Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH PSIKO,SOSIAL &


CULTURAL : GANGGUAN KONSEP DIRI (PERAN, IDENTITAS DIRI)

Pembimbing : Hartin Suidah, S.kep., Ns., M.Kes.

Disusun Oleh :
Nabilatul Khasanah (0117055)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020/2021
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Saya mempunyai kopi dari makalah ini yang biasa saya reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang
telah ditulis kan dalam referensi,serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk
saya.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik,saya bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Mojokerto, 10 Desember 2020

NAMA NIM TANDA TANGAN

Nabilatul Khasanah 0117055


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidanyah-
Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “ ASUHAN
KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH PSIKO, SOSIAL & CULTURAL :
GANGGUAN KONSEP DIRI (PERAN, IDENTITAS DIRI)”
makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah keperawatan
gerontik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto.
Saya mohon maaf dalam penulisan ini saya merasa banyak kekurangan dan baik pada
teknis penulisan maupun materinya,mengingat akan kemampuan yang saya miliki.Untuk
itu,kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertambahnya populasi lanjut usia ini akan menimbulkan berbagai permasalahan. Secara
individu permasalahan pada lanjut usia timbul  karena terjadinya perubahan baik secara fisik,
mental, maupun sosial. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki. Kemunduran fungsi tubuh dan peran akan sangat
berpengaruh pada kemandirian warga lanjut usia. Pada kondisi demikian diperlukan seseorang
yang dapat mendampingi, menemani, merawat atau membantu mereka baik dari keluarga,
tetangga ataupun kader, bahkan mungkin tenaga profesional kesehatan atau social. (Retty, 2013)
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap individu lansia pasti
memiliki suatu masalah atau gangguan. Masalah atau gangguan konsep diri pada lansia dapat
dilihat dari rentang respon konsep diri pada lansia tersebut, apakah ia mempunyai konsep diri
yang positif atau negative. Konsep diri yang negative menyebabkan masalah atau gangguan
konsep diri. setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan
yang berbeda anatara satu lansia dengan lansia lainnya.
Stuart dan Sudden (2009) mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Mereka juga mengkategorikan konsep diri menjadi lima
komponen, yaitu : citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas diri. Jika lansia
mengalami gangguan pada komponen-komponen tersebut maka akan muncul berbagai masalah
seperti : Harga diri rendah, keputusasaan, gangguan citra tubuh dan ketidak berdayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tentang lansia ?
2. Bagaimana karakterisktik tentang lansia ?
3. Apa definisi tentang konsep diri ?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan konsep diri ?
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Lansia

Proses Menua paada hakekatena menjadi tua merupakan proses alamiah yang berrati
seseorang telah melalui 3 tahap kehidupan yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992) tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun secara psikis. Kemunduran secara
fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memuti penurunan pendengaran kelainan
berbagai fungsi organ vital sensitivitas emosional meningkat.

Menurut BKKBN tahun 1995 dalam Muhith, A., & Siyoto, S (2016), lansia adalah individu
yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 dalam Pusat Data
dan Informasi (2017), lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas.

B. Batasan Usia Lansia

Menurut Undang – undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”.

Menurut World Health Organization ( WHO ), usia lanjut di bagi menjadi empat krikteria
berikut:

a) Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun


b) Lanjut usia (elderly) : 60 – 74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) : 75- 90 tahun
d) Usia sanat tua (very old) : diatas 90 tahun

Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:

a) Fase inventus : 25 – 40 tahun


b) Fase virillites : 40 – 55 tahun
c) Fase presenium : 55 – 65 tahun
d) Fase senium : 65 tahun hingga tutup usia

C. Karakteristik Lansia

Menurut pusat data informasi, Kementerian Kesehatan RI (2016) dalam Ratnawati, E. (2017),
karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini:

1. Jenis Kelamin

Dari data Kemenkes RI (2015), lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya,
ini mennjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.

2. Status Perkawinan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI, SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari status
perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 persen) dan cerai mati (37 persen). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 persen dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82, 84 persen. Hal ini
disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup
laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak
dibandingkan dengan lansia laki-laki. Sebaliknya, lansia laki-laki yang bercerai umumnya segera
kawin.

3. Living arrangement

Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya orang tidak
produktif (umur <15 tahun dan >65 tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-64). Angka
tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia
produktif untuk membiayai penduduk usia nonproduktif. Menurut Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI (2016), Angka Beban Tanggungan Indonesia adalah 48, 63 persen, yang artinya
setiap 100 orang penduduk yang masih produktif akan menanggung 48 orang tidak produktif di
Indonesia. Angka Beban Tanggungan menurut provinsi, tertinggi ada di Nusa Tenggara Timur
(66,74 persen) dan terendah ada di Yogyakarta (45,05 persen).
4. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa
menjadi indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin endah angka kesatikan menunjukkan
derajat kesehatan penduduk yang semakin beik.

Masih menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016), angka kesehatan penduduk lansia
pada tahun 2014 sebesar 25,05 persen, atinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25
orang diantaranya mengalami sakit. Sementara itu Badan Puat Statistik melalui Susesnas 2012-
2014 dan SUPAS 2015 menyatakan secara umum derajat kesehatan penduduk lansia mengalami
peningkatan dari tahun 2012-2014.

Berikut ini adalah penyakit-penyakityang kerap menjangkit lansia. Menuru tabel tersebut,
penyakit terbanyak pada lansia adalah penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi,
artritis, strok, penyakit paruobstruktif kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM)

D. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia (Psiko-Sosial)


Menurut Sri Artinawati (2014) perubahan yang terjadi pada lansia meliputi:

1. Perubahan-Perubahan Mental (Psiko)


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat Pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini yang jarang terjadi. Lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena
faktor lain seperti penyakit-penyakit.
2. Kenangan (memory)
a) Kenangan jangka Panjang:
Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan
b) Kenangan jangka pendek atau seketika
1.10menit, kenangan buruk
3. I.Q. (Intellgentia Quantation)
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. Berkurangnya
penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor: tejadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu

Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya kehidupan
keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun
merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan

E. Definisi Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu tentang dimana dirinya mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain,
termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkunganya, nilai-nilai yang berkaitan dengan agama dan objek, tujuan serta keinginan, cara
individu memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech, Wiliam dan
Rawlin, 2006).

Konsep diri adalah ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain, konsep diri berkembang secara bertahap mulai
dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain (Suliswati, 2009).

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan
bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap
diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep
diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita
yang diukur dengan standar penilaian orang lain. (Muhith, 2015)
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant
Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri),
untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang. Berikut faktor yang mempengaruhi
konsep diri ini:

1.      Teori perkembangan.


Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti
mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya
memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi
lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman
budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri
atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2.      Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)


Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri
sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri
pandangan orang lain terhadap diri, sangat dipengaruhi orang yang dekat, dipengaruhi oleh orang
lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.

3.      Self Perception (persepsi diri sendiri)


Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap
pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan
pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat
berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
individu dan sosial yang terganggu.
G. Komplikasi

Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins 1993).

Rentang Respon

Menurut (keliat 1999) sbb:

Adaptif
Maladpat

Aktualisasi
Konsep Depersonali
diri Kekacauan
diri Gangguan sasi/ tidak
identitas
Harga diri
personal diri
Keteranagan:
Dari rentang respon adaptif sampai respon maladaptif, terdapat lima rentang respons konsep diri
yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai individu
yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan.

1. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
melatarbelakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang
positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan
peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.

2. Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam
beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat
penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang positif adalah: Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia
menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia
menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak
seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan
berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
di lingkungannya.
3. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah
transisi antara respon konsep diri yang adaptif dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan
gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga
diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri atau orang lain,
menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative
pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.

4. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas


mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan
yang intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain.
Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan
dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak
mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan
kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian,
kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam
kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan
proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah
mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami
persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan
nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun.
Orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk
menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika
gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi
perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan
membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
H. Penyebab gangguan konsep diri
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan gangguan konsep
diri antara lain :
1. Pola asuh keluarga
Pola asuh keluarga menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang telah
terbentuk. Sikap positif yang ditunjukkan oleh keluarga, maka akan menumbuhkan konsep dan
pemikiran yang positf. Sedangkan sikap negative yang ditunjukkan oleh keluarga, akan
menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berhargauntuk dikasihi, untuk disayangi dan
dihargai.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan pertanyaan kepada diri
sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebab terletak pada kelemahan diri
sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung lebih
negative dalam memandang dan merespon segala sesuatu termasuk dalam menilai diri sendiri.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan
perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering berfungsi sebagai regulator atau rambu-
rambu dalam bertindak atau berprilaku. Agar keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat
dan dapat beradaptasi diri dengan baik.
5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah rumit dengan berfikir
yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun dengan
sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan kearah yang lebih positif.
I. Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif. Gangguan konsep
diri dapat juga disebabkan adanya stresor. (Muhith, 2015) & (Potter & Perry, 2005)
Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
1. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang sering kontak
dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya
persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik. (Muhith, 2015)
Perubahan penampilan (ukuran dan bentuk), seperti amputasi atau perubahan penampilan
wajah merupakan stresor yang sangat jelas mempengarui citra tubuh. Mastektomi, kolostomi,
dan ileostomy dapat mengubah penampilan dan fungsi tubuh, meski perubahan tersebut tidak
tampak ketika individu yang bersangkutan mengenakan pakaian. Meskipun tidak terlihat oleh
orang lain, perubahan tubuh ini mempunyai efek signifikan pada individu. (Potter & Perry, 2005)
Klien dengan gangguan citra tubuh mempresepsikan saat ini dia mengalami sesuatu
kekurangan dalam menjaga integritas tubuhnya dimana dia merasa ada yang kurang dalam hal
integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial merasa ada yang
kurang dalam struktur tubuhnya. Persepsi yang negatif akan struktur tubuhnya ini menjadikan
dia malu berhubungan dengan orang lain. (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi negatif pada tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusasaan.
g. Mengungkapkan ketakutan. (Muhith, 2015)
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak realistis, ideal diri
yang samar, dan tidak jelas serta cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit
umunya ideal dirinya dapat terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu
tinggi dan sukar di capai. (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan ideal diri:
a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misal saya tidak bisa ikut ujian karena sakit,
saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas luka operasi di wajah saya, kaki saya yang
dioperasi membuat saya tidak bisa lagi main bola.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misal saya pasti bisa sembuh pada hal
prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya
mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah. (Muhith, 2015)

3. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus seklah, putus hubungan kerja. Peran membentuk pola perilaku
yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai
kelompok sosial. (Potter & Perry, 2005) & (Muhith, 2015)
Sepanjang hidup seseorang menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan.
Transisi tersebut antara lain:
a. Transisi situasi, terjadi ketika orangtua, pasangan hidup, atau teman dekat meninggal atau
orang pindah rumah, menikah, bercerai, atau ganti pekerjaan.
b. Transisi sehat-sakit adalah gerakan dari keadaan yang sehat atau sejahtera kea rah sakit atau
sebaliknya.
Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya fungsi peran yang biasa dilakukan tersebut
menyebabkan seseorang harus menyesuaikan dengan suasana baru sesuai dengan peran
pengganti yang didapatkan atau seseorang harus mampu menyesuaikan dengan kondisi yang
dialami setelah kehilangan fungsi peran yang biasa dilakukan.
Masing-masing dari transisi ini dapat mengancam konsep diri yang mengakbatkan konflik peran,
ambiguitas peran, atau ketegangan peran. (Potter & Perry, 2005) & (Muhith, 2015)
a) Konflik Peran
Konflik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran. Jika seseorang diharuskan untuk
secara bersamaan menerima dua peran atau lebih yang tidak konsisten, berlawanan, atau sangat
eksklusif, maka dapat terjadi konflik peran. Terdapat tiga jenis dasar konflik peran yaitu
interpersonal, antar-peran, dan peran personal. Konflik interpersonal terjadi ketika satu orang
atau lebih mempunyai harapan yang berlawanan atau tidak cocok secara individu dalam peran
tertentu. Konflik antar-peran terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan satu
peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan. Konflik personal terjadi ketika
tuntutan peran melanggar nilai personal individu. (Potter & Perry, 2005)
b) Ambiguitas Peran
Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat ketidakjelasan
harapan, maka orang menjadi tidak pasti apa yang harus dilakukan, bagaimana harus
melakukannya, atau keduanya. Ambiguitas peran sering terjadi pada masa remaja. Remaja
mendapat tekanan dari orang tua, teman sebaya, dan media untuk menerima peran seperti orang
dewasa, namun tetap dalam peran sebagai anak yang tergantung. (Potter & Perry, 2005)
c) Ketegangan Peran
Ketegangan peran merupakan gabungan dari konflik peran dan ambiguitas. Ketegangan peran
dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang merasakan tidak adekuat atau
tidak sesuai dengan peran. Kelebihan beban peran terjadi ketika individu tidak dapat
memutuskan tekanan mana yang harus dipatuhi karena jumlah tuntutan yang banyak dan konflik
prioritas. Jika individu tidak mampu beradaptasi dengan stresor tersebut, kesehatan mereka juga
akan beresiko terganggu. (Potter & Perry, 2005)
Tanda dan gejala gangguan peran:
a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran.
b. Ketidakpuasan peran.
c. Kegagalan menjalankan peran yang baru.
d. Ketegangan menjalani peran yang baru.
e. Kurang tanggung jawab.
f. .Apatis / bosan / jenuh dan putus asa. (Muhith, 2015)
4. Gangguan Harga Diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan bernilai. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri identik dengan harga diri yang rendah. Orang
dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan ansietas.
(Potter & Perry, 2005) & (Muhith, 2015)

Banyak stresor yang mempengaruhi harga diri seseorang lansia seperti ketidakmampuan
memenuhi harapan, kritik yang tajam, persaingan antar saudara sekandung, dan kekalahan
berulang dapat menurunkan nilai diri. Stresor yang mempengaruhi harga diri orang dewasa
mencakup ketidakberhasilan dalam pekerjaan dan kegagalan dalam berhubungan. (Potter &
Perry, 2005)
Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri,
seperti:
a) Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan
anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk
mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya
pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa
tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan
bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol,
membuat anak merasa tidak berguna.
b) Ideal diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan
berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita-cita yang terlalu
tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu
menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
c) Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
a. Sistim keluarga yang tidak berfungsi
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak
dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak
harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak
adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di
lingkungannya.
b. Pengalaman traumatik yang berulang
Misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa
penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu
merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma
umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu.
Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba.
Contoh: harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi (korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b) Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama.
Contoh: sebelum sakit atau sebelum dirawat seseorang telah memiliki cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan harga diri:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya maludan sedih karena rambut jadi botak setelah dapat terapi sinar pada penderita
kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan atau mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain
dan lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah dan disertai harapan yang suram mungkin klien
ingin mengakhiri keidupan. (Muhith, 2015)
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1. ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DEMENSIA

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

Tanggal pengkajian : 10 November 2020

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S L/P : P
Tempat tanggal lahir : 12 Januari 1958 Gol Darah : -
Pendidikan terakhir : sd
Agama : Islam
Status perkawinan : meninggal
TB/BB : 143 cm / 50 kg
Penampilan : sehat dan bersih
Ciri-ciri tubuh : berambut panjang, beruban, kulit sawo matang

Alamat : jln jendral sudirman rt.03 rw.06 Gajah Pogar

Orang yang dekat dihubungi : keluarga


Hubungan dekat dengan Usila:. -
Perawat yang bertugas : Nabilatul Khasanah

Tanggal perawatan : 10 November 2020


B. RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

Keterangan :
: Laki- Laki

: Perempuan
: Klien

: Anak Laki-laki

: Anggota keluarga laki-laki yang meninggal

: Hubungan menikah
: Tinggal satu rumah

C. PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
Alamat pekerjaan : tidak bekerja
Berapa jarak dari rumah : tidak ada
Alat transportasi : tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : guru
Berapa jarak dari rumah : 10km
Alat transportasi : sepeda motor
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : klien terlihat tidak percaya diri
merasa malu, karena tidak mampu atas kondisi saat ini

D. LINGKUNGAN HIDUP
Tipe tempat tinggal : permanen
Jumlah kamar : 3 kamar Jumlah tongkat : tidak ada
Kondisi tempat tinggal : bersih dan terawat
Jumlah orang yang tinggal di rumah : laki-laki = 1 orang / perempuan = 1 orang
Derajat privasi : tinggi tetangga dekat : kakak perempuan
Alamat/ telepon : Bangil 089657xxxxx

REKREASI
Hobi / minat : menjahit
Keanggotaan organisasi : muslimat NU
Liburan / perjalanan :-

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / bidan / dokter / fisioterapi : dokter
Lain-lain :
Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien :

Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah dokter praktek umum di dekat rumahnya

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual : sholat 5 waktu

Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual :

Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di rumahnya


Yang lainnya :

H. STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan Klien Saat Ini : merasa tidak berguna karena kelemahan pada dirimya dan
tidak percaya diri sedih/galau melihat konidisi saat ini yang dialami, sumi meninggal serta anak
satu-satunya tidak menikah-menikah, megalami penurunan aktivitas tenaga, juga menglami sakit
di persendiannya seperti nyeri saat digerakkan

Status Kesehatan Masa Lalu Klien : klien memiliki riwayat hipertensi dan persendian

Keluhan utama :

Provokatie / paliative : nyeri persendian

Quality / Quantity : seperti ditusuk-tusuk

Region : lutut

Severyty scale :4

Timming : hilang timbul saat digerakkan

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : saat merasa tidak enak badan Ny. S
biasanya langsung memeriksakannya ke dokter

Obat-obatan :

No Nama Obat Dosis Keterangan


Status imunisasi : (catat tanggal terbaru)

Tetanus, difteri : -

Influenza : -

Pneumotoracks : -

Alergi : kalien mengatakan tidak ada alergi

Obat-obatan :-

Makanan :-

Faktor lingkungan :-

Penyakit yang diderita :

Hipertensi √ Nyeri sendi Asthma Dimensia

Lain-lain sebutkan : gangguan peran diri

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks Kats : A

Oksigenasi : Ny. S tidak pernah mengalami sesak napas

Cairan & elektrolit : klien minum air putih kurang lebih 2 liter/ hari

Nutrisi : klien makan 3x sehari dengan jumlah sedang terkadang dibantu oleh
anaknya
Eliminasi : BAB teratur 1x/hari, konsitensi : lunak, bauk has. BAK 6 – 7 x/hari,
warna kuning jernih, jumlah +/- 800cc/24 jam sering berkemih pada pagi dan sore hari , saat
kencing tidak terasa sakit

Aktivitas : masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi,


kontinen, kekamar kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan kadang-kadang klien
harus di bantu anaknya

Istirahat dan tidur : Klien tidur siang kurang lebih 2 jam, tidur malam klien kurang lebih
9 jam pola tidur tepenuhi

Personal hygiene : klien mandi 2x sehari dan keramas tiap 2 hari sekali

Seksual : -

Rekreasi : -

Psikologis :

 Emosi : emosi tampak stabil

 Adaptasi :-

 Mekanisme pertahanan diri/ mekanisme koping : -

J. TINJAUAN SISTEM/PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Tingkat kesadaran : apatis

Skala koma glasgow : Verbal = 3 Psikomotor = 6 Mata = 4

Tanda-tanda vital : Puls = 80x/m Temp = 37 ◦C RR = 18x/m


Tensi = 120/80 mmHg
1. Kepala :

 Kulit dan rambut :


- Kulit bersisik, bergelantungan, kulit kering pecah- pecah
- tidak ada nyeri tekan,
- tidak ada benjolan,
- tidak ada memar dan
- tidak ada lesi
- rambut berminyak dan beruban,
- kuku bersih

2. Mata, telinga, hidung :

 Mata : - simetris ada katarak


- Palpebra : Tidak ada edema
- Conjungtiva : tidak Anemis
- Refleks Cahaya Pupil : Miosis
- Refleks Korne : Dapat berkedip (Normal)

 Hidung : - bentuk hidung normal,


- tidak ada sekresi/benda asing,
- tidak ada peradangan mukosa,
- tidak ada nyeri tekan pada sinus,
- tidak ada cuping hidung
 Mulut : - bibir kering,
- lidah bersih,
 Telinga : - daun telinga simetris,
- tidak ada serumen/benda asing

3. Leher : - Tak ada pembesaran kelenjar tyroid


- Tidak ada kelenjar getah bening,
- dan tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis,
- simetris.

4. Dada & Punggung :

1) Inspeksi :
 Bentuk Dada : Simetris
 Pernafasan
Tipe : bradipnea
Irama : Iireguler
Frekuensi : 18x/Menit

2) Palpasi
 Taktil fremitus : getaran sama (normal)
 Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
 Massa : tidak ada pembesaran jantung (jantung
miksedema)

3) Perkusi
 Paru : sonor
 Jantung : bunyi jantung normal ( lup-dup)
4) Auskultasi
 Paru
- Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)
- Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi
(normal)
- Bronkoveskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan
dengan intensitas sedang (normal)
- Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah (normal
 Jantung
Bunyi jantung normal (lup-dup)

5. Abdomen & Pinggang :

a) Inspeksi
- Kulit Bersih, Umbilicus Menonjol
b) Auskultasi
- Bisimg Usus : normal
c) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan pada semua regio, distensi abdomen
d) Perkusi
- Sifting dullness

6. Ekstremitas atas & bawah : Nyeri otot, kontraksi relaksasi otot melambat, penurunan refleks
tendon
7. Sistem Immue : Menurun seiring dengan pertambahan usia

8. Genetalia : Bersih

9. Sistem reproduksi : Perubahan pola sesksual, penurunan libido

10. Sistem pensyarafan : tidak ada gangguan

11. Sistem pengecapan : tidak ada gangguan

12. Sistem penciuman : tidak ada gangguan

13. Tactil Respon : normal

STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)


2. Mini-Mental State Exam (MMSE)

3. Inventaris Depresi Beck

4. APGAR keluarga

L. DATA PENUNJANG

1. Laboratorium : -

2. Radiologi : -

3. EKG : -

4. USG : -

5. CT- Scan : -

INDEKS KATZ

(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari)

Nama Klien : Ny. S Tanggal :-

Jenis Kelamin :L/P TB / BB :143 cm / 50kg

Agama : Islam Suku : - Gol darah : -

Tahun pendidikan :-

Alamat : Gajah Pogar

Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A berpakaian dan mandi

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu


B dari fungsi tersebut

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi


C dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


D
berpakaian dan satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hisup sehari-hari, kecuali mandi,


E berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

F Ketergantungan pada enam fungsi tersebut

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak diklasifikasikan


Lain-lain
sebagai sebagai C, D, E, A atau F

Kategori :

Indeks Katz = A (Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi)

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE

(SPMSQ)

(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)


Nama Klien : Ny. S Tanggal :

Jenis Kelamin :P Umur : - tahun TB / BB : 143cm / 50 kg

Agama : Islam Suku : Gol darah : -

Tahun pendidikan :-

Alamat : Gajah Pogar

Skore No. Pertanyaan Jawaban

+ _

+ 1. Tanggal berapa hari ini 10

+ 2. Hari apa sekarang? Selasa

+ 3. Apa nama tempat ini? Pogar

- 4. Berapa nomor telepon anda? Tidak tahu

a. Dimana alamat anda


(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)

+ 5. Berapa umur anda? 62

+ 6. Kapan anda lahir? Tahun 58

+ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Pak jokowi

+ 8. Siapa presiden sebelumnya? Pak SBY

+ 9. Siapa nama kecil ibu anda? Ny,M

- 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap Tidak tahu


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun

Jumlah kesalahan total 2 = (Kerusakan


intelektual utuh)

Keterangan

Kesalahan 0 – 2 = Fungsi intelektual utuh


2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan intelektual berat

MINI – MENTAL STATE EXAM (MMSE)

(Menguji Aspek – aspek Kognitif dari Fungsi Mental)

Nilai Skor
Maksimu Pasie Pertanyaan
m n

Orientasi

5 4 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang)?

5 5 Sekarang dimana kita : (negara) (propinsi) (kota/kabupaten) (rumah


sakit/no rumah) (jalan)?

Registrasi

3 3

Perawat menyebutkan nama 3 Objek (bola, kursi, sepatu) : 1 detik


untuk mengatakan tiap benda masing-masing.
Minta klien mengulang ketiga objek tsb setelah anda telah
mengatakannya.

Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.

Bila masih salah, ulangi penyebutan obyek tsb sampai kx dapat


mengulang dengan benar.

Sebutkan jumlah Percobaan berapa kali : …2……………

Perhatikan dan Kalkulasi

5 5 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai 100 ke bawah

Beri 1 angka untuk tiap jawaban yang benar

Berhentilah setelah 5x hitungan (93-8679-65)

Kemungkinan lain : Eja kata DUNIA dari belakang ke depan

Mengingat

3 3 Minta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 poin untuk


setiap kebenaran.

Bahasa

9 9 Apakah nama benda-benda ini? Tunjukkan pencil & arloji (2 poin )

Ulangi kata-kata ini JIKA TIDAK DAN ATAU TETAPI (1 poin)

Laksanakan ketiga perintah ini : AMBIL KERTAS DENGAN


TANGAN KANANMU, LIPAT PADA BAGIAN TENGAH,
LETAKKAN DI LANTAI (POIN 3)

Baca dan laksanakan kalimat ini (poin 1)


PEJAMKAN MATA ANDA

Tuliskan sebuah kalimat (1 poin)

Tirukan gambar ini gambar polygon ( 1 poin)

Nilai total 29 ( normal)

Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum :

Komposmentis

Keterangan :

Nilai maksimal 27-30 : normal

Nilai 22 – 26 : ciriga gg fungsi kognitif

≤ 23 : gangguan fungsi kognitif +

Nilai < 21 : indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan


lanjut.

INVENTARIS DEPRESI BECK

Untuk mengetahui tingkat depresi lansia dari beck dan Deck (1972)

Nama Klien : Ny.S Tanggal :-


Jenis Kelamin :P Umur :- tahun TB / BB : 143 cm / 50 kg

Agama : Islam Suku : - Gol darah :-

Tahun pendidikan :-

Alamat :

Skore Uraian

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya

2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1√ Saya merasa sedih atau galau

0 Saya tidak merasa sedih

B. Psimisme

3 Saya merasa bahwa msa depan adalah sis-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai pa-apa untuk memandang ke depan

1 Saya merasa tidak berkecil hati mengenai masa depan

0√ Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan

C. Rasa kegagalan

3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami / istri)

2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan

1√ Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya.

0 Saya merasa tidak gagal

D. Ketidak puasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya

2√ Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun


1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 Saya tidak merasa tidak puas

E. Rasa bersalah

3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga

2√ Saya merasa sangat bersalah

1 Saya merasa mburuk / ktak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah

F. Tidak menyukai diri sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya sendiri

1√ Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri

G. Membahayakan Diri Sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0√ Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

H. Menarik Diri dari Sosial

3√ Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya.

2 Saya telah kehilangan semua minta saya pada orang lain danmempunyai
sedikit perasaan pada mereka.

1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumhya

0 Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain.

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali


2 Saya tidak emmpunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 Saya berusaha mengambil keputusan

0√ Saya membuat keputusan yang baik

J. perubahan gambaran diri

3 Saya merasa saya jelek atau tampak menjijikan

2 Saya merasa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam


penampilan saya ini dan membuat saya tak menarik

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik

0√ Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K. Kesulitan kerja

3 Saya tidak emlakukan pekerjaan sama sekali

2√ Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu

1 Saya memerlukan tambahan untuk mulai melakukan sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2√ Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya merasa lelah lebih dari biasanya

0 Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya

M. Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sekali

2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0√ Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya


0-4 Depresi tidak ada atau minimal

5-7 Depresi ringan

8-15 Depresi sedang

16+ Depresi berat

Dari beck AT, Beck RW : Screening depresed patient in family practice (1972)

Keterangan = hasilnya 14 depersi sedang

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Suatu Alat Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama Klien : Ny. S Tanggal :-

Jenis Kelamin : P Umur : - TB / BB : 143 cm / 50 kg

Agama : Islam Suku : - Gol darah : -

Tahun pendidikan :-

Alamat : Gajah. Pogar

No Uraian Fungsi Skore

1. Saya puas saya dapat kembali pada keluarga (teman- 1


teman) saya utnuk membantu pada waktu sasuatu Adaption
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1


Partnershi
membicarakan sesuatu dengan saya dan
p
emngungkapkan masalah dengan saya

3. Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya Growth 1


menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktiviats atau arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2


mengekspresikan efek atau berespons terhadap
Affection
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai

5. Saya puas dengan teman-teman saya dan saya 1


Resolve
menyediakan waktu bersama-sama

Penilaian :

Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :

- Selalau : skore 2 Total 6


- Kadang-kadang : skore 1
- Hampir tidak pernah : skore 0
Dari : smilksteion G : 1982

Keterangan : nilai 6 fungsional keluarga baik

Skala nyeri obyektif

(diadopsi dari PAINAD – Pain Assesment in Advanced Demenstia – Scala

ITEM 0 1 2 SKOR
Bernafas Normal Kadang sulit Nafas sulit & 0
bernafas berbunyi/

Periode Periode
hiperventilasi hiperventilasi
singkat panjang/

Pernafasan Cheyne
- Stokes
Vokalisasi Tidak ada Kadang Kesulitan 0
negatif mengerang / memanggil /
pembicaraan meraung keras/
terbatas pada menangis
ketidaksetujuan
Ekspresi Senyum/ Sedih / takut / Grimas / meringis 1
fasial tiada mengernyit
ekspresi
Bahasa Rileks Tegang / distressed Badan kaku/ 0
tubuh pacing / fidgeting tangan mengepal /
lutut ditarik /
menendang2
Consolabilit Tidak perlu Bisa ditenangkan Tidak bisa 0
y ditenangkan dengan suara atau ditenangkan
sentuhan
Skor Total : 1

Kategori Nyeri : 1

PENGKAJIAN RESIKO JATUH

(MORSE FALL SCALE)

VARIABEL SKOR SKOR


KX
Riwayat jatuh Tidak ada 0 0
Ada 25
Diagnosis Tidak ada 0 0
sekunder
Ada 15
Alat bantu Tidak ada / tirah baring / berdiri dengan 0 0
gerak bantuan total
Kruk / tongkat / walker 15
Furniture 30
Infus Tidak ada 0 0
Ada 20
Gait / langkah Normal / tirah baring / kursi roda 0 0
Lemah 10
Terganggu / tidak mampu 20
Status mental Tahu keterbatasan diri 0 0
Tidak Tahu keterbatasan diri 15
Skor Total = 0 (resiko jatuh -)

Kriteria skor total ≥ 50 : resiko jatuh

SKRINING STATUS NUTRISI

DIADOPSI DARI MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT – NESTLE NUTRITION


INSTITUTE

BB : 50

TB : 143

BMI : 24,9

VARIABEL SKOR SKOR


KX
Apakah asupan makanan Sanagt berkurang 0
dalam 3 bulan terakhir ini
Agak berkurang 1
berkurang karena
kehilangan nafsu makan Tidak berkurang 2 2
atau masalah dalam
mengunyah, menelan atau
mencerna makanan?
Adakah penurunan BB 3 >3 kg 0
bulan terakhir?
Tidak tahu 1 1
1-3 kg 2
Tidak ada 3 3
Mobilitas Hanya di tempat tidur/kursi 0
Bisa bangkit dari tempat 1 1
tidur/kursi tapi tidak keluar
rumah
Bisa keluar rumah 2
Mengalami stress Ya 0 0
psikologis atau penyakit
Tidak 2
akut dalam 3 bulan terakhir
Body massa indeks < 19 0
19 - < 21 1
21 - < 23 2 2
≥ 23 3 3
Skor total : 12

Kriteria : 12

ANALISA DATA

Data Masalah
No
(Sign / Symptom) (Problem)

1. Ds : Px mengatakan nyeri pada Gangguan nyeri kronis


persendian
Do :

P: nyeri persendian

Q: seperti ditusuk-tusuk

R: lutut

S: 4

T: hilang timbul saat digerakkan

Nyeri otot, kontraksi relaksasi otot


melambat, penurunan refleks tendon

2. Ds : px mengatakan merasa tidak Gangguan identitas Diri


percaya diri, merasa diriya tidak
berguna lagi untuk keluarganya

Do :

- Dalam tingkat depresi px


berada dalam angka 14 yang
berarti px sedang mengalami
depresi
- Nilai 14 merupakan katagori
depri sedang

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nyeri kronis

2. Gangguan identitas diri (D.0084)


NURSING CARE PLAN (NCP)

Dx. Kep 1 : Gangguan persepsi sensori

Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan nyeri Setelah dilakukan Observasi
kronis intervensi keperawatan
- Identifikasi lokasi karakteristik,
selama 1x24 jam, maka
durasi, frekuensi, kualitas,
gangguan persepsi sensori
intensitas nyeri,
membaik dengan kriteria
- Identifikasi skala nyeri
hasil :
- Indentifikasi respon nyeri non
- Control gejala
verbal
menurun
- Identifikasi factor memperberat
- Control nyeri
dan memperingan nyeri
menurun
- Mobilitas fisik Terapeutik :
meningkat
- Berikan tenik nonfarmakologi
- Status kenyamanan
untuk mengurangi rasa (mis :
meningkat
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
- Tingkat agitasi
musk, terapi pijat, kompres
menurun
hangat,/dingin)
- Tingkat ansietas
- Komtrol lingkungan yang
menurun
memperberat rasa nyeri
- Tingkat depresi
- Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun
Edukasi

- Jelaskan strategi meredakan yeri


- Jelaskan periode dan pemicu nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


*jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan Observasi :


identitas diri intervensi keperawatan
- Identifikasi peran yang ada dalam
selama 1x24 jam, maka
keluarga
komunikasi verbal
- Identifikasi adanya peran yang
meningkat dengan kriteria
tidak terpenuhi
hasil :
- Identifikasi budaya, agama, ras,
 Citra tubuh membaik
jenis kelamin, dan usia terhadap
 Identitas seksual
harga diri
meningkat
 Kesadaran diri Terapeutik

meningkat
- Fasilitasi tentang peran orangtua
 Status koping membaik - Diskusikan pernyataan tentang
harga diri
- Diskusikan kepercayaan terhadap
penilaian diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri
atau rasa bersalah

Edukasi

- Diskusikan perubahan peran yang


diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
- Diskusikan perubahan peran
dalam menerima ketergantungan
orangtua
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Anjurkan membuka diri terhadap
kritik negative
- Latih cara berfikir dan berperilaku
positif
Hamid, Almisar. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah
Kesejahteraanya. Kemensos.go.id

Irawan, Retty. 2013. Long Term Care. Komnaslansia.go.id

NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Potter, P.A & Perry, A.G. 2009. Fundamentals of Nursing. 7th ed. Elsevier : Mosby.

Shives, L.R. 1994. Basic Concepts of Psychiatric-Mental Health Nursing. 3rd ed.
Philadepia : J.B Lippincott company.

Anda mungkin juga menyukai