Disusun Oleh :
FITRIANA
LP GERONTIK HIPERTENSI
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
2. Batasan Lansia
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori
intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh
terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram
secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap
spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam
genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga
bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati.
Manusia mempunyai umur harapan hidup
nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara
teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi,
meskipun hanya beberapa waktu dengan
pengaruh dari luar, misalnya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
2. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut
selama ini antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut
usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu
atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosial berdasarkan
kemampuan bersosialisasi. Pokok-pokok sosial
exchange theory antara lain:
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang
berupaya mencapai tujuannya masing-
masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial
yang memerlukan biaya dan waktu.
dipecahkan.
theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri
pribadinya
satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses
menua. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat
sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social
involvement (keterlibatan sosial) yang dianggap lebih penting
dan meyakinkan. Masyarakat sendiri menyambut hal
pensiun.
b. Upaya Preventif
c. Upaya Kuratif
kronis (yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah
arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa
penyebabnya, mengikuti suatu pola yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
“ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular (Price, 2006).
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
3. Klasifikasi Hipertensi
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambah-nya umur seseorang. Ini
disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah mengalami
perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur- angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita
seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan
pria lebih berhubungan dengan kurang nyaman dengan
pekerjaan dan pengangguran.
c. Genetik (Keturunan)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menye-babkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu yang
memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh
pembuluh darah hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap niko-tin dengan memberi
sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jaringan tubuh (Astawan, 2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam patogenesis
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Basha, 2004). Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler
e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat
dikatakan bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk
jangka waktu yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan
menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat
permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga
stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan
darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-
menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5. Patofisiologi Hipertensi
Perubahan Struktur
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Penurunan curah
jantung
Deprivasi Tidur
Intoleransi aktifitas
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
ada DM
perbaikan ginjal
pembesaran jantung
7. Komplikasi Hipertensi
a) Miokard infark
b) Stroke
c) Cerebral vaskular accident
d) Penyakit vascular perifer: aterosklerosis, aneurisma.
e) Gagal ginjal
f) Left ventricular failure
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas pe- nyerta dengan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan temba-kau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan.
1) Golongan Diuretic
Diuretik Thiazid. Misalnya :
klortalidon, hydroklorotiazid.
Diuretik Loop, Misalnya furosemid.
3) Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah
jantung dan efek penekanan sekresi renin. Misalnya, pindo-lol, propanolol,
timolol.
4) Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu, prasosin, hidralasin, minoksidil, diazoksid dan
sodium nitrofusid.
6) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara meng-
hambat kontraktilitas. Misalnya : nifedifin, diltiasem atau verama-miu.
9. Discharge Planning
a. Berhenti merokok.
b. Pertahankan gaya hidup sehat.
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres.
1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang terdekat,
alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
1) Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur)
gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obs-truksi.
3) Neurosensori
a) Keluhan pusing.
b) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko
terjadinya hipertensi.
12) Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area
katup ; deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15) CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan
feokromisitoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P ada-lah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitasi berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan intra-
vaskuler, edema.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai
O2 ke otak menurun.
3. Rencana Keperawatan
1 Penurunan
NOC: NIC :
Curah Jantung
- Cardiac Pump Cardiac Care
b/d
effectiveness - Evaluasi adanya nyeri dada
peningkatan
- Circulation status (intensitas, lokasi, durasi)
afterload,
- Vital sign - Catat adanya distrimia jantung
vasokontriksi,
status Kriteria hasil : - Catat adanya tanda dan gejala
hipertrofi/rigidi
- Tanda vital dalam penurunan cardiac output
tas ventrikuler,
rentan normal - Monitor status kardiovaskuler
iskemia
miokard. (tekanan darah, nadi, - Monitor status pernafasan
respirasi) yang menandakan gagal
- Dapat mentoleransi jantung
aktivitas, tidak ada - Monitor abdomen sebagai
kelelahan indikator penurunan fungsi
- Tidak ada edema - Monitor balance cairan
paru, perifer, dan - Monitor adanya perubahan
tidak ada ascites tekanan darah
- Tidak ada penurunan - Monitor respon pasien
kesadaran terhadap efek pengobatan anti
aritmia
- Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas
pasien
- Monitor adanya dypsneu,
fatigue, takipneu, dan
ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan
stres
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2 Nyeri Akut NOC : NIC :
b/d a. Pain level a. Lakukan pengkajian nyeri
peningkatan b. Pain control secara komprehensif termasuk
tekanan c. Comfort level lokasi, karakteristik, furasi,
vaskuler frekuensi, kualitas dan faktor
ketidakseimbangnn cairan
c. Monitor berat badan
d. Monitor serum dan
elektrolit urine
e. Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama jantung
f. Monitor adanya
distensi leher, eodem
perifer,
penambahan BB
g. Monitor tanda dan gejala
dari odema
4 Intoleransi NOC NIC
aktivitas b/d
a. Energy conservation a. Activity therapy
kelemahan,
b. Activity tolerance b. Kolaborasikan dengan tenaga
ketidakseimban
c. Self care : ADLs rehabilitasi medic dalam
gan suplai dan
merencanakan program therapy
kebutuhan
yang tepat
oksigen Setelah 3x24 jam interaksi
c. Bantu klien untuk
diharapkan:
mengidentifikasi aktivitas yang
Kriteria Hasil mampu dilakukan
orientasi
Memproses
informasi
Membuat
keputusan yang
benar
Menunjukkan
fungsi sensori
motorik
kranial yang
utuh : Tingkat
kesadaran
membaik, tidak
ada gerakan-
gerakan
involunteer.
4. Implementasi
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan
dengan kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:
1. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal
2. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
3. Tidak ada ortostatik hipertensi