Disusun Oleh:
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia
dikelompokkan menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun
atau 65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang
baru memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan
berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat
dilakukan di kelompok lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia.
c. Upaya Kuratif
d. Upaya Rehabilitatif
OSTEOARTRITIS
A. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nurarif , 2015).
Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat
inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang
penyusun sendi. Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat
progresif lambat yang mengenai rawan sendi ( Soenarwo, 2011)
B. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria. Diseluruh
dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn keatas,
terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan
meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).
C. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak
rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang
berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan
dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah
trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang
biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang
tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka
rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon,
synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan
sendi.
b. Faktor Presipitasi
Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa
ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk
mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
D. Patofisiologi
1) Pengkajian fisik
a) Identitas
b) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian dan terasa kaku.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian dan terasa kaku.
d) Pola fungsi Gordon
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan
yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan,
dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.
Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan
warna
Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri,
dibantu atau menggunakan alat
Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas
9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala
nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas
diri, gambaran diri.
Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
Pola manajemen koping stress
Sistem nilai dan keyakinan
b. Fungsional klien
1) Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan
aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan
diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun tangga,
berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih. Cara penilaian:
2) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah,
ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan
disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat
bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah
satukeuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi
dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi
yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
Analgesic
Administration
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat
alergi
Pilih analgesik
yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala (efek
samping)
Penurunan
kekuatan
aktivitas
Nyeri