STIKes Pertamedika
Di Susun Oleh :
SUKIRNO
D. Etiologi
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
1. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan terakitvasinya neurotrasmitter otak. Misalnya tejadi
ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa
cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor keluarga menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinai dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien
4) Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan memburuk.
E. Akibat
Akibat dari halusinasi adalah risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia
untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya
F. Manifestasi Klinik
Adapun Tanda dan gejala halusinasi menurt Direja, 2011 sebagai berikut :
1) Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas.
Data Subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartoon,
melihat hantu atau monster.
3) Halusinasi Penghidungan
Data Objektif : menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu,
menutup hidung.
Data Subjektif : membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
4) Halusinasi Pengecapan
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subjektif : merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.
5) Halusinasi Perabaan
Data Objektif : Menggaruk- garuk permukaan kulit.
Data Subjektif : menyatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa
tersengat listrik.
G. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia biasanya
diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain :
- Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut
biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg, im. Pemberian injeksi
biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral
3x1,5 mg atau 3x5 mg.
- Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile. Biasanya
diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x 100mg. Apabila
kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja
(Yosep, 2011).
2. Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan Halusinasi
yaitu ( Keliat, 2010):
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sessi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa
stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus
yang disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan
proses persepsi klien yang maladaptive atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada orang
lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).
Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan
testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas
yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari.
Jika hobby klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus,
misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.
4. Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila menarik diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan penderita untuk mengadakan permainan atau pelatihan
bersama (Maramis, 2005).
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pohon masalah
Jika klien sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya Dengan mengetahui waktu, isi dan
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien : frekuensi munculnya halusinasi
Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, mempermudah tindakan keperawatan
sore, malam atau sering dan kadang-kadang). yang akan di lakukan perawat.
Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak Untuk mengidentifikasi pengaruh
menimbulkan halusinasi. halusinasi pasien.
2. Setelah …x interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi Untuk mengetahui koping yang
menyatakan perasaan dan halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan digunakan oleh klien.
responnya saat mengalami. perasaannya. Agar klien mengetahui akibat dari
halusinasi : 2.2 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi menikmati halusinasi sehingga klien
Marah perasaan tersebut. meminimalisir halusinasinya.
Takut 2.3 Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien
Sedih menikmati halusinasinya.
Senang
Cemas
Jengkel
3. Klien dapat mengontrol 1. Setelah …x interaksi klien Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika Upaya untuk memutuskan siklus
halusinasinya. menyebutkan tindakan yang terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll). halusinasi sehingga halusinasi tidak
biasanya dilakukan untuk Diskusikan cara yang digunakan klien : berlanjut.
mengendalikan halusinasinya. Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
2. Setelah …x interaksi klien Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara Resinforcement positif dapat
menyebutkan cara baru tersebut. menngkatkan harga diri klien.
mengontrol halusinasi. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya
halusinasi : Memberikan alternatif pilihan bagi klien
Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak untuk mengontrol lingkungan.
mau dengar/ lihat/ penghidu/ raba/ kecap”) pada saat halusinasi
terjadi.
Menemui orang lain perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk
menceritakan halusinasinya.
Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang
telah disusun.
Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi.
3. Setelah …x interaksi klien dapat 1. Bantu klien memilih cara yang sudah diajarkan dan latih untuk Memotivasi dapat meningkatkan
memilih dan memperagakan cara mencobanya. kegiatan klien untuk mencoba memilih
mengatasi halusinasi (dengar/ salah satu cara mengendalikan halusinasi
lihat/ penghidu/ raba/ kecap). 2. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dan dapat meningkatkan harga diri klien.
4. Setelah …x interaksi klien dilatih. Memberi kesempatan kepada klien untuk
melaksanakan cara yang telah mencoba cara yang sudah di pilih.
dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya. 3. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil
5. Setelah …x pertemuan klien beri pujian. Stimulasi persepsi dapat mengurangi
mengikuti terapi aktivitas perubahan interpretasi realitas klien akibat
kelompok. halusinasi.
2. Setelah …x interaksi keluarga 2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/ Untuk mengetahui pengetahuan keluarga
menyebutkan pengertian, tanda kunjungan rumah). dan meningkatkan kemampuan pengetahuan
dan gejala, proses terjadinya Pengertian halusinasi tentang halusinasi
halusinasi dan tindakan untuk Tanda dan gejala halusinasi.
mengendalikan halusinasi. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
Obat-obatan halusinasi. Agar keluarga dapat merawat klien atau
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri anggota keluarga lain yang berhalusinasi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian dirumah
bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi). Keluarga klien menjadi tahu cara mencari
Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi
cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di dirumah.
rumah.
5. Klien dapat 1. Setelah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak Dengan menyebutkan dosis, frekuensi
memanfaatkan obat menyebutkan : minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek dan manfaat obat, diharapkan klien
dengan baik. Manfaat minum obat samping penggunaan minum obatPantau klien saat melaksanakan program pengobatan.
Kerugian tidak minum obat penggunaan obat Menilai kemampuan klien dalam
Nama, warna, dosis,efek pengobatannya sendiri.
terapi dan efek samping obat Program pengobatan dapat berjalan
sesuai rencana.
Dengan mengetahui prinsip penggunaan
2. Setelah …x interaksi klien 2. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar. obat, maka kemandirian klien untuk
mendemontrasikan penggunaan pengobatan dapat ditingkatkan secara
obat dengan benar. bertahap
3. Setelah …x interaksi klien 3. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
menyebutkan akibat minum obat dengan dokter.
tanpa konsultasi dokter. 4. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA