Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK


KODE MATA AJARAN WAT 1.6.04
KASUS PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS NUROBO KECAMATAN LAEN MANEN
KABUPATEN MALAKA

OLEH :

NAMA : ADHI SUKARDJO MENDONCA


NIM : PO 5303201191205
KELAS : RPL ANGKATAN 3
SEMESTER : 2 (DUA)
DOSEN PEMBIMBING : Dr. RAFAEL PAUN.,SKM.M.Kes

TANGGAL PRAKTEK : 15 - 20 JUNI 2020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020


LEMBAR PENGESAHAN

MAHASISWA Tgl, 16 Juni 2020


DOSEN PEMBIMBING

( Adhi Sukardjo Mendonca ) ( Dr. RAFAEL PAUN.,SKM.M.Kes )


NIM : PO 5330201191205
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


1. Pengertian Lanjut Usia
Usia Lanjut adalah Suatu proses alamai yang tidak dapat dihindari. Menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu Anak,
Dewasa dan Tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara Biologis maupun Psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure
tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada


Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa Usia 60 Tahun adalah Usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

1.
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologi/biologis menjadi
4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 Tahun
2. Lanjut Usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 Tahun
3. Lanjut Usia Tua (Old) 75 – 90 Tahun
4. Usia sangat Tua (Very old) di atas 90 Tahun.

b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi :


1. Usia Dewasa Muda (elderly adulthood), atau 29-25 Tahun
2. Usia Dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 Tahun atau 65 Tahun
3. Lanjut Usia (geriatric age) lebih dari 65 Tahun atau 70 Tahun yang dibagi lagi
dengan :

a. 70-75 Tahun (young old), 75-80 Tahun (old).


b. Lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan Lansia menurut DepKes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
1. Kelompok Lansia dini (55-64 Tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
Lansia
2. Kelompok Lansia (65 Tahun ke atas)
3. Kelompok Lansia Resiko tinggi, yaitu Lansia yang berusia lebih dari 70 Tahun.

3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual :
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu factorpun yang ditemukan dapat mencegah proses menua
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori Genetik Clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan
bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur Gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetic untuk spesies tertentu.
2.
Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis
sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut Replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti
berputar, dia akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua
terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin
terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari war, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obat-
obatan atau tindakan tertentu.
b. Teori Mutasi Somatic
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi Somatic akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
Transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/Ezim.
Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh
yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel ( Suhana, 2000).
c. Teori Nongenetik
1. Teori penurunan system Imun tubuh (auto-Immune Theory). Mutasi yang
berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system Imun
tubuh mengenali dirinya sendiri (Sel Recognition). Mutasi yang merusak
membran sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit
auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Proses metabolism tubuh,
memproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar Timus yang pada usia dewasa
berinovasi dan sejak itu terjadi kelamin autoimun.
2. Teori kerusakan akiba Radikal bebas ( Free Radical Teory ). Teori
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh, karena
adanya proses metabolism atau proses pernapasan di dalam Mitokondria,
Radial bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil
karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat
Reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai
kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organic,
misalnya karbohidrat dan proten . Radial bebas ini menyebabkan sel tidak
dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan
fungsi sel, Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti :
a. Asap Kendaraan bermotor
b. Asap Rokok
c. Zat pengawet makanan
d. Radiasi
e. Sinar Ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen
dan kalogen pada proses menua.
3. Teori Menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Darmojo, 2000).
4. Teori Rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan bahwa
menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat
(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma,
yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
5. Teori Fisiologi, teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik, terdiri
atas teori oksidasi stress (Wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
2. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain :
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan bersosialisasi. Pokok-pokok social exchange theory antara lain :
4.
1. Masyarakat terdiri atas faktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
2. Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan
waktu.
3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor mengeluarkan
biaya.

b. Teori Aktivitas atau kegiatan


1. Ketentuan tentang semaking menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyebabkan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan social.
2. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3. Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
4. Mempertahankan hubungan antara social dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

c. Teori Kepribadian berlanjut (continuity theory).


Dasar kepribadian atau tingkah laku berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini
mengemukakkan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku,
dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia.

d. Teori pembebasab/penarikan diri (disangagement theory)


Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat
dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-pokok
disengagement theory :

5.
1. Pada Pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiunan. Pada
Wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat
anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan
menikah.
2. Lanjut Usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut
usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.
3. Ada tiga Aspek utama dalam teori ini yang perlu di perhatikan :
-. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
-. Proses tersebut tidak dapat dihindari
-. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961) Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, Lanjut usia secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami
kehilangan ganda (Triple Loss) :
1. Kehilangan peran (Loss Of Role)
2. Hambatan kontak social (Restriction Of Contact and Relationship)
3. Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and
Volues).
Menurur teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa
peluang yang memungkinkan dapat di intervensi agar proses menua dapat di
perlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah :
1. Meningkatkan Radikal bebas
2. Memanipulasi system Imun tubuh
3. Melalui metabolism /makanan, memang berbagai misteri kehidupan
masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah
satu misteri yang paling sulit di pecahkan.
6.
Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen). Tidak boleh
dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
Herediter / genetik, nutrisi / makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan, dan stress. Proses menua / menjadi lanjut usia bukanlah suatu
penyakit, karena orang meninggal bukan karena tua, orang mudapun bisa
meninggal dan bayipun bisa meninggal.
Banyak mitos mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada
negative, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang dialaminya
(Nugroho, 2000).

4. Masalah Psikologik Pada Lansia


Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai
sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain
kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini
dikenal apa yang disebut disengagement theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari
masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan
proses menua.
Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat, yang justru menganjurkan masih
tetap ada social involvement (keterlibatan sosial) yang di anggap lebih penting dan
meyakinkan.
Masyarakat sendiri menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan
umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada usia lanjut ini
untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya (Brokhlehurst dan allen,
1987). Di Negara-negara Industri maju bahkan didirikan apa yang disebut University Of
The Thrird Age. Pemisahan diri (disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-
masa akhir kehidupan lansia saja. Para lansia yang Realistis dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang baru.
Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai
pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah
lama terjadi, malahan lupa mengenai hal-hal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih
produktif justru banyak yang menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun
memorynya sendiri.
7.
Biasanya sifat-sifat Streotype para lansia ini sesuai dengan pembawaannya pada waktu
muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut :
1. Tipe Konstruktif : Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai Toleransi tinggi, humoristis, Fleksibel (Luwes) dan tahu diri.
Biasanya sifat-sifat ini dibawahnya sejak muda, mereka dapat menerima fakta-fakta
proses menua, mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa
akhir.
2. Tipe ketergantungan ( dependent) : Orang lansia ini masih dapat diterima ditengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai
inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya, ia senang
mengalami pension, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja
dan senang untuk berlibur.
3. Tipe Defensif : Orang ini biasa dulunya mempunyai pekerjaan / jabatan tak stabil,
bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang
teguh pada kebiasaannya, bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut mengahdapi
menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun.
4. Tipe Bermusuhan (Hostility) : Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu
dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut
mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-
pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/ buruk.
5. Tipe membenci / menyalahkan diri sendiri ( Selfhaters ) : Orang ini bersifat kritis
terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan
kondisi Sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tidak bahagia,
mempunyai sedikit hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka
menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa
sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu
kejadian yang membebaskannya dari penderitaan.
Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada
golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian (Darmojo, 2009).

8.
5. Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia
a. Upaya Promotif
Kegiatan Promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat
Disekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk
lanjut usia, proses degenerative seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya
peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas
masyarakat lanjut usia.
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang di praktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajarn yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaiatannya dengan pemberdayaan
masayarakat karena bidang garapannya adalah membantu masyarakat yang
seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku
positif dalam bidang kesehatan.
Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi promosi kesehatan dan
dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia
yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari.
Personal Higienes, mengatur kesehatan lingkungan seperti Rumah sehat dan
membuang kotoran pada tempatnya.

2. Gisi untuk Lanjut Usia


Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang
seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi
kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang
adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
a. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti Beras,
jagung, ubi dan lainnya yang mengandung karbohidrat.
b. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti
sel-sel yang rusak, pada hewani seperti Telur, Ikan dan susu.
c. Sedangkan pada Nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
d. Sumber Zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran
dan buah.

b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
Komplikasiny akibat peoses Degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan
kesehatanlanjut usia yang dapat di lakukan di kelompok lanjut usia (Posyandu Lansia)
atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut usia.

c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila di mungkinkan dapat di
lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu Lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun
perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti
Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Apabila sakit yang
diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan Fasilitas lebih lengkap, maka
dilakukan Rujukan ke Rumah sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif
Upaya Rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-
upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional
dan kepercayaan diri lanjut usia.

6. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua (Kozier, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah
ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

7. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat Gerontik adalah :
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( menghormati hak orang
dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan).
5. Notice and Reduce Risks to health and well being (memperhatikan serta mengurangi
risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
7. Open channels For continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8. Listern and support (mendengarkan dan memberi dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan dan
harapan)
10. Generate, support, use and participate in research ( menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan perawatan restorative
dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan
secara menyeluruh).
14. Lisk servoces with needs (memberikan pelayanan sesuai denga kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun
masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi , social dan spiritual).
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal
dan mendukung manajement etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja).
18. Support and confort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghapiri proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal Independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

12.
8. Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai
akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk
mengatasi keterbatasan lansia. Sifatnya adalah Independen (mandiri ), Interpendent
(kolaborasi), Humanistik dan Holistik.
B. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi
Ilmu Pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri
Sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya,
mengikuti suatu pola yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah Sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan Diastolik sedikinya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
“Ringan” dan “Sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada
penyakit Kardiovaskular (Price, 2006).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menajdi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
teratur.
2. Gejala yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita Hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, PUSING
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

13.
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut, NANDA, NIC, NOC klasifikasi dari Hipertensi yaitu :

Klasifikasi Tekanan darah untuk Dewasa usia 18 tahun atau lebih


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertennsi +
Tingkat 1 (Ringan) 140 – 159 90 – 99
Tingkat 2 (Sedang) 160 – 179 100 – 109
Tingkat 3 (Berat) ≥ 180 ≥ 100
Tingkat 4 ( Sangat Berat) ≥ 210 ≥ 120

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)


Disebut juga Hipertnsi Idiopatik karena diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : Genetik, Lingkungan, hiperaktivitas saraf
simpatis system renin, angiotensin, dan peningkatan Na + ca Intraseluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko adalah obisitas, merokok, alcohol, dan
polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab, yaitu : Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

a. Hipertensi dimana tekanan Sistolik sama atau lebih besar dar 140 mmHg dan
atau tekanan Diastolik sama atai lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi Sistolik Terisolasi dimana tekanan Sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan Diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

14.
4. Etiologi dari Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Hipertensi Primer (esensial)


Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : Genetik, Lingkungan, Hiperaktifitas saraf simpatis
system renin. Angiotensi dan peningkatan Na + ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko obeitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :

a. Hipertensi dimana tekanan Sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan Diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
b. Hipertensi Sistolik terisolasi dimana tekanan Sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan Tekanan Diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Faktor Risiko yang tidak dapat dikendalikan

a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Ini
disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah
mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otak, sehingga pembuluh darah akan berangsur-sngsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah Sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah Diastolik meningkat sampa dekade kelima dan keenam kemudian
menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia
lanjut sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
15.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita. Hipertensi
berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali di picu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pria lebih berhubungan dengan pekerjaan kurang nyaman dengan
pekerjaan dan pengangguran
c. Genetik (keturunan)
Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium.
Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.

Faktor Risiko yang dapat dikendalikan

a. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor yang dapat diubah. Adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah Nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena Nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak.
Otak akan bereaksi terhadap Nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, Karbon Monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jantung tubuh (Astawan, 2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pathogenesis
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Basha, 2004).

16.
Konsumsi Natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik
ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Garam mempunyai sifat menahan air mengonsumsi garam lebih atau makan
makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah.
Hindari pemakian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan. Hal ini
tidak berarti menghentikan pemakian garam sama sekali dalam makanan,
sebaiknya dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi (Wijaya kusuma,
2000).
c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan factor risiko dari beberapa
penyakit degenerasi dan metabolik. Lemak tubuh, khususnya lemah pada perut
berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar masa tubuh maka semakin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan
Merupakan factor risiko Independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh
faktor risiko lain.
d. Kurang Olah raga
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olah raga Isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan Perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olah raga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan
memudahkan terjadinya hipertensi.
e. Stress Emosional
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivita s saraf simpatik. Meskipun dapat
dikatakan bahwa stress emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk
jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan
menghilangnya penyebab stress.
Yang menjadi masalah adalah jika stress bersifat permanen, maka seseorang akan
Mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stress menjadi suatu resiko.
Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada
pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus di
rangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitaas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun
4. 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5. Kehilangan elastissitas pembuluh darah
6. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

18.
5. Patofisiologi Hipertensi

Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh darah Kurang Informasi

Resistensi pembuluh darah otak Vasokontriksi Tidak tahu Defisiensi


Pengetahuan

Masalah kesehatan Afterload

Nyeri akut
Penurunan
(kepala)
curah jantung

Deprivasi
Tidur
Intolerasi
Aktifitas
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
( Viskositas ) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
Hipokoagulabilitas dan anemia
2. BUN/Kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah Pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Uranalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
5. CT Scan : Mengkaji adanya Tumor Cerebral, Encelopati
6. EKG : dapat menunjukkan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal.
8. Photo Dada : menunjujkkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

7. Komplikasi Hipertensi
a. Miokard infark
b. Stroke
c. Cerebral vascular accident
d. Penyakit vascular perifer : Aterosklerosis, Aneurisma
e. Gagal ginjal
f. Left ventricular failure.

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya Morbiditas dan Mortalitas penyerta
dengan mempertahankan tekanan darah di bawah 140 / 90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. Penurunan Berat Badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
2. Perubahan cara hidup
3. Mengurangi intake garam dan lemak
4. Mengurangi intake alkohol
5. Mengurangi BB untuk yang obesitas
6. Latihan / peningkatan aktivitas fisik
7. Olah raga teratur
8. Menghindari ketegangan
9. Istirahat cukup

b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam resiko tinggi
dan apabila tekanan darah Diastoliknya menetap diatas 85 dan 95 mmHg dan
Sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/ jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1. Golongan Diuretic
-. Diuretik Thiazid misalnya : Klortalidon, Hydroklorotiazid.
-. Diuretik Loop, misalnya : Furosemid

2. Golongan penghambat simpatis


Penghambat aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vaso-motor otak
seperti Metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer, seperti golongan
reserpine dan goanetidin
3. Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah
jantung dan efek penekanan sekresi Renin, misalanya: Pindo-lol, propranolol,
timolol.
4. Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu : Prasosin, hidralasia, minoksidil, diazoksid dan
sodium nitrofusid
5. Penghambat Enzin konversi angiotensin, misalnya : Captopril
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara menghambat
kontraktilitas, misalnya : Nifedifin, diltiasem atau verama-miu.

21.
9. Discharge Planning
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi konsumsi alhohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan
h. Diet garam
i. Periksa tekanan darah secara teratu.

22.
B. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI

1. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji, pada bagian ini antara lain : Nama, Umur, Jenis
Kelamin,Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku, Keluarga/orang terdekat, Alamat,
Nomor Registrasi.
b. Riwayat atau Adanya factor resiko.
1. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / Istirahat
1. Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Perubahan irama jantung
4. Takipnea
d. Integritas Ego
1. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik
2. Faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrerol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur). Gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2. Mual-muntah
3. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1. Angina (penyakit arteri coroner/ keterlibatan jantung)
2. Nyeri hilang timbul pada tungkai
3. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4. Nyeri abdomen

23.
Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, antereskleorosis, penyakit jantung coroner atau katup dan
penyakit Cerebro Vaskuler.
2. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obstruksi
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing
b. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam)
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
b. Takipnea, Ortopnea, dyspnea noroktunal paroksimal
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
d. Riwayat merokok
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin / hematocrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (Viskositas ) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
risiko seperti hiperkoagulabilitas anemia.
2. Bun / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi jaringan.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5. Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
Hipertensi
6. Kolesterol dan Trigeliserida Serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
hipertensi.
8. Kadar aldosterone urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
24.
9. Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan / atau
adanya diabetes
10. VMA urin (metabolit Katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya
Feokromositoma (penyebab) VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab parenkin
ginjal, batu ginjal dan ureter.
12. Foto dada : dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup :
deposit pada dan atau takik aorta pembesaran jantung.
13. CT-Scan : mengkaji tumor serebral CSV, ensofalopati dan feokromisitoma.
14. EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, Gangguan
konduksi, catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi (Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, Iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemaha, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan intravaskuler,
edema.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun.

25.
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC : NIC :


Keperawatan
1. Penurunan curah -. Cardiac pump -. Evaluasi adanya nyeri
jantung berhubungan effectiveness dada (Intensitas,
dengan peningkatan -. Circulation Status Lokasi, durasi).
afterload, -. Vital Sign Status -. Catat adanya distrimia
vasokontriksi, Kriteria Hasil : Jantung
hipertropi / Rigiditas -. Tanda vital dalam rentan -. Catat adanya tanda
Ventrikuler, Iskemia normal (tekanan darah, dan gejala penurunan
Miokard. nadi, respirasi) cardiac out put.
-. Dapat mentoleransi -. Monitor status
aktivitas, tidak ada kardiovaskuler.
kelemahan
-. Tidak ada edema paru, -. Monitor status
perifer, dan tidak ada pernapasan yang
ascites menandakan gagal
-. Tidak ada penurunan jantung.
kesadaran. -. Monitor abdomen
sebagai indikator
penurunan fungsi.
-. Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
-. Monitor Balance
cairan.
-. Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan
antiaritmia.
-. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelemahan.
-. Monitor toleransi
aktivitas pasien.
-. Monitor adanya
dypsneu Ftigue,
takipneu, dan
ortopneu.
-. Anjurkan untuk
menurunkan stress.

Vital Sign Monitoring


-. Monitor tekanan darah
nadi, suhu dan RR
-. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
-. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, berdiri
-. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
-. Monitor TD, nadi, RR
sebelum, selama,
setelah aktivitas
-. Monitor kualitas dari
nadi
-. Monitor adanya pulsus
Alterans
-. Monitor jumlah dan
irama jantung.
-. Monitor bunyi jantung
-. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
-. Monitor suara paru
-. Monitor pola
pernapasan abnormal
-. Monitor suhu,warna
dan kelembapan kulit.
-. Monitor syanosis
Perifer
-. Monitor adanya
cushyngtriad (tekanan
nadi yang melebar,
Bradikardi,
peningkatan sistolik)
-. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
2. Nyeri akut a. Pain Level a. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan b. Pain Control nyeri secara komprehensif
peningkatan tekanan c. Comfort Level termasuk lokasi,
Vaskuler Cerebral karakteristik, furasi,
dan Iskemia Setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas dan
keperawatan selama….x 24 factor presipitasi.
jam. Pasien tidak b. Observasi reaksi
mengalami nyeri dengan : nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan.
a. Mampu mengontrol nyeri c. Bantu pasien dan
(tahu penyebab nyeri, keluarga untuk mencari
mampu menggunakan dan menemukan
teknik nonfarmakologi dukungan.
untuk mengurangi, nyeri, d. Kontrol lingkungan
mencari bantuan). yang dapat mempengaruhi
b. Melaporkan bahwa nyeri nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang dengan pencahayaan dan
menggunakan manajemen kebisingan.
nyeri. e. Kurangi faktor
c. Mampu mengenali nyeri presipitasi nyeri.
(skala, intensitas, frekuensi f. Kaji tipe dan sumber
dan tanda nyeri). nyeri untuk menentukan
d. Menyatakan rasa nyaman intervensi.
setelah nyeri berkurang. g. Ajarkan tentang teknik
e. Tanda vital dalam rentang nonfarmakologi : napas
normal. dada, relaksasi, distraksi
f. Tidak mengalami kompres hangat/dingin.
Gangguan tidur. h. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur.
i. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
3. Kelebihan volume 1. Electrolit and acid Fluid Management
cairan berhubungan Basebalance a. Timbang
dengan peningkatan 2. Fluid Balance popok/pembalut jika
cairan intravaskuler, 3. Hydration diperlukan.
edema. Kriteria Hasil : b. Pertahankan catatan
a. Terbatas dari edema, intake dan output yang
efusi, akurat.
anaskara c. Pasang urine kateter,
b. Bunyi napas bersih, tidak jika di perlukan.
ada dyspnea / ortopneu. d. Monitor hasil HB yang
sesuai denga retensi cairan
c. Terbatas dari distensi (BUN, HMT. Osmolalitas
vena urine).
jugularis, reflek e. Monitor status
hepatojugular (+) hemodinamik termasuk
d. Memelihara tekanan vena CVP. MAP, PAP, dan
sentral, tekanan kapiler PCWP.
paru, output jantung dan f. Monitor vital sign
vital sign dalam batas g. Monitor indikasi
normal. retensi/kelebihan cairan.
e. Terbatas dari kelelahan, h. Kaji lokasi dan luas
kecemasan atau edema.
kebingungan i. Monitor masukan
f. Menjelaskan indikator makanan/cairan dan hitung
kelebihan cairan. intake kalori.
j. Monitor status nutrisi
k. Kolaborasi pemberian
diuretic sesuai instruksi.

Fluid Monitoring
a. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi.
b. Tentukan kemungkinan
factor risiko dari
ketidakseimbangan cairan.
c. Monitor berat badan.
d. Monitor serum dan
elektroliturine.
e. Monitor tekanan darah
orthostatic dan perubahan
irama jantung.
f. Monitor adanya distensi
leher, eodema perifer,
penambahan BB.
g. Monitor tanda dan
gejala dari odema.
4. Intoleransi aktivitas a. Energy Conservation a. Activity therapy
berhubungan dengan b. Activity tolerance b. Kolanorasikan dengan
kelemahan, c. Selfcare : ADLs rehabilitasi medic dalam
ketidakseimbangan Setelah 3x24 jam interkasi merencanakan program
suplai dan kebutuhan diharapkan Kriteria Hasil : therapy yang tepat.
oksigen a. Berpartisipasi dalam c. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa disertai mengidentifikasi aktivitas
peningkatan tekanan darah, yang mampu dilakukan.
nadi, dan RR. d. Bantu untuk memilih
b. Mampu melakukan aktivitas konsistensi yang
aktivitas sehari-hari ADLs sesuai dengan kemampuan
secara mandiri. fisik, psikologi dan social.
c. tanda-tanda Vital normal e. Bantu untuk
d. Energy psikomotor mengidentifikasi dan
e. Level kelemahan mendapatkan sumber daya
f. Mampu berpindah : yang diperlukan untuk
dengan atau tanpa bantuan aktivitas yang diinginkan.
alat f. Bantu untuk
g. Status kardiopulmoari mendapatkan alat bantu
adekuat. aktivitas seperti kursi roda
h. Sirkulasi status baik dan krek.
i. Status respirasi : g. Bantu untuk
Pertukaran gas dan ventilasi mengidentifikasi aktivitas
adekuat. yang disukai.
h. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
dalam waktu luang.
i. Bantu klien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
j. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas.
k. bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
l. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual.
5. Risiko -. Circulation Status Peripheral Sensation
ketidakefektifan -. Tissue Perfusion : Management (Manajemen
perfusi jaringan otak Cerebral. sensasi perifer).
Kriteria Hasil : a. Monitor adanya daerah
-. Mendemostrasikan status tertentu yang hanya peka
sirkulasi yang ditandai terhadap
dengan : panas/dingin/tajam/tumpul.
a. Tekanan Sistole Diastole b. Monitor adanya paretese
dalam rentang yang c. Intruksikan keluarga
diharapkan. untuk mengobservasikan
b. Tidak ada ortostatik jika ada lesi atau laserasi.
hipertensi d. Gunakan sarung tangan
c. Tidak ada peningkatan untuk proteksi.
Tekanan Intracarnial (tidak e. Batasi gerakan pada
lebih dari 15 mmHg). kepala, leher dan
-. Mendemostrasikan punggung.
kemampuan kognitif yang f. Monitor kemampuan
ditandai dengan : BAB.
a. Berkomunikasi dengn g. Kolaborasi pemberian
jelas dan sesuai dengan analgetik.
kemampuan
b. Menunjukkan perhatian h. Monitor adanya
konsentrasi, dan orientasi Tromboplebitis.
c. Memproses, informasi i. Diskusikan mengenai
d. Membuat keputusan yang penyebab perubahan
benar sensasi.
e. Menunjukkan fungsi
sensorik motoric kranial
yang utuh : Tingkat
kesadaran membaik, tidak
ada gerakan –gerakan
involunteer.

33.
4. IMPLEMENTASI

Implementasi umum yang biasa di lakukan pada pasien hipertensi :


a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor adanya perubahan tekanan darah
c. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
d. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
e. Memantau asupan nutrisi
f. Memantau intake dan output cairan
g. Membantu meningkatkan koping
h. Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.

5. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir proses Asuhan Keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil
yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu :
1. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign dalam batas
normal.
2. Tekanan systole dan Diastole dalam rentang normal.
3. Tidak ada Ortostatik Hipertensi
4. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
5. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping.

34.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi ke 3 Jakarta : EGC.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut usia.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik, Edisi : 2. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan :
Materi pembinaan. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Usia Lanjut
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Kozier, B.B., dan Erb, G. (1987). Fundamentals Of Nursing : Concepts and Procedures
Massachussets : Eddison Wesley
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed)
Missouri : Mosby Eliopoulos, C. (2005)
Gerontological Nursing (6 th Ed).
Philadelphia : JB
Lippincorl Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan .Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta :
EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 volume 2, Jakarta : EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan 2. Jakarta : MediAction.
Madyaningratri, Ambar. 2012. Fisiologi Sistem Kardio Vaskuler (Hemodinamika).
Available :
http :// www.academia.edu /9841261/fisiologi system kardio vaskuler Hemodinamika.
Diakses pada selasa.06 Oktober 2015 pukul 20.00 Wita.
Putri, Puniari Eka 2012. Aliran Darah dan Denyut Jantung. Available :
http ps://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung. Diakses
pada selasa, 06 Oktober 2015 pukul 19.15 Wita.
Shann, Resti. 2012 Laporan Praktikum Anfisman Tekanan Darah, Available :
http://www.academia.edu/64754381/ Laporan Praktikum Anfisman Tekanan Darah.
Diakses pada selasa, 06 Oktober 2015, pukul 19.00 Wita.

35.
LAPORAN KASUS
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK
KODE MATA AJARAN WAT 1.6.04
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS NUROBO KECAMATAN LAEN MANEN
KABUPATEN MALAKA

OLEH :

NAMA : ADHI SUKARDJO MENDONCA


NIM : PO 5303201191205
KELAS : RPL ANGKATAN III
SEMESTER : 2 (DUA)
DOSEN PEMBIMBING : Dr. RAFAEL PAUN., S.KM.M.Kes

TANGGAL PRAKTEK : 15 - 21 JUNI 2020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020


LEMBAR PENGESAHAN

MAHASISWA Tgl,21 Juni 2020


DOSEN PEMBIMBING

( Adhi Sukardjo Mendonca ) ( Dr. Rafael Paun.,S.KM.M.Kes )


NIM : PO 5330201191205

i.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klein
a. Nama : Tn. Y.M
b. Umur : 75 Tahun
c. Alamat : Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka
d. Pendidikan : PGSD
e. Tanggal mulai sakit : 04 Maret 2010
f. Jenis Kelamin : Laki-laki
g. Suku : Timur
h. Agama : Katholik
i. Status perkawinan : Kawin
j. Tanggal Pengkajian : Rabu, 17 Juni 2020

2. Status Kesehatan Saat Ini


a. Klien mengatakan memiliki penyakit Hipertensi atau Tekanan darah tinggi .
b. Saat ini Tn. Y.M. masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin
c. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
d. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada siang hari.
e. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan
f. Klien mengatakan sering pusing, masuk angina dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
g. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya
i. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas (P)
j. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q).
k. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R).
36.
l. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
m. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T).
n. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit : Masa kanak-kanak Tn. Y.M. tidak pernah dirawat di Rumah Sakit dan jika
sakit panas hanya berobat di Puskesmas dan pada masa tua pasien mengalami
tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun.
b. Alergi : Tn.Y.M. mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang seluruh
badannya gatal-gatal seperti biduran.
c. Kebiasaan : Tn. Y.M. tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum alkohol.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tn.Y.M. mengatakan bahwa ada anggota keluarga yang mempunyai sakit hipertensi
atau darah tinggi yaitu adiknya yang bungsu.

5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum : Composmentis (E4 V5 M6)
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam
keputihan.
d. Mata : Simetris, Sklera berwarna putih, kunjungtiva tidak
Anemis.
e. Telinga : Simetris, tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada
benjolan, tidak ada airan yang keluar.
f. Mulut & Tenggorokan : Mulut bersih, gigi masih utuh, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan
i. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
j. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg
k. Sistem Gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara usus, makan 3x
sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x
sehari.

6. Pengkajian Psikososial dan Spritual


a. Psikososial
Kemampuan bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol dengan teman dan
tetangga rumah.
b. Masalah emosional
Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak banyak pikiran
c. Spiritual
Klien beragama Katholik dan selalu mengikuti misa setiap hari minggu dan kegiatan
rohani lainnya.

7. Pengkajian Fungsional Klien


a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
Mandiri tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan dari orang lain di antaranya
yaitu makan, kontinensia (BAK, BAB ), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan.

b. Modifikasi dari bartel indeks


No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 10 Frekuensi : 3 x sehari
Jumlah : Secukupnya
Jenis : Nasi, Sayur,
Lauk
2. Minum 10 Frekuensi : 6-8 kali
sehari
Jumlah : secangkir kecil

38.
Jenis : air putih, dan
susu
3. Berpindah dari satu 15 Mandiri
tempat ke tempat lain
4. Personal toilet (cuci 5 Frekuensi : 3 x
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 Frekuensi : 2-3 kali
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 15 2x sehari pada pagi hari
dan sore hari sebelum
malam
7. Jalan dipermukaan 10 Setiap ingin melakukan
datar sesuatu
misalnyamengambil
minuman atau ke kamar
mandi
8. Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-
pelan
9. Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10. Kontrol Bowel 10 Frekuensi : 1 x sehari
(BAB) Konsistensi : Padat
11. Kontrol Bladder 10 Frekuensi : 6 x sehari
(BAK) Warna : kuning
12. Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti senam
Lansia yang diadakan di
Puskesmas.
13. Rekreasi/pemanfaatan 10 Jenis : Rekreasi keluar
waktu luang ke pantai sebulan sekali,
dan kunjung keluarga di
kampong.

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

Setelah dikaji didapatkan Skor : 130 yang termasuk dalam kategori mandiri.

39.
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)

No. Benar Salah Pertanyaan


01.  Tanggal berapa hari ini?
02.  Hari apa sekarang?
03.  Apa nama tempat ini?
04.  Dimana alamat anda?
05.  Berapa umur anda?
06.  Kapan anda lahir?
07.  Siapa Presiden Indonesia Sekarang?
08.  Siapa Presiden Indonesia Sebelumnya?
09.  Siapa nama ibu anda?
10. Jumlah Jumlah Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun

Interprestasi Hasil :
a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat

Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga disimpulkan
Tn. Y.M.memiliki fungsi intelektual utuh.

b. MMSE (Mini Mental Status Exam)


No. Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2020
b. Musim : Hujan
c. Tanggal : 17
d. Hari : Rabu
e. Bulan : Juni
Orinetasi 5 5 Dimana kita sekarang?
a. Negara : Indonesia
b. Provinsi : Nusa Tenggara Timur
c. Kota : Kupang
d. Kabupaten : Malaka
e. Kecamatan : Laen Manen
f. Desa : Meotroy
g. Puskesmas Nurobo
2. Regitrasi 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa)
1 detik dan mengatakan masing-masing
obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
“ Klien mampu menyebutkan kembali obyek
yang di perintahkan
3. Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat :
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65)
“Klien dapat menghitung pertanyaan
semuanya.
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar 1 point
masing-masing obyek.
“Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan nama pada klien
a. Misal jam tangan
b. Misal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
“tidak ada, jika dan, atau, tetapi “. Bila benar
nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah : taka da,
tetapi
Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah
“ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 poit)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
“Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, meliputi jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah, klien
dapat menulis satu kalimat.
Total 29
Nilai

Interpretasi hasil : 29 (>23)


Keterangan : Terdapat aspek fungsi mental baik

9. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAV AGE)

PERTANYAAN JAWABAN SKOR


YA/TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat atau Ya 1
kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Tidak 0
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada pergi keluar Ya 1
dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya Tidak 0
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda piker bahwa hidup anda sekarang ini menyenagkan? Ya 0
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda piker orang lain lebih baik keadaannya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3

Penilaian
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya

Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga
disimpulkan Tn. Y.M. kemungkinan depresi.

43.
10. Pengkajian Skala Resiko Dekubiktus

Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas penuh Sangat terbatas Agak Terbatas Tidak terbatas
Kelembapan Lembab Sangat lembab Kadang lembab Jarang
konstan Lembab
Aktifitas Di tempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak
Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan/cubitan Masalah Masalah Resiko Tidak Ada Sempurna
Masalah
Keterangan :

Pasein dengan total nilai :


a. <16 mempunyai risiko terkena decubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan total skor : 22 sehingga disimpulkan
klien tidak mengalami resiko decubitus.

11. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg


a. Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypertensi

Reach Test (FR test) Hasil


Mengukur tekanan darah lansia dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
posisi yaitu : posisi pada Tn. Y.M. sebagai berikut:
a. Tidur a. Tidur : 130/70 mmHg
b. Duduk b. Duduk : 140/90 mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : 140/90 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran
kurang lebih 5-10 menit
KESIMPULAN
Dari hasil skorsing pada Tn.Y.M. diperoleh hasil skorsing total = 20 mmHg maka dapat
Dikatakan bahwa Tn. Y.M. memiliki resiko jatuh mengingat usia Tn.Y.M. juga sudah
semakin tua dan kemunduran fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang di derita.

b. Fungsional reach test (FR Test)


Reach Test (FR test) Hasil
1. Minta lansia untuk menempel di tembok 1. Lansia dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
2. Minta lansia untuk mencondongkan / mandiri
badannya ke depan tanpa melangkahkan 2. Hasil pemeriksaan diperoleh < 6 inchi
kakinya (5,5 inchi)
3. Ukur jarak condong antara tembok
dengan punggung lansia dan biarkan
kecondongan terjadi selama 1-2 menit
KESIMPULAN
Dari hasil skorsing pada Tn. Y.M. diperoleh hasil skorsing total = 5,5 inchi , maka dapat
dikatakan bahwa Tn.Y.M. memiliki resiko jatuh.

c. The Time Up Ana Go (TUG Test)


Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa klien masuk dalam kategori
varable mobility yaitu dengan jumlah score 24 detik.

45.
B. ANALISA DATA
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds : Ansietas Insomnia
1. Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau
tekanan darah tinggi
2. Saat ini Tn. Y.M. masih mengkonsumsi obat antihipertensi
secara rutin
3. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika
ingin BAK sampai 3 kali
4. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak
bisa tidur pada saat siang hari
5. Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi
banyak pikiran
Do :
1. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari
2. TD 150/80 mmHg
Ds : Proses Nyeri
Penyakit kronis
1. Klien mengatakan sering pusing, masuk angina dan merasa
sakit pada bagian tengkuknya
2. Klein mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
5. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R).
6. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
7. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
Do :
1. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri
2. Ds : Resiko
1. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan jatuh
Do :
1. Klien tampak gemetar saat memegang gelas berisi susu
yang mau dipindahkan ke kamar
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada tekanan
Diastolic
3. Hasil reach test < 6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri dan mengangkat satu kaki klien
hanya melakukan sebentar dan kembali duduk
5. Hasil TUG Test 24 detik

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
2. Insomnia berhubungan dengan Ansietas
3. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan gaya berjalan

D. NURSING CARE PLAN


No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Pain Manajement
berhubungan dengan asuhan keperawatan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
proses penyakit dapat berkurang dengan secara komprehensif.
Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi non
Pain Level verbal dari ketidaknyamanan
1. Nyeri berkurang dari 5 3. Monitor TTV
menjadi 2 dengan 4. Ajarkan teknik non
menggunakan manajemen farmakologi (relaksasi
nyeri dengan Tarik nafas dalam
2. Pasien merasa nyaman dan senam ergonimis)
setelah nyeri berkurang
3. TTV dalam batas normal TD
sekitar 130/80 mmHg, Nadi :
60-100x/mnt, R : 20-24 x/mnt,
S : 36,5- 37 ºc
47.
2. Insomnia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
dengan ansietas keperawatan diharapkan 2. Lakukan penyuluhan
masalah insomnia Tn.Y.M. tentang teknik relaksasi
dapat teratasi dengan Kriteria otot progresif kepada
hasil : klien
1. Klien tampak bergairah saat 3. Latih klien untuk
bangun pagi melakukan teknik otot
2. Mata klien tidak Nampak progresif
merah (mengantuk) 4. Evaluasi teknik relaksasi
3. Tn.Y.M. tidak terbangun pada otot progresif yang
malam hari dilakukan oleh klien
4. Melaporkan secara verbal
bahwa insomnia berkurang
3. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penyuluhan
keperawatan Tn. Y.M. tidak tentang apa saja bahaya
mengalami jatuh, dengan lingkungan yang ada
Kriteria hasil : disekitar Rumah yang
1. Mampu mengidentifikasi dapat menyebabkan
bahaya lingkungan yang resiko jatuh
dapat meningkatkan cedera 2. Anjurkan untuk memakai
2. Mampu menggunakan alat alat bantu jalan (jika
bantu untuk menghindari cedera membutuhkan)
3. Mampu mempraktekan 3. Ajarkan gerakan latihan
gerakan latihan keseimbangan Keseimbangan.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Hari, Jam Implementasi Evaluasi Ttd
Tanggal
1. Nyeri kronis Rabu, 17 12.30 1. Mengkaji nyeri klien S:
berhubungan Juni 2. Melatih relaksasi napas P. klien
dengan 2020 dalam mengatakan
proses 3. Mengukur TTV masih nyeri.
penyakit Q. Nyeri terasa
Mencengkram
R. Nyeri di
Tengkuk.
S. Skala 5.
T. Hilang timbul.
O :TD:140/90 mmHg
RR: 22x/mnt
A : Masalah nyeri
kronis belum
teratasi
P : 1.Kaji nyeri klien
2.Evaluasi senam
ergonomis
Kamis,18 12.30 1. Mengkaji nyeri klien S:
Juni 2. Evaluasi senam P.Klien
2020 Ergonomis mengatakan
3. Mengukur TTV nyeri sudah
berkurang.
Q.Nyeri terasa
Mencengkram.
R.Nyeri di
Tengkuk.
S.Skala 2.
T.Hilang timbul.
O :TD:140/80 mmHg
Nadi:80x/mnt
RR:22x/mnt
A : Masalah nyeri
kronis teratasi
sebagian
P : 1.Kaji nyeri klien.
2.Motivasi klien
untuk selalu
melakukan
senam ergonomis
2. Insomnia Rabu, 17 13.00 1. Mengukur tekanan darah S : Klien mengatakan
berhubungan Juli 2020 2. Mengajarkan klien senang diajarkan
dengan tentang relaksasi otot senam relaksasi
ansietas progresif : otot progresif
a. Relaksasi otot tangan O : Klien Nampak
b. Relaksasi otot muka mempraktikan
c. Relaksasi otot perut relaksasi otot
d. Relaksasi otot kaki progresif sesuai
intruksi meskipun
ada beberapa
gerakan yang
kurang tepat
TD :140/90 mmHg
A : Masalah
keperawatan
insomnia teratasi
sebagian
P : Motivasi klien
untuk melakukan
relaksasi otot
progresif setiap
sebelum bangun
tidur.
Kamis, 16.30 1.Mengukur tekanan darah S:
18 Juni 2. Mengevaluasi tentang 1.Klien mengatakan
2020 relaksasi otot progresif Masih ada
beberapa gerakan
yang belum di
kuasai.
2. Klien
mengatakan
dapat tidur pada
siang 15 menit
tetapi tidur pada
malam hari masih
terbangun.
O : Klien mampu
melakukan
gerakan senam
relaksasi
progresif tetapi
masih sering lupa
A : Masalah
keperawatan
insomnia teratasi
sebagian.
P : Motivasi klien
Untuk melakukan
Relaksasi otot
Progresif setiap
Hari.
3. Resiko jatuh Rabu,17 13.00 1.Mengajarkan klien S:
Juni tentang latihan 1.Klien
2020 keseimbangan mengatakan
senang diajarkan
tentang latihan
keseimbangan.
2.Klien
mengatakan akan
melakukan latihan
keseimbangan
setiap hari.
O : Klien tampak
mampu
mempraktekkan
latihan
keseimbangan.
A : Masalah
keperawatan
resiko jatuh
teratasi sebagian
P : Evaluasi latihan
keseimbangan
Kamis, 13.00 1. Mengevaluasi latihan S:
18 Juni keseimbang Klien mengatakan
2020 masih ingat
sebagian gerakan
latihan
keseimbangan.
O : Klien mampu
mempraktekkan
latihan
keseimbangan,
meskipun
gerakan yang
lainnya masih
lupa.
A : Masalah
Keperawatan
resiko jatuh
teratasi sebagian
P : Motivasi klien
untuk latihan
keseimbangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn.Y.M. dengan insomnia
dan resiko jatuh di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan Laen Manen,
Kabupaten Malaka selama proses pengkajian didapatkan hasil :
1. Nyeri kronis pada Tn. Y.M. di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka masalah teratasi sebagian, ditunjukkan dengan klien
mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala 2
2. Insomnia pada Tn.Y.M. di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka masalah teratasi sebagian, ditunjukkan dengan klien
mengatakan masih terbangun di malam hari karena pipis.
3. Resiko jatuh pada Tn. Y.M. di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka masalah teratasi sebagian ditunjukkan dengan
mengatakan belum perlu menggunakan alat bantu untuk berjalan.

B. Saran

a. Bagi Petugas Kesehatan

1). Bagi perawat dalam memiliki tanggung jawab untuk selalu memperbaharui
Pengetahuan dan ketrampilannya perawat juga harus memperhatikan dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan pada klien khususnya lansia yang mengalami
Hipertensi untuk menerapkan terapi relaksasi otot progresif untuk dilakukan sehari-
hari.
2). Petugas Puskesmas Nurobo memperhatikan lingkungan pelayanan sehingga dapat
mengurangi resiko jatuh

b. Bagi Lansia
Bagi Lansia Relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi mandiri
untuk lansia saat lansia mengalami Hipertensi

.54
DAFTAR PUSTAKA

Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur pada Asuhan
Keperawatan Ny. U dengan Stroke Non Haemorogik di ruang Anggrek II RSUD
dr. Muwardi Surakarta. Surakarta : Karya Tulis Stikes Kusuma Husada.

Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.


Dinas Kesehatan Sleman. 2013. Kesehatan Usia lanjut http://dinkes.slemankab.
Go.id/kesehatan –usia-lanjut. Dikutip pada tanggal 27 April 2016.
Herbert Benson, dkk. 2012 Menurunkan Tekanan Darah.Jakarta : Gramedia.
Huda Nurarif & Kusuma H, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi Action.

Kaplan N, M. 2010. Primary Hypertension : Patogenesis, Kaplan Clinical


Hypertension. 10th Edition: Lippincot Williams & Wilkins, USA.

Herdman, Heather. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Jakarta : EGC

Hidayat. 2009. Konsep Personal Hygiene diakses dalam http://hidayat 2wordpress.com


Diakses tanggal 18 Juli 2013

PPNP-SIK STIKES’Aisyiyah Yogyakarta, 2012 Buku Evaluasi Mahasiswa


Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah

Wilkinson, Judith M. 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

55.
FOTO PENGKAJIAN DENGAN PASIEN
FOTO KEGIATAN SENAM LANSIA

Anda mungkin juga menyukai