Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NENEK A

DI RT 02 RW 01 KELURAHAN DELIMA
KOTA PEKANBARU

Pembimbing Akademik:
Dr. Reni Zulfitri M.Kep, Sp.Kom

Disusun Oleh:
Sarah Florencia Manurung, S. Kep
NIM. 2011437718

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021

Nama : Sarah Florencia Manurung, S.Kep


NIM : 2011437718
Tanggal : 04 Oktober – 09 Oktober 2021
Pertemuan : Minggu Ke-1 (Kunjungan 1 - 6)

A. Latar Belakang
1. Karakteristik Lansia
Menurut Muhith dan Siyoto (2016), lansia adalah seseorang individu yang berumur
diatas 60 tahun, pada umumnya terjadi penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial
dan ekonomi. Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun
wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi
dirinya (Ineko, 2012).
Proses menua adalah proses alamiah setelah 3 tahap kehidupan yaitu masa anak,
masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh individu. Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO), sesorang yang dikatakan lanjut usia (lansia) meliputi usia
pertengahan (middle age) dengan rentang usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly)
antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun (Mubarak dkk, 2006). Departemen kesehatan RI (2006)
memberikan batasan lansia dengan 3 kategori yaitu Virilitas (prasenium) yang merupakan
masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa yakni dengan rentang usia
55 sampai 59 tahun, usia lanjut dini (senescen) yakni kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini dengan rentang usia 60 sampai 64 tahun, dan lansia berisiko tinggi
untuk menderita berbagai penyakit degeneratif yakni dengan usia di atas 65 tahun (Fatmah,
2010). Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1965 pasal 1 “seseorang dinyatakan sebagai
orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari dan menerima nafkah dari orang lain”.
Golongan di atas merupakan orang-orang yang mengalami pertambahan usia
dimana pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan
fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia. Proses
ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, dan kelainan di berbagai organ vital. Sedangkan kemunduran psikis terjadi
peningkatan sensitivitas emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri,
berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material, dan
minat kegiatan rekreasi tidak berubah hanya orientasi dan subyek yang berbeda.
Kemunduran-kemunduran yang dialami oleh lansia berdampak pada penyakit yang
dideritanya. Beberapa penyakit yang ditemukan pada lansia memiliki karakteristik tertentu
yaitu penyakit yang sering multiple (berhubungan satu sama lain), penyakit bersifat
degenerative (sering menimbulkan kecacatan), gejala sering tidak jelas yakni berkembang
secara perlahan), sering bersama-sama problem psikologis dan sosial, lansia sangat peka
terhadap penyakit infeksi akut, dan sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik
(Mubarak, 2006).
Proses asuhan keperawatan individu gerontik merupakan suatu proses kompleks
dengan pendekatan yang sistematis berdasarkan konseptualisasi keperawatan keluarga
untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi. Pengkajian
merupakan tahap utama dimana seorang perawat harus mengumpulkan data dan menggali
informasi secara bertahap dan terus-menerus terhadap lansia. Data yang telah terkumpul
kemudian dianalisa sehingga mendapatkan suatu rumusan masalah dan dapat ditegakkan
suatu diagnosa keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan maka perawat akan
merumuskan rencana asuhan keperawatan yang kemudian akan di implementasikan kepada
lansia binaan.
2. Data yang Perlu Dikaji
Data yang perlu dikaji pada tahap pertemuan 1, meliputi :
a. Data umum yang terdiri dari nama kepala keluarga, alamat dan nomor telepon,
komposisi keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
c. Struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran serta nilai dan norma budaya.
d. Stres dan koping terdiri dari stres jangka pendek, stres jangka panjang, kemampuan
keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang digunakan, dan strategi
adaptasi disfungsional.
e. Pemeriksaan fisik secara head to toe
3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan belum dapat dirumuskan karena ners muda belum
melakukan pengkajian secara mendalam terhadap klien. Masalah kesehatan baru bisa
ditemukan pada hari ketiga setelah melakukan pengkajian terhadap klien.
B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan belum bisa ditegakkan karena belum melakukan pengkajian
mendalam terhadap klien. Pengkajian dilakukan mulai tanggal 04 Oktober 2021. Diagnosa
keperawatan bisa ditegakkan pada hari ketiga tanggal 06 Oktober 2021.
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 3 pertemuan x 60 menit dapat mengidentifikasi dan membuat asuhan
keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga dimulai dari tahap
pengkajian, diagnosa, dan menyusun rencana asuhan keperawatan.
3. Tujuan Khusus
1) Lansia menerima kunjungan mahasiswa dan terbina hubungan saling percaya dalam 1 x
60 menit
2) Lansia memberikan informasi masalah kesehatan yang dialami lansia, pemeriksaan fisik
3) Teridentifikasi masalah keperawatan
C. Implementasi Tindakan Keperawatan
1. Topik
Melakukan pengkajian secara menyeluruh dari berbagai aspek lansia binaan
2. Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data yaitu dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).

3. Media dan Alat


Media dan alat yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data yaitu format
pengkajian, nursing kit, dan alat tulis.
4. Waktu dan Tempat
Waktu kunjungan dengan lansia binaan berlangsung yang dimulai dari tahap pengkajian
sampai dengan implementasi dan evaluasi selama dua minggu dimulai dari tanggal 04
Oktober sampai 16 Oktober 2021 di RW 01 Kelurahan Delima.
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan laporan pendahuluan
b. Menyiapkan alat bantu dan media yang digunakan
c. Mendapatkan lansia binaan dan membuat kontrak selanjutnya
2. Kriteria Proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan tempat yang ditetapkan
b. Lansia menerima mahasiswa dan aktif dalam kegitan
3. Kriteria Hasil
a. Diperoleh data umum lansia, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari hari dan pemeriksaan
fisik
b. Teridentifikasi masalah kesehatan lansia
c. Diagnosa dapat ditegakkan
d. Menetapkan skala prioritas dari diagnosa yang sudah diangkat
e. Rencana tindakan keperawatan disusun sesuai dengan diagnosa
E. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Menurut Muhith dan Siyoto (2016), mendefinisikan lansia adalah seseorang
individu yang berumur diatas 60 tahun, pada umumnya terjadi penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Lanjut usia (lansia) merupakan
kelompok orang yang sedang mengalami proses perubahan secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu (Fatmah, 2010).
2. Batasan Umur Lansia
Menurut Aspiani (2014) membagi lansia menjadi 3 kelompok, yaitu lanjut
usia peralihan awal (50-55 tahun), lanjut usia peralihan menengah (55-60 tahun) dan
lanjut usia peralihan akhir (60-65 tahun). Sedangkan menurut World Health
Organization (WHO) dalam Fatmah (2010), membagi batasan lansia dalam 4 tahap
yaitu usia pertengahan (middle age) (usia 45-59 tahun), lansia (elderly) (usia 60-74
tahun), lansia tua (old) (usia 75-90 tahun) dan usia sangat tua (very old) ( usia > 90
tahun).
3. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Dewi (2014), ada beberapa tugas perkembangan pada lansia yaitu:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang semakin menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Mempersiapkan kehidupan yang baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya
4. Perubahan Pada Lansia
Menurut Aspiani (2014) ada beberapa perubahan yang terjadi pada usia lanjut
yaitu:
a. Perubahan fisiologis
1) Sel
Perubahan yang terjadi pada sel ini seperti lebih sedikitnya jumlah sel,
sel berubah menjadi besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
bertambahnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein.
2) Sistem kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler ini seperti
menurunnya dinding aorta, katup jantung aorta menjadi menurun,
kemampuan jantung memompa darah menurun.
3) Sistem pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan seperti otot-otot
pernafasan kehilangan kekuatan dan mejadi kaku, terjadi penurunan aktivitas
silia, kehilangan elastisitas pada paru-paru, alveoli melebar dari biasanya.
4) Sistem persarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persarafan ini seperti berat otak
menurun 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam
respon dan waktu untuk bereaksi, terjadi pengecilan pada panca indra.
5) Sistem gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal seperti kehilangan
gigi. Kehilangan gigi disebabkan karena adanya periodontal disease yang
terjadi setelah umur 30 tahun, adapun penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi buruk. Pada perubahan sistem gastrointestinal indra
pengecap juga menurun karena adanya iritasi yang kronis dan selaput lender,
atrofi indra pengecap (+ 80 %), hilangnya sensitivitas dari indra pengecap
dilidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensivitas dari saraf pengecap
tentang rasa asin, asam dan pahit. Selain itu perubahan lainnya pada
gastrointestinal seperti esophagus membesar, lambung (rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, waktu pengosongan juga menurun), peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Sistem genitourinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria seperti pada ginjal.
7) Sistem endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin pada usia lanjut seperti
produksi dari hampir seluruh hormon menurun, fungsi parathoid dan
sekresinya tidak berubah, perubahan juga terjadi pada pituitari (pertumbuhan
ada tetapi lebih rendah dan hanya di pembuluh darah, berkurangnya produksi
dari ACTH (Adrenocortikotropic Hormone), TSH (Thyroid Stimulating
Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Leutinezing
Hormone).
8) Sistem indera: pendengaran, penglihatan, perabaan dan pengecap atau
penhidu
9) Sistem integumen
Dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan instrinsik dan
ekstriksik yang dapat mempengaruhi penampilan kulit seperti kulit menjadi
mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak, permukaan kulit
menjadi kasar dan bersisik karena akibat kehilangan proses keratinisasi serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
10) Sistem muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum
usia 40 tahun seperti tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh serta
osteoporosis, mengalami kifosis, pinggang dan lutut serta jari-jari
pergelangan terbatas, discus intervertebralis menjadi menipis.
11) Sistem reproduksi dan seksualitas
Perubahan pada sistem ini pada lanjut usia seperti pada vagina (selaput
lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi mejadi berkurang,
reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna).
b. Perubahan psikososial lansia
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), perubahan psikososial pada
lansia yaitu:
Psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun.
Berikut ini adalah hal-hal yng akan terjadi pada masa pensiun.
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan berkurang.
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awarensess of mortality).
Menurut Aspiani (2014) perubahan mental yang terjadi pada usia lanjut
yaitu:
1) Kenangan (memory)
Kenangan jangka panjang (berjam-jam hingga berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan). Kenangan jangka pendek 0-10 menit,
kenangan buruk.
2) IQ (Intellegentia Quantion)
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan.
5. Psikososial Lansia
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada seseorang yang
mencakup aspek psikis dan sosial. Psikososial menunjukan pada hubungan yang
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. sosial mengacu
pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang disekitarnya (Padila, 2013).
6. Kondisi Kesehatan Psikologis
Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan
dan perilaku), jadi yang dimaksud dengan kondisi kesehatan psikologis itu adalah
kondisi individu atau seseorang sehat secara pikiran, perasaan dan juga perilaku
(Padila, 2013). Kondisi kesehatan psikologis ini dapat ditinjau dari konsep diri
seseorang.
a. Konsep diri
Konsep diri merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang dapat diketahui oleh individu mengenai diri sendiri dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan kepada orang lain (Yusuf, PK, &
Nihayati, 2015). Menurut Yusuf et al., (2015), ada beberapa komponen konsep
diri diantaranya adalah:
1) Citra tubuh
Citra tubuh atau Gambaran diri adalah sikap individu terhadap
tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi penampilan,
potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan
bentuk tubuh (Sunaryo, 2013).
2) Ideal diri
Ideal diri merupakan suatu persepsi seseorang tentang bagaimana ia
harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku (Tarwoto & Wartonah,
2010).
3) Harga diri
Harga diri adalah suatu penilaian seseorang tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Dalami
et al., 2009).
4) Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial,
dimana tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola
fungsi individu. Peran ini memberikan sarana untuk berperan serta dalam
kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan
memvalidasi pada orang yang berarti (Dalami et al., 2009).
5) Identitas diri
Identitas diri merupakan kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Tarwoto & Wartonah,
2010).
7. Kondisi Kesehatan Sosial
Kata sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang
disekitarnya. Jadi kondisi kesehatan sosial itu adalah kondisi dimana seseorang atau
individu mampu berhubungan (berinteraksi) dengan orang disekitarnya (Padila,
2013).
a. Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan manusia dengan manusia
lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok
dengan kelompok (Sarwono, 2014).

8. Masalah Psikososial
Menurut Maas, Buckwalter, Hardy, Tripp-Reimer, Titler dan Specht (2011),
ada beberapa masalah psikososial yang terjadi pada usia lanjut yaitu:
a. Kecemasan (ansietas)
Menurut Direja (2011), kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan adanya perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Biasanya keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
b. Kehilangan
Menurut Yusuf et al., (2015), kehilangan merupakan suatu keadaan
individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki.
Menurut Direja (2011), kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
ataupun keseluruhan.
c. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi bahwa segala tindakannya akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Direja,
2011).
d. Keputusasaan
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif terus menerus,
dimana seseorang individu tidak melihat alternatif atau tersedia pilihan pribadi
untuk memecahkan masalah-masalah atau mencapai apa yang diinginkan dan
tidak dapat menggerakkan energi atas namanya sendiri untuk menentapkan suatu
tujuan (Direja, 2011).
e. Isolasi sosial
Menurut Yusuf et al. (2015), isolasi sosial adalah keadaan seseorang
mengalami penurunan atau bahkan individu tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya.

f. Harga diri rendah


Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
(Direja, 2011).
g. Depresi
Menurut Lubis (2016) depresi adalah suatu gangguan perasaan atau
afek yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/ gairah).
DAFTAR PUSTAKAXAspiani, R.Y. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan gerontik aplikasi
nanda NIC & NOC Jilid 1. Jakarta: CV Trans Info Media
Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R. (2008). Can your
self hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Dewi, S. R. (2014). Buku ajar keperawatan gerontik Ed I.Yogjakarta: Deepublish.
Direja, A. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fatimah. (2010). Merawat manusia lanjut usia suatu pendekatan proses keperawatan gerontik.
Jakarta: CV TIM
Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut . Jakarta: Penerbit Erlangga
Kartinah. & Sudaryanto. A. (2017). Masalah psikososial pada lanjut usia. Jurnal UMS FIK UMS.
Retrieved from http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3743
Keliat, B. A., Helena, N. & Farida, P. (2013). Manajemen keperawatan psikososial dan kader
kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: Nuha Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

Nama : Sarah Florencia Manurung, S.Kep


NIM : 2011437718
Tanggal : 11-16 Oktober 2021

I. Latar Belakang
Setelah melakukan pengkajian dan kunjungan pada lansia selama 6 hari pada minggu
pertama dengan menjelaskan tujuan, maka Ners Muda memutuskan bahwa Nenek A
dikelola sebagai lansia binaan selama dua minggu. Pada minggu pertama, kegiatan
difokuskan pada pengkajian selengkap-lengkapnya, terutama data yang dapat menunjang
tegaknya diagnosa dan membuat rencana kegiatan yang akan diimplementasikan pada
minggu kedua. Diagnosa pertama yang diangkat yaitu Risiko Cedera pada Nenek A dengan
Katarak.
Pada saat dilakukan pengkajian Nenek A mengatakan mengalami gangguan dalam
penglihatan. Pandangan Nenek A terasa seperti ada kabut yang menutupinya. Nenek A
mengatakan takut untuk pergi berobat dimasa pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Nenek A
hanya pergi ke klinik untuk memeriksakan diri. Dari klinik, Nenek A diberikan obat tetes
mata dan disarankan menggunakan kacamata untuk membantu penglihatannya. Nenek A
mengatakan menggunakan kacamata ketika membaca dan saat berada di luar rumah.
II. Masalah Keperawatan
Risiko cedera pada Nenek A dengan Katarak
III. Proses Kelompok
a. Diagnosa keperawatan
Risiko cedera pada Nenek A dengan Katarak
b. Tujuan umum dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 60 menit, diharapkan cedera tidak
terjadi dengan kriteria hasil:
1. Klien terbebas dari cidera
2. Klien mampu menjelaskan cara untuk mencegah cidera
3. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cidera
4. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
c. Intervensi keperawatan
1. Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya:
a. Singkirkan penghalang dari jalur berjalan
b. Pastikan pintu dan laci tertutup atau terbuka sempurna
c. Lantai rata, tidak licin, dan bersih
2. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
3. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
4. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
5. Menempatkan saklar lampu di tempat yang mudah dijangkau
d. Rencana kegiatan
1. Topik : Katarak
2. Metode : Diskusi, demonstasi, observasi, tanya jawab
3. Media : PPT, leaflet, dan nursing kit
4. Waktu : Kamis, 14 Oktober 2021
5. Tempat : Kediaman keluarga nenek A (RT 02/RW 01)
6. Strategi pelaksanaan :
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien Waktu

1. Orientasi:  Menjawab salam 5 menit


 Mengungkapkan
 Mengucapkan salam masalah
 Menvlidasi keadaan Nenek A  Mendengarkan dan
 Mengingatkan kontrak dan memperhatikan
tujuan

2. Kerja:  Mendengarkan dan 15 menit


 Membahas dan berdiskusi memperhatikan
tentang Katarak ( defenisi,  Bertanya
tanda dan gejala, penyebab,  Mendengarkan dan
dampak, cara pemcegahan) memperhatikan
 Berdiskusi dengan Nenek A  Redemonstrasi
tentang cara membuat jus  Mendengarkan
wortel
 Mendemonstrasikan cara
membuat jus wortel
 Memberikan kesempatan
untuk Nenek A bertanya
 Menjawab pertanyaan Nenek
A
 Mengevaluasi kembali
penjelasan yang sudah
diberikan
 Memberikan reinforcement
positif

3. Terminasi:  Mendengarkan dan 5 menit


 Menyimpulkan materi yang berpartisipasi
telah disampaikan  Mendengarkan dan
 Membuat kontrak waktu menyetujui rencana
selanjutnya selanjutnya
 Mengucapkan salam  Menjawab salam
e. Strategi evaluasi
1. Struktur
a) Menyiapkan LP
b) Menyiapkan alat bantu dan media
c) Kontrak dengan nenek A sesuai rencana
2. Proses
a) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
b) Nenek A aktif dalam kegaitan
3. Hasil :
a) Nenek A mampu mengenal tentang masalah katarak
b) Nenek A mampu mengulang kembali dan mendeonstrasikan tentang cara
membuat jus wortel
c) Tidak terjadi cidera pada Nenek A
f. Ringkasan materi
Katarak
1. Pengertian katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi
pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun (Muttaqin, 2008).
2. Etiologi katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti:
a) Fisik
b) Kimia
c) Penyakit predisposisi
d) Genetik dan gangguan perkembangan
e) Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
f) Usia
(Tamsuri, 2008).
3. Klasifikasi katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
b) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
c) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi:
a) Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.

b) Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
c) Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai
itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi:
a) Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
b) Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata
depan menjadi dangkal.
c) Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
d) Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).

4. Manifestasi klinis katarak


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak
akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
5. Komplikasi katarak
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut:
a) Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi.
b) Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
6. Pemeriksaan diagnostik katarak
a) Uji mata
b) Keratometri
c) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
d) A-scan ultrasound (echography)
e) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
7. Penatalaksanaan katarak
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan pembedahan
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien.
Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi,
dan lain-lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi
masing-masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak
adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun
keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau
peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan
untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak:
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain,
seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba
Medika ; Jakarta
PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

Tanggal Pengkajian : 04 Oktober – 09 Oktober 2021


Alamat : Jl. Permadi II Kel. Delima Kec. Binawidya

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nenek A
Umur : 67 tahun
Alamat rumah : Jl. Permadi II Kel. Delima Kec. Binawidya
Agama : Islam
Suku : Minang
Status perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : IRT

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami
Nenek A pernah mengalami masalah penglihatan (katarak) dan memeriksakan diri
ke klinik 1 tahun lalu. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan obat tetes mata dan
dibantu dengan menggunakan kacamata.
B. Masalah Kesehatan yang Dirasakan Saat Ini
Nenek A mengatakan saat ini ia sedang tidak mengalami keluhan. Tanda-tanda
vitalnya normal TD : 120/90 mmHg Nadi : 88x/menit RR : 16x/menit Suhu: 36,7 0C.
Nenek A juga mengatakan kadang-kadang terasa nyeri pada kaki nya, tetapi tidak
terlalu mengganggu aktifitas sehari-hari. Jika terasa nyeri, biasanya Nenek A
memberikan minyak urut dan melakukan beberapa gerakan peregangan.

III. KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Biologis
1. Pola Makan dan Status Nutrisi (IMT)
Nenek A mengatakan bahwa makan sebanyak 3 kali sehari yaitu sarapan, makan
siang dan makan malam. Porsi Nenek A setiap makan satu sendok nasi dan Nenek A
selalu menghabiskan makanannya. Menu makan Nenek A bervariasi, terdiri atas, ikan,
telur, tahu tempe, dan lain-lain. Dan Nenek A sering mengkonsumsi buah seperti
pisang, pepaya, buah naga, dll. Nenek A tidak memiliki gangguan dalam mengunyah,
menelan dan mencerna makanan. Berat badan saat ini 52 kg dan tinggi badan 150 cm
sehingga didapatkan IMT Nenek A adalah 23,1 yang merupakan berat badan normal
(WHO, 2008).
2. Pola Minum
Nenek A mengatakan sering minum air putih. Nenek A minum air setiap hari
sebanyak lebih kurang 8 gelas ukuran 250 ml. Terkadang Nenek A suka minum teh di
sore hari.
3. Pola Tidur
Nenek A mengatakan mulai tidur malam setelah sholat isya sekitar jam 20.30 dan
terbangun di tengah malam sekitar pukul 03.00 dan tidak tidur lagi setelah sholat
subuh. Namun, terkadang Nenek A mengatakan mengantuk di pagi hari. Pada siang
hari Nenek A jarang tidur. Nenek A mengatakan tidak ada keluhan terkait pola
tidurnya, Nenek A merasa puas setiap tidur.
4. Aktifitas/Latihan
Nenek A mengatakan biasa melakukan aktifitas yang sama setiap harinya. Nenek
A bangun pada pukul 03.00 WIB. Sampai menunggu waktu subuh biasa nya Nenek A
hanya berbaring di tempat tidur kemudian bersiap untuk sholat subuh. Di pagi hari
Nenek A mengerjakan pekerjaan rumah. Setelahnya, Nenek A mandi dan beristirahat.
Nenek A suka bercengkrama di sore hari dengan tetangga dan saudara yang rumahnya
tidak jauh dari rumah Nenek A. Sebelum sholat maghrib, Nenek A sudah berada di
rumah dan mandi.

5. Pola Eliminasi (BAB/BAK)


Nenek A mengatakan BAB setiap 1-2 kali sehari, konsistensi BAB nya lembut.
Nenek A mengatakan BAB pada pagi hari dan tidak mengalami kesulitan saat BAB.
Nenek A BAK sebanyak 6-7 kali sehari dengan warna urin kuning jernih. Nenek A
juga mengatakan BAK lancar dan tidak ada nyeri saat BAK.
6. Rekreasi
Nenek A mengatakan cukup sering berekreasi, Nenek A sering diajak oleh
saudaranya untuk pergi berlibur ataupun pulang kampung ke Solok. Nenek A
mengatakan sangat senang melakukan hal tersebut.
B. Aktifitas Sehari-hari
Indeks Katz : A
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian, dan mandi.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
B
fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
C
mandi, dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
D
mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
E
mandi, berpakain, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
F mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi
tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
Lain-lain
klasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.

Kesimpulan :
Nenek A tidak memiliki gangguan mobilitas fisik, Nenek A dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Nenek A mampu buang air kecil maupun buang
air besar di kamar mandi, bergerak dan berpindah tempat, mandi dan berpakaian
secara mandiri, mengambil makanan dan makan sendiri tanpa bantuan. Maka dapat
disimpulkan kemandirian Nenek A terletak pada skor A.
C. Psikologis
1. Keadaan Emosi
Saat awal pengkajian, Nenek A terlihat terbuka dengan kehadiran Ners Muda dan
mau menceritakan masalahnya kepada Ners Muda. Menurut Nenek A, ia lebih nyaman
berbicara dan lebih tenang setelah bercerita. Disamping itu Nenek A juga merasa
senang dengan kehadiran Ners Muda yang lebih sering berada disampingnya untuk
berbagi keluh kesah. Nenek A mengatakan dirinya adalah seorang yang pemarah dan
cerewet, hal itu dilakukan Nenek A dikarenakan kepeduliannya. Nenek A terlihat
mensyukuri kehidupannya dan selalu semangat untuk beraktifitas.
2. Persepsi Nenek A
Nenek A tidak merasa sendiri karena ada keluarga yang selalu menemani setiap
harinya dirumah walaupun Nenek A seorang janda. Nenek A mengatakan bahwa
harus selalu bersyukur kepada allah SWT karena masih diberi kesehatan jasmani dan
rohani walaupun hidup sederhana Nenek A tetap bersyukur.
3. Konsep Diri
Nenek A merasa dirinya sudah menua dan Nenek A menerima keadaannya saat
ini.
- Gambaran diri: Gambaran diri Nenek A positif ditandai dengan pakaiannya yang
sesuai, bersih, dan rapi.
- Ideal diri: Ideal diri Nenek A cukup tinggi. Saat ini nenek A mengatakan dimasa
tuanya hanya ingin selalu sehat dan bisa beraktivitas.
- Harga diri: Harga diri Nenek A baik, Nenek A selalu merasa dirinya dihargai dan
semangat walaupun sedang disaat pandemi seperti ini.
- Peran: Nenek A mengatakan ingin menghabiskan masa tuanya dengan baik dan
sehat. Sebagai seorang Ibu, Nenek A ingin melihat anaknya sukses dan sebagai
seorang Nenek, Nenek A ingin melihat cucunya tumbuh besar.
- Identitas diri: Nenek A mengatakan bahwa sejak kecil ia adalah orang yang mandiri
dan bukan orang yang senang untuk bermalas-malasan. Sejak dulu Nenek A tinggal
di Solok dan pindah ke Pekanbaru sejak suaminya meninggal. Di Pekanbaru Nenek
A tinggal bersama orang tuanya dan merawat orang tuanya yang sudah sakit. Saat
ini, Nenek A tinggal bersama kedua putranya yang belum berkeluarga.
4. Kemampuan Adaptasi
Kemampuan adaptasi Nenek A baik, ia mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan. Nenek A sering berkumpul dan mengobrol sore dengan tetangga di depan
rumahnya.
5. Mekanisme Pertahanan Tubuh
Nenek A menceritakan kepada anak yang serumah dengan dirinya jika ada
masalah. Nenek A bergantung pada kedua anaknya dalam aspek ekonomi.
SKALA DEPRESI PADA LANSIA (Yesavage)
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Pada dasarnya puaskah anda dengan hidup
anda saat ini? 
2. Apakah anda membatalkan banyak dari rencana
kegiatan/minat anda? 
3. Apakah anda merasa hidup anda ini hampa?

4. Seringkah anda merasa kebosanan? 
5. Apakah anda memiliki suatu harapan dimasa
depan? 
6. Apakah anda terganggu dengan memikirkan
kesulitan anda tanpa jalan keluar? 
7. Apakah anda sering kali merasa bersemangat? 
8. Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal 
buruk bakal menimpa anda?
9. Apakah anda seringkali merasa gembira?

10. Apakah anda seringkali merasa tak
terbantukan? 
11. Apakah anda seringkali merasa gelisah dan
resah? 
12. Apakah anda lebih menyukai tinggal di rumah 
dari pada keluar rumah dan melakukan sesuatu
hal baru?
13. Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa
depan anda? 
14. Apakah anda merasa kesulitan dengan daya
ingat anda? 
15. Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup
saat ini? 
16. Apakah anda seringkali merasa kelabu dan
berputus asa? 
17. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini?

18. Apakah anda sering menyesalkan masa lalu
anda? 
19. Apakah menurut anda hidup ini penuh
tantangan yang menyenangkan? 
20. Apakah anda merasa kesulitan untuk
mengawali suatu kegiatan tertentu? 
21. Apakah anda merasa penuh daya (energy)? 
22. Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi
tanpa harapan? 
23. Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih 
dari anda?
24. Apakah anda sering kali marah hanya karena 
alasan sepele?
25. Apakah anda sering merasa bagaikan 
menangis?
26. Apakah anda sulit berkonsentrasi? 
27. Apakah anda bangun pagi dengan perasaan 
menyenangkan?
28. Apakah anda lebih suka menghindari
acara/sosialisasi? 
29. Apakah mudah bagi anda dalam mengambil
keputusan? 
30. Apakah anda berfikir jernih sebagaimana 
biasanya?
Keterangan:
Total skore 5: suspek depresi
D. Sosial
1. Dukungan Keluarga
Nenek A mengatakan tinggal bersama 2 anak laki-lakinya. Nenek A sudah 10
tahun ditinggal oleh suaminya. Nenek A memiliki 1 putri yang sudah menikah dan
tinggal di Solok.
2. Hubungan Antar Keluarga
Nenek A dengan saudaranya berhubungan baik. Salah satu adik dari Nenek A
tinggal tidak jauh dari rumahnya. Nenek A yang tinggal bersama dengan anaknya yang
sibuk bekerja, sering dikunjungi oleh adik iparnya bersama dengan cucu. Nenek A
mengatakan sangat kompak dengan adik iparnya walaupun terkadang sering cekcok.
Nenek A dengan saudara yang lain juga sering rekreasi bersama.
3. Hubungan dengan Teman
Nenek A memiliki teman disekitar rumahnya. Nenek A mengatakan berteman
baik dengan tetangga di wilayah RT nya. Nenek A sering ngobrol bersama tetangga di
sore hari.

Status Kognitif/Mental
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PORTABEL SINGKAT
(Short Portables Mental Status Questionnaire/ SPMSQ) menurut Watson (2003)
No Set Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapa sekarang? 
2. Hari apa sekarang? 
3. Apa nama tempat ini? 
4. Berapa nomor telepon? 
5. Berapa umur sekarang? 
6. Kapan anda lahir? 
7. Siapakah presiden sekarang? 
8. Siapakah presiden sebelumnya? 
9. Siapa nama ibu anda semasa muda? 
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap kurang 3 dari setiap 
nomor yang baru. Semua dilakukan dengan cara ke
bawah
Keterangan:
Total kesalahan 1 : fungsi mental utuh
E. Spiritual
1. Pelaksanaan Ibadah
Nenek A mengatakan selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu tepat waktunya.
Setelah sholat Nenek A sering mengaji. Sebelum pandemi Covid-19, Nenek A
mengatakan sering menjadi guru ngaji bagi anak-anak di sekitar rumahnya.

2. Keyakinan Tentang Kesehatan


Nenek A mengatakan tidak ada pantangan makanan-makanan yang
dikonsumsinya.
Nenek A mengatakan semua penyakit yang dialami dirinya adalah atas kehendak yang
maha kuasa dan sebagai penggugur dosa baginya, yang terpenting adalah selalu
menjaga kesehatan, menjaga pola makan yang sehat dan berdo’a.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Tanda Vital
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Nadi : 88 x/ menit (reguler)
4. TD : 120/90 mmHg
5. RR : 16x/ menit
6. Suhu : 36,7oC
7. TB : 150 cm
8. BB : 52 kg
B. Kebersihan Perorangan
1) Kepala
o Rambut
Nenek A memiliki rambut panjang dan beruban. Kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan dan luka.
o Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan kurang baik, terdapat
kekeruhan pada lensa mata. Nenek A menggunakan kacamata, digunakan ketika
membaca dan berada di luar rumah. Nenek A mengatakan seperti ada kabut ketika
melihat tanpa kacamata. Nenek A masih dapat melihat objek dalam jarak dekat
kurang lebih 50 cm.
o Hidung
Jalan napas paten, hidung terlihat bersih, penciuman Nenek A baik.
o Mulut
Mulut Nenek A bersih dan tidak berbau, gigi tidak lengkap dan berwarna sedikit
kuning, mukosa lembab, tidak ada luka.
o Telinga
Telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran.
o Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada gangguan menelan.

C. Dada/thorak
o Dada
Tidak ada luka, tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan.
o Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada luka, dan pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus sama kiri dan kanan, ekspansi
paru normal
Perkusi : resonan di semua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler
o Jantung
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, nadi apical teraba
Perkusi : bunyi dullness pada jantung ICS 2-5
Auskultasi : bunyi normal (lup dup), tidak ada bunyi tambahan
D. Abdomen
Inspeksi : perut simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak ada bekas
operasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
Perkusi : terdengar bunyi timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : bising usus normal 9 kali/ menit
E. Muskuloskeletal
Turgor kulit kurang elastis, CRT < 3 detik, kulit teraba hangat, jari lengkap, ROM
normal. Nenek A berjalan baik tanpa alat bantu. Reflek patella (-).
Kekuatan otot Nenek A baik:
5 5
5 5

V. INFORMASI PENUNJANG
A. Diagnosa medis
- Katarak
B. Laboratorium
C. Terapi medis
VI. ANALISA DATA

Data yang Dikaji Masalah Keperawatan


Data Subjektif: Risiko cidera pada Nenek A dengan
 Nenek A mengatakan seperti ada Katarak
kabut yang menutupi penglihatannya
 Nenek A mengatakan menggunakan
kacamata ketika membaca dan di
luar rumah
Data Objektif:
 TTV Nenek A :
 TD = 120/90 mmHg
 Nadi = 88 x/i
 Pernafasan = 16 x/i
 Suhu = 36,70C
 Ketika pengkajian Nenek A tidak
menggunakan kacamata dan melihat
Ners Muda dengan jarak dekat
 Terdapat kekeruhan pada lensa mata
Nenek A
 Nenek A tampak menyipitkan mata
untuk fokus melihat selama
pengkajian
Data Subjektif: Ansietas pada Nenek A
 Nenek A mengatakan khawatir
dengan kedua putra nya yang belum
menikah
 Nenek A mengatakan terkadang
memangis ketika mengingat
kehidupannya
Data Objektif:
 TTV Nenek A :
 TD = 120/90 mmHg
 Nadi = 88 x/i
 Pernafasan = 16 x/i
 Suhu = 36,70C
 Nenek A tampak senyum meringis
dan gelisah pada saat pengkajian
mengenai kekhawatiran di masa
depan
 Nenek A melakukan kontak mata
dengan anaknya ketika dikaji
mengenai harapan saat ini

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Risiko cedera pada Nenek A dengan Katarak
2. Ansietas pada Nenek A dengan stresor

Pekanbaru, 11 Oktober 2021


Ners Muda

Sarah Florencia Manurung, S.Kep


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU LANSIA

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)


Keperawatan
1 Risiko cedera pada Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
Nenek A dengan selama 3 x 60 menit diharapkan cedera tidak 2. Identifikasi kebutuhan keamanan klien,
Katarak terjadi pada Nenek A sesuai kondisi fisik dan fungsi kognitif klien
Kriteria hasil: dari riwayat terdahulu klien
1. Klien terbebas dari cedera 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
2. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk 4. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
mencegah cedera bersih
3. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk 5. Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mencegah cedera mudah dijangkau oleh klien
4. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 6. Mengontrol lingkungan
5. Mampu mengenali perubahan status
kesehatan

2 Ansietas pada Nenek A Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan stresor selama 3 x 60 menit diharapkan kecemasan 2. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
berkurang pada Nenek A stres
Kriteria hasil: 3. Lakukan back/neck rub
1. Klien mampu mengidentifikasi dan 4. Bantu pasien mengenal situasi yang
mengungkapkan gejala cemas menimbulkan kecemasan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 5. Instruksikan pasien menggunakan teknik
menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas relaksasi
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

Anda mungkin juga menyukai