OLEH
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN HIPERTENSI
Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada setiap makluk
hidup. Menurut Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua makhluk hidup
memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, tumbuh
menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan usia
lanjut adalah masa yang tidak bisa dielakkan bagi orang yang dikarunia umur panjang.
Keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan, terutama dalam bidang kesehatan
berdampak pada angka usia harapan hidup penduduk. Kemajuan bidang kesehatan dan
kemampuan seseorang dalam menjaga kesehatan menyebabkan meningkatnya usia harapan
hidup. Usia harapan hidup yang meningkat, mencerminkan makin bertambah panjangnya
masa hidup seseorang yang membawa konsekuensi makin bertambahnya jumlah penduduk
usia lanjut. Kondisi masa tua yang semakin panjang ini diharapakan tidak menjadi beban,
namun tetap menjadi sumber daya manusia yang memberikan manfaat.
Ketuaan atau usia tua menurut Muanandar (2001) menjadikan manusia rentan
terhadap penyakit. Beberapa kelemahan dan peyakit akan terjadi dengan bertambahnya usia,
tetapi pada saat ini gaya hidup yang aktif dan pola hidup sehat senantiasa diupayakan dan
dilakukan. Hidup sehat berarti mengambil bagian dalam makan-makanan yang sehat,
menghindari zat-zat yang dapat menyebabkan kerusakan pada diri dan organ tubuh, berjalan
atau melakukan olahraga (jalan kaki), makan buah dan sayur. Gaya hidup aktif adalah tetap
terhubung dengan orang-orang yang dicintai, berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
komunitas lanjut usia. Lanjut usia tetap di dorong untuk mencari dan tinggal aktif dalam
kegiatan masyarakat. Bertambah tua berarti pula pula bertambah besar kemungkinan
menderita berbagai penyakit tua, tetapi tidak berarti harus menghentikan seluruh aktivitas
yang ada atau yang bisa dilakukan.
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun
(WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori
psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2014).
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa
hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat structural sel/
organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori
ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi
organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak
terhadap organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia
kronologis.
1) Teori“GenetikClock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini
sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif
pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
2) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat
kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan. Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi
pembangun atau pembentuk sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel
dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
jumlah substansi DNA.
3) TeoriAutoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem
imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit –T, disamping
perubahan juga terjadi pada Limposit –B. perubahan yang terjadi meliputi penurunan
sistem immune humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua
untuk : (a) menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembanga
kanker. (b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara
agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen. (c) meningkatkan produksi
autoantingen, yang berdampak pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit
yang berhubungan dengan autoimmun.
4) Teori Free Radical
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kurang
efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal
bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh
manusia sehingga salah satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal
ia terbentuk dari proses metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat : (1) proses
oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon, dan petisida. (2) reaksi akibat
paparan dengan radiasi. (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh
manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), radikal hidroksil,dan H2O2.
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak terbentuk
radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus terjadi, kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.
5) Teori Kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
6) Wear Teori Biologi
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan
jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
b. Teori Psikososial
1) Activity Theory(Teori Aktivitas)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam
kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas
dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa
kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
(1) aktif lebih baik daripada pasif. (2) gembira lebih baik daripada tidak gembira. (3)
orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih
alternatif pilihan aktif dan bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah
kegiatan secara langsung.
c. Teori Lingkungan
1) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar ultraviolet
maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk tubuh
tanpa terasa yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau
bahkan rusak dan mati.
2) Stress Theory (Teori Stress)
Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter
tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan
mengalami gangguan metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan eksisitas membrane sel.
3) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami gangguan pada
sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya proses menua
dengan perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra
yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau
kematian sel bisa terjadi.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan
psikologis.
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan
fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan
pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput,
masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan dan
kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan volume)
elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi
kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot- otot pernapasan
kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas
lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan
terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan
penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Saraf
pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam merespon dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress, berkurangnya atau
hilangnya lapisan mielin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik
dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause yang dapat
mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat mengakibatkan osteoporosis,
terjadi bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram,
tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan asam
lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.
i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan otot-otot
melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi urine.
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat
menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan. k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun
terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).
2. Perubahan Psikologis
Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan fisik,
sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan
menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang
proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negatif tersebut,
dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun
terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).
3. Perubahan Kognitif
Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah lupa,
bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan hal yang
sering terjadi (Fatimah 2010).
4. Karakteristik Lansia
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
Kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
1. Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko
paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi
sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati (2015),
hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem
kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor
sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :
4 Hipertensi
3. Patofisiologi
a. Etiologi
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas
dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%.
Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga
kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen,
Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi
bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin
berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah
tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun (Bell,
Twiggs, & Olin, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi
tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut,
yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius,
Workman, & Rebar, 2017)
b. Proses Terjadi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh Angiostencin Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiostensinogen yang diprodoksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-
paru, angiostensin I diubah menjadi angiostensin II. Angiostensi II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
(Noviyanti, 2015).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
c. Manifestasi Klinis
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
d. Komplikasi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1) Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik
dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal,
neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic
koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian.
4. Pemeriksaan Diagnostik
5. Penatalaksanaan Medis
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian dan komplikasi,
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90
mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis)
kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan pembatasan alkohol
dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan peluang
terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama :
diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks (Smeltzer,
2013).
a. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor risiko,
yaitu :
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi.
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan lebih hati-
hati terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain :
1. Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan menggunakan garam
dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur
pindang, sawi asin, asinan, acar, dan lainnya.
2. Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3. Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, magi,
tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.
b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi denganpengobatan non medikamentosa
selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan
sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita, penggunaan obat harus
lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT +
propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang
tidak sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita
hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/ hipertensi
emergensi segera rujuk ke rumah sakit.
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
- Klien mengatakan kepalanya sering pusing
- Klien mengeluh sakit kepala
- Pandangan kabur
- Tidak dapat melakukan aktivitas sendiri
- Tidak mengetahui mengenai pnyakit yang diderita
- Kelemahan otot
- Klien bertanya mengenai penyakitnya
- Klien bertanya mengapa kepalanya sakit dan pusing
b. Data Objektif
- Skala nyeri 3 ( 0-5 )
- TTV : TD : 150/110 mmHg
- Pasien tampak dibantu melakukan aktivitas
- Lemas
- Meringis
- Skala aktivitas 2 ( 0-4 )
- Distensi vena jugularis
- Fokus penglihatan mulai berkurang
- Lingkungan kurang aman , wc agak licin.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontrisi pembuluh
darah
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum , ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler cerebral
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif
5. Resiko tinggi cidera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori ( tidak mampu
melihat )
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan (Implementasi keperawatan ) adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan , pengobatahn , tindakan untuk memperbaiki kondisi , pendidikan untuk klien-
keluraga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan , rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi , masalah teratasi sebagian , masalah belum teratasi atau timbul masalah baru.
Elastisitas ,
arteriasklerosis
HIPERTENSI
Penyumbatan
pembuluh darah
Kurang Pengetahuan
Vasokontruksi
Gangguan Sirkulasi
Otak pembuluh
Resistensi Pembuluh darah Retina
darah meningkat
Vasokontruksi
Vasokontruksi
Vasokontruksi
Sistemik Spasme
Diplopia
arteliole
Sakit kepala After load meningkat Resiko Tinggi Jatuh
Nyeri Akut
Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA
Lueckennotte , Annette G , 2013 , Gerontology Nursing , St. Louis : Mosby Year
Incorporation
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing Akademik Mahasiswa
OLEH :
18E10016
FAKULTAS KESEHATAN
DENPASAR
2021
BAB I
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Januari 2021 pada pukul 13.30 Wita.
Pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara , observasi , pemeriksaan fisik ,
dan rekam medis
a. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Tn. A
Umur : 50 tahun 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki
Status : Tidak Menikah Menikah
Pendidikan :- SMA
Pekerjaan : Petani PNS
Agama : Hindu Hindu
Suku / Bangsa : Bali / Indonesia Bali /Indonesia
Alamat : jln. Tukad pakerisan (Sama)
No. Telepon :- 083117656789
No. Rm : 565666 -
Tgl. MRP :25 Januari 2020
2. Alasan Dirawat
a) Keluhan utama saat masuk puskesmas
Pasien mengeluh kepalanya pusing dan nyeri pada kepala seperti
diremas, tengguk terasa berat dan badan terasa berat
b) Keluhan utama saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tanggal 25 januari 2020 pasien mengeluh
pada kepalanya masih terasa sakit dan terasa lemas .
3. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
// : Cerai
X : Meninggal
- Pasien mengatakan sulit - Kebutuhan pasien tampak dibantu oleh Intoleransi Aktivitas
untuk berdiri keluarganya
Rumusan Masalah
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri ( sakit kepala )
2. Intoleransi Aktivitas
Analisa Masalah
2) P : Intoleransi Aktivitas
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
DO :
Pasien tampak kooperatif
Pukul 16.00 2 Kolaborasikan dengan DS : -
Wita pemberian analgetik
sesuai anjuran dokter DO : Pasien tampak minum obat yang
hipertensi yang dialami. diberikan
DO :
Pasien tampak bisa berjalan
Pukul 16.20 2 Mengkolaborasi dalam DS :
Wita penerapan dalam kegiatan - Pasien mengatakan bersedia untuk
yoga ringan pada pasien diberikan penerapan yoga
DO :
- pasien tampak nyaman setelah
diberikan penerapan yoga
V. EVALUASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Mengetahui
OLEH :
18E10016
FAKULTAS KESEHATAN
DENPASAR
2021
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( SPTK )
Data subyektif : Pasien mengeluh kepalanya pusing dan nyeri pada kepala seperti
diremas , tengguk terasa berat dan badan terasa berat
Data Obyektif :
`- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien terlihat gelisah dan kurang nyaman
4. Perencanaan Keperawatan
Kriteria Hasil :
- Pasien tampak tidak meringis kesakitan
- Skala nyeri dapat menurun menjadi ringan 0-2
- Pasien tampak tidak gelisah
- Pasien merasa nyaman setelah nyeri hilang
5. Rencana Tindakan :
Rasional : Untuk menurunkan stress akibat tekanan darah tinggi pada pasien
Mengetahui