Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

PADA PASIEN HIPERTENSI

OLEH

KADEK GILANG DARMA YUDHA (18E10016)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HIPERTENSI

A. TINJAUAN TEORI PROSES MENUA

1. Pengertian Lanjut Usia

Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada setiap makluk
hidup. Menurut Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua makhluk hidup
memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, tumbuh
menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan usia
lanjut adalah masa yang tidak bisa dielakkan bagi orang yang dikarunia umur panjang.
Keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan, terutama dalam bidang kesehatan
berdampak pada angka usia harapan hidup penduduk. Kemajuan bidang kesehatan dan
kemampuan seseorang dalam menjaga kesehatan menyebabkan meningkatnya usia harapan
hidup. Usia harapan hidup yang meningkat, mencerminkan makin bertambah panjangnya
masa hidup seseorang yang membawa konsekuensi makin bertambahnya jumlah penduduk
usia lanjut. Kondisi masa tua yang semakin panjang ini diharapakan tidak menjadi beban,
namun tetap menjadi sumber daya manusia yang memberikan manfaat.

Ketuaan atau usia tua menurut Muanandar (2001) menjadikan manusia rentan
terhadap penyakit. Beberapa kelemahan dan peyakit akan terjadi dengan bertambahnya usia,
tetapi pada saat ini gaya hidup yang aktif dan pola hidup sehat senantiasa diupayakan dan
dilakukan. Hidup sehat berarti mengambil bagian dalam makan-makanan yang sehat,
menghindari zat-zat yang dapat menyebabkan kerusakan pada diri dan organ tubuh, berjalan
atau melakukan olahraga (jalan kaki), makan buah dan sayur. Gaya hidup aktif adalah tetap
terhubung dengan orang-orang yang dicintai, berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
komunitas lanjut usia. Lanjut usia tetap di dorong untuk mencari dan tinggal aktif dalam
kegiatan masyarakat. Bertambah tua berarti pula pula bertambah besar kemungkinan
menderita berbagai penyakit tua, tetapi tidak berarti harus menghentikan seluruh aktivitas
yang ada atau yang bisa dilakukan.

Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun
(WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).

Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

2. Teori Proses Menua

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori
psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2014).

a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa
hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat structural sel/
organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori
ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi
organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak
terhadap organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia
kronologis.

1) Teori“GenetikClock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini
sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif
pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
2) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat
kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan. Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi
pembangun atau pembentuk sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel
dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
jumlah substansi DNA.
3) TeoriAutoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem
imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit –T, disamping
perubahan juga terjadi pada Limposit –B. perubahan yang terjadi meliputi penurunan
sistem immune humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua
untuk : (a) menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembanga
kanker. (b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara
agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen. (c) meningkatkan produksi
autoantingen, yang berdampak pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit
yang berhubungan dengan autoimmun.
4) Teori Free Radical
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kurang
efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal
bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh
manusia sehingga salah satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal
ia terbentuk dari proses metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat : (1) proses
oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon, dan petisida. (2) reaksi akibat
paparan dengan radiasi. (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh
manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), radikal hidroksil,dan H2O2.
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak terbentuk
radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus terjadi, kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.
5) Teori Kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
6) Wear Teori Biologi
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan
jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

b. Teori Psikososial
1) Activity Theory(Teori Aktivitas)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam
kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas
dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa
kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
(1) aktif lebih baik daripada pasif. (2) gembira lebih baik daripada tidak gembira. (3)
orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih
alternatif pilihan aktif dan bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah
kegiatan secara langsung.

2) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas)


Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan
secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia. Adanya suatu
kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang
meningkatkan stress.
3) Disanggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat , hubungan dengan
individu lain.
4) Teori Stratisfikasi Usia
Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.
5) Teori Kebutuhan Manusia
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang
mencapai kebutuhan yang sempurna.
6) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
7) CourseofHumanLifeTheory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.
8) DevelopmentTaskTheory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.

c. Teori Lingkungan
1) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar ultraviolet
maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk tubuh
tanpa terasa yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau
bahkan rusak dan mati.
2) Stress Theory (Teori Stress)
Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter
tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan
mengalami gangguan metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan eksisitas membrane sel.
3) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami gangguan pada
sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya proses menua
dengan perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra
yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau
kematian sel bisa terjadi.

3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan
psikologis.

1. Perubahan Fisik

a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan
fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan
pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput,
masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan dan
kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan volume)
elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi
kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot- otot pernapasan
kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas
lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan
terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan
penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Saraf
pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam merespon dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress, berkurangnya atau
hilangnya lapisan mielin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik
dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause yang dapat
mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat mengakibatkan osteoporosis,
terjadi bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram,
tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan asam
lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.
i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan otot-otot
melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi urine.
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat
menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan. k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun
terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).

2. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan fisik,
sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan
menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang
proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negatif tersebut,
dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun
terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).

3. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah lupa,
bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan hal yang
sering terjadi (Fatimah 2010).

4. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,


kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal (Siti
dkk, 2008).

4. Karakteristik Lansia

Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
Kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

B. TINJAUAN TEORI HIPERTENSI

1. Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko
paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi
sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati (2015),
hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem
kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor
sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).

2. Klasifikasi

Klasifikasi Hipertensi

1) Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),

klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :

No Kategori Sistolik Diastolik


( mmHg ) ( mmHg )

1 Optimal < 120 < 80

2 Normal 120-129 80-84

3 High normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

5 Grade 1(ringan ) 140-159 90-99

6 Grade 2 160-179 100-109


( sedang )

7 Grade 3 ( berat ) 180-209 100-119

8 Grade 4 ( sangat ≥ 210 ≥ 210


berat )

2) Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016) klasifikasi


hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg da n
diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

3. Patofisiologi

a. Etiologi
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas
dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%.
Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga
kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen,
Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi
bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin
berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah
tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun (Bell,
Twiggs, & Olin, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi
tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut,
yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius,
Workman, & Rebar, 2017)

b. Proses Terjadi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh Angiostencin Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiostensinogen yang diprodoksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-
paru, angiostensin I diubah menjadi angiostensin II. Angiostensi II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
(Noviyanti, 2015).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

c. Manifestasi Klinis
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun

d. Komplikasi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1) Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik
dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal,
neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic
koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Guna memastikan diagnosis, beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan, di


antaranya:
a. Foto Rontgen dada. Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya pembengkakan pada
bilik kanan jantung atau pembuluh darah paru-paru, yang merupakan tanda dari
hipertensi pulmonal.
b. Elektrokardiogram (EKG). Untuk mengetahui aktivitas listrik jantung dan mendeteksi
gangguan irama jantung
c. Ekokardiografi. Ekokardiografi atau USG jantung dilakukan untuk menghasilkan citra
jantung dan memperkirakan besarnya tekanan pada arteri paru-paru serta kerja kedua
bagian jantung untuk memompa darah.
d. Tes fungsi paru. Tes fungsi paru dilakukan untuk mengetahui aliran udara yang
masuk dan keluar dari paru-paru, menggunakan sebuah alat yang bernama spirometer.
e. Kateterisasi jantung. Tindakan ini dilakukan setelah pasien menjalani pemeriksaan
ekokardiografi untuk memastikan diagnosis hipertensi pulmonal sekaligus
mengetahui tingkat keparahan kondisi ini. Dengan katerisasi jantung kanan, dokter
dapat mengukur tekanan arteri pulmonal dan ventrikel kanan jantung.
f. Pemindaian. Pemindaian seperti CT scan atau MRI digunakan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai ukuran dan fungsi jantung, penggumpalan pada
pembuluh darah, dan aliran darah pada pembuluh darah paru-paru.
g. V/Q scan atau ventilation-perfusion scan. Pemindaian ini bertujuan mendeteksi
adanya gumpalan darah yang menyebabkan hipertensi pulmonal. Dalam pemindaian
ini, zat radioaktif khusus akan disuntikkan pada pembuluh vena di lengan guna
memetakan aliran darah dan udara pada paru-paru.
h. Tes darah. Untuk melihat keberadaan zat seperti metamfetamin, atau penyakit lain
seperti penyakit hati yang dapat memicu hipertensi pulmonal.
i. Polisomnografi. Digunakan untuk mengamati tekanan darah dan oksigen, denyut
jantung, dan aktivitas otak selama pasien tertidur. Alat ini juga digunakan untuk
mengenali gangguan tidur, seperti sleep apnea.
j. Biopsi paru. Dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan paru-paru untuk
melihat kelainan di paru-paru yang dapat menjadi penyebab hipertensi pulmonal.

5. Penatalaksanaan Medis

Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian dan komplikasi,
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90
mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis)
kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan pembatasan alkohol
dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan peluang
terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama :
diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks (Smeltzer,
2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalahmengendalikan tekanan darah


untuk mencegah terjadinya komplikasi, adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :

a. Non Medikamentosa

Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor risiko,
yaitu :

1) Turunkan berat badan pada obesitas.

2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).

3) Hentikan konsumsi alkohol.

4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.

5) Pola makan yang sehat.

6) Istirahat cukup dan hindari stress.

7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi.

Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan lebih hati-
hati terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain :

1. Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan menggunakan garam
dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur
pindang, sawi asin, asinan, acar, dan lainnya.
2. Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3. Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, magi,
tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.
b. Medikamentosa meliputi :

Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi denganpengobatan non medikamentosa
selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :

1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari


2. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3. Methyldopa
4. MgSO4
5. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6. Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7. Tensigard 3 x 1 tablet
8. Amlodipine 1 x 5-10 mg\
9. Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.

Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan
sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita, penggunaan obat harus
lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT +
propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang
tidak sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita
hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/ hipertensi
emergensi segera rujuk ke rumah sakit.

C. TINJAUAN TEORI ASKEP

1. Pengkajian
a. Data Subjektif
- Klien mengatakan kepalanya sering pusing
- Klien mengeluh sakit kepala
- Pandangan kabur
- Tidak dapat melakukan aktivitas sendiri
- Tidak mengetahui mengenai pnyakit yang diderita
- Kelemahan otot
- Klien bertanya mengenai penyakitnya
- Klien bertanya mengapa kepalanya sakit dan pusing
b. Data Objektif
- Skala nyeri 3 ( 0-5 )
- TTV : TD : 150/110 mmHg
- Pasien tampak dibantu melakukan aktivitas
- Lemas
- Meringis
- Skala aktivitas 2 ( 0-4 )
- Distensi vena jugularis
- Fokus penglihatan mulai berkurang
- Lingkungan kurang aman , wc agak licin.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontrisi pembuluh
darah
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum , ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler cerebral
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif
5. Resiko tinggi cidera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori ( tidak mampu
melihat )

2. Perencanaan

a. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi cidera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori ( tidak
mampu melihat )
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif
b. Rencana Asuhan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan 1
a) Rencana Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x kunjungan selama 30 menit
diharapkan pasien tidak jatuh.
b) Kriteria hasil :
1. TD = 110/70-120/80 mmHg
2. Pasien tampak tidak dibantu melakukan aktivitas
3. Fokus penglihatan tidak berkurang
4. Lingkungan aman , wc tidak licin
c) Rencana Tindakan
1. Kaji kesadaran pasien dan tanda-tanda vital pasien
Rasional : mengetahui adanya tanda-tanda kelemahan perfusi jaringan
akibat penyakit vaskuler perifer
2. Observasi lingkungan sekitar lansia
Rasional : mengetahui keadaan lingkungan sekitar lansia yang
memungkinkan terjadinya risiko jatuh pada lansia
3. Anjurkan pasien untuk mobilisasi sesuai kemampuan dan istirahat jika
merasa lelah dan pusing
Rasional : meminimalkan terjadinya jatuh karena mobilisasi tidak
adekuat serta gejala hipertensi pada lansia
4. Libatkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang menyebabkan
jatuh
Rasional : peran keluarga dapat mendukung dalam memberikan rasa
aman pada lansia dengan hipertensi sehingga cedera tidak terjadi.
2) Diagnosa Keperawatan 2
a) Rencana Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x kunjungan selama 30 menit
diharapkan pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu.
b) Kriteria Hasil
1. Pasien mengatakan tangannya mampu untuk digerakkan
2. Pasien mengatakan mampu untuk berdiri
3. Kebutuhan pasien tidak dibantu oleh keluarga
c) Rencana Tindakan
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan
parameter : frekuensi nadi 20 kali / menit diatas frekuensi istirahat ,
catat peningkatan TD , dispnea , atau nyeri dada , kelelahan berat dan
kelemahan , berkeringat , pusing atau pingsan
Rasional : parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap
stress , aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja /
jantung.
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan / kelelahan , TD stabil , frekuensi nadi , peningkatan
perhatian pada aktivitas dan prawatan diri.
Rasional : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri
Rasional : konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi , menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional : teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
5. Dorong pasien untuk partisipasi periode aktivitas
Rasional : seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.
3) Diagnosa Keperawatan 3
a) Rencana Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x kunjungan selama 30 menit
diharapkan klien mengerti tentang penanganan penyakitnya.
b) Kriteria Hasil
1. Pasien mengatakan mau ke kontrol ke puskesmas maupun pelayanan
kesehatan terdekat
2. Pasien mengatakan paham mengenai penyakitnya
3. Pasien tampak memiliki obat
4. Pasien tampak tidak bertanya-tanya tentang penyakitnya
c) Rencana Tindakan
1. Jelaskan tentang batas tekanan darah normal , tekanan darah tinggi dan
efeknya
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan
tekanan darah mengklarifikasikan istilah medis yang sering
digunakkan. Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi
tanpa gejala sehingga memungkinkan pasien untuk melajutkan
pengobatan meskipun sudah merasa sehat.
2. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
Rasional : klien tahu dan memungkinkan pasien untuk melanjutkan
pengobatan
3. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang , tidak penuh dengan
stress
Rasional : klien bisa mengontol stress
4. Diskusikan tentang obat-obatan : nama obat , dosis obat , waktu
pemberian obat , dan tujuan pemberian obat dan efek samping obat
Rasional : mengurangi resiko keracunan dan over dosis obat supaya
pengobatan lancar karena pasien sudah paham dan tahu mengenai
obat-obatan yang diberikan
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi
hipertensi
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien bisa mencegah
dan mengatasi hipertensi
6. Anjutkan klien untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman
yang dapat meningkatkan tekanan darah
Rasional : menghindari peningkatkan tekanan darah
7. Evaluasi tingkat pengetahuan klien
Rasional : mengetahui sejauh mana klien mengetahui dan memahami
tentang penyakitnya

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan (Implementasi keperawatan ) adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan , pengobatahn , tindakan untuk memperbaiki kondisi , pendidikan untuk klien-
keluraga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan , rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi , masalah teratasi sebagian , masalah belum teratasi atau timbul masalah baru.

D. WOC ( Web Of Caution )

Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas ,
arteriasklerosis

HIPERTENSI

Kerusakan vasikuler Perubahan status


pembuluh darah kesehatan

Perubahan struktur Paparan informasi


kurang

Penyumbatan
pembuluh darah
Kurang Pengetahuan

Vasokontruksi

Gangguan Sirkulasi

Otak pembuluh
Resistensi Pembuluh darah Retina
darah meningkat
Vasokontruksi
Vasokontruksi
Vasokontruksi
Sistemik Spasme
Diplopia
arteliole
Sakit kepala After load meningkat Resiko Tinggi Jatuh

Nyeri Akut

Resiko Tinggi Fatique


Penurunan Curah
Jantung

Nyeri Akut

DAFTAR PUSTAKA
Lueckennotte , Annette G , 2013 , Gerontology Nursing , St. Louis : Mosby Year
Incorporation

Nugroho , Wahyudi , SKM, 2013 , Perawatan Lanjut Usia , Jakarta : EGC

LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing Akademik Mahasiswa

Ns. Ni Nyoman Nuartini,S.Kep.,M.Kes Kadek Gilang Darma Yudha


REZUME UTEK PADA PASIEN Ny. S DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER
YOGA PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

TANGGAL 25-26 JANUARI 2021

OLEH :

KADEK GILANG DARMA YUDHA

18E10016

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2021
BAB I

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Januari 2021 pada pukul 13.30 Wita.
Pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara , observasi , pemeriksaan fisik ,
dan rekam medis
a. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Tn. A
Umur : 50 tahun 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki
Status : Tidak Menikah Menikah
Pendidikan :- SMA
Pekerjaan : Petani PNS
Agama : Hindu Hindu
Suku / Bangsa : Bali / Indonesia Bali /Indonesia
Alamat : jln. Tukad pakerisan (Sama)
No. Telepon :- 083117656789
No. Rm : 565666 -
Tgl. MRP :25 Januari 2020
2. Alasan Dirawat
a) Keluhan utama saat masuk puskesmas
Pasien mengeluh kepalanya pusing dan nyeri pada kepala seperti
diremas, tengguk terasa berat dan badan terasa berat
b) Keluhan utama saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tanggal 25 januari 2020 pasien mengeluh
pada kepalanya masih terasa sakit dan terasa lemas .
3. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
// : Cerai
X : Meninggal

Penjelasan Penjelasan genogram :


Pasien mengatakan dirinya anak ke-2 dari 3 bersaudara. Pasien
mengatakan dirinya sudah menikah dan memiliki 4 orang anak. Pasien
tinggal bersama keempat anaknya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan bahwa dirinya tiba-tiba mengalami sakit kepala,
lemas, mata berkunang-kunang, wajah seketika memerah saat bangun dari
tempat tidur pada tanggal 25 Januari 2021 pukul 06.00 wita dan pada
saatpukul 07.50 wita itu juga adik pasien membawa kakaknya ke UGD
Puskesmas Denpasar Sealatan I dan dari hasil pemeriksaan di IGD
didapatkan :
 S : 37,5˚C
 N : 90x/mnt
 RR : 16x/mnt
 TD : 160/90mmHg.
 GCS : E =4 V = 5 M = 6
Pasien di diagnosa medis : Hipertensi
Kemudian pasien mendapatkan terapi di IGD yaitu :
 IVFD: 15 tpm
 Inj. Nicardipine :1x1 10 mg
 Amlodipin 5 mg : 1x1 tab
Kemudian pasien disarankan oleh dokter untuk rawat inap diruang
cendrawasih puskesmas denpasar selatan I dan kemudian pasien dibawa ke
ruang cendrawasih pada tanggal 25 Januari 2021 pukul 07.50 WITA. Dari
hasil pengkajian di ruang cendrawasih tanggal 25 Januari 2020 pukul 08.00
Wita didapatkan hasil pemeriksaan yaitu S : 37,5˚C , N : 90x/mnt, RR :
17x/mnt, TD : 160/90mmHg, GCS : E =4 V = 5 M = 6. Kemudian
pasien mendapatkan terapi terapi di rawat inap yaitu :
 IVFD: 15 tpm
 Inj. Nicardipine :1x1 10 mg
 Amlodipin 5 mg : 1x1 tab
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan bahwa pernah mengalami penyakit batuk, pilek dan
diare
6. Riwayat penyakit keluarga atau keturunan
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
keturunan
7. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang sakit yang dialami
Pasien mengatakan tidak memahami penyakit yang dialami oleh pasien
8. Riwayat Penggunaan Terapi Komplementer
Pasien mengatakan belum pernah mengkonsumsi dan menerapkan
penggunaan terapi komplementer dalam kehidupan sehari-hari seperti
ramuan, yoga,akupressure dan meditasi dll.
ANALISA DATA KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. S DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER YOGA
PADA PENYAKIT HIPERTENSIDI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I
TANGGAL 25-26 JANUARI 2021

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF KESIMPULAN


- Pasien mengatakan - Skala nyeri 3
sering pusing dan - Nyeri seperti diremas
nyeri kepala seperti di - Nyeri hilang timbul
remas - Lama nyeri sekitar 1-2 menit
- TD : 170/90 mmHg Gangguan Rasa Nyaman :
- Nadi 90 x / menit Pasien terlihat gelisah dan Nyeri ( sakit kepala )
kurang nyaman

- Pasien mengatakan sulit - Kebutuhan pasien tampak dibantu oleh Intoleransi Aktivitas
untuk berdiri keluarganya
Rumusan Masalah
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri ( sakit kepala )
2. Intoleransi Aktivitas

Analisa Masalah

1) P : Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri ( sakit kepala )

E : Agen cedera fisiologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral)

S : Pasien mengatakan kepalanya pusing masih terasa sakit seperti tertusuk-


tusuk,Pasien tampak meringis kesakitan, Pasien terlihat gelisah dan kurang
nyaman.

Proses terjadinya: disebabkan karena adanya rangsangan berupa penekanan pada


daerah intrakranial sehingga menyebabkan naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.area kepala
sehingga merangsang hipotalamus dan menyebabkan terjadinya nyeri akut

Akibat jika tidak ditanggulangi : Nyeri tersebut akan menimbulkan bebagai


masalah seperti pasien meringis dan timbul kesakitan.

2) P : Intoleransi Aktivitas

E : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

S : pasien mengatakan sulit untuk berdiri , kebutuhan pasien tampak dibantu


oleh keluarga.

Proses terjadinya : disebabkan karena memberikan pelayanan kesehatan yang


efektif tentang perawatan penyakit dan cara pencegahannya dalam melaksanakan
upaya tersebut sehingga diperlukan penjelasan dan praktik yang tepat dalam
mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dengan
memberikan penyuluhan tentang kesehatan sehingga pengetahuan tentang
perawatan kesehatan yang dimiliki dapat menjamin perilaku sehat sehingga
tindakan yang dilakukan benar.
Akibat jika tidak ditanggulangi : pasien akan kurang paham terhadap penyakit
yang dialami dan kesalahan dalam mengatur pola hidup sehat.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri ( sakit kepala) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskular serebral ditandai dengan pasien mengatakan
sering pusing dan nyeri kepala seperti diremas , Skala nyeri 3 , Nyeri hilang
timbul , Lama nyeri sekitar 1-2 menit , TD : 170/90 mmHg , Nadi 90 x /
menit.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
pasien mengatakan sulit untuk berdiri , kebutuhan pasien tampak dibantu oleh
keluarga.

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

a. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan keluhan utama yang dirasakan oleh ibu :

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri ( sakit kepala) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskular serebral)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
RENCANA KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. S DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER YOGA

PADA PENYAKIT HIPERTENSIDI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

TANGGAL 25-26 JANUARI 2021

No. Hari/ No. Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Tgl/Jam Dx.
Kep.
Senin, 25 1 Setelah diberikan 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
1 Januari 2021 tindakan keperawatan vital terutama tekanan keadaan umum dan
1x24 jam diharapkan darah. tanda-tanda vital
tingkat nyeri berkurang 2. Kaji nyeri meliputi 2. Mengetahui adanya
Dengan kriteria hasil : lokasi karakteristik, nyeri
1. TD : 110/70- durasi frekuensi, 3. Mengetahui tingkat
120/80mmHg intensitas , atau keparahan nyeri
2. Tingkat keparahan nyeri 4. Posisi semi fowler
kenyamanan 3. Kaji tingkat skala nyeri membantu
meningkat (0-5). meningkatkan
3. Nyeri berkurang 4. Ajarkan klien posisi kenyamanan klien
atau hilang nyaman semi fowler 5. Teknik relaksasi
4. Skala nyeri pasien 5. Mengajarkan teknik napas dalam
0 relaksasi napas dalam membantu klien
5. Tidak mengeluh untuk mengurangi untuk mengurangi
nyeri kepala nyeri nyeri
6. Kolaborasikan dengan 6. Pemberian analgetik
pemberian analgetik membantu
sesuai anjuran dokter mengurangi nyeri

2 Senin, 25 2 Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


Januari 2021 tindakan keperawatan kemampuan pasien kemampuan
1x24 jam diharapkan untuk berpindah aktivitas pasien
pasien bisa melakukan dari tempat tidur 2. Kemajuan
aktivitas sehari-hari dan berdiri. aktivitas bertahap
tanpa bantuan dengan 2. Dorong mencegah
kriteria hasil : memajukan peningkatan tiba-
1. Pasien mampu aktivitas / toleransi tiba pada kerja
melakukan perawatan diri jantung
aktivitas mandiri 3. Dorong pasien 3. Meningkatkan
2. Pasien mampu untuk partisifasi toleransi terhadap
untuk berdiri dalam periode kemajuan
3. Kebutuhan aktivitas aktivitas dan
pasien tidak mencegah
dibantu oleh kelemahan
keluarganya

IV. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. S DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER YOGA

PADA PENYAKIT HIPERTENSIDI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

TANGGAL 25-26 JANUARI 2021

NO Hari/Tanggal/ No.Diagnosa Implementasi Evaluasi


Waktu keperawatan
1. Senin, 25 Januari 2021 1 Mengkaji tanda-tanda DS :
Pukul 9:30 wita vital Pasien mengatakan bersedia untuk
dilakukan pengecekan ttv
DO :
- Suhu : 36,5 ° C
- Tekanan Darah: 160 / 90 mmHg
- Pernapasan : 20x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- S : 36,5 ˚C
- N : 85 x/menit
- RR : 19x/menit
Pukul 10.00 Wita 1 Mengkaji nyeri meliputi DS :
lokasi karakteristik, - Pasien mengatakan nyeri pada
durasi frekuensi, kepala dan tengkuk dan timbul
intensitas, atau sekitar 1-2 menit
keparahan nyeri
DO :
- Pasien tampak meringis
Pukul 10.50 Wita 1 Mengkaji tingkat skala DS :
nyeri (0-5 - Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan yaitu skala 3
DO :
- Skala nyeri pasien 3
Pukul 11.30 Wita 1 Mengajarkan teknik DS :
relaksasi napas dalam - Pasien mengatakan mau untuk
untuk dilakukan teknik relaksasi napas
dalam
DO :
- Pasien tampak kooperatif
2 Selasa, 26 Januari 2021 1 Mengkaji tanda-tanda DS :
Pukul 13.00 Pasien mengatakan bersedia untuk
Wita vital dilakukan pengecekan ttv
DO :
- Suhu : 36,5 ° C
- Tekanan Darah: 120 /80 mmHg
- Pernapasan : 20x/menit
- Nadi : 80 x/menit
Pukul 13.30 1 Mengkaji nyeri meliputi DS :
Wita lokasi karakteristik - Pasien mengatakan nyeri pada
, durasi frekuensi , kepala dan tengkuk sudah
intensitas , atau keparahan berkurang dan timbul sekitar 1-2
nyeri menit

DO : Pasien tampak tidak meringis lagi


Pukul 14.30 1 Mengkaji tingkat skala DS :
Wita nyeri Pasien mengatakan tidak merasakan
( 0-5) nyeri lagi dengan skala yaitu 0
DO :
- Skala nyeri pasien 0
- Pasien tampak tidak meringis

Pukul 15.30 1 Mengajarkan teknik DS :


relaksasi napas dalam - Pasien mengatakan bersedia untuk
Wita untuk mengurangi nyeri dilakukan teknik relaksasi napas
dalam

DO :
Pasien tampak kooperatif
Pukul 16.00 2 Kolaborasikan dengan DS : -
Wita pemberian analgetik
sesuai anjuran dokter DO : Pasien tampak minum obat yang
hipertensi yang dialami. diberikan

Pukul 16.20 2 Mengkaji tingkat DS :


Wita kemampuan pasien untuk - Pasien mengatakan sudah bisa
berpindah dari tempat berpindah dari tmpat tidur dan
tidur dan berdiri berdiri

DO :
Pasien tampak bisa berjalan
Pukul 16.20 2 Mengkolaborasi dalam DS :
Wita penerapan dalam kegiatan - Pasien mengatakan bersedia untuk
yoga ringan pada pasien diberikan penerapan yoga

DO :
- pasien tampak nyaman setelah
diberikan penerapan yoga

V. EVALUASI KEPERAWATAN

EVALUASI KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. S DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER YOGA

PADA PENYAKIT HIPERTENSIDI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

TANGGAL 26 JANUARI 2021

NO Hari/Tanggal/Waktu Diagnosa Keperawatan Evaluasi respone


selasa, 26 Januari Gangguan rasa nyaman : S : Pasien mengatakan nyeri pada tengkuk dan
1. 2021 Nyeri ( sakit kepala) kepala hilang
Pukul 02.30 Wita berhubungan dengan O:
peningkatan tekanan vaskular - Skala nyeri 0
serebral ditandai dengan - Tidak tampak meringis
pasien mengatakan sering - Pasien tampak nyaman
pusing dan nyeri kepala - TD : 120/80 mmHg
seperti diremas , Skala nyeri A : Tujuan 1,2,3,4 dan 5 tercapai , Masalah teratasi
3 , Nyeri hilang timbul , P : Pertahankan kondisi pasien
Lama nyeri sekitar 1-2
menit , TD : 170/90 mmHg ,
Nadi 90 x / menit.

selasa, 26 Januari Intoleransi aktivitas S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan


2021 berhubungan dengan aktivitasnya sendiri dan sudah bisa berdiri sendiri
Pukul 03.30 Wita kelemahan umum , O:
ketidakseimbangan antara - Kebutuhan pasien tampak tidak dibantu oleh
suplai dan kebutuhan oksigen keluarganya
ditandai dengan, pasien - Pasien mampu untuk berdiri sendiri
mengatakan sulit untuk berdiri , - Pasien mampu melakukan aktivitasnya sendiri
kebutuhan pasien tampak
A : Tujuan 1,2 dan 3 tercapai , Masalah teratasi
dibantu oleh keluarga.
P : Pertahankan kondisi pasien
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Ns.Ni Nyoman Nuartini, S.Kep., M.Kes) (Kadek Gilang Darma Yudha)

NIDN.0810068101 NIM : I8E10009


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. S DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER YOGA

PADA PENYAKIT HIPERTENSIDI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

TANGGAL 26 JANUARI 2021

OLEH :

KADEK GILANG DARMA YUDHA

18E10016

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2021
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

( SPTK )

Nama Mahasiswa : Kadek Gilang Darma Yudha

NIM / Tingkat / Semester : 18E10016 / III / V

Hari / Tanggal / Waktu : Selasa / 26 Januari 2021/ 01.30 WITA

A. Tahap Pra Orientasi


1. Nama Klien :Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 Tahun
Diagnosa Medis : Hipertensi
2. Analisa Data

Data subyektif : Pasien mengeluh kepalanya pusing dan nyeri pada kepala seperti
diremas , tengguk terasa berat dan badan terasa berat

Data Obyektif :
`- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien terlihat gelisah dan kurang nyaman

3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman : Nyeri ( sakit kepala)


berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral ditandai dengan
pasien mengatakan sering pusing dan nyeri kepala seperti diremas , Skala nyeri 3
, Nyeri hilang timbul , Lama nyeri sekitar 1-2 menit , TD : 170/90 mmHg , Nadi
90 x / menit.

4. Perencanaan Keperawatan

Tujuan Renpra :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan nyeri pada ibu dapat teratasidengan kriteria hasil :

Kriteria Hasil :
- Pasien tampak tidak meringis kesakitan
- Skala nyeri dapat menurun menjadi ringan 0-2
- Pasien tampak tidak gelisah
- Pasien merasa nyaman setelah nyeri hilang

5. Rencana Tindakan :

1) Mengkaji tanda-tanda vital

Rasional :Untuk mengetahui TTVpasien

2) Mengkaji nyeri meliputi lokasi karakteristik, durasi frekuensi , intensitas , atau


keparahan nyeri

Rasional :Untuk mengetahui lokasi nyeri pasien

3) Mengkaji tingkat skala nyeri (0-5)

Rasional :Untuk mengetahui skala nyeri pada pasien

4) Kolaborasi dalam penerapan kegiatan yoga kepada pasien

Rasional : Untuk menurunkan stress akibat tekanan darah tinggi pada pasien

Bahanya Yang Mungkin Terjadi Apabila Tidak Di Tanggulangi :jika tidak


ditangani dengan segera maka akan menyebabkan ketidaknyamanan dan kesakitan
pada pasien dalam menahan nyeri.
Pencegahan :Dalam melakukan penerapan terapi komplementer yoga ( teknik
relaksasi pengaturan nafas dalam) harus benar dalam pemusatan pikiran dan
mengatur pola nafas agar tidak tersengal- sengal
B. Tahap Orientasi
1. Salam Terapeutik :Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat Gilang yang
bertugas untuk merawat ibu pagi hari ini.
2. Validasi Pasien :apakah benar dengan Ny. S ? apakah boleh saya lihat gelang
tangannya bu?
3. Kontrak Topik, Tempat, Dan Waktu :
- Topik : Bu saya akan memberikan ibu terapi yoga ketawa agar dapat
mengurangi stress yang terjadi pada ibu
- Tempat : Bu tindakan ini saya lakukan di ruangan ini ya bu.
- Waktu : ibu saya membutuhkan waktu kurang lebih 15 – 20 menit. Apakah
ibu bersedia?
C. Tahap Kerja (Ceklist Terlampir)
1. Hasil Yang Di Dapat Dan Maknanya : Pasien tampak nyaman dengan
kondisinya dikarekan intensitas nyerinya sudah mulai menurun
2. Evaluasi Tindakan Yang Dilakukan : ibu saya sudah selesai melakukan
tindakan keperawatan yaitu, memberikan terapi yoga ketawa pada ibu.
3. Identifikasi Tindakan Keperawatan Lainnya Yang Dapat Dilakukan Untuk
Mengatasi Masalah/Diagnosa Tersebut :Anjurkan pasien untuk memberikan
kompres dingin area kepala agar dapat mengurangi nyeri, Delegatif terapi cairan
intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
4. Evaluasi Diri : Tindakan sudah dilakukan sesuai prosedur
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi Subyektif :pasien mengatakan nyeri sudah mulai menurun dan sudah
merasa nyaman dengan kondisinya.
2. Evaluasi Obyektif :pasien tampak nyaman dengan kondisinya dikarenakan nyeri
sedikit mulai turun.
3. Kontrak Waktu, Tempat, Dan Waktu Kegiatan Selanjutnya :baik bu, saya
sudah selesai melakukan tindakan yaitu memberikan terapi yoga ketawa pada ibu.
Nanti sekitar 30 menit lagi saya akan kembali untuk memberikan ibu obat .
Terimakasih bu, saya permisi dulu.
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

INSTITUT TEKNOLOGI DAN


KESEHATAN BALI

Jln. Tukad Pakerisan No. 90


Denpasar, Bali
SOP Yoga
(STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR)
Pengertian Yoga adalah sebuah ilmu yang menjelaskan kaitan antara
fisik, mental, dan spiritual manusia untuk mencapai sistem
kesehatan menyeluruh (holistik) yang terbentuk dari
kebudayaan India kuno.
Tujuan 1. Meningkatkan fungsi kerja kelenjar endokrin
(hormonal) di dalam tubuh.
2. Meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh sel tubuh
dan otak.
3. Membentuk postur tubuh yang lebih tegap, serta
otot yang lebih lentur dan kuat.
4. Meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernapas.
5. Membuang racun dari dalam tubuh (detoksifikasi). 
6. Meremajakan sel-sel tubuh dan memperlambat
penuaan. 
7. Memurnikan saraf pusat yang terdapat di tulang
punggung. 
8. Mengurangi ketegangan tubuh, pikiran, dan mental,
serta membuatnya lebih kuat saat menghadapi
stres. 
9. Memberikan kesempatan untuk merasakan relaksasi
yang mendalam.
10. Meningkatkan kesadaran pada lingkungan.
Persiapan A. Persiapan Perawat
1. Perawat mempersiapkan diri (pengetahuan dan
keterampilan
B. Persiapan Alat
1 Alas tempat duduk
2. Ruangan yang nyaman dan tenang
Prosedur Tahap Pre Interaksi
1. Menyiapkan diri secara fisik dan psikologis
2. Menyiapkan lingkungan nyaman, tenang dan aman
Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur pada pasien
3. Melakukan kontrak topik,waktu dan tempat pertemuan
Tahap Kerja
1. Meminta kepada klien untuk mengambil posisi yang
nyaman atau duduk bersila atau jika dirawat dirumah
sakit pasien duduk diatas bed, punggung tegak tetapi
tidak kaku.
2. Melakukan pemanasan. Pemanasan/Peregangan
Pemanasan yang dimaksud lansia posisi duduk lalu
menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan,
menundukkan kepala dan ke atas, lalu kaki dan tangan
di gerakkan.
3. Tepuk tangan. Tepuk tangan sambil mengucapkan
HoHo-Ha- Ha-Ha dengan durasi waktu ± 1 menit dan
setelah selesai mengambil nafas dalam dengan
mengangkat tangan setinggi bahu.
4. Senam ketawa
a) Tawa sapaan: Tertawa dengan mengatupkan kedua
telapak tangan dan menyapa holywood kepada teman di
samping kiri dan kanan. Setelah selesai mengucapkan
“very good, very good yee” dan diakhiri dengan nafas
dalam sebanyak 3 kali.
b) Tawa singa: Julurkan lidah sepenuhnya dengan mata
terbuka lebar dan tangan teracung seperti cakar singa
dan tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very good,
very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
c) Tawa ponsel: Berpura-puralah memegang sebuah
ponsel dan coba untuk tertawa sambil membuat berbagai
gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan berjabat
tangan dengan orang yang berbeda. Setelah selesai
mengucapkan “very good, very good yee” dan diakhiri
dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
d) Tawa Apresiasi: Berkeliling (jika bisa berdiri) sambil
mengacungkan dua jempol sambil tertawa untuk
menyampaikan penghargaan kepada peserta lainya.
Setelah selesai mengucapkan “very good, very good
yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
e) Tawa Pesawat: rentangkan lengan seperti sebuah
pesawat terbang dan terbanglah berkeliling sambil
tertawa (dilakukan apabila lansia bisa berdiri dan
bejalan). Setelah selesai mengucapkan “very good, very
good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3
kali.
f) Tawa bill: pura-pura membuka tagihan kartu kredit
yang besarnya diluar dugaan. Lihat dan kemudian
tertawalah secara histeris. Tunjukkan kepada orang lain
tagihan itu dan tertawalah bersama membuang stres.
Setelah selesai mengucapkan “very good, very good
yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
g) Tawa membuat susu: berpura puralah memegang dua
gelas susu dan sesuai aba- aba leader tuangkan susu dari
satu gelas ke gelas lain sambil mengucap “aeeee…” dan
kemudian tuangan kembali ke dalam gelas pertama
sambil mengucap “aeeee…” setelah itu tertawa dan
meminum susu itu. Setelah selesai mengucapkan “very
good, very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
h) Tawa high-ten: tos dengan kedua belah tangan dan
tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very good, very
good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3
kali
4. Relaksasi
a) Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan menurunkan
tangan sambil mengucap “hooo..”.
b) Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan menurunkan
tangan sambil mengucap “haaa..”.
c) Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan menurunkan
tangan sambil mengucap “hmm..”.
Tahap Terminasi
1. Mengeksplorasi perasaan klien setelah melakukan yoga
2. Melakukan evaluasi bersama klien setelah melakukan
yoga
3. Melakukan kontrak : topik,waktu dan tempat untuk
kegiatan selanjutnya
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Ns.Ni Nyoman Nuartini, S.Kep., M.Kes) (Kadek Gilang Darma Yudha)

NIDN.0810068101 NIM : I8E10009

Anda mungkin juga menyukai