OLEH :
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
1.
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologi/biologis menjadi
4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 Tahun
2. Lanjut Usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 Tahun
3. Lanjut Usia Tua (Old) 75 – 90 Tahun
4. Usia sangat Tua (Very old) di atas 90 Tahun.
5.
1. Pada Pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiunan. Pada
Wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat
anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan
menikah.
2. Lanjut Usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut
usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.
3. Ada tiga Aspek utama dalam teori ini yang perlu di perhatikan :
-. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
-. Proses tersebut tidak dapat dihindari
-. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961) Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, Lanjut usia secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami
kehilangan ganda (Triple Loss) :
1. Kehilangan peran (Loss Of Role)
2. Hambatan kontak social (Restriction Of Contact and Relationship)
3. Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and
Volues).
Menurur teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa
peluang yang memungkinkan dapat di intervensi agar proses menua dapat di
perlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah :
1. Meningkatkan Radikal bebas
2. Memanipulasi system Imun tubuh
3. Melalui metabolism /makanan, memang berbagai misteri kehidupan
masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah
satu misteri yang paling sulit di pecahkan.
6.
Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen). Tidak boleh
dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
Herediter / genetik, nutrisi / makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan, dan stress. Proses menua / menjadi lanjut usia bukanlah suatu
penyakit, karena orang meninggal bukan karena tua, orang mudapun bisa
meninggal dan bayipun bisa meninggal.
Banyak mitos mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada
negative, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang dialaminya
(Nugroho, 2000).
8.
5. Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia
a. Upaya Promotif
Kegiatan Promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat
Disekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk
lanjut usia, proses degenerative seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya
peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas
masyarakat lanjut usia.
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang di praktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajarn yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaiatannya dengan pemberdayaan
masayarakat karena bidang garapannya adalah membantu masyarakat yang
seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku
positif dalam bidang kesehatan.
Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi promosi kesehatan dan
dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia
yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari.
Personal Higienes, mengatur kesehatan lingkungan seperti Rumah sehat dan
membuang kotoran pada tempatnya.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
Komplikasiny akibat peoses Degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan
kesehatanlanjut usia yang dapat di lakukan di kelompok lanjut usia (Posyandu Lansia)
atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut usia.
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila di mungkinkan dapat di
lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu Lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun
perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti
Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Apabila sakit yang
diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan Fasilitas lebih lengkap, maka
dilakukan Rujukan ke Rumah sakit setempat.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya Rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-
upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional
dan kepercayaan diri lanjut usia.
12.
8. Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai
akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk
mengatasi keterbatasan lansia. Sifatnya adalah Independen (mandiri ), Interpendent
(kolaborasi), Humanistik dan Holistik.
B. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Ilmu Pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri
Sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya,
mengikuti suatu pola yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah Sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan Diastolik sedikinya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
“Ringan” dan “Sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada
penyakit Kardiovaskular (Price, 2006).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menajdi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
teratur.
2. Gejala yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita Hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, PUSING
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
13.
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut, NANDA, NIC, NOC klasifikasi dari Hipertensi yaitu :
a. Hipertensi dimana tekanan Sistolik sama atau lebih besar dar 140 mmHg dan
atau tekanan Diastolik sama atai lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi Sistolik Terisolasi dimana tekanan Sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan Diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
14.
4. Etiologi dari Hipertensi
a. Hipertensi dimana tekanan Sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan Diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
b. Hipertensi Sistolik terisolasi dimana tekanan Sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan Tekanan Diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Ini
disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah
mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otak, sehingga pembuluh darah akan berangsur-sngsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah Sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah Diastolik meningkat sampa dekade kelima dan keenam kemudian
menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia
lanjut sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
15.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita. Hipertensi
berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali di picu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pria lebih berhubungan dengan pekerjaan kurang nyaman dengan
pekerjaan dan pengangguran
c. Genetik (keturunan)
Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium.
Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor yang dapat diubah. Adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah Nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena Nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak.
Otak akan bereaksi terhadap Nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, Karbon Monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jantung tubuh (Astawan, 2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pathogenesis
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Basha, 2004).
16.
Konsumsi Natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik
ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Garam mempunyai sifat menahan air mengonsumsi garam lebih atau makan
makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah.
Hindari pemakian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan. Hal ini
tidak berarti menghentikan pemakian garam sama sekali dalam makanan,
sebaiknya dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi (Wijaya kusuma,
2000).
c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan factor risiko dari beberapa
penyakit degenerasi dan metabolik. Lemak tubuh, khususnya lemah pada perut
berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar masa tubuh maka semakin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan
Merupakan factor risiko Independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh
faktor risiko lain.
d. Kurang Olah raga
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olah raga Isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan Perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olah raga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan
memudahkan terjadinya hipertensi.
e. Stress Emosional
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivita s saraf simpatik. Meskipun dapat
dikatakan bahwa stress emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk
jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan
menghilangnya penyebab stress.
Yang menjadi masalah adalah jika stress bersifat permanen, maka seseorang akan
Mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stress menjadi suatu resiko.
Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada
pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus di
rangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitaas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun
4. 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5. Kehilangan elastissitas pembuluh darah
6. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
18.
5. Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi
Perubahan Struktur
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Nyeri akut
Penurunan
(kepala)
curah jantung
Deprivasi
Tidur
Intolerasi
Aktifitas
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
( Viskositas ) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
Hipokoagulabilitas dan anemia
2. BUN/Kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah Pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Uranalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
5. CT Scan : Mengkaji adanya Tumor Cerebral, Encelopati
6. EKG : dapat menunjukkan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal.
8. Photo Dada : menunjujkkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
7. Komplikasi Hipertensi
a. Miokard infark
b. Stroke
c. Cerebral vascular accident
d. Penyakit vascular perifer : Aterosklerosis, Aneurisma
e. Gagal ginjal
f. Left ventricular failure.
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya Morbiditas dan Mortalitas penyerta
dengan mempertahankan tekanan darah di bawah 140 / 90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. Penurunan Berat Badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
2. Perubahan cara hidup
3. Mengurangi intake garam dan lemak
4. Mengurangi intake alkohol
5. Mengurangi BB untuk yang obesitas
6. Latihan / peningkatan aktivitas fisik
7. Olah raga teratur
8. Menghindari ketegangan
9. Istirahat cukup
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam resiko tinggi
dan apabila tekanan darah Diastoliknya menetap diatas 85 dan 95 mmHg dan
Sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/ jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1. Golongan Diuretic
-. Diuretik Thiazid misalnya : Klortalidon, Hydroklorotiazid.
-. Diuretik Loop, misalnya : Furosemid
21.
9. Discharge Planning
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi konsumsi alhohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan
h. Diet garam
i. Periksa tekanan darah secara teratu.
22.
B. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI
1. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji, pada bagian ini antara lain : Nama, Umur, Jenis
Kelamin,Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku, Keluarga/orang terdekat, Alamat,
Nomor Registrasi.
b. Riwayat atau Adanya factor resiko.
1. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / Istirahat
1. Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Perubahan irama jantung
4. Takipnea
d. Integritas Ego
1. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik
2. Faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrerol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur). Gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2. Mual-muntah
3. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1. Angina (penyakit arteri coroner/ keterlibatan jantung)
2. Nyeri hilang timbul pada tungkai
3. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4. Nyeri abdomen
23.
Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, antereskleorosis, penyakit jantung coroner atau katup dan
penyakit Cerebro Vaskuler.
2. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obstruksi
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing
b. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam)
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
b. Takipnea, Ortopnea, dyspnea noroktunal paroksimal
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
d. Riwayat merokok
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin / hematocrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (Viskositas ) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
risiko seperti hiperkoagulabilitas anemia.
2. Bun / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi jaringan.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5. Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
Hipertensi
6. Kolesterol dan Trigeliserida Serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
hipertensi.
8. Kadar aldosterone urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
24.
9. Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan / atau
adanya diabetes
10. VMA urin (metabolit Katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya
Feokromositoma (penyebab) VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab parenkin
ginjal, batu ginjal dan ureter.
12. Foto dada : dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup :
deposit pada dan atau takik aorta pembesaran jantung.
13. CT-Scan : mengkaji tumor serebral CSV, ensofalopati dan feokromisitoma.
14. EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, Gangguan
konduksi, catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi (Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, Iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemaha, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan intravaskuler,
edema.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun.
25.
3. Rencana Keperawatan
Fluid Monitoring
a. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi.
b. Tentukan kemungkinan
factor risiko dari
ketidakseimbangan cairan.
c. Monitor berat badan.
d. Monitor serum dan
elektroliturine.
e. Monitor tekanan darah
orthostatic dan perubahan
irama jantung.
f. Monitor adanya distensi
leher, eodema perifer,
penambahan BB.
g. Monitor tanda dan
gejala dari odema.
4. Intoleransi aktivitas a. Energy Conservation a. Activity therapy
berhubungan dengan b. Activity tolerance b. Kolanorasikan dengan
kelemahan, c. Selfcare : ADLs rehabilitasi medic dalam
ketidakseimbangan Setelah 3x24 jam interkasi merencanakan program
suplai dan kebutuhan diharapkan Kriteria Hasil : therapy yang tepat.
oksigen a. Berpartisipasi dalam c. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa disertai mengidentifikasi aktivitas
peningkatan tekanan darah, yang mampu dilakukan.
nadi, dan RR. d. Bantu untuk memilih
b. Mampu melakukan aktivitas konsistensi yang
aktivitas sehari-hari ADLs sesuai dengan kemampuan
secara mandiri. fisik, psikologi dan social.
c. tanda-tanda Vital normal e. Bantu untuk
d. Energy psikomotor mengidentifikasi dan
e. Level kelemahan mendapatkan sumber daya
f. Mampu berpindah : yang diperlukan untuk
dengan atau tanpa bantuan aktivitas yang diinginkan.
alat f. Bantu untuk
g. Status kardiopulmoari mendapatkan alat bantu
adekuat. aktivitas seperti kursi roda
h. Sirkulasi status baik dan krek.
i. Status respirasi : g. Bantu untuk
Pertukaran gas dan ventilasi mengidentifikasi aktivitas
adekuat. yang disukai.
h. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
dalam waktu luang.
i. Bantu klien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
j. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas.
k. bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
l. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual.
5. Risiko -. Circulation Status Peripheral Sensation
ketidakefektifan -. Tissue Perfusion : Management (Manajemen
perfusi jaringan otak Cerebral. sensasi perifer).
Kriteria Hasil : a. Monitor adanya daerah
-. Mendemostrasikan status tertentu yang hanya peka
sirkulasi yang ditandai terhadap
dengan : panas/dingin/tajam/tumpul.
a. Tekanan Sistole Diastole b. Monitor adanya paretese
dalam rentang yang c. Intruksikan keluarga
diharapkan. untuk mengobservasikan
b. Tidak ada ortostatik jika ada lesi atau laserasi.
hipertensi d. Gunakan sarung tangan
c. Tidak ada peningkatan untuk proteksi.
Tekanan Intracarnial (tidak e. Batasi gerakan pada
lebih dari 15 mmHg). kepala, leher dan
-. Mendemostrasikan punggung.
kemampuan kognitif yang f. Monitor kemampuan
ditandai dengan : BAB.
a. Berkomunikasi dengn g. Kolaborasi pemberian
jelas dan sesuai dengan analgetik.
kemampuan
b. Menunjukkan perhatian h. Monitor adanya
konsentrasi, dan orientasi Tromboplebitis.
c. Memproses, informasi i. Diskusikan mengenai
d. Membuat keputusan yang penyebab perubahan
benar sensasi.
e. Menunjukkan fungsi
sensorik motoric kranial
yang utuh : Tingkat
kesadaran membaik, tidak
ada gerakan –gerakan
involunteer.
33.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir proses Asuhan Keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil
yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu :
1. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign dalam batas
normal.
2. Tekanan systole dan Diastole dalam rentang normal.
3. Tidak ada Ortostatik Hipertensi
4. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
5. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping.
34.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi ke 3 Jakarta : EGC.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut usia.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik, Edisi : 2. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan :
Materi pembinaan. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Usia Lanjut
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Kozier, B.B., dan Erb, G. (1987). Fundamentals Of Nursing : Concepts and Procedures
Massachussets : Eddison Wesley
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed)
Missouri : Mosby Eliopoulos, C. (2005)
Gerontological Nursing (6 th Ed).
Philadelphia : JB
Lippincorl Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan .Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta :
EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 volume 2, Jakarta : EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan 2. Jakarta : MediAction.
Madyaningratri, Ambar. 2012. Fisiologi Sistem Kardio Vaskuler (Hemodinamika).
Available :
http :// www.academia.edu /9841261/fisiologi system kardio vaskuler Hemodinamika.
Diakses pada selasa.06 Oktober 2015 pukul 20.00 Wita.
Putri, Puniari Eka 2012. Aliran Darah dan Denyut Jantung. Available :
http ps://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung. Diakses
pada selasa, 06 Oktober 2015 pukul 19.15 Wita.
Shann, Resti. 2012 Laporan Praktikum Anfisman Tekanan Darah, Available :
http://www.academia.edu/64754381/ Laporan Praktikum Anfisman Tekanan Darah.
Diakses pada selasa, 06 Oktober 2015, pukul 19.00 Wita.
35.
LAPORAN KASUS
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK
KODE MATA AJARAN WAT 1.6.04
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS NUROBO KECAMATAN LAEN MANEN
KABUPATEN MALAKA
OLEH :
i.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klein
a. Nama : Tn. Y.M
b. Umur : 75 Tahun
c. Alamat : Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka
d. Pendidikan : PGSD
e. Tanggal mulai sakit : 04 Maret 2010
f. Jenis Kelamin : Laki-laki
g. Suku : Timur
h. Agama : Katholik
i. Status perkawinan : Kawin
j. Tanggal Pengkajian : Rabu, 17 Juni 2020
5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum : Composmentis (E4 V5 M6)
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam
keputihan.
d. Mata : Simetris, Sklera berwarna putih, kunjungtiva tidak
Anemis.
e. Telinga : Simetris, tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada
benjolan, tidak ada airan yang keluar.
f. Mulut & Tenggorokan : Mulut bersih, gigi masih utuh, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan
i. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
j. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg
k. Sistem Gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara usus, makan 3x
sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x
sehari.
38.
Jenis : air putih, dan
susu
3. Berpindah dari satu 15 Mandiri
tempat ke tempat lain
4. Personal toilet (cuci 5 Frekuensi : 3 x
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 Frekuensi : 2-3 kali
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 15 2x sehari pada pagi hari
dan sore hari sebelum
malam
7. Jalan dipermukaan 10 Setiap ingin melakukan
datar sesuatu
misalnyamengambil
minuman atau ke kamar
mandi
8. Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-
pelan
9. Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10. Kontrol Bowel 10 Frekuensi : 1 x sehari
(BAB) Konsistensi : Padat
11. Kontrol Bladder 10 Frekuensi : 6 x sehari
(BAK) Warna : kuning
12. Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti senam
Lansia yang diadakan di
Puskesmas.
13. Rekreasi/pemanfaatan 10 Jenis : Rekreasi keluar
waktu luang ke pantai sebulan sekali,
dan kunjung keluarga di
kampong.
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan Skor : 130 yang termasuk dalam kategori mandiri.
39.
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Interprestasi Hasil :
a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga disimpulkan
Tn. Y.M.memiliki fungsi intelektual utuh.
Penilaian
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga
disimpulkan Tn. Y.M. kemungkinan depresi.
43.
10. Pengkajian Skala Resiko Dekubiktus
Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas penuh Sangat terbatas Agak Terbatas Tidak terbatas
Kelembapan Lembab Sangat lembab Kadang lembab Jarang
konstan Lembab
Aktifitas Di tempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak
Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan/cubitan Masalah Masalah Resiko Tidak Ada Sempurna
Masalah
Keterangan :
45.
B. ANALISA DATA
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds : Ansietas Insomnia
1. Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau
tekanan darah tinggi
2. Saat ini Tn. Y.M. masih mengkonsumsi obat antihipertensi
secara rutin
3. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika
ingin BAK sampai 3 kali
4. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak
bisa tidur pada saat siang hari
5. Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi
banyak pikiran
Do :
1. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari
2. TD 150/80 mmHg
Ds : Proses Nyeri
Penyakit kronis
1. Klien mengatakan sering pusing, masuk angina dan merasa
sakit pada bagian tengkuknya
2. Klein mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
5. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R).
6. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
7. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
Do :
1. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri
2. Ds : Resiko
1. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan jatuh
Do :
1. Klien tampak gemetar saat memegang gelas berisi susu
yang mau dipindahkan ke kamar
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada tekanan
Diastolic
3. Hasil reach test < 6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri dan mengangkat satu kaki klien
hanya melakukan sebentar dan kembali duduk
5. Hasil TUG Test 24 detik
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn.Y.M. dengan insomnia
dan resiko jatuh di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan Laen Manen,
Kabupaten Malaka selama proses pengkajian didapatkan hasil :
1. Nyeri kronis pada Tn. Y.M. di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka masalah teratasi sebagian, ditunjukkan dengan klien
mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala 2
2. Insomnia pada Tn.Y.M. di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka masalah teratasi sebagian, ditunjukkan dengan klien
mengatakan masih terbangun di malam hari karena pipis.
3. Resiko jatuh pada Tn. Y.M. di Nurobo, Dusun Nurobo B, Desa Meotroy, Kecamatan
Laen Manen, Kabupaten Malaka masalah teratasi sebagian ditunjukkan dengan
mengatakan belum perlu menggunakan alat bantu untuk berjalan.
B. Saran
1). Bagi perawat dalam memiliki tanggung jawab untuk selalu memperbaharui
Pengetahuan dan ketrampilannya perawat juga harus memperhatikan dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan pada klien khususnya lansia yang mengalami
Hipertensi untuk menerapkan terapi relaksasi otot progresif untuk dilakukan sehari-
hari.
2). Petugas Puskesmas Nurobo memperhatikan lingkungan pelayanan sehingga dapat
mengurangi resiko jatuh
b. Bagi Lansia
Bagi Lansia Relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi mandiri
untuk lansia saat lansia mengalami Hipertensi
.54
DAFTAR PUSTAKA
Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur pada Asuhan
Keperawatan Ny. U dengan Stroke Non Haemorogik di ruang Anggrek II RSUD
dr. Muwardi Surakarta. Surakarta : Karya Tulis Stikes Kusuma Husada.
Wilkinson, Judith M. 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
55.
FOTO PENGKAJIAN DENGAN PASIEN
FOTO KEGIATAN SENAM LANSIA