Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN GASTRITIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBACANG KOTA PADANG
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas Mata Kuliah Praktik Gerontik

OLEH:

NAMA : PUTRI RAHMA NESA


NIM : 19112254

DOSEN PEMBIMBING PEMBIMBING KLINIK

(Aida Minropa,SKM.M.Kep) (Ns.Sasrawati,S.Kep)

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari. Menua  atau 
menjadi  tua  adalah  suatu  keadaaan  yang  terjadi didalam  kehidupan  manusia. 
Proses  menua  merupakan  proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai  sejak  permulaan  kehidupan.  Menjadi  tua 
merupakan  proses alamiah,  yang  berarti  seseorang  telah  melalui  tiga  tahap
kehidupannya,  yaitu  anak,  dewasa  dan  tua.  Tiga  tahap  ini  berbeda, baik  secara 
biologis  maupun  psikologis.  Memasuki  usia  tua  berarti mengalami  kemunduran, 
misalnya  kemunduran  fisik  yang  ditandai dengan  kulit  yang  mengendur,  rambut 
memutih,  gigi  mulai  ompong, pendengaran  kurang  jelas,  pengelihatan  semakin 
memburuk,  gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,
2008).
Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  1998  tentang kesejahteraan  lanjut  usia 
pada  Bab  1  Pasal  1  Ayat  2  menyebutkan bahwa  usia  60  tahun  adalah  usia 
permulaan  tua.  Menua  bukanlah suatu  penyakit,  tetapi  merupakan  proses  yang 
berangsur-angsur mengakibatkan  perubahan  kumulatif,  merupakan  proses 
menurunya daya  tahan  tubuh  dalam  menghadapi  rangsangan  dari  dalam  dan 
luar tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi:


1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65
tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi
dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual:
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan
bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam
inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia
akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua
terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin
terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar,
misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
b. Teori mutasi somatic
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim.
Kesalahan ini terjadi terus- menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel
menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana, 2000).
c. Teori nongenetik
1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang
merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).
Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan
kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan autoimun.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory), teori radikal
bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh, karena
adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya
kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan
seperti:
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen
dan kolagen pada proses menua.
3) Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bias
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Darmojo, 2000).
4) Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan bahwa
menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat
(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan padamembran plasma,
yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
5) Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik,
terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal).
2. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci mempertahankan status sosial berdasarkan kemampuan
bersosialisasi. Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain:
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas
dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut
usia. Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun
ia telah lanjut usia.
d. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory). Teori ini
membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-pokok
disangagement theory:
1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun. Pada
wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya
saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar
dan menikah.
2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut
usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.
3) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:
- Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
- Proses tersebut tidak dapat dihindari
- Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.

Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961) Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (triple loss):
1. Kehilangan peran (loss of role).
2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and
relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)

Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua
tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi
agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah
mencegah:
1. Meningkatnya radikal bebas.
2. Memanipulasi sistem imun tubuh.
3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri kehidupan
masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan
salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan.
Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen) tidak
boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang
salah. Banyak faktor yang memengaruhi proses menua (menjadi tua),
antara lain herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan,
pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses menua/menjadi lanjut
usia bukanlah suatu penyakit, karena orang meninggal bukan karena tua,
orang muda pun bias meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos
mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada negatif, tetapi
sangat berbeda dengan kenyataan yang dialaminya (Nugroho, 2000).

4. Masalah psikologik pada lansia


Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara
lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal
ini dikenal apa yang disebut disengagement theory, yaitu berarti ada penarikan diri
dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat
mensukseskan proses menua. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat
sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan
sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri menyambut
hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan umpama dalam bidang
pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada usia lanjut ini untuk menaikkan
intelegensi dan memperluas wawasannya (Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-
negara industri maju bahkan didirikan apa yang disebut university of the thrird age.
Pemisahan diri (disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir
kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya yang baru.
Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai
pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang
telah lama terjadi, malahan lupa mengenai hal- hal yang baru terjadi. Pada lansia yang
masih produktif justru banyak yang menggunakan waktu menulis buku ilmiah,
maupun memorinya sendiri. Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai
dengan pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai
berikut:
1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya
sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses
menua, mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.

2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di terima ditengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai
inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia
senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak
suka bekerja dan senang untuk berlibur.

3. Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak stabil,
bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat di kontrol,
memegang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka
takut menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun.

4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang menyebabkan


kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu
dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut
mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-
pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.

5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini bersifat kritis


terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tidak
bahagia, mempunyai sedikit hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun
mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda,
merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian
sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan. Statistik kasus
bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan
lansia pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian
(Darmojo, 2009).

5. Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia


a. Upaya Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di
sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk
lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya
peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas
masyarakat lanjut usia.

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998,
PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang
garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada
pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang
kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visipromosi
kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup
sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas
30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti
rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi,
yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai
kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi
seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan
zat pengatur.

a) Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras,
jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.

b) Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan


mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.

c) Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.


d) Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh
contohnya sayuran dan buah.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan
pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia
(posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di
lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut
ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan
Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan
fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun
upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan
fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

6. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000)
keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia
yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan,
implementasi serta evaluasi.

7. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (Menghormati hak
orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong
kualitas pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (Memerhatikan serta mengurangi
risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan).
7. Open channels for continued growth (Membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya).
8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan
harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan
restoratif dan rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner
(Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu
dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other
(Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern
(Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

8. Lingkup Keperawatan Gerontik


Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai
akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan
untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifatnya adalah independen (mandiri),
interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.

B. KONSEP TEORITIS PENYAKIT GASTRITIS


I. Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang
tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit. (Brunnee an suddarth 2001).
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat
faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi
atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut
mukosa lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebuh (Suyono Slamet 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau
cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan
antasid atau supresi asam (Grace, Pierce A.dkk 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung
ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan mukosa lambung (seperti
makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan
minum alcohol.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan
Hellicobacter Pylori.

II. Anatomi dan fisiologi lambung (Gaster)

https://images.app.goo.gl/zKPUCquxPWP5h5dEA

Lambung dalam bahasa inggris (stomach) dan dalam bahasa belanda (maag)
atau ventrikulus atau gaster. Berupa suatu kantong yang terletak dibawah sekat rongga
badan.
Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari arteri gastrika dan
arteri lienalis, persyarafan diambil dari vagus dan dari pleksus seliaka sistema
simpatis. Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu :
1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCL) berfungsi untuk menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.

III. Klasifikasi Gastritis


Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2002)
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi
menjadi dua garis besar yaitu :
1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari
luar, seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama
aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis kronik
dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik
tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi
dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisinosa berkembang pada proses
ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
Helicobaxter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

IV. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam keadaan kosong, maka ia akan
melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi akan
mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam esopagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus dan lambung
(asophageal sphincter) akan membukan dan membiarkan makanan masuk ke
lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan-lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar-kelenjar yang berada dimukosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang
mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan
keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam
hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab
yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.


Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri
tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai kanker
dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada
penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini
sedangkan yang lain tidak.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik


anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian
obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis
dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung


dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.

4. Penggunaan kokain

Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan


gastritis.

5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan
pada lambung.

6. Kelainan autoimmune

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh


menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B12).  

7. Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam
bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

8. Radiasi and kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat


mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung.

9. Penyakit bile reflux

Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak


dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin
(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung.
Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk
ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

10. Faktor-faktor lain

Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya


seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :


1. Gastritis akut
1) Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan pbat anti inflamasi non steroid
dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2) Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
3) Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar.
4) Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis kronik
Pada gastritis kronik penyabab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Hellicobacter Pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.

Menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :


1. Gastritis akut
Sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain dari
gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Hellicobacter Pylori.
V. Patofisiologi
Pathway Gastritis

1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik
anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya
sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga
dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan
faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat
(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta
kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut
bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam
lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan
gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa
lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas
mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi
menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun,
seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) Ini dihubungkan dengan
bakteri H. Pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk
bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya
pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung
melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, sel T-killer, dan pelawan infeksi lainnya.
Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut
sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang
sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi
ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan
sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak
sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).
Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

VI. Manifestasi Klinis


Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat
berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan
dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

Gastritis kronis :
1. Bervariasi dan tidak jelas.
2. Perasaan penuh, anoreksia.
3. Distress epigastrik yang tidak nyata.
4. Cepat kenyang.

Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :


1. Gastritis Akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yangs ering muncul.
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi
peningkatan asam lambung yang meningkatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena.
Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Gastritis akut :
1) Gastritis Akute Eksogen Simple
a) Nyeri epigastrik mendadak.
b) Nausea yang disusul dengan vomitus.
c) Saat serangan pasien kelihatan berkeringat, gelisah, sakit perut, dan
kadang disertai panas serta takikardi.
d) Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
2) Gastritis Akute Eksogen Korosiva
a) Pasien kolaps dengan kulit dingin.
b) Takikardi dengan sianosis.
c) Perasaan seperti terbakar pada epigastrium.
d) Nyeri hebat (kolik).
3) Gastritis Infeksiosa Akute
a) Anoreksia.
b) Perasaan tertekan pada epigastrium.
c) Vomitus.
d) Hematemesis.
4) Gastritis Hegmonos Akute
a) Nyeri hebat mendadak di epigastrium, Neusia.
b) Rasa tegang pada epigastrium, vomitus.
c) Panas tinggi dan lemas, takipnea.
d) Lidah kering sedikit ektrik, takikardi.
e) Sianosis pada ektermitas.
f) Abdomen lembek, leukositosis.
2. Gastritis Kronik
Pada pasien gastritis kronik umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nauesa dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan.
Gastritis kronik :
1) Gastritis superfisialis
a) Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
b) Penurunan BB.
c) Kembung atau rasa penuh pada epigastrium.
d) Nousea.
e) Rasa perih sebelum dan sesduah makan.
f) Terasa pusing.
g) Vomitus.
2) Gastritis Atropikan
a) Rasa tertekan pada epigastrium, anoreksia.
b) Rasa penuh pada perut, nousea.
c) Keluar angin pada mulut, vomitus.
d) Mudah tersinggung, gelisah.
e) Mulut dan tenggorokan terasa kering.
3) Gastritis Hypertropik Kronik
a) Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum
susu.
b) Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
c) Kadang disertai melena.

VII. Komplikasi
Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan
dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama namun
pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter Pylori, sebesar
100% tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan
oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh Helicobater Pylori.
1) Atrofi lambung dapat menyebabkan ganggguan penyerapan terhadap vitamin.
2) Anemia pernisinosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik dalam
serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap vitamin
B12.
3) Gangguan penyerapan zat besi.

VIII. Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama
yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan.
Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
a) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang, ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan intravena.
c) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali,
encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya
aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
d) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
e) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena
bahaya perforasi.
f) Antasida
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung
dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan
cepat.
g) Penghambat asam
Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat
seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk
mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
a) Cytoprotective agents
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-
jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol.
Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu
sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat
golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth
subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
b) Penghambat pompa proton
Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung
adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi
asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang
termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.
c) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis, tetrasiklin
atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory.
Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam
mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik
berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton
berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap
infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh
H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada
kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2
minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali
setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces
adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak
adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.

IX. Farmakologi
Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-
bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam
tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin
banyak kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam yang
dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis dengan
baik.
Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat
konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok
dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut.
Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi
eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik
dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump
inhibitor).
Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung,
penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam
lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :
a) Antasid
Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis
ringan.  Antasida menetralkan asam lambung sehingga cepat
mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.
b) Penghambat asam (acid blocker)
Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter
biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin,
ranitidin, atau famotidin.
c) Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton)
Obat ini bekerja mengurangi asam lambung dengan cara
menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat
yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole,
lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi
infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan
penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
i. Pengkajian
1) Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Jenis pekerjaan :
5. Alamat :
6. Agama :
7. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan
akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit
ini.
8. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu

2) Pemeriksaan fisik : Review of System


1. B1 (breath) : Takhipnea
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.

3) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).
CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara
ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas


Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

6. Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk
dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa
perangsangan.

Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison


(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

7. Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,


Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam
seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria
atau tidak.

4) Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya


serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
kecemasan terhadap penyakit.

ii. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Defisit volume cairan dan elektrolit
iii. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan intervensi Observasi :
: Nyeri selama … x … jam, maka 1. Identifikasi lokasi,
status kenyamanan meningkat, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan tidak nyaman intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
2. Gelisah menurun nyeri
3. Keluhan sulit tidur 3. Identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
4. Keluhan kedinginan 4. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
5. Keluhan kepanasan dan memperingan
menurun nyeri
6. Merintih menurun 5. Identifikasi
7. Menangis menurun pengetahuan dan
8. Iritabilitas menurun keyakinan tentang
9. Pola eliminasi membaik nyeri
10. Kewaspadaan membaik 6. Identifikasi
11. Pola hidup membaik pengaruh budaya
12. Pola tidur membaik terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan
penyebab,periode,da
n pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian analgetic,
jika perlu

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi :


D. 0019 keperawatan selama…x24 jm 1. Identifikasi status
maka status nutrisi membaik nutrisi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi
- Porsi makan meningkat dan intoleransi
- Perasaan cepat kenyang makanan
menurun 3. Identifikasi
- Frekunsi makan kebutuhan kalori dan
membaik jenis nutrient
- Nafsu makan membaik 4. Monitor asupan
makanan
5. Monitor berat badan
Terapeutik :
1. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
2. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
3. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi :
- Anjuarkan diet yang
di programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang di
butuhkan, jika perlu

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Observasi :


cairan keperawatan selama … x 24 1. Monitor status
jam, maka keseimbangan hidrasi (mis,
cairan meningkat dengan frekuensi
kriteria hasil : nadi,kekuatan
1. Asupan cairan nadi,akral,pengisian
meningkat kapiler, kelembapan
2. Haluaran urine mukosa, tugor kulit,
meningkat tekanan darah)
3. Keseimbangan 2. Monitor berat badan
membrane mukosa harian
4. Asupan makanan 3. Monitor berat badan
meningkat sebelum dan sesudah
5. Tidak terjadi edema dialisis
6. Tidak ada dehidrasi 4. Monitor hasil
7. Terkanan darah normal pemerikasaan
8. Denyut nadi radial laboratorium
normal 5. Monitor status
9. Tekanan arteri rata-rata hemodinamik
10. Membrane mukosa Terapeutik :
lembab 1. Cairan intake output
11. Mata tidak cekung dan hitung balans
12. Tugor kulit <2 detik cairan 24 jam
13. Berat badan meningkat 2. Berikan asupan
cairan,sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan
intravena,jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian diuretic,
jika perlu

iv. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, memfasilitasi
koping.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi independent (suatu tindakan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk/ perintah dari dokter atau tenaga kesehatan
lainnya). Dependent (suatu tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan medis, tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan
medis dilaksanakan) dan interdependent suatu tindakan yang memerlukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan
dokter (Nursalam, 2000).

v. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan dan implementasi keperawatan. Tahap evaluasi yang
memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian,
perencanaan dan implementasi (Nursalam, 2011).

BAB III
LAPORAN KASUS

I.Pengkajian
A. Data Umum

Tanggal Pengkajian : 09 November 2021


Tempat : Puskesmas Ambacang
Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :SLTA/Sederajat
Alamat : Kp. Jambak RT02/RW02 Ampang
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan saat ini

Ny.A telah menderita penyakit Asam lambung, saat sekarang ini Ny.E
merasakan nyeri pada bagian tumit,ulu hati nyeri dan kepala pusing.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ny.A sudah di diagnosa Asam lambung sejak usia 20 tahun, dan


pernah dirawat 10 tahun yang lalu karena penyakit tyroid.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ny.A mengatakan di keluarga nya tidak ada yang mempunyai riwayat


Asam lambung
C. Pemeriksaan Fisik

1.Tanda-tanda Vital
TD : 150/80 mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
BB : 57 kg
1. Pemeriksaan Head To toe
a. Kepala
Normocephalus, rambut tampak sedikit beruban, tidak ada luka, tidak ada
nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, pupil
isokor, penglihatan sedikit kabur, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri dan
tidak ada benjolan.
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret
pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
d. Mulut dan Tenggorokan
e. Mulut tampak bersih, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi
tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sedikit
mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan.
f. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan,
tidak nyeri tekan pada bagian belakang telinga (mastoideus), tidak ada
benjolan, pendengaran masih bagus
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan
vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku
kuduk).
h. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
i. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
j. Genetalia
Tidak dikaji
k. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
l. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada
kulit.

D. Aktivitas Sehari-hari

Katz index
No Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
. Sebagian Penuh
1. Mandi 
2. Berpakaian 
3. Ke Kamar Kecil 
4. Berpindah Tempat 
5. BAK/BAB 
6. Makan/Minum 
Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.
a. Nutrisi
1.Pola Nutrisi
Sehat - Makan : 2-3 kali sehari
- Minum : 5-6 gelas sehari air putih
Sakit - Makan : 1-2 kali sehari
- Minum : 3-4 gelas sehari air putih

2. Pola Eliminasi
- BAB : 1 kali sehari
- BAK : 4-5 kali sehari

3. Pola Tidur Dan Istirahat

Ny.A Mengatakan tidur jam 21.00 WIB dan bangun pada saat subuh
Ketika mau sholat subuh.
Ny.A Istirahat cukup, namun saat melakukan banyak aktivitas Ny.A
merasa Lelah dan kaki terasa nyeri.
a. Psikologi
Klien mengatakan ia tidak merasa kesepian karna dilingkungannya banyak
anak-anak dan lingkungan tidak terasa sepi.
b. Dukungan social
Klien mengatakan keluarga lain hanya mengunjunginya saat ada keperluan
dan hari besar.
c. Spiritual
Klien mengatakan ia rutin melakukan ibadah sholat 5 waktu dan membaca Al-
Qur’an
d. Rekreasi
Klien mengatakan ketika ia bosan, ia menonton tv dan terkadang duduk diteras
rumahnya.

E. Status Kognitif/Afektif/Sosial
A.Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Pertanyaan :
Bena Salah Nomor Pertanyaan Jawaban
r
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 09
√ 2 Hari apa sekarang ? Selasa
√ 3 Apa nama tempat ini ? Ampang
√ 4 Dimana alamat anda ? Kp Jambak
√ 5 Berapa umur anda ? 66 tahun
√ 6 Kapan anda lahir ? 16-08-1955
√ 7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Indonesia SBY
sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama kecil anda ? Aini
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun
JUMLAH Benar : 10
Salah : 0
Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 10 benar
dan 0 salah ini menunjukkan bahwa fungsi intelektual NY”A” Utuh.

B. MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2021 (Benar)
Musim :kemarau
Tanggal :09 (Benar)
Hari :Selasa(Benar)
Bulan :November (Benar)
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : sumbar (Benar)
Kabupaten/kota : padang(Benar)
Panti :-
Wisma:-
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, pena), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1.        kursi
2.        meja
3.        pena
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.
Jawaban :

1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai 30 26

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini menunjukkan bahwah
NY “A” tidak ada gangguan kognitif.

II. Diagnosa keperawatan


Analisa Data
N Data Fokus Problem Etiologi
o
1 DS: Nyeri Akut Gastritis
- Klien mengatakan tumit kaki terasa (D.0077)
nyeri Asam lambung
- Klien mengatakan uluh hati terasa Berdifusi dengan
nyeri mukosa
- klien mengatakan sakit kepala
Nyeri uluh hati
DO:
- Tipe nyeri sedang
- Klien tampak memegang tumit yang
nyeri
- TTV:
TD : 150/80 mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
2 Ds. Intoleransi Kelemahan Fisik
- Ny.A mengatakan mudah lelah saat aktivitas (D.0056)
beraktivitas yang terlalu berat
- Ny.A merasa mudah lelah.
Do:
-Tekanan darah Ny.E Berubah dari
kondisi istirahat

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan actual dan fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan,tidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
tirah baring,imobilitas,gaya hidup.
III. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No
Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
Selasa,09 1 - Mengkaji Nyeri S: Pasien mengatakan nyeri di
November - Mengkaji tingkat,durasi dan tumit,ulu hati dan kepala
2021 lokasi nyeri O: Skala nyeri 6
- Melakukan pengecekan vital TD: 150/80 mmHg
sign A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Rabu,10 1 -Memantau kedalaman usaha S: Pasien mengatakan nyeri


November bernafas sudah berkurang
2021 -Mengkaji ulang nyeri O: Skala nyeri 1-3
-Mengajarkan teknik nafas A: Masalah teratasi
dalam P:Intervensi dihentikan
-TD: 150/80 mmHg
-RR: 26x/menit
-P: 84x/menit
Kamis ,11 2 -Observasi keadaan umum S : klien mengatakan bisa
November -Kaji tingkat aktivitas pasien mengambil barang yang ada
2021 -Anjurkan keluarga membantu didekatnya
kegiatan klien O : Keadaan umum klien baik,
klien tampak mandiri
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut bagi Petugas Kesehatan:
Materi Pembinaan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Usia Lanjut
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Kozier, B.B., & Erb, G. (1987). Fundamentals of Nursing: Concepts and Procedures
Massachussets: Eddison Wesley
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed.). Missouri : Mosby Eliopoulos, C.
(2005). Gerontological Nursing (6 th Ed). Philadelphia: JB.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Carpenito, L. J. (2006).
Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC Dermawan,D. T. R.
(2010).
Keperawatan Medikal Bedah ( Sistem Pencernaan ). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Doenges, M. E. (2000).
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba
Medika. Potter, P. A. and Perry (2005).
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan
2012-2014. Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 2. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction

Anda mungkin juga menyukai