Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DENGAN ARTHTRITIS REUMATOID

Disusun oleh:

NURWIDYAWATI BAHAR
14420202128

Preceptor Lahan Preceptor Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
A. Konsep Keperawatan Gerontik dan Teori Menua
1. Definisi Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah memalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik, yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nasrullah,
2016). Seseorang dikatakan lanjut usia (Lansia) apabila usianya 65 tahun
ke atas (Muhith & Siyoto, 2016).
Lansia bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Muhith & Siyoto, 2016).

2. Batasan-Batasan Lanjut Usia


Menurut WHO lanjut usia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age)adalah kelompok usia (45-59 tahun)
b) Lanjut usia (eldery) antara (60-74tahun)
c) Lanjut usia (old) antara (75-90 tahun)
d) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :


a) Usia 0-1 tahun (masa bayi)
b) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c) Usia 6-10 tahun (masa sekolah)
d) Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
e) Usia 40-65 tahun (masa setangah umur, prasenium)
f) Usia 65 tahun keatas (masa lanjut usia, senium). (Nasrullah, 2016)

3. Tipe Lanjut Usia


a) Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikma, pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undang-undang dan
menjadi panutan
b) Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dan mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan
c) Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut
d) Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan
e) Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh. (Nasrullah, 2016)

4. Permasalahan Lansia Dengan Berbagai Kemampuannya


a) Secara Individu, pengarh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah, baik secara fisiki, biologi, mental, maupun soal ekonomis.
Semakin lanjut usia seseorang, ia akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan
penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini juga
mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain.
b) Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik. Kondisi
lanjut usia dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin
lanjut usia dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin
lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal itu
akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan
seseorang.
c) Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia
tersebut masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahan
yang mungkin timbul adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan
kerja.
d) Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar.
Selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan,
mereka juga tidak mempunyai keluarga/sebatang kara.
e) Dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia dihargai dan
dihormati sehingga meker masih dapat berperan yang berguna bagi
masyarakat. Akan tetapi, dalam masyarakat industri ada
kecenderungan mereka kurang dihargai sehingga mereka terisolasi dari
kehidupan masyarakat.
f) Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal atau
fasilitas perumahan yang khusus.(Muhith & Siyoto, 2016)

5. Model Pelayanan Keperawatan Gerontik


a) Promotion (peningkatan) adalah Upaya promotif merupakan tindakan
secaraa langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan
proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga
profesional, dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif
menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif dilakukan unutk
membantu orang-orang untuk mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang
perilaku hidup mereka.
b) Prevention (pencegahan) yaitu mencakup pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
1) Pencegahan primer: meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
2) Pencegahan sekunder: meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
belum tampak secara klinis, dan mengidap faktor risiko
3) Penceahan tersier: dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan
cacat, mencegah bertambah dan ketergantungan, serta perawatan
bertahap, yaitu tahap perawatan di rumah sakit, rehabilitasi klien
rawat jalan dan perawatan jangka panjang.
4) Early Diangnosis And Prompt Treatment (diagnosis dini dan
pengobatan)
Diagnosis ini dapat dilakukan oleh lansia sendiri petugas
profesional dan petugas institusi
5) Disability Limitation (pembatasan kecacatan)
Langkah-langkah yang dilakukan adalah: pemeriksaan (assesment),
identifikasi masalah (problem identification), perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementastion), dan penilaian
(evaluation)
6) Rahabilitation (pemulihan)
Pelaksana rehabilitasi adalah tim rehabilitasi (petugas medis,
petugas paramedis, serta petugas nonmedis). Sifat pelayanan
keperawatan gerontik adalah: independent (mandiri),
interdependent (kolaborasi), humanistic(manusiawi),
holistic(menyeluruh). (Muhith & Siyoto, 2016)
6. Teori Proses Menua (AGING PROCESS)
Ada bebrapa teori tentang penuaan yaitu teori biologi, teori
psikologi, teori kultural, teori sosial, teori genetika, teori rusaknya sistem
imun tubuh, teori menua akibat metabolisme, dan teori kejiwaaan sosial.
berdasarkan pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan tentang
teori proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini dianut oleh
gerentologis, maka dalam tingkatan kompetensinya, perawat perlu
menggambarkan konsep dan teori keperawatamn sekaligus praktik
keperawatan yang didasarkan atas teori proses menjadi tua (menua)
tersebut.
a) Teori Biologi
1) Teori genetic clock
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program genetic di dalam nuclei. Jam ini berputar dalam jangka
waktu tertentu dan jika ini sudah habis putarannya maka akan
menyebabkan berhentinya proses miosis.
2) Teori error
Menurut teori ini menua diakibatkan oleh penumpukan berbagai
macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kerusakan metabolism yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan
3) Teori autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca
translasi yang dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan
system imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
4) Teori free radikal
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal
bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas berupa suproksida.
5) Teori kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel
jaringan
b) Teori psikologi
1) Activity theory
Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung
2) Continitas theory
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya
suatu perilaku yang meningkatkan stress
3) Dissaggement theory
Putusnya hubungan dengan luar seperti dengan masyarakat,
hubungan demngan individu lain.
4) Theory stratifikasi usia
Karena orang digolongkan dalam usia tua dan mempercepat
proses penuaan
5) Theory kebutuhan manusia
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5 % dan
tidak semua mencapai kebutuhan yang sempurna
6) Jung theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan
7) Cause of human life theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimum
8) Development task theory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya
c) Teori sosiologis
1) Teori interaksi socialTeori ini menjelaskan mengapa lanjut usia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yang asa dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat
2) Teori aktivitas atau kegiatan
3) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku berubah pada lanjut usia.
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
saeorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya
4) Teori pembebasan/penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

7. Perubahan Fisik dan Fungsi Akibat Proses Menua


a) Sel
1) Jumlah sel menurun
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah sel otak menurun
b) System persyarafan
1) Kurang sensitive terhadap sentuhan
2) Menurun hubungan persyarafan
c) System pendengaran
1) Gangguan pendengaran
2) Tinnitus
3) Vertigo
d) System penglihatan
1) Kornea lebih berbentuk bola
2) Lensa lebih suram
3) Lapang pandang menurun
e) System kardiovaskuler
1) Curah jantung menurun
2) Tekanan darah meninggi
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
f) System pengaturan suhu tubuh
1) Temperature tubuh menurun
2) Lanjut usia akan mengalami kedinginan
3) Keterbatasan reflex menggigil
g) System pernafasan
1) Paru kehilangan elastic
2) Oksigen pada arteri menurun
3) Kemampuan untuk batuk berkurang
h) System pencernaan
1) Kehilangan gigi
2) Indra pengecap berkurang
3) Rasa lapar menurun
i) System reproduksi
1) Vagina mengalami kontraktur
2) Atrofi payudara
3) Atrivi vulva
j) System genitourinaria
Kebutuhan seksual menurun
k) System endokrin
1) Hormone reproduksi mengalami penurunan
2) Produksi hampir semua hormone menurun
l) System integument
1) Kulit mengerut
2) Permukaan kulit cenderung kusam
3) Timbul bercak pigmentasi
m) System musculoskeletal
1) Tulang kehilangan densitas
2) Gangguan gaya berjalan
3) Kekakuan jaringan penghubung.

8. Perubahan Mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang
ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur
panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat. Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Jika
meninggal pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Perubahan fisik
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan (Nasrullah, 2016)

9. Perubahan Psikososial
a) Kehilangan financial
b) Kehilangan status
c) Kehilangan teman/kenalan/relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
e) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
f) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
g) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
h) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
i) Adanya gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan
j) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
k) Rangkaian kehilangan yaitu kehilanagn hubungan dengan teman dan
family
l) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik

10. Perubahan Spiritual


a) Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
b) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya
c) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun , perkembangan yang
dicapai pada tahap ini adalah berpikir dan bertindak dengan member
contoh cara mencintai dan keadilan.

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan


Pengertian aspek adalah suatu pandangan jauh ke depan atau
pandangan bagaimana jangkauan yang akan terjadi pada masa depan. Legal
merupakan sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek
aturan Keperawatan  dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi
masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk
mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge”
yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik
keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi
dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus
pada jenjang pendidikan tinggi.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja


kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1) bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2) bidang Care Provision and
Management (3) dan bidang Professional Development. Profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam
melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada
masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang
bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri
profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti
kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu,
sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan
khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela
berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang profesional dari
pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari
penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal
Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin
Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan
berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki
tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen
Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing-masing.Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang
dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.
1. Tugas pokok perawat
Menurut Pasal 29 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan :

(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas


sebagai:
a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama ataupun sendiri-sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
2. Wewenang perawat
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas
terbatas.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan
masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.
Pasal 31
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi
Klien, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di
tingkat individu dan keluarga serta di tingkat kelompok
masyarakat;
b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat;
d. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
dan
e. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
(2) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan
Keperawatan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan
c. mengelola kasus.
(3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan,
Perawat berwenang:
a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atas izin pimpinan; dan
c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai
dengan etika profesi dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Hak perawat dalam melaksanakan tugas
Dalam Pasal 36, Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan
berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien
dan/atau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah
diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
4. Kewajiban perawat
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:

a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai


dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau
tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
f. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
g. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
5. Larangan bagi perawat
a. Perawat dilarang menjalankan praktik selain dalam izin dan
b. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
c. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini
d. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan
lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
e. Peringatan tertulis diberikan paling banayak 3 kali apabila tidak
diindahkan SIK dan SIPP dapat dicabut
f. Sebelum SIK atau SIPP dicabut kepala dinas kesehatan terlebih
dahulu mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM
6. Sanksi bagi perawat yang melanggar
Sanksi Administratif

Pasal 58
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal 21, Pasal
24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Teguran lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Denda administratif; dan/atau
d. Pencabutan izin.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
C. Konsep Medis

1. Defenisi Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana


persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
(Nasrullah, 2016)
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi non bacterial
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenal sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris.(Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Etiologi
Rematik merupakan sindrom yang hingga saat ini terdapat lebih
dari 100 macam penyakit yang di klasifiikasikan dalam golongan Rematik.
Sebagian besar belum dapat dijelaskan penyebabnya. Pada usia lanjut
sebab-sebab gangguan Rematik atau pada system musculoskeletal dapat di
kelompokan sebagiai berikut:
a. Mekanik :
1) penyakit sendi degeneratife (osteoarthritis)
2) Sterosis spinal.
b. Metabolic: Osteoporosis,myxedema, penyakit paget.
c. Berkaitan dengan penyakit keganasan: artropati kasino matosa
atau neurimiopati dan dermatomyosistis, osteoatropati
hipertropika.
d. Pengaruh obat :
1) Diuretika dapt menimbulkan GOUT.
2) Lupus eritronatosis sistemik.
e. Radang : polymyalgia Reumatika, temporal (giant cell), atritis
gout. Adapun beberapa faktor yang resiko yang diketahui
adalah:
1). Usia lebih dari 40 tahun
2). Jenis kelamin, wanita yang lebih sering
3). Kegemukan dan penyakit metabolik
4). Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
5). Kelainan pertumbuhan
6). Kepadatan tulang dan lain-lain
3. Patofisiologi
Pada rheumathoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan sinoval. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecahkan kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan
pannus.Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot
dan kekakuan kontraksi otot.
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan.Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan dan selanjutnya tidak diserangi
lagi.Namun pada sebagian kecil individu terjadi progestif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
yang difus.(Nasrullah, 2016)

4. Manifestasi Klinis

Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut


adalah beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit
Rematik:
a) Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60
menit di pagi hari.
b) Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
c) Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d) Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang
sendi pergelangan tangan.
e) Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan
pergelangan jari, tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan

sekitar leher.
f) Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian
bahkan sekaligus diberbagai persendian.
g) Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau

hujan setelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur


bayam, kangkung, kelapa, santan, dan lain-lain (Nasrullah,2016).
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Faktor rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi agulutinasi
b) Laju endap darah : umumnya meningkat pesat(80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
c) Protein c reaktif : positif selama masa eksaserbasi
d) Sel darah putih : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
e) Hemoglobin : umumnya menunjukkan anemia sedang
f) Ig : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR(Nurarif & Kusuma, 2015)
8. Penatalaksanaan
a) Non-Medis
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-
hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi
hari.Dengan air hangat pergerakan sendi bisa menjadi lebih mudah
bergerak.Menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh.Mengkonsumsi suplemen terutama yang
mengandung omega 3.Di dalam omega 3 terdapat zat yang sangat
efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
b) Medis
1) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi,
penyebab dan prognosis penyakit ini
2) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
3) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi
pasien
4) Termoterapi
5) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat(Nasrullah, 2016)

9. Pathway
D. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

a) Identitas

Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat, suku


bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan
terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
b) Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak)
c) Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan
sebelumnya, dan sumber- sumber pendapatan dan
kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
d) Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang
tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
e) Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
f) Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat atau klinik
g) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum
tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan
sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan
penanggung jawab.
h) Riwayat Keluarga

Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,


pasangan, dan anak-anak)

i) Riwayat Pekerjaan

Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan


sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang
tinggi.
j) Riwayat Lingkup Hidup

Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang


tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
k) Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
l) Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat atau klinik
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan :
a. Faktor yang berhubungan :
1) Agens cedera biologis
2) Agens cedera fisik
3) Agens cedera kimiawi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan :
a. Faktor yang berhubungan :
1) Tremor akibat bergerak Penurunan kekuatan otot
2) Penurunan kekuatan sendi penurunan massa otot
3) Depresi
4) Ansietas
5) Fisik tidak bugar
6) Intoleran aktivitas
7) Gangguan metabolism
8) Gangguan musculoskeletal
9) Gaya hidup kurang gerak

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan :


a. Faktor yang berhubungan :
1) Cedera
2) Gangguan fungsi psikososial
3) Penyakit
4) Perubahan fungsi kognitif
5) Perubahan fungsi tubuh
6) Trauma
7) Prosedur bedah
4. Ansietas berhubungan dengan :
a. Faktor yang berhubungan :
1) ancaman kematian
2) krisi situasi
3) krisis maturasi
4) pajanan pada toksin
5) perubahan besar
6) stressor
7) penyalahgunaan zat
8) riwayat keluarga tentang ansietas
5. Risiko jatuh ditandai dengan factor risiko :
a. Faktor risiko :
1) penggunaan alat bantu
2) usia > 65 tahun
3) kurang pengawasan
4) protesis ekstremitas bawah
5) tinggal sendiri
6) kurang pencahayaan
7) arthritis
8) gangguan mobilitas
9) penurunan kekuatan ekstremitas bawah

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut
1) Tujuan dan Kriteria hasil
a) Mampu mengontrol nyeri
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2) Intervensi
a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
c) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
d) Ajarkan teknik non farmakologi
e) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
b. Gangguan mobilitas fisik
1) Tujuan dan Kriteria hasil
a) Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah
d) Memperagakan penggunaan akat
e) Bantu untuk mobilisasi
2) Intervensi
a) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan
b) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
c) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
d) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
e) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
c. Gangguan citra tubuh
1) Tujuan dan Kriteria hasil
a) Body image positif
b) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
c) Mendeskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
d) Mempertahankan interaksi sosial
2) Intervensi
a) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
b) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
c) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
d) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit
e) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok
kecil
d. Ansietas
1) Tujuan dan Kriteria hasil
a) Klien mampu mengidentifikasi dan mengucapkan gejala
cemas
b) Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan
teknik untuk mengontrol cemas
c) Vital sign dalam batas normal
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
2) Intervensi
a) Identifikasi tingkat kecemasan
b) Dengarkan dengan penuh perhatian
c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
d) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
e. Risiko jatuh
1) Tujuan dan Kriteria hasil
a) Kejadian jatuh : tidak ada kejadian jatuh
b) Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh pengetahuan
keselamatan anak fisik
c) Pengetahuan : keamanan pribadi
d) Pelanggaran perlindungan tingkat kebingungan akut
2) Intervensi
a) Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi
risiko jatuh
b) Sarankan perubahan dalam gaya berjalan kepada pasien
c) Memberikan pencahayaan yang memadai untuk
meningkatkan visibilitas
d) Menyediakan pegangan tangan terlihat dan memegang
tiang
e) Sarankan alas kaki yang aman

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari


perencanaan keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil
yang efektif dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
dan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian
rencana yang telah ditentukan tercapai.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan,
tindakan dan evaluasi itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Yogyakarta: EGC.

Kasiati. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: EGC.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. (P.


Christian, Ed.). Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Muttaqin, A. (2014). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nasrullah. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media.

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI
Di susun oleh:

NURWIDYAWATI BAHAR
14420202128

Preceptor Lahan Preceptor Institusi

( Akmal Amin, S.Kep.,Ns ) (Dr.Samsualam, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

Anda mungkin juga menyukai