
atau kejadian yang terjadi baru-baru ini dapat diabaikan. Kerugian : penelitian ini dapat
menguras emosi individu karena harus melalui siklus secara terus menerus, treatmen yang
diberikan dan dihentikan. Pada akhirnya, teratmen mungkin dapat dipengaruhi oleh hasil
treatmen sebelumnya.

4. Peserspektif psikologi tentang perilaku abnormal


Ada pendekatan perspektif yang berbeda dalam psikologi abnormal. Sementara beberapa
psikolog atau psikiater mungkin fokus pada satu sudut pandang, banyak yang menggunakan
elemen dari berbagai bidang untuk lebih memahami dan mengobati gangguan psikologis.
Perspektif tersebut adalah pendekatan psikoanalitik, pendekatan perilaku, pendekatan
medis/biologis, dan pendekatan kognitif.
Pendekatan psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik terhadap psikologi abnormal berakar pada teori Sigmund Freud.
Asumsi utama termasuk keyakinan Freud bahwa kelainan berasal dari penyebab psikologis
daripada penyebab fisik, bahwa konflik yang belum terselesaikan antara identifikasi, ego,
dan superego dapat berkontribusi pada kelainan.
Pendekatan psikoanalitik menunjukkan bahwa banyak perilaku abnormal berasal dari
pikiran, keinginan, dan ingatan bawah sadar. Sementara perasaan ini berada di luar
kesadaran, mereka diyakini masih mempengaruhi tindakan sadar. Profesional yang
mengambil pendekatan ini percaya bahwa dengan menganalisis ingatan, perilaku, pikiran,
dan bahkan mimpi, orang dapat menemukan dan mengelola beberapa perasaan yang telah
menyebabkan perilaku maladaptif dan kesusahan.

Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku psikologi abnormal berfokus pada perilaku yang dapat diamati.
Behavioris percaya bahwa tindakan kita sebagian besar dikondisikan oleh pengalaman
daripada patologi yang mendasari kekuatan bawah sadar. Oleh karena itu, kelainan dianggap
sebagai perkembangan pola perilaku maladaptif (yaitu, berbahaya) bagi individu.
Pendekatan ini menekankan pada lingkungan dan bagaimana perilaku abnormal
diperoleh. Behaviorisme menyatakan bahwa semua perilaku (termasuk perilaku abnormal)
dipelajari dari lingkungan dan bahwa semua perilaku yang telah dipelajari juga dapat “tidak
bermoral” (yaitu bagaimana perilaku abnormal diperlakukan).
Dalam terapi perilaku, fokusnya adalah pada penguatan perilaku positif dan
menghilangkan penguat yang mungkin dimiliki oleh perilaku maladaptif. Dengan demikian,
pendekatan behavioral mengesampingkan pengaruh pemrosesan informasi itu sendiri dan
berfokus pada anteseden (stimuli/penguatan) dan konsekuensi (perilaku).
Pendekatan medis / biologis
Pendekatan medis / biologis untuk psikologi abnormal percaya bahwa gangguan memiliki
penyebab organik atau fisik, sehingga berfokus pada kemungkinan penyebab biologis
penyakit mental. Pendekatan ini menekankan pemahaman penyebab gangguan; dengan
demikian, asalnya dapat ditemukan dalam warisan genetik, penyakit fisik terkait, infeksi dan
ketidakseimbangan kimia.
Pendekatan ini berpendapat bahwa gangguan mental terkait dengan struktur fisik dan
fungsi otak. Dengan demikian, perawatan medis seringkali pada dasarnya
bersifat farmakologis, meskipun pengobatan sering digunakan bersamaan dengan beberapa
bentuk psikoterapi.

Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif terhadap psikologi abnormal berfokus pada pikiran dan kekuatannya
untuk memengaruhi cara kita berperilaku dan merasa. Pendekatan ini mempelajari
bagaimana informasi diproses di otak dan dampak pemrosesan ini pada perilaku.

Anda mungkin juga menyukai