Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Pm.P DENGAN HIPERTENSI DI RUANG CEMPAKA

DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

PUCANG GADING SEMARANG

Disusun Oleh :

Luluk Ismawadatul Munawaroh


2001020

PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIKDENGAN HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. DEFINISI LANSIA

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau
proses penuaan.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan atau Kemenkes (2019)


Indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi
peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan
jumlah lansia. Di Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk
lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta
jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan dapat diperkirakan akan terus
meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).
Peningkatan jumlah penduduk lansia di masa depan dapat membawa
dampak positif maupun negatif. Akan berdampak positif apabila
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif.
Disisi lain peningkatan jumlah penduduk lansia akan menjadi beban
apabila lansia memiiliki masalah penurunan kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang kesehatan, definisi kesehatan adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Masalah fisik sering dihubungkan dengan penuaan adalah masalah
kardiovaskuler antara lain: hipertensi, angina pektoris, infark
miokardium dan cedera serebrovaskuler. Pada lansia, hipertensi
menjadi masalah karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama
stroke, payah jantung dan penyakit jantung koroner.

2. PROSES MENUA

Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya


penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan tersebut berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa pada
lanjut usia (lansia) (Thong, 2011, h. 144).

3. KLASIFIKASI PADA LANSIA

Menurut Depkes RI (2019) klasifikasi lansia terdiri dari :


a. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

4. KARAKTERISTIK PADA LANSIA

Karakteristik lansia menurut (Kemenkes.RI, 2017) yaitu:


a. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun
keatas

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai


sakit,
c. Kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptive.
d. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

5. TIPE LANSIA

Tipe-tipe lansia banyak ditemukan dan bermacam-macam antara


lain, menurut (Dewi, 2014):

1. Tipe arif bijaksana

Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri


dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan
menjadi penutupan.

2. Tipe mandiri

Lansia kini senang mengganti kegiatan dengan yang hilang


dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan
teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang


proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status,
teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.

4. Tipe pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti


kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan beberapa jenis
pekerjaan.

5. Tipe bingung
Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasinkan
diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

6. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA

1. Menurut Erickson dalam Potter & Perry (2005)

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau


menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang
sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan
baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang
disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan
kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan
sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok
tanam dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social atau
masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian
pasangan.

2. Menurut Peck dalam Potter & Perry (2005)

Peck mengkonseptualisasi tiga tugas yang berisi pengaruh


dari hasil konflik antara perbedaan integritas dan
keputusasaan.

a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja


Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang
yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang dan
mendefinisikan Kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengarahkan lansia untuk mengganti peran yang
sudah hilang dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu
menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri
sebagai orang yang berguna selain peran orang tua dan
okupasi.

b. Body Transendens versus preokupasi tubuh

Sebagaian besar lansia mengalami beberapa


penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan
kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang
tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dan
mengabaikan status fisik mereka. Peck mengemukakan
bahwa dalam system nilai mereka, sumber-sumber
kesenangan sosial, mental dan rasa menghormati diri
sendiri dapat mengabaikan kenyamanan fisik semata.

c. Transendensi ego versus preokupasi ego

Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif


untuk hidup ditahun-tahun terakhir dapat di definisikan:
hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan
prospek dari kematian personal (The Right Of The Ego).
Yang bisa disebut paras dan perasaan kurang penting
dibandingkan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang
untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang
daripada yang dapat dicakup dari ego seseorang. Manusia
menyelesaikan hal melalui warisan mereka, anak-anak
mereka, kontribusi mereka pada masyarakat dan
persahabatan mereka. Kemudian, untuk mencapai
integritas, seseorang harus mengembangkan kemampuan
untuk mendefinisikan diri kembali, untuk melepas identitas
okupasi, untuk bangkit dari ketidaknyamanan fisik, dan
untuk membentuk makna pribadi yang melampaui
jangkauan pemusatan diri.

B. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2022).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2019).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2017)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian
dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan
(efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsungmeningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma,
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-
nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap
sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2017).
3. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan
impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas
nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor
risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).
4. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
No. Kategori Sistolik Diastolik
1. Optimal ˂120 <80
2. Normal 130-139 80-84
3. Higt Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >120 >120
Sumber : (Nurarif, 2018)
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
keginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2017).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2017)
7. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2019) :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus
, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang
diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus
perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer
Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif
sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari
pecahnya pembuluh darah otakyang sebagian besar akibat hipertensi
kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena
berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi
arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar
berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi
perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa,
Saleh, & Rahardjo, n.d., 2021)
8. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor
risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
obat antihipertensi (Aspiani, 2017).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan
3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada
beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat
badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan
darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
(Aspiani, 2017)

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama :
2) Tempat dan tanggal lahir :
3) Pendidikan terakhir :
4) Agama :
5) Status perkawinan :
6) TB/BB :
7) Penampilan umum :
8) Ciri – ciri tubuh :
9) Alamat :
10) Orang yang dekat dihubungi :
11) Hubungan dengan klien :

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Menurut (Aspiani, 2015), Gejala umum yang ditimbulkan
akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap orang,
bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Pada penderita
hipertensi tidak ada gejala diawal, kalaupun ada biasanya
ringan dan tidak spesifik seperti pusing, tenguk terasa pegal,
dan sakit kepala (Pratiwi & Mumpuni, 2017)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala
yaitu sakit kepala, kelelahan, pundak terasa berat. Gejala-
gejala yang mudah diamati pada penderitah hipertensi antara
lain yaitu: gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk teras pegal, mudah
marah, telinga berdeging, sukar tidur, sesak napas, tengkuk
rasa berat, 33 mudah lelah, mata berkunang-kunang dan
mimisan (darah keluar dari hidung) (Sutanto 2009, dalam
Nahak, 2019).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit
hipertensi sebelumnya, riwayat pekerjaan pekerjaan pada
pekerja yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas,
riwayat penggunaan obat- obatan, riwayat mengkonsumsi
alkohol dan merokok serta riwayat penyakit kronik lain yang
diderita klien
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama karena genetik/keturunan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Penampilan : ( baik , buruk, tampak sakit )
b) Kesadaran : ( composmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma, delirium, koma ).
c) GCS : E......M......V........
2) Tanda – tanda Vital
a) Tekanan Darah :
b) Respiratori rate :
c) Nadi :
d) Temperatur :
3) Tinggi Badan : Berat Badan :
4) Kepala
a) Bentuk Kepala : Simetris / tidak merata muka dan
tengkorak.
b) Mesocephal
c) Finger Print : Ringan , sedang , berat
d) Rambut : Ketebalan, tekstur, lubrikasi batang rambut,
keadaan kulitkepala, adakah lisi / luka,ketombe.
e) Mulut : Keadaan lidah lembab / tidak, lidah ( pucat,
simetris, gerakan, papil, ulkus ), gigi, gusi, keadan tonsil
ada pembesaran atau tidak.
f) Mata : Keadaan konjungtiva, sklera, pupil ( bentuk,
simetris, reaksi cahaya dan konvergensi ),fungsi
penglihatan
g) Hidung : Bentuk, patensi hidung, palpasi sinusseptum
hidungutuh/ tidak, fungsi indra
h) Telinga : Kesimetrisan, terdapat penumpukan
serumen/tidak, respon pendengaran, uji pendengaran
i) Leher : Pembesaran getah bening, kelenjar tiroid ada
tidak, JVP,Bruit Tyroid
5) Dada
a) Paru – paru
Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan
Palpasi : Taktil fremitus ka/ ki
Perkusi : Bunyi sonor (atau gangguan misal
Hypersonorpada pasien tension pnemothorak)
Auskultasi : Bunyi nafas normal, atau ada bunyi
nafastambahan seperti ronchi atau wheezing.
b) Jantung

Inspeksi • Bentuk prekordium : simetris/tdk; iktus


cordis tampak/tidak, di ICS ...........
• Ada tidaknya denyutan di ICS II Kanan
(Aneurisma aorta ascenden).
• Ada tidaknya denyutan di ICS II kiri
(dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden).
Palpasi • Pada keadaan normal iktus cordis
dapatteraba pada ruanginterkostalkiri V,
agakke medial (2 cm)
darilineamidklavikulariskiri.
• Diameter Iktus kordis, jarak IC dengan
Midklavikularis.
• Palpasi area katub jantug.
• Palpasi area epigastrik untuk mengetahui
adanya pembesaran jantung antero
posterior.
Perkusi • Lakukan perkusi dari arah lateral ke
medial.
• Perubahan antara bunyi sonor dari paru-
paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri
• Normal:
• Atas : SIC II kiri di linea
parasternalis kiri (pinggang, jantung).
• Bawah: SIC V kiri agak ke medial
linea midklavikularis kiri (tempat
iktus).
Auskultasi • S1 dan S2 di :area aortik di ICS 2 kanan
dekat sternum; area pulmonik di ICS 2 kiri
dekat sternum; area trikuspidalis di ICS 3,
ICS 4 dan ICS 5; Mitral/Apeks.
• S3 dan S4 di apeks : ada/tidak.
• Murmur/bising jantung : ada/tidak.
6) Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut dan gerakan kulit padaabdomen
saatinspirasi dan ekspirasi, adakah benjolan umbilikus,asites
atau tidak
Auskultasi : Peristaltik usus berapa jumlah ...x/menit
Perkusi : Bunyi timpani, hypertimpani, redup
( tergantung kuadran yang mana ).
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, apakah ada masa
7) Genetalia : Kebersihan, apakah terpasang kateter,
Volumeurin
8) Anus : Adakah benjolan pada anus atau tidak
9) Ekstermitas
Superior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya
kelainanbawaan, cacat, lumpuh, akral, oedema
(skala),varises, Pemeriksaan nadi radialis ka dan ki
Inferior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan
bawaan, cacat, lumpuh, akral, oedema(skala), varises. ROM ,
Kekuatan otot, refleks
10) Kuku dan Kulit : Warna, kelembapan, suhu, tekstur,
turgor, mobilitas, letak anatomi, susunan, jenis, lesi, warna
dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku, kokoh dan
tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler.

2. Pathway
Umur Jenis kelamin Gaya Hidup Obesitas

Ekastisitas, arteruoklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembulu darah Perubahan status


kesehatan
Perubahan struktur
Defisit
Penyumbatan pembuluh darah Pengetahuan
vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah retina

Resistensipe Suplai O2 Vasokonstruksi sistemik koroner Spasme


mbuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak ↑ menurun ginjal vasokonstriksi Iskemi
miocard diplopia

Sinkop Blood flow Afterload


Gangguan aliran darah meningkat Nyeri akut Resiko jatuh
pola tidur menurun
Resiko
perfusi Penurunan Ginjal
Respon RAA curah
serebral
tidak efektif jantung
Rangsang Instolerasi
aldosteron
aktifitas
Retensi Na

Edema

hipervolemia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan (D.0111)
2. Gangguan pola tidur (D.0055)
C. NURSING CARE PLAN
1. Diagnosa keperawatan (SDKI)
a. Defisit Pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Keadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjekif : (tidak tersedia)
b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan (mis, apatis,
bermusuhan, histeria)
b. Gangguan pola tidur (D.0055)
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan (misalnya : kelembaban
lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan,
kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b) Kurang kontrol tidur
3) Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Mengeluh sulit tidur, Mengeluh pola tidur
berubah, Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Objektif :-
4) Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2) Objektif :-
2. Luaran (SLKI)
a. Defisit Pengetahuan tentang (hipertensi)
1) Luaran Utama : Tingkat pengetahuan
2) Ekspektasi : Meningkat
3) Kriteria hasil :
a) Perlaku sesuai anjuran meningkat
b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkat
d) Perilaku sesuai pengetahuan meningkat
e) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkat
f) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
b. Gangguan pola tidur
1) Luaran utama : Pola tidur
2) Ekspektasi : Membaik
3) Kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan pola tidur berubah menurun
d) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
e) Kemampuan beraktifitas meningkat

3. Intervensi (SIKI)
a. Defisit Pengetahuan tentang (hipertensi)
1) Intervensi utama :
2) Tindakan :
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan

(3) Berikan kesempatan untuk bertanya

c) Edukasi
(1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
(2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Gangguan pola tidur

1) Intervensi utama : Dukungan tidur (I.05174)


2) Tindakan :
a) Observasi
(1) Identifikasi faktor pengganggu tidur
b) Terapeutik
(1) Batasi waktu tidur siang
(2) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
c) Edukasi
(1) Anjurkan menepati waktu tidur
(2) Ajarkan teknik relaksasi otot
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2021. Buku Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga.
Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius.

Mubarak, Wahit Ikbal dan Chayatin, Nurul serta Santoso, Bambang Adi.
2018. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep Dan Aplikasi. Jilid 2. Jakarta.
Salemba Medika

Setiawati, Santun dan Dermawan, Agus Citra. 2018. Penuntun Praktis


Asuhan Keperawatan Keluarga. Edisi ke-2. Jakarta. Trans Info Media

http://pastakyu.wordpress.com/2022/01/22/asuhan-keperawatan-keluarga-
dengan-hipertensi/

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.

Aspiani, R. yuli. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Jasa, Z. K., Saleh, S. C., & Rahardjo, S. (2021). Dan Intraventrikular Yang
Dilakukan Vp-Shunt Emergensi Outcome Of Patients With Intracerebral
And Intraventricular Haemorrhage After An Emergency Vp-Shunt
InsertioN. 1(3), 158–162.

Kemenkes.RI. (2022). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Nurariif, A. H. (2018). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis


& Nanda Jilid 2.

Trianto,(2019). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi


Aksara

Anda mungkin juga menyukai