Anda di halaman 1dari 13

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini

dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Kelompok kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

A. Latar Belakang

Dalam percakapan sehari-hari psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya


terutama secara teknis tidak selalu menunjukkan pengertian yang sama atau seragam. Hal ini bisa
jadi menimbulkan masalah ketika kita menggunakan untuk keperluan yang lebih spesifik
daripada sekedar berwacana saja. Istilah-istilah lain dari psikologi abnormal atau sering juga
disebut perilaku abnormal atau abnormal behaviour adalah perilaku maladaptive kemudian ada
yang menyebutnya mental disorder, psikopatology, emotional discomfort, mental illness atau
gangguan mental.

Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal
dibandingkan studi tentang gangguan mental (psikologis ). Studi gangguan mental umumnya
diasosiasikan dengan perspektif model medis (medical model) yang menganggap bahwa perilaku
abnormal merupakan simtom dari penyakit atau gangguan yang mendasarinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perilaku abnormal

2. Apa saja penggolongan perilaku abnormal

3. Apa saja kriteria perilaku abnormal

4. Bagaimana penanganan perilaku abnormal


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui lebih luas tentang perilaku abnormal

2. Untuk mengetahui penggolongan dan kriteria perilaku abnormal

3. Untuk memperoleh penanganan perilaku abnormal

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Abnormal

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental yang dikenal
sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep
perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu.
Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural
atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman
Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah
bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari
roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan
sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.

Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya
mendominasi pemikiran di zaman pertengahan, Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat
meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis.
Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman.
Pernah saya melihat di tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya
karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat,
maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.
Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad
pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu?
Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa
tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran
roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul,
mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih
menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan
dengan peralatan tertentu. Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan
hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas
mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena
alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan,
meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan
biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya: Perspektif biologis:
Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan

bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi
dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting
dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. la meyakini bahwa gangguan mental berhubungan
dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini
bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka
mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan
penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari
gangguan yang mendasarinya. Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda
Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara
kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model
psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai
perilaku abnormal.

Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-
konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari
perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat
dan bukan pada kegagalan orangnya, Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada
penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras,
gender,gayahidup.dansebagainya.

Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks
untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung
pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan
interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan
sosiokultural.
B. Penggolongan Perilaku Abnormal

Penggolongan penting karena penggolongan adalah inti ilmu pengetahuan. Tanpa pemberian
label dan pengorganisasian pola perilaku abnormal, peneliti tidak bisa mengkomunikasikan
penemuan mereka kepada yang lain, dan kemajuan ke arah pemahaman gangguan akan terhenti.
Lebih dari itu, keputusan penting dibuat dengan didasarkan pada penggolongan. Gangguan
psikologis tertentu memberi respons yang lebih baik pada suatu terapi dibanding pada terapi
lainnya atau berespons lebih baik terhadap suatu pengobatan dibanding pengobatan lainnya.

Penggolongan juga membantu klinisi meramalkan perilaku. Beberapa pola perilaku abnormal,
seperti skizofrenia, boleh dikatakan mengikuti rangkaian perkembangan yang dapat diramalkan.
Penggolongan juga membantu para peneliti mengidentifikasi populasi dengan pola perilaku
abnormal yang serupa. Dengan menggolongkan sekelompok orang sebagai penderita depresi,
peneliti mungkin mampu mengidentifikasi faktor-faktor umum yang membantu menjelaskan
timbulnya depresi itu. Penggunaan menggunakan metode DSM (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders). Perlaku abnormal diperlakukan sebagai tanda-tanda atau simtom-
simtom dari patologi yang mendasari yang disebut dengan ganggan mental.

1. GANGGUAN KECEMASAN (ANXIETY)

Adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.

Tipe - Tipe Gangguan Kecemasan :

1. Agorafobia
2. Gangguan panic tanpa agoraphobia
3. Gangguan panic dengan agoraphobia
4. Gangguan kecemasan menyeluruh
5. Fobia Spesifik
6. Fobia Sosial
7. Gangguan Obsesif Kompulsif
8. Gangguan Stress pasca Trauma
9. Gangguan Stress Akut

• GANGGUAN MOOD
Mood adalah kondisi keadaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Orang
dengan gangguan mood akan mengalami gangguan moodyang luar biasa parah atau berlangsung
lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggungjawab
secara normal.

Tipe Tipe Gangguan Mood

a. Gangguan Depresi Mayor

b. Gangguan Distimik

c. Gangguan Bipolar

d. Gangguan Siklotimik

3. GANGGUAN KEPRIBADIAN

Adalah Pola Perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku.
Kekakuan mereka menghalangi untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan eksternal.

Tipe Tipe Gangguan Kepribadian

a. Gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku aneh.

b. Gangguan kepribadian paranoid.


c. Gangguan kepribadian schizoid.

d. Gangguan kepribadian antisocial

e. Gangguan kepribadian ambang.

f. Gangguan kepribadian histronik.

g. Gangguan kepribadian Narsistik.

h. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif

4. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat Penyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan


berulang yang menghasilkan konsekwensi yang merusak. Penyalahgunaan zat dapat berlangsung
untuk periode waktu yang panjang dan meningkat menjadi ketergantungan zat.

5. Gangguan Makan

a. Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa

b. Gangguan makan berlebihan atau obesitas

6. Gangguan Identitas Gender

Adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita. Identitas gender
secara normal didasarkan pada anatomi gender. Namun pada gangguan identitas gender terjadi
konflik antara anatomi gender seseorang dengan odentitas gendernya

7. Skizofrenia
Adalah gangguan psikologis yang berhubungan dengan gila atau sakit mental. Hal ini sering
menimbulkan rasa takut. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang
crat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide yang
salah dan konsepsi yang tidak logis.Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir
atau dewasa awal tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju dunia luar. Orang
yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat.

8. Gangguan Abnormal Pada Anak dan Remaja

a. Gangguan Perkembangan Pervasif


Menunjukkan gangguan fungsi dari berbagai area perkembangan. Gangguan ini menjadi tampak
nyata pada tahun-tahun pertama kehidupan.

b. Autisme

c. ADHD

d. Retardasi Mental

c. Gangguan Belajar

f. Gangguan komunikasi

g. Gangguan Eliminasi

C. Kriteria Perilaku Abnormal

Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku
abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:

1. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku
yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve
distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku
berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku,
bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.

2. Kriteria Norma

Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang


benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan
dalam masyarakat, misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan
lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap
aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.

3. Personal distress

Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar
tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

D. Metode Penanganan Perilaku Abnormal

Istilah intervensi merupakan istilah yang saat ini sangat umum digunakan orang untuk menunjuk
pada berbagai macam tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan atas
gangguan kejiwaan atau pelurusan atas penyesuaian diri yang salah. Intervensi juga digunakan
dalam berbagai istilah lain yang digunakan untuk membantu orang yang terganggu secara
kejiwaan (psychological disorders) atau memiliki masalah kejiwaan (psychological problems)
dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam literatur lama,intervensi dan lain-lainnya itu lebih dikenal dengan nama psikoterapi.
Istilah psikoterapi ini merupakan istilah paling awal dalam psikologi, selaras dengan dekatnya
psikologi pada kedokteran yang memliiki teknik terapan terapi. Namun, istilah itu lama
kelamaan ditinggalkan orang, meskipun dalam praktis sehari-hari sangat biasa. Freud pada
awalnya menggunakan istilah psikoterapi ini, namun kemudian meninggalkannya dan hanya
menggunakan psikoanalisis sesuai dengan nama teori dan penerapan teorinya.

Disamping psikoterapi dan psikoanalisis, juga dikenal nama lain, yaitu melatih

(coaching), bimbingan (guidance), konseling. pemberian nasihat (advising), perlakuan

(treatment), dan pengubahan perilaku (behavior modification). Yang dimaksud dengan melatih
adalah memberi petunjuk yang berulang-ulang mengenai apa yang harus dilakukan individual
ketika menghadapi masalah-masalah yang tidak mampu ia tanggulangi. Bimbingan adalah
memberi tahu dan petunjuk serta mendampingi klien dalam memecahkan masalahnya. Konseling
adalah usaha bantuan yang titik beratnya adalah "menemani" klien untuk menyelesaikan masalah
dengan cara mereflesikan masalah klien sampai timbulnya pemahaman emosional (emotional
insight) dalam diri individu atas permasalahannya dan kemampuannya untuk memecahkan
masalahnya sendiri.

Pemberian nasihat adalah memberitahukan mengenai keadaan atau cara yang dapat ditempuh
mengenai masalah yang dialami klien. Perlakuan adalah setiap tindakan yang diberikan seorang
ahli kepada individual dengan maksud untuk menolong individu agar terlepas dari keadaan
terganggu atau terlilit masalah. Pengubahan perilaku adalah setiap tindakan yang diarahkan pada
perilaku yang salah pada seseorang sehingga ia dapat berfungsi optimal.

Dalam membahas berbagai perlakuan (treatment) untuk perilaku abnormal, Susan Nolen
Hoeksema, mengemukakan pendekatan perlakuan yang biasa diberikan terhadap mereka yang
mengalami gangguan kejiwaan atau abnormalitas yaitu perlakuan biologis (biological
treatments), dan terapi-terapi psikologi (psychological therapies).

1. Perlakuan Biologis

Perlakuan biologis hampir seluruhnya melibatkan resep-resep obat untuk gangguan mental, yang
pada umumnya dimaksudkan untuk meredakan simtom-simtom psikologis dengan cara
memperbaiki ketidakseimbangan neurotransmitter. Bisa juga obat-obat itu dimaksudkan
mengkompensasikan deficit struktural didalam otak atau akibat dari abnormalitas genetik. Pada
dasarnya, obat-obat yang digunakan untuk psikopatologi didasari oleh biologi dalam bentuk
usaha menentang proses terjadinya psikopatologi.

• Obat-obat Antipsikotis

Medikasi antipsikotis menolong meredusir pengalaman-pengalaman perseptual yang tidak


realistis, keyakinan-keyakinan yang tidak sebenarnya, dan simtom-simtom psikosis lainnya.
Permulaan penanganan dengan obat modern biasanya dipikirkan berhubungan dengan
ditemukannya kholrpromazin, yang saat ini biasa digunakan untuk menangani simtom-simtom
psikosis (Valenstein, 1998 dalam Hoeksema, 2004). Gejala psikosis sendiri meliputi kehilangan
sentuhan realitas. halusinasi (pengalaman perseptual yang tidak nyata), dan delusi (fantastic,
keyakinan tidak nyata). Juga diketahui bahwa khlorpromazin juga dapat menurunkan agitas,
eksitasi, konfusi, dan paranoia pada pasien psikotik. Turunan khlopromazin ini merupakan suatu
neuroleptic, yang menunjukkan bahwa obat ini menekan aktivitas system syaraf. Di Amerika
Serikat, kelompok obat ini dikenal dengan nama Thorazin. Juga yang berhasil dalam pemasaran,
khlorpromazin yang ditemukan Paul Janssen, butyrophenone.

Obat-obat antipsikotik merupakan penemuan yang dapat mengubah pandangan psikosis sebagai
penyakit yang penderitanya selama-lamanya harus tinggal di rumah sakit jiwa dan tidak dapat
dikendalikan.

• Obat-obat Antidepresan

Seperti kita ketahui, bahwa obat-obat antidepresan membantu mengurangi simtom-simtom


depresi, seperti kesedihan, rendahnya motivasi, dan gangguan tidur dan makan. Obat-obat ini
ditemukan secara kebetulan seperti juga obat-obat antipsikotik (Valenstein, 1998 dalam
Hoeksema, 2004). Jean Dealy menemukan bahwa isoniazid dan iproniazid dapat berfungsi
sebagai antidepresan ialah obat-obat yang dapat menangani simtom-simtomdepresi.

Sebelumnya telah dikemukakan pula monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) yang dikenal
dengan merek dagang Nardil dan Parnate. Obat-obat ini telah memperlihat keefektifannya
dengan cara menghambat enzim monoamine oxisade, schungga mampu meningkatkan taraf
sejumlah neurotransmitter, seperti neropinefrin.

Obat penenang lainnya antara lain Lithium, yaitu suatu unsur metalik yang ada di laut, dalam
natural springs, dan pada jaringan binatang atau tumbuhan. Lithium merupakan zat
antikonsulvan dan penghambat saluran kalsium (calcium channel blockers) yang membantu
mengurangi mania.

• Obat Antikecemasan

Barbiturat dan benzodiazepine membantu mengurangi rasa cemas dan insomania serta mampu
menekan system syaraf pusat dan mengurangi aktivitas berbagai tipe neuron. Obat-obat ini
efektif untuk melahirkan relaksasi dan tidur, juga benar-benar adiktif, namun akan menyebabkan
simtom-simtom ancaman kehidupan, seperti meningkatnya denyut nadi, delirium, dan konvulsi.

• Terapi Elektrokonvulsif

ETC adalah sati seri penanganan di mana serangan otak diinduksikan dengan cara pengaliran
listrik melalui otak pasien. Sebelum dilakukan, pasien diberi anestesi dan ototnya direlaskan aga
tidak cidera.

• Psikosurgeri (Psychosureary)

Pada masa prehistori, para ahli masa itu melakukan apa yang disebut therahining untuk
menangani penderita gangguan mental. Therapining ini adalah semacam bedah otak. Pada
masyarakat modern, usaha ini akhirnya dikembangkan oleh neurolog Portugis, Asntonio de Egas
Moniz pada tahun 1935. Dalam hal ini bagian depan otak. frontal lobus, menderita dari pusat
bagian bawah otak pada pendeita psikosis. Prosedur ini akhirnya berkembang menjadi prosedur
yang disebut prefrontal lobotomy.

2. Terapi-terapi Psikologis

Yang paling terkenal psikodinamika yang memusatkan perhatian pada usaha membuka dan
menyelesaikan konflik-konflik yang tidak disadari. Teori psikodinamik menolong klien
mendapatkan pemahaman kedalam motif dan konflik-konflik tak sadar, melalui analisis asosiasi
bebas, resistensi-resistensi, impian-impian dan transferensi.
Terapi humanistik menolong klien mengeksplorasi nilai-nilai dan potensial- potensial pribadinya
sendiri dan memuaskan potensialnya lebih lengkap dengan mempersiapkan relasi yang lebih
hangat dan suportif.

Terapi-terapi perilaku berusaha untuk membentuk kembali perilaku maladaptif orang. Terapi ini
menolong klien menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki atau mengajari klien
perilaku yang baru dan lebih dikehendaki dengan teknik-teknik seperti desensitisasi sistematis
atau pembentukan respons.

Terapi kognitif berusaha untuk mengubah cara berpikir maladaptif seseorang dengan menantang
pemikiran-pemikiran irasional dan belajar keterampilan baru.
• Terapi-terapi Psikodinamis

Terapi ini memusatkan diri pada usaha membuka dan menyelesaikan konflik-konflik tak sadar
yang melahirkan simtom-simtom psikologis. Tujuannya adalah menolong klien menemukan
cara-cara maladaptif yang telah mereka coba untuk meneyelsaikan sumber-sumber konflik tak
sadar mereka. Pemahaman ini membebaskan klien dari cengkraman masa lalu dan memberi
mereka pemahaman agensi dalam membuat perubahan di masa kini (Vakoch & Strupp, 2000).
Tujuan ini adalah membantu klien mengintegrasikan aspek-aspek kepribadian mereka yang telah
retak atau menolak ke dalam pemahaman diri yang utuh.

Transferensi klien terhadap terapis adalah juga kunci terhadap konflik dan kebutuhan tak sadar.
Transferensi terjadi jika berkaitan dengan seseorang yang penting dalam perkembangan awal
klien, seperti ayah dan bundanya. Misalnya, klien menemukan dirinya bereaksi terhadap
kemarahan atau ketakutakan yang sangat mendalam jika seorang terapis hanya beberapa menit
setelah perjanjian, dan hali ini dapat menjadi dasar secara emosional ditinggalkan orang tua saat
kecil. Terapis dapat menunjuk cara-cara klien berperilaku yang menampilkan trasferensi dan
Kemungkinan klien mengeksplorasi akar perilakunya dalam relasinya dengan orang penting
lain.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental – dikenal
sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep
perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu.
Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural
atau yang bersifat ketuhanan.

Penggolongan penting karena penggolongan adalah inti ilmu pengetahuan. Tanpa pemberian
label dan pengorganisasian pola perilaku abnormal, peneliti tidak bisa mengkomunikasikan
penemuan mereka kepada yang lain, dan kemajuan ke arah pemahaman gangguan akan terhenti.
Lebih dari itu, keputusan penting dibuat dengan didasarkan pada penggolongan. Gangguan
psikologis tertentu memberi respons yang lebih baik pada suatu terapi dibanding pada terapi
lainnya atau respons lebih baik terhadap suatu pengobatan dibanding pengobatan lainnya.

Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu
mencakup:

• Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi


• Sebab-sebab gejala
• Cara mengatasi

Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan


mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi
fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif
dan prosedur pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai