Oleh :
A. KONSEP LANSIA
1. Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh
yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).
3. Klasifikasi Lansia
Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
c. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
4. Proses Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh
yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami.
Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun
psikologi (Nugroho, 2000).
6) Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan; Kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2
yakni:
- Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang terdapat
di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
- Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang tendapat di
sebeiah depan di bawah lidah.
Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah
di antara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut korunkula
sub lingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
Kelenjar ludah dalam rongga mulut ada 3 pasang, yaitu:
- Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga
- Kelenjar submandibulavis, terletak di rahang bawah
- Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.
Ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan. Selain itu,
lidah juga melindungi selaput mulut terhadap panas, dingin, asam, dan
basah. Didalam ludah terdapat enzim ptialin ( amilase ). Enzim ptialin
berfungsi mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat
karbohidrat ( amilum ) menjadi gula sederhana ( maltosa ). Maltosa
mudah di cerna oleh organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin
beketja dengan baik pada PH antara 6, 8-7 dan suhu 37oC.
Gambar. Bagian Mulut dan Kelenjar Mulut
b. FARING
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (osofagus) di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak persimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut
dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana.
Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sama tinggi
dengan hidung, Bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut
dan bagian inferior bagian yang sama tinggi dengan faring. Bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah bagian superior
disebut faring, yaitu pangkal lidah yang menghubungkan tekak dengan
tcnggorokkan (trakea).
Menelan (Deglutisio) disaat Jalan udara dan jalan makanan pada
faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke
leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan
nafas dan di depan dari ruas tulang belakang. Makanan
melewati epiglotis lateral melalui ressus piriformis masuk ke osofagus tanpa
membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya
makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup
sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi secara
bersamaan.
c. ESOFAGUS ( KERONGKONGAN )
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di
bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar; Lapisan selaput
lendir(mukosa), lapisan sub mukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan
lapisan otot memanjang longitudinal. Osofagus terletak di belakang trakea
dan di depan tulang punggung setelah melalui toraks menembus diafragma
masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. kerongkongan
berfungsi sebagai jalan makanan yang telah di kunyah menuju lambung,
jadi, pada kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan.
Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang
sehingga dapat mendorong makanan masuk ke dalam lambung, gerak
kerongkongan ini di sebut gerak peristalis. Gerak peristalis merupakan
gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan ke
dalam lambung. Makanan di dalam kerongkongan hanya sekitar enam
detik. Bagian pangkal kerongkongan ( paring ) berotot lurik, artinya kita
menelan makanan jika telah di kunyah sesuai dengan kehendak kita. Akan
tetapi, sesudah proses penelanan sehingga mengeluarkan proses. Kerja
otot-otot organ pencernaan selanjutnya tidak menurut kehendak kita
( tidak di sadari ).
Gambar. Esofagus
d. LAMBUNG ( GASTER )
Lambung ( fentrikulus ) merupakan kantung besar yang terletak
disebelah kiri rongga perut. Lambung sering pula disebut perut besar atau
kantung nasi. Lambung terdiri dari 3 bagian yaitu bagian atas ( kardiak ),
bagian tengah yang membulat ( fundus ), dan bagian bawah ( pilorus ).
Kardiak berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan kerongkongan.
Pilorus berhubungan langsung dengan usus dua belas jari. Di bagian ujung
kardiak dan pilorus terdapat klep ( sfigter ) yang mengatur masuk dan
keluarnya makanan ke dalam dari lambung.
Dinding lambung terdiri dari otot yang tersusun melingkar,
memanjang, dan menyerong. Otot-otot tersebut menyebabkan lambung
berkontraksi. Akibatnya kontraksi otot lambung, makanan teraduk dengan
baik sehingga akan bercampur merata dengan getah lambung. Hal ini
menyebabkan makanan didalam lambung berbentuk seperti bubur. Dinding
lambung mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar
pencernaan yang menghasilkan getah lambung. Getah lambung
mengandung air lender ( musin ), asam lambung, enzim renim, dan enzim
pepsinogen. Getah lambung bersifat asam karena banyak mengandung
asam lambung.
Asam lambung berfungsi membunuh kuman penyakit atau bakteri
yang masuk bersama makanan dan juga berfungsi untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin-pepsin yang berfungsi memecah protein
menjadi pepton dan proteosa-enzim renin berfungsi menggumpalkan
protein susu (kasein) yang terdapat dalam susu. Adanya enzim renin dan
enzim pepsin menunjukkan bahwa didalam lambung terjadi proses
pencernaan kimiawi- selain menghasilkan enzim pencernaaan, dinding
lambung juga menghasilkan hormon gastrin. Hormon gastrin berfungsi
untuk mengeluarkan (sekresi) getah lambung. Lambung dapat meregang
sampai dapat menyimpan 2 liter cairan, makanan umumnya dapat bertahan
3-4 jam didalam lambung. Dari lambung , makanan sedikit demi sedikit
keluar menuju usus 12 jari melalui sfingter pilorus.
2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan
digitalis.
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.
3. Pataofisiologi
a. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut,seperti beberapa
jenis obat,alkohol,bakteri,virus,jamur,stres akut,radiasi,alergi atau
intoksikasi dari bahan makanan dan minuman garam empedu,iskemia,dan
trauma langsung.
1) Obat-obatan,seperti obat -inflamasi nonsteroid/OAINS (Indometasin,
Ibuprotein dan Asam Salisilat),sulfonamide,streoid,kokain,agen
kemoterapi (Mitomisin,5 fluoro-2-deoxyuridine),salisilat,dan digitalis
bersifat mengiritasi mukosa lambung (gelfand,1999)
2) Minuman beralkohol:seperti whisky,vodka,dan gin
3) Infeksi bakteri: seperti H.pylori (paling sering), H.heimanii , streptococci,
staphylococci, proteus spesicies, clostridium species, E.coli, Tuberculosis,
dan secondary syphflis
4) Infeksi virus oleh sitomegalovirus(giannakis,2008)
5) Infeksi jamur,seperti candidiasis,Histoplasmosis,dan phycomycosis
6) Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluks usus-lambung.
7) Makanan dan minuman yang bersifat iritan.Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung.
8) Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam empedu(komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal)dari usus kecil
kemukosa lambung sehingga menimbulakan respons peradangan
mukosa.
9) Iskemia,hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah
kelambung.
10)Trauma langsung lambung,berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas
mukosa,yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa
lambung
4. Pathway
5. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis
adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000,
hal: 188).
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar
lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan
proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan
infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding
lambung.
6. Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri
dapat timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat,
gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh,
tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium, kejng-kejng
dan lemah.
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai
dengan penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus
peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.
7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan
syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi
perforasi. Gangguan cairan ketika terjadi muntah hebat.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus. Ulkus peptikum juga keganasan lambung.
8. Prognosis
- Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
- Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis
tipe A.
- Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala
klinis yang berulang.
9. Pemeriksaan Penunjang
- Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknyatersebar.
- Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernahmelewati mukosa muskularis.
- Biopsi mukosa lambung
- Analisa cairan lambung :untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada kliendengan gastritis kronik.
- Pemeriksaan barium
- Radiologi abdomen
- Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
- Feces bila melena
- EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan
GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan /
cedera.
- Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan
diganosa penyebab / sisi lesi..
- Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan
kemungkinan isi perdarahan.
- Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456)
10. Penatalaksanaan
Secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet
lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan.
Secara spesifik dibedakan :
Gastritis Akut :
- Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
- Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
- Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie
yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
- Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
- Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum
- Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
- Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
Gastritis Kronis :
- Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
- H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
11. Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan
gejala pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak
dapat makan, mual, muntah?
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah
makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah
mencerna obat tertentu atau alkohol?
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan
atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat
penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
e. iwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis,
kelebihan diet atau diet sembarang.
f. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan
membantu
g. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
h. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan
status syok, nyeri akut, respons psikologik)
i. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
j. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka
peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
k. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
l. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
m. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal
atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan
tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
n. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
o. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung
ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini
dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
12. Diagnosa
a. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien
mengeluh tidak mau makan
b. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak
adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
c. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai
dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan
faktor pencetus iritan pada mukosa lambung
f. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien
tampak gelisah
13. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai
dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran
gastrin.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi
lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga
nyeri meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat
menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat
kimia.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien
mengeluh tidak mau makan
Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi atau minuman yang engandung
kafein dan alkohol.
Intervensi :
1) Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai
makanan yang lain.
4) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
c. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak
adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membran
mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut..
d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :Keterbatasan aktifitas teratasi.
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring atau duduk,
2) berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
3) batasi pengunjung,
4) dorong penggunaan tekhnik relaksasi,
5) kaji nyeri tekan pada gaster,
6) berikan obat sesuai dengan indikasi.
e. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan
faktor pencetus iritan pada mukosa lambung
Tujuan :Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang
telah diinformasikan.
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan,kelemahan umun,pengetahuan pasien sebelumnya,dan
suasana yang tepat)
R/ Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan
fisik,dan lingkungan yang kondusif
2) Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai menimbulkan
keluhan pada pasien
R/ Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana
penyuluhan dapat bersifat individual.Diet diberikan dan disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan kalori harian,makanan yang disukai serta
pola makan
3) Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan
R/ Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dan
mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung.
4) Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi predisposisi
timbulnya keluhan
R/Pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk dihindari
(misal:kafein,nikotin,bumbu pedas,pengiritasi atau makanan sangat
merangsang,dan alkohol
5) Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang
mengandung protein dan kalori yang tinggi,serta intake cairan yang
cukup setiap hari
R/ Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolik tubuh.Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut
meningkatan kemandirian pasien dalam perawatan penyakitnya.
f. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien
tampak gelisah
1) Tujuan : Ansietas teratasi/berkurang.
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
2) Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat
dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang ipersepsikan
orang lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan
stress.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan
pada masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah
saat ini, meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
5) Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas.
14. Evaluasi
a. Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi
b. Asupan nutrisi terpenuhi
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi
d. Aktivitas telah kembali normal
e. Informasi terpenuhi
f. Tingkat kecemasan berkurang
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
Email : stikes pertamedika@gmail.com
I. Identitas
A. Nama : Ny. R
B. Umur : 63 Tahun
C. Alamat : Kp. Parigi Desa Karangnunggal Kec Citinten
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Composmentis
2) GCS : E = 4, M = 6, V = 5 Jml = 15
3) TTV : TD. 130/90 MmHg, N. 68 x/m, S.36,5oc, R.21 x/m
4) BB/TB : 53 kg / 151 cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
Tegap
Bungkuk
Kifosis
Skoliosis
Lordosis
6) Keluhan : Tidak ada
Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan rambut : tidak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya, jelaskan :-
2) Mata
a) Konjungtiva : tidak anemis
b) Sklera : tidak ikterik
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : baik
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan : -
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
b) Peradangan : tidak
c) Penciuman : tidak ada gangguan
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : -
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak
d) Gigi : tidak ada karies, ompong ya
e) Radang gusi : tidak
f) Kesulitan mengunyah : tidak
g) Keluhan lain : tidak
h) Jika ya , jelaskan : -
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak
c) Pendengaran: tidak ada gangguan
d) Jika ya , jelaskan : -
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
c) Kaku kuduk : tidak
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : -
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest
b) Payudara : tidak ada kelainan
c) Retraksi dinding dada : tidak
d) Suara nafas : vesikuler
e) Wheezing : tidak
f) Ronchi : tidak
g) Suara jantung tambahan : tidak ada
h) Keluhan : tidak ada
i) Jika ya , jelaskan : -
8) Abdomen
a) Bentuk : Flat
b) Nyeri takan : tidak
c) Kembung : ya kadang-kadang
d) Supel : ya
e) Bising Usus : ada, frekuensi : 6 x/menit
f) Massa : tidak
g) Keluhan : ya
h) Jika ya , jelaskan : Nyeri tekan di ulu hati
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : 3-4 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : tidak
e) Hernia : tidak
f) Keluhan : tidak ada
g) Jika ya , jelaskan : -
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) : 5 5
Ket : 5 5
1 = Lumpuh
2 = Ada Kontraksi
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : Normal. Tidak pucat
c) Kelembapan : lembab
d) Lesi/Luka : tidak
e) Perubahan tekstur : ya
f) Gangguan pada kulit : tidak
g) Keluhan : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan : -
Gambar kondisi luka ;
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.
Score = 9
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
Total :30
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Morse Fall Scale
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
0
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
Bedrest/dibantu perawat
Kruk/tongkat/walker 15 0
Berpegangan pada benda-benda disekitar
30
(kursi, lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri) 0
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0
Lansia menyadari kondisi dirinya 0
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 0
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
No Pertanyaan Ya Tidak
Ya
1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda ? Tidak
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak
6 Ya
anda?
7 Apakah anda sering merasa bahagia setiap waktu? Ya Tidak
Apakah anda lebih suka diam dirumah daripada keluar atau Tidak
9 Ya
melakukan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa memiliki masalah memori/ingatan Tidak
10 Ya
daripada orang lain?
Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup Ya
11 Tidak
saat ini?
Tidak
12 Apakah anda merasa kurang berharga/bernilai saat ini? Ya
Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat Ya
14 Tidak
ini?
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang Tidak
Ya
lebih baik dari pada anda?
1. Data Fokus
2. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Nyeri akut b.d agen Peningkatan kadar
1. Klien mengatakan pencedera gisiologis asam lambung
nyeri terasa sebelum
dan setelah selesai
makan bahkan sedang
tidur terlentang
2. Klien mengatakan
perut Terasa nyeri jika
terlambat Makan dan
nyerinya hilang Timbul
jika epigastrium di
Tekan
3. klien mengeluh sering
Merasa mual dan
muntah
DO:
1. Nyeri tekan pada
daerah ulu hati
(epigastrium) dengan
skala 3
DS:
1. Klien mengatakan perih
dan terasa panas di area
lambung saat bergerak
dan beraktivitas baik
minum maupun makan Nause b.d iritasi lambung
Tgl. No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &
nama
(PES) Hasil
jelas
21 2. Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan
April gejala penyakit Asuhan Keperawatan 1. Monitor ttv /8 jam A. Mukdi
2022 selama 1 x 24 2. Monitor lingkungan MIsbahalu
gangguan rasa nyaman 3. Monitor tanda tanda yang mengakibatkan penyakit din
berkurang/hilang kambuh kmbali
dengan kriteria hasil : 4. Kendalikan faktor lingkungan penyebab
1. Klien megatakan kenyamanan istirahat pasen terganggu
keluhan gangguan 5. Atur posisi nyaman bagi klient
rasa nyaman 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
berkurang/hilang obatan
2. Klient tampak rilex
3. Klient bisa
beristirahat dengan
baik
Paraf &
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Tgl. No. Rencana Tindakan nama
(PES) Hasil
jelas
21 April 3. Neuse b.d iritasi Lambung Setelah dilakukan 1. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering
2022 Asuhan Keperawatan 2. Menganjurkan untuk makan makanan dengan A. Mukdi
selama 3x24 jam masalah konsentrasi lembek MIsbahalu
teratasi dengan kriteria 3. Motivasi klien untuk semangat dalam din
Paraf dan
Tgl./ No.
Tindakan Keperawatan dan Hasil Nama
Waktu DK.
Jelas
21 April 1. 1. Mengkaji dan mencatat keluhan nyeri termasuk
2022 lokasi, lamanya, intensitas skala nyeri (0-10). A. Mukdi
R/Klien mengatakan nyeri diarea ulu hati berkurang, MIsbahaludi
muncul Kembali jika makan makanan yang n
2. 1. Memonitor ttv
R/ TD 130/90 N 68 R 21x/mnt S 36,5 'c
2. Monitor Lingkungan
R/Klien mengatakan sudah cukup nyaman dan bisa
beristirahat dengan baik dan tenang serta nyaman A. Mukdi
MIsbahaludi
kambuh lagi
R/ klien mengatakan penyakitnya sudah tidak kambuh lagi
(nyerinya sudah berkurang bahkan hampir tidak ada)
A. Mukdi
MIsbahaludi
n
D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
Paraf dan
No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP)
Nama
DK. Jam (Mengacu pada tujuan)
Jelas
1. 21 April S : Klien melaporkan nyerinya berkurang
2022 O : Klien tampak tenang, klien dapat mengontrol
nyeri yang dirasakan. TTV TD.130/80 MmHg,
N.77 x/m, R.19X/m, S.36,5oc A. Mukdi
A : Masalah sebagian teratasi : nyeri berkurang MIsbahaludi
dengan skala nyeri 2 n
24 April 2022 S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi ketika MIsbahaludi
masuk makanan n
A. Mukdi
MIsbahaludi
n
PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )
Paraf dan
Tgl./ No.
Tindakan Keperawatan dan Hasil Nama
Waktu DK.
Jelas
22 April 1. 1. Mengkaji dan mencatat keluhan nyeri termasuk
2022 lokasi, lamanya, intensitas skala nyeri (0-10). A. Mukdi
R/Klien mengatakan nyeri diarea ulu hati tidak ada, MIsbahaludi
muncul Kembali jika makan makanan yang n
A. Mukdi
MIsbahaludi
n
E. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
P : Intervensi dihentikan.
A. Mukdi
MIsbahaludi
n
SATUAN OPERASIONAL PROSEDURE
(SOP) KOMPRES AIR HANGAT
A. Topik
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat
pada bagian tubuh yang memerlukan. Pemberian kompres dilakukan
pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan
kedinginan
B. Kompres Hangat
Tindakan mandiri perawat untuk membantu pasien dalam managemen
nyeri adalah dengan pemberian kompres hangat. Tujuan penerapan
kompres hangat untuk meningkatkan relaksasi otot-otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan
rasa hangat local. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan
endorfin tubuh sehingga menghambat transmisi stimulus nyeri.
C. Manfaat
Dari hasil kegiatan ini diharapkan lansia yaitu Ny. R di rumahnya dapat
mengetahui dan menerapkan kompres hangat, untuk menurunkan
skala nyeri pada Ny. R dengan Gastritis.
D. Prosedur Kerja
1.
Alat
Botol
Termos bersisi air panas
Lap / Kain
E. Cara Kerja
1. Persiapan alat
2. Cuci tangan
3. Lakukan pemasangan terlebih dahulu botol dengan cara : mengisi botol
dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi
botol berulang-ulang.
4. Isi botol dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari
botol tersebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara :
5. Letakkan botol di atas meja atau tempat datar.
6. Bawa botol tersebut ke dekat klien
7. Letakkan atau pasang botol dengan dibungkus kain / lap pada area
yang memerlukan
8. Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul
akibat pemberian kompres dengan botol panas, seperti kemerahan,
ketidak nyamanan, kebocoran, dsb.
9. Ganti botol panas setelah 10 menit di pasang dengn air anas lagi,
sesuai yang di kehendaki
10.Bereskan alat alat bila sudah selesai
11.Cuci tangan
F. Prosedur Tindakan
No Tahap Waktu
Kegiatan
1 Tahap Pre Interaksi 3 Menit