Anda di halaman 1dari 23

A.

TINJAUAN KASUS
1. Pengertian

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah
(split), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita
skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian
( Hawari, 2003).

Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik yang menimbulkan gejala kejiwaan,


seperti kekacauan dalam berpikir, emosi,persepsi, dan perilaku menyimpang, dengan
gejala utama berupa waham (keyakinan salah), delusi (pandangan yang tidak benar), dan
halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Menurut Raboch (2007), Schizofrenia merupakan gangguan psikotik yang


merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi
(halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau
isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang
lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya.

2. Etiologi

Beberapa faktor penyebab skizofrenia :

a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8
%,bagi saudara kandung 7-15%,bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
Skizofrenia 40-68%, kembar 2 telur 2-15% dan kembar satu telur 61-86%.
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini
tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada

1
penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih
dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
d. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek
otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan
postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
e. Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak
dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi
Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah
dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan
suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian
dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
f. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga
lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3)
kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik
tidak mungkin.
g. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala
primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme)
gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik
yang lain).
h. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam
sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa,
penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum
diketahui.

2
i. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa
faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan
manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau
stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa
terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.

3. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain :

a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan
emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan,
waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja
atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-
kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului
oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor
katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan
proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.

3
e. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan
mempunyai suatu arti yang khusus baginya.

f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya
gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif


Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-
gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung
untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

4. Patofisiologi

Didalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi
tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain.
Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang
membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke sel yang lainnya. Di dalam otak
yang terserang skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi
tersebut. Pada orang yang normal, sistem switch seperti dalam sebuah ponsel, akan
bekerja secara normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang serta rangsangan dari
lingkungan dan rangsangan psikososial akan dikirim kembali dengan sempurna tanpa
ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan
tindakan sesuai kebutuhan yang diperlukan pada saat itu. Pada otak penderita
skizofrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil
mencapai sambungan sel yang dituju.

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dan penderita skizofrenia biasanya tidak


menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama.
Kerusakan yang terjadi secara perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia dan

4
sangat tersembunyi serta berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan ini bisa saja
menjadi skizofrenia akut. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan
kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran atau delusi, dan kegagalan pikiran.
Skizofrenia juga dapat menyerang secara tiba-tiba, perubahan perilaku yang sangat
dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak memicu
terjadinya priode akut. Kebanyakan didapati bahwa mereka didalam sosialnya
dikucilkan, kemudian karena dikucilkan tersebut mereka akan menderita depresi yang
berat, dan tidak dapat berperan sosial seperti orang normal dalam lingkungannya.
Skizofrenia juga dapat menjadi kronis jika dibiarkan saja tanpa tindakan, biasanya saat
penderita memasuki fase kronis dia akan cenderung melakukan tindakan kekerasan atau
perilaku kekerasan (PK), kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan sosial,
tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi berat, halusinasi, dan tidak memiliki
kepekaan tentang perasaannya sendiri.

5. Manifestasi Klinis
a. Gejala episode akut dari skizofrenia meliputi tidak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan, halusinasi (terutama mendengar suara-suara bisikan),
delusi (keyakinan yang salah namun dianggap benar oleh penderita), ide ide
karena pengaruh luar (tindakannya dikendalikan oleh pengaruh dari luar
dirinya), proses berfikir yang tidak berurutan (asosiasi longgar), ambiven
(pemikiran yang saling bertentangan), datar, tidak tepat atau efek yang labil,
autisme (menarik diri dari lingkungan sekitar dan hanya memikirkan dirinya
sendiri), tidak mau bekerja sama, menyukai hal-hal yang dapat menimbulkan
konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan serangan balik secara verbal
maupun fisik kepada orang lain, tidak merawat diri sendiri, dan gangguan tidur
maupun nafsu makan.
b. Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita skizofrenia
mempunyai gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motivasi menurun, kepedulian
berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu, menarik diri dari hubungan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, sulit untuk belajar dari pengalaman
dan tidak bisa merawat diri sendiri.

5
c. Gejala
Gejala Primer
(1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikir). Yang paling
menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkohenrensi.
(2) Gangguan afek emosi
- Terjadi kedangkalan afek emosi
- Paramimi dan paratimi (incongruity affect/inadekuat)
- Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
- Emosi berlebihan
- Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
(3) Gangguan kemauan
- Terjadi kelemahan kemauan
- Perilaku negativisme atas permintaan
- Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang
lain
(4) Gejala psikomotor
- Stuppor atau hiperkinesia, logorea, dan neologisme
- Stereotipi
- Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
- Echolalia dan echopraxi autismel

Gejala Sekunder
(1) Waham dan Halusinasi

6. KOMPLIKASI
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya
kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.
2. Hubungan interpersonal

6
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari
teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien
terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi
pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk
menghadapi stress.
4. Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal)
dan tidak berani mencapai sukses.
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan
pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.
6. Motivasi
Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.
7. Kebutuhan terapi yang lama
Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode
selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di rumah
sakit dalam 1 tahun.

7. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


a. Pemeriksaan psikologi
- Pemeriksaan pskiatri
- Pemeriksaan psikometri
b. Pemeriksaan lain jika diperlukan:
Darah rutin, fungsi hepar, faal ginjal, enzim hepar, EKG, CT-scan, EEG

7
8. Penatalaksanaaan Medis
a. Penggunaan Obat Antipsikosis

Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya


perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker
kacau). Obat-obatan untuk pasien skizophrenia yang umum diunakan adalah
sebaga berikut :

a. Pengobatan pada fase akut


1. Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi :
a. Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b. Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam
sampai keadaan akut teratasi.
c. Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscular kemudian diazepam
10 mg intra muscular dengan interval waktu 1-2 menit.
2. Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :
a. Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.
b. Klorpromazin 2x100 mg per hari
c. Triheksifenidil 2x2 mg per hari
b. Pengobaan fase kronis
Diberikan dalam bentuk tablet :
1. Haloperidol 2x 0,5 – 1 mg perhari
2. Klorpromazin 1 x 50 mg sehari (malam)
3. Triheksifenidil 1- 2x 2 mg sehari
a) Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk bekerja, disamping
itu melakukan tindakan perawatan dan pendidikan kesehatan.
b) Dosis maksimal
Haloperidol : 40 mg sehari (tablet) dan klorpromazin 600 mg sehari (tablet).
c. Efek dan efek samping terapi
1. Klorpromazine
Efek : mengurangi hiperaktif, agresif, agitasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi
ortostatik.

8
2. Haloperidol
Efek : mengurangi halusinasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi
ortostatik.
3. Tindakan keperawatan efek samping obat
a. Klorpromazine
1. Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan
membersihkan mulut secara teratur.
2. Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan
ketajaman penglihatan.
3. Konstipasi : makan makanan tinggi serat
4. Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.
5. Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk.
b. Haloperidol
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan
membersihkan mulut secara teratur.
2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan
ketajaman penglihatan.
3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat
4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.
5) Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk.

b. Terapi Elektrokonvulsif (Ect)


c. Pembedahan Bagian Otak
d. Perawatan Di Rumah Sakit (Hospitalization)
e. Psikoterapi
(1) Terapi Psikoanalisa
Terapi psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud.
Tujuan psikonalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak
disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
mengendalikan kecemasannya. Hal yang paling penting pada terapi ini adalah
mengatasi hal-hal yang di repress oleh penderita.

9
(2) Terapi Perilaku (Behavioristik)
Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik
dan operan, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata. Para terapist
mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai dan kondisi
lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan perilaku itu didalam
masyarakat. Paul dan Lentz menggunakan dua bentuk program psikososial
untuk meningkatkan fungsi kemandirian.
- Social learning program
Menolong penderita schizophrenia untuk mempelajari perilaku-
perilaku yang sesuai.
- Social skill training
Terapi ini melatih penderita mengenai keterampilan atau keahlian
sosial.
(3) Terapi Humanistik
(4) Terapi kelompok dan terapi keluarga.

10
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al., 1996).

Data yang dikupulkan pada saat melakukan pengkajian proses keperawatan jiwa
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada
pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.
Dimensi pengkajian meliputi fisik,emosional,intelektual,sosial,spiritual dan kultural
(Yosef dan Iyus, 2007).

1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Dimensi fisik / biologis
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data
obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui
wawancara perawatan disebut data subyektif.

Dari data yang dikumpulkan, perawatan langsung merumuskan masalah


keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya sejumlah masalah
klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Agar
penentuan pohon masalah dapat di pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang
terdapat pada pohon masalah : Penyebab (kausa), masalah utama (core problem) dan
effect (akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang

11
dimiliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau
keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
merupakan efek atau akibat dari masalah utama. Pohon masalah ini diharapkan dapat
memudahkan perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Perubahan Persepsi Sensoris : Halusinasi
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
d. Gangguan Proses Pikir : Waham
e. Defisit Perawatan Diri

3. Perencanaan
A. Perilaku Kekerasan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, penderita dapat mengontrol


perilaku kekerasan dengan kriteria hasil :
1) Bersedia mengungkapkan perasaan
2) Mengungkapkan perasaan kesal dan marah
3) Dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan
4) Dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5) Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif
6) Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya
7) Pasien mempertahankan orientasi realitanya.

12
INTERVENSI
BHSP
1. Menyapa klien dengan ramah baik verbal atau nonverbal
2. Perkenalkan diri
3. Menanyakan nama klien
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6. Beri perhatian dan penghargaan
7. Perhatikan kebutuhan dasar klien

PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. BHSP 1. Memberikan Helth Education (HE)
2. Mengidentifikasi marah pada keluarga tentang cara merawat
3. Tanda dan gejala yang dirasakan klien PK dirumah (diskusikan masalah
4. Mengidentifikasi PK yang biasa yang dihadapi keluarga dalam merawat
dilakukan klien, penyebab, tanda gejala, perilaku
5. Mengidentifikasi akibat dari cara yang yang muncul akibat PK)
dilakukan 2. Diskusikan kondisi klien yang perlu
6. Melatih mengendalikan PK dg cara dilaporkan ke perawat
latihan nafas dalam SP 2
SP 2 1. Melatih keluarga cara-cara
1. Evaluasi latihan nafas dalam mengendalikan kemarahan
2. Melatih mengendalikan PK dengan SP 3
cara fisik kedua (pukul bantal/kasur) 1. Membuat perencanaan pulang klien
3. Menyusun jadwal kegiatan harian cara bersama keluarga
kedua
SP 3
1. Evaluasi jadwal harian tentang dua
cara fisik mengendalikan PK

2. Latihan mengungkapkan marah


dengan cara verbal (menolak dengan
baik, mengungkapkan dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan
baik)

13
3. Menyusun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal
SP 4
1. Diskusikan hasil latihan
mengendalikan PK secara fisik dan
verbal

2. Bantu klien mengendalikan marah


dengan cara spiritual (beribadah dan
berdoa)

3. Beri jadwal latihan beribadah dan


berdoa

SP 5
1. Bantu klien mengendalikan PK dengan
obat

B. Perubahan Persepsi Sensoris : Halusinasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mendefinisikan dan


memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.Pasien dapat
mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu
dengan kriteria hasil :

1) Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas


meningkat secara ekstrem.
2) Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan
menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus ansietas tersebut

INTERVENSI
BHSP
1. Menyapa klien dengan ramah baik verbal atau nonverbal
2. Perkenalkan diri
3. Menanyakan nama klien
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6. Beri perhatian dan penghargaan
7. Perhatikan kebutuhan dasar klien

14
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi 3. Mendiskusikan masalah yang
jenis,isi,waktu,frekuensi halusinasi dirasakan keluarga dalam marawat
pasien klien.
2. Mengidentifikasi situasi yang 4. Memberikan pendidikan kesehatan
menimbulkan halusinasi tentang pengeritian masalah
3. Mengidentifikasi respon halusinasi, yang dialami klien tanda
4. Mengajarkan cara menghardik dan gejala halusinasi serta proses
5. Masukan ke jadwal kegiatan terjadinya halusinasi.

SP 2
4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian SP 2
5. Melatih pasien dengan bercakap– 1. Melatih keluarga mempraktikan cara
cakap merawat klien dengan halusinasi
6. Memasukan ke jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga melakukan cara
SP 3 merawat langsung kepada klien
4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian halusinasi
5. Melatih pasien melakukan kegiatan SP 3

6. Memasukan ke jadwal kegiatan harian 2. Membantu keluarga membuat jadwal


SP 4 aktivitas dirumah termasuk minum
4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian obat.
3. Menjelaskan follow up klien setelah
5. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penggunaan obat secara pulang.
teratur

6. Menganjurkan pasien memasukan


penggunaan obat secara teratur ke
dalam jadwal kegiatan harian

C. Isolasi Sosial : Menarik Diri


Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu :
1) Mengenal masalah isolasi sosial
2) Berkenalan dengan perawat atau klien lain

15
3) Bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
4) Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya
Dengan kriteria hasil :
1) Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi
dengan orang lain
2) Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
3) Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain
dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

INTERVENSI
BHSP
1. Menyapa klien dengan ramah baik verbal atau nonverbal
2. Perkenalkan diri
3. Menanyakan nama klien
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6. Beri perhatian dan penghargaan
7. Perhatikan kebutuhan dasar klien
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi 1. Mendiskusikan masalah yang
sosial pasien dirasakan keluarga dalam merawat
2. Berdiskusi dengan pasien tentang pasien
keuntungan berinteraksi dengan 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
orang lain gejala isolasi sosial yang dialami
3. Berdiskusi dengan pasien tentang pasien beserta proses terjadinya
kerugian tidak berinteraksi dengan 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
orang lain isolasi sosial
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan perawat yang merawat SP 2
5. Menganjurkan pasien memasukkan 3. Melatih keluarga mempraktekkan cara
kegiatan latihan berbincang-bincang merawat pasien dengan isolasi sosial
dengan orang lain dalam kegiatan 4. Melatih keluarga melakukan cara
harian merawat langsung kepada pasien
isolasi sosial
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian SP 3
pasien

16
2. Memberikan kesempatan kepada 1. Membantu keluarga membuat jadual
pasien mempraktekkan cara aktivitas di rumah termasuk minum
berkenalan dengan satu orang obat (discharge planning)
perawat lain 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
3. Membantu pasien memasukkan pulang
kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian

SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan kesempatan kepada
berkenalan dengan dua orang atau
lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

D. Gangguan Proses Pikir : Waham


Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat menyatakan
berkurangnya pikiran-pikiran waham. Pasien mampu membedaka antara
pikiran waham dengan realita skizofrenik , delusi , dan kelainan-kelainan
psikosis.Pasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa idi-ide yang salah itu
terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.Dengan
kriteria hasil :
1) Mengungkapkan secara verbal refleksi dan proses pikir yang berorientasi
pada realita
2) Pasien dapat mempertahankaan aktivitas sehari-hari yang mampu
dilakukan
3) Pasien mampu menahan diri dari berespons terhadaap pikiran-pikiraan
delusi, bila pikiran-pikiran tersebut muncul.

17
INTERVENSI
BHSP
1. Menyapa klien dengan ramah baik verbal atau nonverbal
2. Perkenalkan diri
3. Menanyakan nama klien
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6. Beri perhatian dan penghargaan
7. Perhatikan kebutuhan dasar klien
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak dirasakan keluarga dalam merawat
terpenuhi pasien
3. Membantu pasien memenuhi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
kebutuhannya gejala waham,dan jenis waham yang
4. Menganjurkan pasien memasukkan dialami pasien beserta proses
dalam jadwal kegiatan harian terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat
SP 2 pasien waham
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
SP 2
pasien
1. Melatih keluarga mempraktekkan
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang
cara merawat pasien dengan waham
dimiliki
2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
merawat langsung kepada pasien
waham

SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan SP 3
harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadual
2. Memberikan pendidikan aktivitas di rumah termasuk minum
kesehatan tentang penggunaan obat (discharge planning)
obat secara teratur 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
3. Menganjurkan pasien bisa dijangkau keluarga
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

18
E. Defisit Perawatan Diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu :
1) Melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Melakukan makan dengan baik
4) Melakukan BAB/BAK secara mandiri
Dengan kriteria hasil :
1) Pasien makan sendiri tanpa bantuan
2) Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya taaanpa
bantuan
3) Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi
setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

INTERVENSI
BHSP
1. Menyapa klien dengan ramah baik verbal atau nonverbal
2. Perkenalkan diri
3. Menanyakan nama klien
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6. Beri perhatian dan penghargaan
7. Perhatikan kebutuhan dasar klien
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Identifikasi masalah pera-watan diri: 1. Diskusikan masalah yg dirasakan
kebersihan diri, berdandan, dalam merawat pasien
makan/minum, BAK/BAB 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
2. Jelaskan pentingnya kebersi-han diri dan proses terjadinya defisit
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri perawatan diri (gunakan booklet).
4. Latih cara menjaga kebersihan diri: 3. Diskusikan dengan keluarga tentang
mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, fasilitas kebersihan diri yang
cuci rambut, potong kuku dibutuhkan oleh pasien untuk
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk menjaga perawatan diri pasien.
latihan mandi, sikat gigi (2x sehari), 4. Jelaskan cara merawat defisit
cuci rambut (2x perminggu), potong perawatan diri.
kuku (1x perminggu). 5. Latih keluarga cara merawat
SP 2 kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum, BAB dan BAK

19
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. (Bimbing cara merawat : kebersihan
Beri pujian. diri)
2. Jelaskan cara dan alat untuk 6. Anjurkan membantu pasien sesuai
berdandan. jadual dan memberikan pujian.
3. Latih cara berdandan setelah
kebersihan diri: sisiran, rias muka SP 2
untuk perempuan; sisiran, cukuran 1. Evaluasi kemampuan keluarga
untuk pria. mengidentifikasi gejala defisit
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk perawatan diri
kebersihan diri dan berdandan. 2. Validasi kemampuan keluarga dalam
SP 3 membimbing pasien melaksanakan
kegiatan yang telah dilatih
1. Evaluasi tanda & gejala defisit
3. Evaluasi manfaat yang dirasakan
perawatan diri.
keluarga dalam merawat, beri pujian
2. Validasi kemampuan kegiatan
4. Bimbing keluarga merawat
pertama & kedua yg telah dilatih &
kebersihan diri ,berdandan.
beri pujian.
5. Bersama keluarga melatih pasien
3. Evaluasi manfaat melakukan
cara berdandan
kegiatan pertama, kedua & ketiga
6. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Menjelaskan kebutuhan (kebutuhan
jadwal dan memberi pujian.
makan perhari dewasa 2000-2200
kal (perempuan) dan laki-laki antara
SP 3
2400-2800 kal setiap hari makan:
1. Evaluasi kemampuan keluarga
minum 8 gelas (2500ml setiap hari)
mengidentifikasi gejala defisit
dan cara makan dan minum.
perawatan diri
5. Menjelaskan cara makan yang tertib.
2. Validasi kemampuan keluarga dalam
6. Menjelaskan cara merapihkan
membimbing pasien melaksanakan
peralatan makan setelah makan.
kegiatan yang telah dilatih
7. Praktek makan sesuai dengan
3. Evaluasi manfaat yang dirasakan
tahapan makan yang baik; Latihan
keluarga dalam merawat, beri pujian
cara makan dan minum yang baik.
4. Bimbing keluarga merawat
8. Masukkan latihan kegiatan pada
kebersihan diri; makan dan minum.
jadwal kegiatan.
5. Bersama keluarga melatih pasien
cara makan yg benar
SP 4
6. Anjurkan membantu pasien sesuai
1. Evaluasi tanda & gejala defisit
jadual dan memberi pujian
perawatan diri
2. Validasi kemampuan melakukan
SP 4
kegiatan pertama, kedua & ketiga yg
1. Evaluasi kemampuan keluarga
telah dilatih & beri pujian
mengidentifikasi gejala defisit
3. Evaluasi manfaat melakukan
perawatan diri
kegiatan pertama,kedua & ketiga

20
4. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang 2. Validasi kemampuan keluarga dalam
sesuai membimbing pasien melaksanakan
5. Menjelaskan cara membersihkan diri kegiatan yang telah dilatih
setelah BAB dan BAK 3. Evaluasi manfaat yang dirasakan
6. Menjelaskan cara membersihkan keluarga dalam merawat, beri pujian
tempat BAB dan BAK. 4. Bimbing keluarga merawat
7. Latih BAB dan BAK yang baik. kebersihan diri ; BAB dan BAK
8. Masukkan pada jadwal kegiatan 5. Bersama keluarga melatih pasien
cara BAK & BAB yg benar
6. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberikan pujian.
7. Latih keluarga menciptakan suasana
keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan diri pasien
8. Diskusikan tanda dan gejala
kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas kesehatan.
9. Anjurkan follow up ke fasilitas
pelayanan kesehatan secara teratur.

4. Implementasi
Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan, dan merupakan
tindakan yang direncanakan dalam rencana tindakan. Tindakan meliputi tindakan
mandiri dan kolabrasi. Pelaksanaan didasarkan atau disesuaikan dengan rencana
tindakan.

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap perilaku kekerasan secara umum dapat ditunjukan


dengan pasien bersedia mengungkapkan perasaannya,pasien mampu
mengungkapkan perasaan kesal dan marah,pasien dapat mengidentifikasi bentuk-
bentuk kekerasan yang dilakukan, pasien mampu mengidentifikasi akibat dari
perilaku kekerasan,ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak
menjadi agresif,pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain
disekitarnya,dan pasien mampu mempertahankan orientasi realitanya.

21
WOC

FAKTOR FAKTOR FAKTOR FAKTOR


BIOLOGIS PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN GENETIK

Neurokimiawi Neurostruktural  Teori Adolf Meyer  Sosial budaya Perubahan pada struktur
gen NRG 1
 Teori Sigmund Freud  Ekonomi
 Dopamine Pembesaran  Teori Eugen Bleuler  Pendidikan
Abnormal struktur dan
pada ventrikel  Obat-obatan
 Serotonin fungsi oligo dendrosit
 GABA  Pengalaman tidak
Sel-sel otak
menghilang menyenangkan seperti Penurunan ketebalan
penganiyayaan dan meilin
Ukuran otak pelecehan seksual
mengecil Perlambatan kecepatan
 Tekanan lingkungan
konduksi ke otak
Jaringan otak yang menyebabkan
menghilang stress

Produksi neurotransmiter
menurun

Gejala Positif Gejala Negatif

SKIZOFRENIA

22
DAFTAR PUSTAKA

Habibi,Wildan. 2018. Askep Scizofrenia.


(https://www.academia.edu/12984347/ASKEP_SCIZ
OFRENIA) Diakses pada 21 Desember 2019

Lasgita,Rosalia Diah Indra. 2015. “ Gambaran Karakteristik Pasien yang


Mengalami Skizofrernia di RSJ H. Mustajab
Purbalingga tahun 2015”
[Skripsi].(http://eprints.ums.ac.id/14974/2/3%29_BA
B_I.pdf) Diakses pada 21 Desember 2019. Fakultas
Ilmu Keperawatan. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Purwokerto.

Muhith,Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Pairan, Akhmad Munif Mubarok, Ekananda Novianta Nugraha. 2018.
Metode Penyembuhan Penderita Skizofrenia Oleh Mantri
Dalam Perspektif Pekerjaan Sosial. EMPATI Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Nasional. Vol. 7.
(http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/empati/article/downlo
ad/10015/pdf ) Diakses pada 22 Desember 2019.

23

Anda mungkin juga menyukai