Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN

PENCEGAHAN KELOMPOK 2

BENCANA
NAMA KELOMPOK
1. KADEK CINTIA WIDYASARI (17C10018 ) 1. NI KOMANG AYU APRILIANI
(17C10028)
2. KADEK VIRA PRAFTINI (17C10019)
2. LUH PUTU CAHYANI KURNIA
3. NI LUH MANIK PUSPITA SARI PARAMITHA (17C10029)
(17C10020)
3. ENDANG AYU PUTRI KERMANA
4. NI NENGAH ARSITI (17C10021) (17C10030)
5. I DEWA AYU MEY RAYANTI 4. PUTU MITHA FRIANCA WULANDEWI
(17C10022) (17C10031)
6. NI KETUT ITA KASTRIASIH 5. ANAK AGUNG PUTRI KUSUMA DEWI
(17C10023) (17C10032)
7. NI PUTU AYU RATNA DEWI 6. NI KADEK DIAH AYU MALINDA
(17C10026) (17C10033)
8. NI PUTU EMA PRAMESTI (17C10027) 7. I GUSTI AYU INDAH PARTIANI
(17C10034)
GAMBARA
N
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan
keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 buah dan panjang garis pantai
lebih dari 80.000 km merupakan jumlah pulau terbesar dan garis pantai terpanjang di dunia. Dilihat dari
potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang
sangat tinggi. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung
api, tanah longsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan, letusan gunung api. Masyarakat menjadi objek
utama saat terjadi bencana, seharusnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengetahui kerentanan
yang ada, sehingga dapat menjadi pelaku (subjek) utama dalam usaha-usaha pengurangan risiko bencana,
sehingga kerugian dapat diminimalisir.
GAMBARA
N
Hal itu hanya dapat terjadi jika masyarakat mempunyai perencanaan untuk mengurangi risiko
bencana dan mempunyai pengetahuan serta mengerti tentang apa yang seharusnya dilakukan pada
saat bencana belum terjadi (prabencana), pada saat tanggap darurat, dan pada saat pasca bencana.
Pentingnya peningkatan pemahaman dan ketahanan terhadap bencana itu harus ditanamkan kepada
masyarakat sekitar, terutama anak di usia dini yang masih belum mengerti tentang hal-hal apa yang
harus mereka lakukan saat peristiwa bencana tidak terduga terjadi (Desfandi,2014).
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) melalui pendidikan kebencanaan dapat diberikan melalui
sistem pendidikan formal dan non formal yang bertujuan untuk mengubah pola pikir, sikap dan
perilaku dalam upaya mengurangi resiko bencana serta menjadikan upaya pengurangan resiko
bencana menjadi budaya masyarakat.
PEMBAHASA
N
Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama:
1. potensi bahaya utama (main hazard)
2. potensi bahaya ikutan (collateral hazard)

Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat


dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di
Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah
wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta
potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana
letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta
potensi bencana banjir, dan lain-lain. Dari indicator-
indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency)
yang tinggi.
Sebelum pendidikan mitigasi bencana dilakukan,
diperlukan pemahaman kesamaan persepsi dalam
tindakan merespon bencana yang akan datang. Cara
yang ditempuh dengan berbagai metode agar
program mitigasi bencana dapat dipahami dan
dilaksanakan karena merupakan kebutuhan dalam
rangka mengurangi resiko bencana ketika datang.
Untuk mendapatkan hasilguna yang efektif dalam
program Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
secara fisik maupun nonfisik, pendidikan formal
saja tidak akan cukup mengingat rumitnya masalah.
Secara fisik, bagian yang paling penting adalah
membangun rumah tinggal yang layak, aman
lokasinya, nyaman, dan berkelanjutan.
Adapun sasaran pendidikan kebencanaan sesuai dengan yang disampaikan Resolusi
Belgrad International Conference On Environmental Education, diuraikan sebagai
berikut:

1. Kesadaran, membantu individu ataupun kelompok untuk memiliki kesadaran dan kepekaan
terhadap lingkungan keseluruhan berikut permasalahan yang terkait.
2. Pengetahuan, membantu individu atau kelompok sosial memiliki pemahanam terhadap
lingkungan total, permasalahan yang terkait serta kehadiran, manusia yang menyandang peran
dan tanggung jawab penting di dalamnya.
3. Sikap, membantu individu atau kelompok sosial memiliki nilai-nilai sosial, rasa kepedulian, yang
kuat terhadap lingkungannya, serta motivasi untuk berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengembangan lingkungan.
4. Ketrampilan, membantu individu atau kelompok sosial mengevaluasi persyaratan-persyaratan
lingkungan dengan program pendidikan dari segi ekologi, politik, ekonomi, sosial, estetika dan
pendidikan.
5. Peran serta, membantu individu atau kelompok sosial untuk dapat mengembangkan rasa tanggng
jawab, dan urgensi terhadapa suatu permasalahan lingkungan sehingga dapat mengambil tindakan
relevan untuk pemecahannya.
USIA SEKOLAH
Terdapat dua langkah dalam menerapkan pendidikan mitigasi bencana di Sekolah dasar:
1. Identifikasi kearifan local dalam mitigasi bencana
Indonesia memiliki banyak kearifan lokal dalam mencegah bencana, dikarenakan terdiri dari
banyak suku yang mendiami wilayah nusantara ini. Beberapa contoh kearifan lokal di beberapa
daerah seperti, jawa adalah, keengganan orang Jawa untuk menebang pohon besar lebih karena
pohon itu ada yang menungggu. Bila ada yang berani menebangnya akan kesambet atau
kesurupan.
2. Mengitegrasikan potensi bencana dan kearifan local dalam mitigasi bencana dalam
pembelajaran
Sosialisasi ini dapat dilaksanakan pada kegiatan intrakulikuler yang diintegrasikan dalam
beberapa mata pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan berbagai alternatif
yang disarankan dalam pedoman pengarusutaman pengurangan resiko bencana. Sikap sosial
pada siswa akan terbentuk dengan mengitegrasikan kearifan lokal dalam mitigasi bencana.
Karena dengan kearifan lokal, siswa menjadi peduli akan pentingnya menjaga lingkungan,
pentingnya perilaku disiplin, dan bagaimana beriteraksi dengan teman ketika terjadi bencana
MASYARAKA
T
Salah satu upaya yang dilakukan untuk
menyampaikan informasi mengenai bencana dan
pendidikan 24 kebencanaan adalah sosialisasi
bencana. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar
sosialisasi efektif adalah:
1. Kenali setiap sasaran dengan baik
2. Fokuskan pada upaya merubah perilaku
3. Kembangkan pesan-pesan yang mudah dimengerti
4. Sampaikan pesan terus-menerus
5. Gunakan keanekaragaman media
KESIMPULAN
Bencana merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, jadi tidak
perlu takut dalam menghadapi bencana. Indonesia Negara yang
terkurung dalam lingkaran bencana alam dan memiliki banyak suku,
ras dan agama sudah barang tentu terdapat banyak kearifan lokal
dalam hal mitigasi bencana. Pendidikan adalah proses memanusiakan
manusia dengan berbasis budaya.
Kearifan lokal dalam mitigasi bencana alam layak digunakan
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki peran penting dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana, memberikan pengetahuan yang
benar tentang bencana kepada masyarakat. Sejak usia dini diajarkan
tentang pentingnya mitigasi bencana akan membentuk manusia
Indonesia yang tangguh dalam menghadapi bencana alam. Selain itu
peran pendidikan luar sekolah dalam rangka mitigasi bencana dapat
ditempuh dengan memberikan pendidikan kebencanaan di lembaga
kursus, PKBM, kelompok belajar, kelompok pengajian dan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hayudityas, B. (2020). Pentingnya Penerapan Pendidikan Mitigasi Bencana Di Sekolah Untuk Mengetahui
Kesiapsiagaan Peserta Didik. Jurnal Edukasi Nonformal, Vol. 1, No. 2, Tahun 2020 (ISSN : 2715-2634).
Universitas Kristen Satya Wacana.

Setyowati, L. D. (2019). Pendidikan Kebencanaan. Universitas Negeri Semarang.

Suarmika, E., dkk. (2017). Pendidikan Mitigasi Bencana Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia,
Vol. 2, No. 2, September 2017 (ISSN : 2477-8435). Jawa Timur : PGSD Universitas Abdurachman Saleh
Situbondo.

Suhardjo, D. (2011). Arti Penting Pendidikan Mitigasi Bencana Dalam Mengurangi Resiko Bencana. Jurnal
Cakrawala Pendidikan. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Sunarti, V. (2014). Peranan Pendidikan Luar Sekolah Dalam Rangka Mitigasi Bencana. Jurnal, Volume II, No.
2, Tahun 2014. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UNP.

Anda mungkin juga menyukai