Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

OLEH:
KELOMPOK 2

1. I KOMANG BUDIANA (C2119101)


2. NI NYOMAN DONI ARYANI (C2119107)
3. I GST AGUNG AYU MAS WIDIANTARI (C2119109)
4. NI KOMANG SURYATHI (C2119110)
5. NI KOMANG ARMINI (C2119111)
6. NOVITA DEWI RAHAYU (C2119114)
7. I KADEK SOMANTARA (C2119115)
8. NI PUTU INDRA DEWI KUSUMAWATI (C2119116)
9. I GEDE ADI MAHARDIKA (C2119117)
10. NI PUTU SUCI ARIASIH (C2119118)
11. NI KETUT AYU MERTANINGSIH (C2119120)
12. I GEDE PUTRA LEGAWA (C2119122)
13. I MADE IVAN INDRA PUTRA (C2119123)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA BALI

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang
tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa
mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali
lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang
dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah
penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur
diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata, WHO memiliki
catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara
miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan
angka sebesar 1,5%. Menurut spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM,
tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin
meningkat, Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin banyak
jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami
penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi
karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.
Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia
(Depkes) bahwa 1,5  juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata-rata
diderita yang berusia 40-55 tahun.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak
tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau

2
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang
berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008)

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Katarak?
2.      Apa Etiologi Katarak?
3.      Apa Patofisiologi Ktarak?
4.      Apa Manifestasi Klinis Katarak?
5.      Bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak?
6.      Bagaimana Penatalaksanaan Katarak?
7.      bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Katarak
2.      Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi Katarak
3.      Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi Ktarak
4.      Mahasiswa dapat mengetahui Manifestasi Klinis Katarak?
5.      Mahasiswa dapat mengetahui Pemeriksaan penunjang Katarak
6.      Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan Katarak
7.      Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Defenisi
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau
kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan
karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan
matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

B.     Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim mengenai orang-
orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena dan sebelah mata lebih dulu
terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru mendapatkannya
kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi, katarak hanya lazim terjadi
pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan hewan yang berumur tua, terkadang bisa
kita melihat pengaburan lensa di matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.

4
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000)
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan   beracun lainnya.  
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)       dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan   metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup sendiri
(sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena katarak.Karena
kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna menjaga peredaran
darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.

C.    Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar
lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan

5
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

6
D. PATHWAY

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit metabolik


proses penuaan bisa diturunkan. (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Defisiensi coklat kekuningan
Pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang terpapar
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Risiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

Cemas/ Ansietas
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Risiko Infeksi

Penurunan enzim menurun


Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeri akut

7
E.    Jenis-Jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
1.      Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2.      Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a.       Katarak kongenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang
tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain
disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang
dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang
dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup
berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus,
iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-
kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil.
Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardas imental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak

8
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang
menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
b.      Katarak didapat
Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik. Katarak
didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain
adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat
3.      Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat
selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut
yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a.       Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya
tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung
diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara
serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak
insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

b.      Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau
belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata
akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,).

9
c.       Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-
sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.
Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d.      Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat
keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah
bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar
kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4.      Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda
asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang
korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
5.      Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan
dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis
pigmentosa dan pelepasan retina.
6.      Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan
syndrome Lowe, Werner atau Down.
7.      Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat
penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).

10
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam
bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
8.      Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik
yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular 
9.      Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk nya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan 
10.  Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

11.  Katarak kortikal
Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada korteks .mulai dengan kekeruhan  putih
mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehinnga menggangu penglihatan. Banyak
padapenderita DM
Tabel Perbedaan Karakteristik Katarak:
Insipie
Imatur Matur Hipermatur
n
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

11
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) <  <<  <<< 
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

F.     Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang
normalnya hitamcakan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

G.   Penatalaksanaan Katarak

12
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, 
tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan
jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika
katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1.      Iris                      : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang
berwarna hitam.
2.      Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
3.      Koroid                 : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari
ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas
pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan
dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil
yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi
yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu
kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya. Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1.      Indikasi sosial         : Jika pasien mengeluh adanya gangguan
penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.
2.      Indikasi medis        : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
3.      Indikasi optic          : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung
jari dari jarak 3m didapatkan hasil visus 3/60.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1.      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960
hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
2.      ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:

13
a.       Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual
setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
b.      Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus
dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan
cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening
mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.
Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.
Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai
waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak
dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut
agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
H.  Pencegahan
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga penyakit
yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari factor yang mempercepat
terbentuknya pnyakit katarak.
Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda pembentukkan atau
mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat memperlambat

14
petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi dengan operasi. Berikut ini
beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat mencegah terjadinya katarak :
a. Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan sinar
Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika mengalami diare.
Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
b. Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
c. Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina. Kombinasi billberry dan
vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan katarak pada 48 dari 50 orang
yang di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan dikonsumsi 3 kali sehari
d. Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari (pagi sebelum
makan)
e. Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus dibagian mata, 100
mg 2 kali sehari.
f. Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
g. Stop merokok jika anda merokok.
h. Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan kacamata matahari
i. Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar.
j. Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran segar.

I.  Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka
1.      scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3,
pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi
IOL (Smeltzer, 2001)
2.      kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
3.      lapang penglihatan, penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
4.      pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)

15
5.      pengukuran gonoskopi, membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup  glukoma
6.      pemeriksaan oftalmologis,
mengkaji struktur internal okuler,pupil oedema,perdarahan retina,dilatasi &
pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx Katarak

J.  Komplikasi
1.     Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke
dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina.
Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan
mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias
dilakukan pada kondisi ini.
2.    Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini. Terlihat
sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.
1.      Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b.      Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami
cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c.       Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada
jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
3.   Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat
tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.

17
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi
lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks,
atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior.
Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain
deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4.      Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan
skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan
orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas
01234
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. 
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan
atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola eliminasi       
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan
frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual

18
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat,
membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu
hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal diri
pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah
saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di
rumah sakit.

A.  Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi.
5. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.

19
B.     Intervensi Keperawatan

N DX
NOC NIC
O Keperawatan
1 Gangguan persepsi sensori- Setelah dilakukan tindakan keperawatan NEUROLOGIK MONITORING :
perseptual selama 3x 24 jam, diharapakan gangguan 1.      Monitor tingkat neurologis
penglihatan b.d Gangguan persepsi sensori teratasi. 2.      Monitor fungsi neurologis klien
penerimaan sensori/status organ Kriteria hasil:  Sensori function : vision 3.      Monitor respon neurologis
indera ditandai           Menunjukan tanda dan gejala persepsi 4.      Monitor reflek-reflek meningeal
dengan menurunnya ketajaman dan sensori baik : penglihatan baik. 5.      Monitor fungsi sensori dan persepsi :
          Mampu mengungkapkan fungsi persepsi penglihatan, penciuman, pendengaran,
dan sensori dengan tepat pengecapan, rasa
6.      Monitor tanda dan gejala penurunan neurologis
klien
EYE CARE :
1.      Kaji fungsi penglihatan klien
2.      Jaga kebersihan mata
3.      Monitor penglihatan mata
4.      Monitor tanda dan gejala kelainan penglihatan
5.      Monitor fungsi lapang pandang, penglihatan,
visus klien
MONITORING VITAL SIGN :
1.      Monitor TD, Suhu, Nadi dan pernafasan klien

20
2.      Catat adanya fluktuasi TD
3.      Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri
4.      Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5.      Monitor TD, Nadi, RR sebelum dan setelah
aktivitas
6.      Monitor kualitas Nadi
7.      Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8.      Monitor suara paru
9.      Monitor pola pernafasan abnormal
10.  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11.  Monitor sianosis perifer
12.  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, brakikardi, peningkatan sistolik) 

21
2 Ansietas b.d Perubahan pada status NOC NIC
kesehatan.          Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
         Anxiety level 1.      Gunakan pendekatan yang menenangkan
         Coping 2.      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku pasien
          Klien mampu mengidentifikasi dan 3.      Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas. dirasakan selama prosedur
          Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 4.      Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
menunjukkan tehnik untuk mengontol 5.      Temani pasien untuk memberikan keamanan
cemas. dan mengurangi takut
          Vital sign dalam batas normal. 6.      Dorong keluarga untuk menemani anak
          Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 7.      Lakukan back / neck rub
tubuh dan tingkat aktivfitas menunjukkan 8.      Dengarkan dengan penuh perhatian
berkurangnya kecemasan. 9.      Identifikasi tingkat kecemasan
10.  Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11.  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12.  Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
13.  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

3 Kurang pengetahuan b.d Kurang NOC NIC

22
informasi tentang penyakit          Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Proses
         Knowledge : Health Hehavior 1.      Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil : 2.      Jelaskan patofisiologidari penyakit dan
          Pasien dan keluarga menyatakan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
pemahaman tentang penyakit, kondisi, dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
prognosis, dan program pengobatan 3.      Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
          Pasien dan keluarga mampu melaksakan muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar 4.      Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
          Pasien dan keluarga mampu menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 5.      Sediakan informasi pada pasien
kesehatan lainnya tentang  kondisi, dengan cara yang tepat
6.      Hindari jaminan yang kosong
7.      Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8.      Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang dan ata proses
pengontrolan penyakit
9.      Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
10.  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang

23
tepat atau diindikasikan
11.  Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas local, dengan cara yang tepat
12.  Intruksikan pasien mengenal tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

4 Nyeri b.d Luka pasca operasi. NOC : NIC :


         Pain Level, 1.      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
         pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
         comfort level kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2.      Observasi reaksi nonverbal dari
selama 1x 24 Pasien tidak mengalami nyeri, ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil: 3.      Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
          Mampu mengontrol nyeri (tahu menemukan dukungan
penyebab nyeri, mampu menggunakan
4.      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
nyeri, mencari bantuan) kebisingan
          Melaporkan bahwa nyeri berkurang
5.      Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri 6.      Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
          Mampu mengenali nyeri (skala, intervensi
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 7.      Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
          Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

24
berkurang 8.      Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
          Tanda vital dalam rentang normal 9.      Tingkatkan istirahat
          Tidak mengalami gangguan tidur 10.  Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
11.  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
5 Resiko tinggi terhadap cidera NOC NIC
b.d Keterbatasan penglihatan.          Risk Kontrol Environment Management (Manajemen
lingkungan)
Kriteria Hasil : 1.       Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
          Klien terbebas dari cedera 2.       Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
          Klien mampu menjelaskan cara/metode sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
untuk mencegah injury/cedera pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
          Klien mampu menjelaskan faktor resiko3.       Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
dari lingkungan/perilaku personal (misalnya memindahkan perabotan)
          Mampu memodifikasi gaya hidup untuk4.       Memasang side rail tempat tidur
mencegah injury 5.       Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
          Menggunakan fasilitas kesehatan yang bersih
ada 6.       Menempatkan saklar lampu ditempat yang
          Mampu mengenali perubahan status mudah dijangkau pasien.
kesehatan 7.       Membatasi pengunjung

25
8.       Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
9.       Mengontrol lingkungan dari kebisingan
10.    Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
11.    Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.

6 Risiko infeksi b.d Prosedur NOC NIC


invansif ( operasi katarak )         Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
        Knowledge : Infection control 1.      Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
        Risk control lain
2.      Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil: 3.      Batasi pengunjung bila perlu
         Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4.      Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
         Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
penyakit, faktor yang mempengaruhi meninggalkan pasien
penularan serta penatalaksanaannya 5.      Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
         Menunjukkan kemampuan untuk 6.      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
mencegah timbulnya infeksi tindakan keperawatan
         Jumlah leukosit dalam batas normal 7.      Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
         Menunjukkan perilaku hidup sehat pelindung

26
8.      Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
9.      Tingktkan intake nutrisi
10.  Berikan terapi antibiotik bila perlu
11.  Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
12.  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
13.  Monitor kerentangan terhadap infeksi
14.  Batasi pengunjung
15.  Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
16.  Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
17.  Dorong masukan cairan
18.  Dorong istirahat
19.  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
20.  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
21.  Ajarkan cara menghindari infeksi
22.  Laporkan kecurigaan infeksi
23.  Laporkan kultur positif

27
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang
tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa
mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak
tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang
berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008)
B.     Saran
Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka asuhan
keperawatan pada pasien katarak harus di lakukan dengan profesional. Tenaga keperawatan
harus menjaga agar pasien katarak tidak sampai buta.

28
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
http://sallindrywidyas.blogspot.co.id/2013/10/asuhan-keperawatan-pada-pasien-katarak.html
http://widyaukisari.blogspot.co.id/2015/10/asuhan-keperawatan-katarak.html
http://www.academia.edu/27285413/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENGAN
_KATARAK
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction Publishing
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

29

Anda mungkin juga menyukai