Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SKIZOFRENIA

Oleh:

A.ARJUNAWATI AMRAM, S.Kep,Ns


PERAWAT AHLI MUDA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Di dalam psikologi dikenal tingkahlaku-tingkahlaku yang menyimpang dari
tingkahlaku yang normal. Penyimpangan tingkah laku ini disebabkan oleh adanya kelainan
psikis pada orang yang bersangkutan.Cabang psikologi yang khusus mempelajari kelainan
psikis ini di sebut psikopatologi atau psikologi abnormal, sedangkan usaha-usaha
memperbaiki atau menyembuhkan kelainan-kelainan ini dilakukan dalam psikologi klinis.
Kelainan-kelainan psikis sering kali pula disebabkan oleh penyakit-penyakit
badaniah. Di samping itu, kelainan psikis dapat juga di anggap sebagai penyakit kejiwaan.
Kelainan psikis ada bermacam-macam dan dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis
yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu Keterbelakangan mental,kelainan seksual,
psikoneurosis, psikopathi, namun pada kali ini kami hanya akan membahas salah satunya
yaitu yang akan kami bahas dalam makalah ini psikosis.Psikosis adalah gangguan jiwa yang
ditandai dengan ketidak mampuan individu menilaikenyataan yang terjadi, misalnya terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh, penyakit kejiwaan yang parah, karena di
tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Untuk lebih jelasnya kami paparkan
pada bab berikutnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian Psikosis
2.      Bagaimana bentuk-bentuk Psikosis
3.      Apa Ciri-ciri Psikosis
C.    Tujuan
1.      Untuk memahami pengertian psikosis
2.      Untuk mengetahui bentuk psikosis
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri psikosis

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikotis
Psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh,
penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya.
Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mengalami disorganisasi proses pikiran
b) Gangguan emosional
c) Disorientasi waktu, ruang, dan person
d) Terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi
B.     Bentuk-Bentuk Psikosis
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan
kepribadian.
b) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah
sebaliknya menjadi serba salah atau sedih.
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang berasa bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan pada
salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari
hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
halusinan (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Kalau pada remaja, perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan dan
biasanya menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu
emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu
menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan
ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya,
persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-
samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam
pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu
menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan
terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Kesabaran dan perhatian
yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta
memotivasi penderita untuk sembuh.
Simptom-simptom skizofrenia, antara lain:
A.      Gangguan isi pikiran, delusi: kepercayaan yang salah macamnya:
1. Delusi referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek tertentu atau
kejadian tertentu diacukan kepada dirinya.
2. Delusi persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan mencelakan
dirinya, keluarganya atau kelompoknya.
3. Delusi grandeur : merasa dirinya penting.
4. Delusi kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga.
5. Delusi menyalahkan diri.
6. Delusi control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain.
7. Delusi nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada.
8. Delusi ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai tidak setia.
9. Delusi lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran oleh orang atau
kekuatan luar.
10. Delusi somatic : kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya otaknya
dimakan semut.
B.       Gangguan gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi :
1. Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada hubungan dan tidak
logis.
2. Pengekspresian ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat dimengerti.
3. Gangguan kognitif :
a. Inkoherensi : bicara ngawur
b. Tidak ada asosiasi
c. Neologisme : membuat kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada.
d. Bloking : tidak dapat melanjutkan pembicaraan (beberapa detik – beberapa menit)
e. Isi pembicaran yang sangat kurang.
f. Apa yang dikatakan atau yang ditulis tidak berarti.
g. Kadang mereka seperti bisu sampai berhari-hari.

4.      Gangguan persepsi : halusinasi.


a. Halusinasi : persepsi palsu yang mencakup kelima pancaindera.
b. Bagi orangnya nampak nyata, terjadi secara spontan.
5.      Gangguan afek. (afek : keadaan emosi)
a. Keadaan emosi yang berlawanan dengan rangsangnya.
6.      Gangguan psikomotor
a. Tingkah laku aneh
b. Menunjukkan gangguan katatonik berupa :
 Stupor katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar.
 Kekakuan katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha untuk
dipindahkan.
 Excitement yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya dan
diulang-ulang.
7.      Gangguan hubungan Interpersonal
a. Karena tingkah lakunya, orang tidak berinteraksi denagn penderita – ia tidak mampu
berinteraksi dengan cara yang umum – hidup dalam dunia fantasi dan delusi.
8.      Gangguan perasaan diri:
9.      Bingung mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol orang atau kekuatan
luar.
10.  Gangguan motivasi
a. Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena kebingungan
adanya pilihan-pilihan yang mungkin.
b. Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang ini tidak akan
dapat digerakkan.
C.       Fase-fase schizophrenia, adalah:
1.      Fase prodromal : periode sebelum periode aktif :
         Individu menunjukkan gangguan- gangguan berfungsi social dan interpersonal yang
progresif.
         Perubahan yang terjadi dapat berisi : penarikan sosial, ketidak mampuan bekerja
secara produktif, eksentrik, pakaian yang tidak rapi, emosi myang tidak sesuai,
perkembangan pikiran dan bicara yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman
persepsi yang aneh, hilangnya inisiatif dan energi.

2.      Fase aktif : paling sedikit satu bulan.


         Individu mengalami simtom psikotik : hakusinasi dan delusi, bicara yang tidak
teratur, demikian pula tingkah lakunya, tanda-tanda penarikan diri.
3.      Fase residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah dan tidak
mengganggu.
Sakit jiwa berat (psikologis atau gila) adalah suatu gangguan jiwa. Pasien kehilangan
daya nilai realistik atau reality test terganggu. Bukti nyata reality test terganggu adalah
adanya waham, halusinasi dan pola perilaku yang kacau, tidak masuk akal dan tak
bermanfaat disertai tilikan yang buruk.
a.       Gangguan Psikotik
Mungkin terdapat beda penafsiran tentang psikotik dengan apa yang dihayati
masyarakat. Gila dalam masyarakat adalah mereka yang mengamuk, merusak atau tak bisa
merawat diri sehingga compang-camping, dan akhirnya menggelandang. Apa yang dihayati
oleh masyarakat itu sebenarnya adalah daya nilai reality test terganggu sudah dalam tahap
akhir. Karena pada dasarnya pasien psikotik (khususnya kelompok skizofrenia) bila tidak
tepat dalam penanganannya akan berlanjut dan dapat terjadi hal-hal tidak diinginkan.
Seseorang yang mengidap gangguan psikotik, khususnya skizofrenia bisa melakukan
tindakan yang tak terduga, walaupun sebelumnya tak menunjukkan perilaku yang agresif.
Ganggguan psikotik lain :
1.      Gangguan psikotik singkat :
  Simtom psikotik singkat : 1 hari – 1 bulan.
  Kemudian dapat berfungsi secara normal (waktu terbatas)
  Ada stressor yang diketahui ada yang tidak.
  Di DSM IV ada yang disebut gangguan reaktif singkat yang kejadiannya setelah melahirkan.
  Perlakuan gangguan psikotik : kombinasi pengobatan dan psikoterapi.
2.      Gangguan schizofreniform
  Ada simtom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada psikosis reaktif
yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di diagnosis schizophrenia)
  Simtom psiko – afektif :
         Apabila ada simtom-simtom yang sifatnya schizofrenik dan afektif.
         DSM IV: ada simtom depresi mayor atau periode manik dan simtom delusi dan halusinasi.
3.      Gangguan delusional
Penderita dapat berfungsi sesuai, hanya ada satu gejala yaitu delusi. Delusi sistematik dan
menonjol, tettapi tidak aneh seperti pada schizophrenia.
Ada 5 subtipe :
a.       Erotomania: delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat mencintai dirinya.
Disamping itu biasanya ada simtom depresi atau mania.
b.      Gangguan delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat penting (merasa
dirinya ratu adil).
c.       Gangguan delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.
d.      Gangguan delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya, merasa dirinya akan
dibunuh.
e.       Gangguan delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit yang membahayakan
atau bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim dan tidak dapat diubah.
4.      Gangguan psikotik bersama.
Bila seorang atau lebih banyak orang mengembangkan system delusional sebagai
akibat hubungan yang dekat dengan orang yang delusional. Kalau dua orang disebut folie a
deux. Sering terjadi tiga orang atau lebih, atau seluruk keluarga . jadi seakan-akan orang
terjangkit karena dekat, kalau pisah yang terjangkit dapat kembali normal.
5.      Perilaku Kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan kehidupan serta
rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai fungsinya,
walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam rumah tangga,
kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan seksama,
tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga, atau tak mampu
bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan
malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau
penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat menarik diri dari
organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran kemampuan dalam
melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan anggota
keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan dapat menikmatinya.
Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut dilewatkan dengan banyak
melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri sehari-hari dilalaikan seperti makan,
minum, mandi, dan ibadah.
6.      Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang.
Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi pikir
bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku individu. Seorang
pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan menunjukkan kecurigaan terhadap
perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada
orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia. Akibat waham curiga ini pada orang
yang sebelumnya bersifat emosional agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya
kalau tidak dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang
yang dibunuhnya.
7.      Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada sesuatu rangsang pada
kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien
psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real dan tak
jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk
membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien
psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang memerintah untuk
bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.
8.      Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali bisa
ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan disertai
kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi
pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan
kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia
membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena menganggap
anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu yang menyiram
anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak
meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.

9.      Tilikan Yang Buruk


Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya
perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau diajak
berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak sakit ini yang
mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia tak
mau mencari pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga
penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan illusi,
segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.
10.  Psikosis di Masyarakat
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta,
maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu
pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Tetapi tidak semua bisa
dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan psikiatrik di Jateng masih di bawah 1.000
tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada dalam masyarakat dan pasien ini seharusnya
perlu pengawasan yang seksama. Pasien psikotik yang mungkin tenang terkadang tak terduga
akan menjadi agresif tanpa stressor psikososial yang jelas.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda semua pasien psikotik (skizofrenia)
dirawat di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup (dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma
masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila. Tetapi sekarang situasi sudah berbeda, tidak
semua pasien dapat dirawat di RSJ. Mereka yang fase aktif gangguan psikotiknya dirawat,
sedang yang tenang dipulangkan namun masih dalam pengawasan dalam bentuk perawatan
jalan. Fase aktif adalah pasien-pasien yang menunjukkan perilaku yang membahayakan diri
atau membahayakan lingkungannya, dan mudah dikenali gejalanya. Pada fase tenang pasien
dapat beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun terbatas.
Perjalanan psikiatrik tidak terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di Rumah
Sakit Umum pun ada pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater. Yakni pelayanan
integrasi dan konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang ada belum
memadai sesuai kebutuhan.
C.    Ciri-Ciri Penderita Psikosis
Ciri-ciri penderita psikotik antara lain:
1.      Penarikan diri dari pergaulan sosial, banyak di dalam rumah, malu keluar rumah.
2.      Tak mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Di rumah tak mau bekerja, atau bekerja
sekedarnya saja karena diperintah, setelah itu tak mau mengerjakan tugas yang diberikan.
3.      Berpikir aneh, dangkal, berbicara tak sesuai dengan keadaan situasi keseharian, bicara
ngelantur.
4.      Dalam pergaulan ada riwayat gejala waham atau halusinasi dan illusi.
5.      Perubahan perilaku yang nyata, misalnya tadinya ceria menjadi melamun, perilaku aneh-aneh
yang sebelumnya tidak pernah dijalani.
6.      Kelihatan menjadi murung dan merasa tak berdaya.
7.      Sulit tidur dalam beberapa hari, atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien
merasa sulit atau tidak bisa tidur.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak lagi
sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai berikut:
         mengalami disorganisasi proses pikiran
         gangguan emosional
         disorientasi waktu, ruang, dan person
         terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi.
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a.       Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan
kepribadian
b.      Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c.       Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah
sebaliknya menjadi serba salah atau sedih.
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan
pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari
hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
halusinan (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Dari uraian tersebut di atas diketahui bahwa gejala-gejala psikotik yang diderita pada
subjek antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan asosiasi, merasa curiga
ada yang mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri dari
lingkungan sosial (social withdrawl). Sehingga dapat disimpulkan subjek adalah seorang
penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik. Gangguan ini telah
dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out (lebih ringan dari black out) dan sering
pula mengalami "keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi, pasien dapat
melakukan tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya. Sesudah melakukan
perbuatan, pasien mengalami "amnesia sempurna".

Daftar Pustaka
Arif Setiadi Imam. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
Aditama.
Firdaus Jimmi, Muhammad Syukri, dkk. (2005). SCHIZOPHRENIA, sebuah panduan bagi
keluarga skizofrenia. Yogyakarta: Dozz.
Kartini kartono ,cet viii,2003. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Kartini kartono ,cet viii,2003. Hygene Mental . Bandung :cv. Mandar Maju
psikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-psikotik-dan-skizofrenia.html

Anda mungkin juga menyukai