HALUSINASI
A. MASALAH UTAMA
Perubahan proses sensori: Halusinasi
3. Patofisiologi
Menurut Stuart dan Sundeen, 2005 ada dua teori yang menjelaskan tentang
halusinasi, yaitu:
a. Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stress yang
mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotic (buffofenon dan
dimethytransferase).
b. Teori Psikoanalisis
Merupakan respons pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
4. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi Dengar
Data Subjektif Data Objektif
1. Mendengar suara yang mengajak 1. Bicara atau tertawa sendiri
bercakap-cakap 2. Marah-marah tanpa sebab
2. Mendengar suara melakukan 3. Menutup telinga
sesuatu yang berbahaya 4. Mendekatkan telinga kea rah
3. Mendengar suara-suara atau tertentu
kegaduhan 5. Ada gerakan tangan
4. Mendengar seseorang yang sudah 6. Mulut komat-kamit
meninggal
b. Halusinasi Penglihatan
Data Subjektif Data Objektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk 1. Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
geometris, kartun, melihat hantu atau 2. Ketakutan pada sesuatu yang
monster tidak jelas
3. Tatapan mata pada temoat tertentu
c. Halusinasi Penciuman
Data Subjektif Data Objektif
Membaui bau-bauan seperti bau darah, 1.Mengedus-endus seperti mencium
urine, feses, dan terkadang bau tersebut sesuatu
menyenangkan bagi klien 2.Menutup hidung
d. Halusinasi Pengecapan
Data Subjektif Data Objektif
Merasakan sesuatu atau mengunyah 1. Sering meludah
sesuatu 2. Muntah
e. Halusinasi Perabaan
Data Subjektif Data Objektif
Merasa seperti tersengat listrik, Menggaruk-garuk permukaan kulit
mengatakan ada serangga dipermukaan
kulit
g. Halusinasi Viseral
Data Subjektif Data Objektif
Memegang badannya yang Mengatakan perutnya menjadi
dianggapnya berubah bentuk dan mengecil setelah minum soft drink
tidak normal seperti biasanya
5. Tahapan Halusinasi
a. Tahap I (Non-Psikotik)
Halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik:
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan.
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control
kesadaran.
Perilaku yang muncul:
1) Tersenyum atau tertawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
b. Tahap II (Non-Psikotik)
Klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan
berat.Halusinasi dapat menyebabkan antisipasi.
Karakteristik:
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut.
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul:
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
2) Perhatikan terhadap lingkungan menurun.
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun.
c. Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik:
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
2) Isi halusinasinya menjadi atraktif
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang muncul:
1) Klien menuruti perintah halusinasi
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit/ sesaat
4) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
5) Klien tampak tremor dan berkeringat
d. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.
Perilaku yang muncul:
1) Risiko tinggi menciderai
2) Agitasi/ kataton
3) Tidak mampu merespons rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali
dengan menarik diri, halusinasi lihat dan dengar/ salah satunya yang
menyuruh pada kejelekan, maka akan berisiko terhadap perilaku
kekerasan.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakologi
Pengobatan pada pasien halusinasi, yaitu:
1) Chlorpromazine (CPZ) adalah derivat yang mempunyai khasiat dan
bekerja pada Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan mendepresi sub
kortikal SSP yang menimbulkan efek psikotropik, sedasi, anti
emetic dan dapat menekan refleks batuk. Efek samping: pusing,
pingsan, hipotensi, orthostatik, palpitasi, takikardi, pandangan
kabur, konstipasi, dan lain-lain.
2) Haloperidol (HLP) adalah derivat yang khasiatnya hampir sama
dengan derivat fenotiazin (CPZ). Efek samping: gelisah, ataksia,
mulut kering, konstipasi (diare), urine diaphoresis (berlebihan),
anemia, dan lain-lain.
3) Trihexyphenidil (THP) yaitu untuk merelaksasi otot polos dan
sposmodik. Efek samping: mulut kering, pusing, pandangan kabur,
mual, mengantuk, bingung, dan lain-lain.
b. Terapi kejang listrik/ elektro compulsive teraphy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
8. Rentang Respons
Rentang Respons
Respons Adaptif Respons Maladaptif
H. STRATEGI PELAKSANAAN
SP I
- Mendiskusikan jenis halusinasi px
- Mendiskusikan isi halusinasi px
- Mendiskusikan waktu halusinasi px
- Mendiskusikan frekuensi halusinasi px
- Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mendiskusikan respon px terhadap halusinasi
- Melatih px mengontrol halusinasi: menghadik halusinasi
- Menganjurkan px memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwak
kegiatan harian
SP II
- Mengevaluasi kemampuan px dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik
- Melatih px mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
- Menganjurkan px memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
- Mengevaluasi kemampuan px dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain
- Melatih px mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan)
- Menganjurkan px memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
- Mengevaluasi kemampuan px dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan kegiatan teratur
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat seara teratur
- Menganjurkan px memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Keliat Budi Ana, (2004) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC
Stuart GW, Sundeen, (2005) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa, (2000). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung