HALUSINASI
A. Masalah Utama
Perubahan proses sensori: Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran
yang sering terjadi meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan) (Nita Fitria, 2011: 29).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya control dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimiaseperti Buffofenon
dan Dimetytransferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1) Rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungannya dan sauna sepia tau terisolasi.
2) Perilaku
Dapat berupa rasa curiga, takut tidak aman, gelisah dan bingung,
berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata
dan tidak nyata.
Makhluk yang dibangun atas dasar unsure bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
a) Dimensi Fisik
Kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat
diatasi, halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan,
klien tidak sanggup menentang perintah tersebut sehingga berbuat
sesuatu terhadap ketakutannya.
c) Dimensi Intelektual
Terjadi penurunan fungsi ego. Usaha ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Kecenderungan untuk menyendiri, klien menganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
e) Dimensi Spiritual
Adanya kehampaan hidup, dan tidak jelas tujuan hidupnya, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk mensucikan diri.
3. Patofisiologi
Menurut Stuart dan Sundeen, 1995 ada dua teori yang menjelaskan tentang
halusinasi, yaitu:
a. Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stress yang mengakibatkan
terlepasnya zat halusinogenik neurotic (buffofenon dan
dimethytransferase).
b. Teori Psikoanalisis
Merupakan respons pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
5. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi Dengar
Data Subjektif Data Objektif
Mendengar suara yang mengajak Bicara atau tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
bercakap-cakap
Mendengar suara melakukan Menutup telinga
Mendekatkan telinga kea rah
sesuatu yang berbahaya
tertentu
Mendengar suara-suara atau
Ada gerakan tangan
kegaduhan Mulut komat-kamit
Mendengar seseorang yang
sudah meninggal
b. Halusinasi Penglihatan
Data Subjektif Data Objektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
geometris, kartun, melihat hantu Ketakutan pada sesuatu yang
atau monster tidak jelas
Tatapan mata pada temoat tertentu
c. Halusinasi Penciuman
Data Subjektif Data Objektif
Membaui bau-bauan seperti bau Mengedus-endus seperti mencium
darah, urine, feses, dan terkadang
sesuatu
bau tersebut menyenangkan bagi Menutup hidung
klien
d. Halusinasi Pengecapan
Data Subjektif Data Objektif
Merasakan sesuatu atau mengunyah Sering meludah
sesuatu Muntah
e. Halusinasi Perabaan
Data Subjektif Data Objektif
Merasa seperti tersengat listrik, Menggaruk-garuk permukaan kulit
mengatakan ada serangga
dipermukaan kulit
g. Halusinasi Viseral
Data Subjektif Data Objektif
Memegang badannya yang Mengatakan perutnya menjadi
dianggapnya berubah bentuk dan mengecil setelah minum soft drink
tidak normal seperti biasanya
6. Tahapan Halusinasi
a. Tahap I (Non-Psikotik)
Halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi
sedang. Tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
klien.
Karakteristik:
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan.
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran.
Perilaku yang muncul:
Tersenyum atau tertawa sendiri
Menggerakkan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
b. Tahap II (Non-Psikotik)
Klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat.
Halusinasi dapat menyebabkan antisipasi.
Karakteristik:
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut.
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul:
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
Perhatikan terhadap lingkungan menurun.
Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun.
Karakteristik:
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
2) Isi halusinasinya menjadi atraktif
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang muncul:
Klien menuruti perintah halusinasi
Sulit berhubungan dengan orang lain
Perhatian terhadap lingkungan sedikit/ sesaat
Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
Klien tampak tremor dan berkeringat
d. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.
Perilaku yang muncul:
Risiko tinggi menciderai
Agitasi/ kataton
Tidak mampu merespons rangsangan yang ada
7. Rentang Respons
Respons Adaptif Respons Maladaptif
8. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakologi
Pengobatan pada pasien halusinasi, yaitu:
1) Chlorpromazine (CPZ) adalah derivat yang mempunyai khasiat dan
bekerja pada Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan mendepresi sub
kortikal SSP yang menimbulkan efek psikotropik, sedasi, anti emetic
dan dapat menekan refleks batuk. Efek samping: pusing, pingsan,
hipotensi, orthostatik, palpitasi, takikardi, pandangan kabur, konstipasi,
dan lain-lain.
2) Haloperidol (HLP) adalah derivat yang khasiatnya hampir sama dengan
derivat fenotiazin (CPZ). Efek samping: gelisah, ataksia, mulut kering,
konstipasi (diare), urine diaphoresis (berlebihan), anemia, dan lain-lain.
3) Trihexyphenidil (THP) yaitu untuk merelaksasi otot polos dan
sposmodik. Efek samping: mulut kering, pusing, pandangan kabur,
mual, mengantuk, bingung, dan lain-lain.
b. Terapi kejang listrik/ elektro compulsive teraphy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
C. Pohon Masalah
Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan
D. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul, yaitu:
1. Resiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis
A. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Resiko Tujuan
menciderai Umum:
diri sendiri/ Klien dapat
lingkungan mengontrol
berhubungan halusinasi
dengan yang
halusinasi dialaminya.
pendengaran TUK 1: Setelah Bina hubungan Hubungan
dan Klien dapat dilakukan saling percaya saling
penglihatan membina tindakan menggunakan percaya
hubungan keperawatan prinsip komunikasi sebagai dasar
saling dalam 3 kali terapeutik. interaksi
percaya interaksi klien 1. Sapa klien dengan perawat dan
menunjukkan ramah, baik secara klien.
tanda-tanda verbal maupun non
percaya verbal.
kepada 2. Perkenalkan nama
perawat: perawat.
- Klien 3. Tanyakan nama
membalas lengkap klien dan
sapaan panggilan yang
perawat disukai.
- Ekspresi 4. Jelaskan tujuan
wajah pertemuan.
bersahabat 5. Tunjukkan sikap
dan senang jujur dan menepati
- Ada kontak janji.
mata, mau 6. Beri perhatian
berjabat kepada klien dan
tangan perhatikan
- Mau kebutuhan dasar
menyebut- klien.
kan nama 7. Dengarkan
- Klien mau ungkapan klien
duduk ber- dengan empati.
dampingan
dengan
perawat
- Klien mau
mengutara
kan masalah
yang
dihadapi.
SP1
TUK 2: Setelah 1. Observasi tingkah Tingkah laku
Klien dapat dilakukan laku klien terkait klien terkait
mengenali tindakan dengan halusinasinya
halusinasi keperawatan halusinasinya menunjukkan
nya dalam 3 kali (dengar/ lihat/ jenis,isi,
interaksi klien penghidu/ raba/ waktu,
dapat kecap). frekuensi,
menyebutkan : a. Tanyakan situasi dan
1. Jenis apakah klien respon yang
2. Isi menglami menimbulkan
3. Waktu sesuatu halusinasi.
4. Frekuensi (halusinasi
5. Situasi dengar/ lihat/
6. Respon penghidu/
(marah, raba/ kecap)
takut, sedih, b. Jika ya,
senang, tanyakan apa
cemas, yang sedang
jengkel) dialaminya.
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang actual dan mengancam integritas
klien dan lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini, serta hal yang tidak boleh dilupakan bahwa perawat harus
mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP mencakup :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon.
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah:
a. Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
b. Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.
c. Meminta bantuan / partisipasi keluarga.
d. Mampu berhubungan dengan orang lain.
e. Menggunakan obat dengan benar.
Pada Keluarga:
a. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.
b. Mampu merawat klien di rumah tentang cara mengatasi halusinasi dan mendukung
kegiatan-kegiatan klien.