Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling
semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan
salah satu pintu masuk atau faktor resiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal,
diabetes, stroke.
1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang menderita
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
menyatakan bahwa dari 53,3 juta kematian didunia didapatkan penyebab kematian
gangguan endokrin 6% dan infeksi saluran pernafasan bawah sebesar 4%. Data
dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor resiko yang
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebsar
8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
I.2 Tujuan
hipertensi
I.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah
60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaraingan
lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,
pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat
menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur
20– 30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi
tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya
umur.
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif
1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
Ketika lansia memasuki pension, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak
berkurang.
mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian
tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara total.
Ada kecenderungan lansia untuk menjatuhkan diri dari hubungan sosial, namun
keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
1) Teori Biologis
pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung
DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan
membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada
dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran
radikal bebas.
b. Teori Cross-Link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
c. Teori imunitas
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan
menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang
terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun
itu sendiri.
2) Teori Psikososial
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan
tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami
b. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka
penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu
hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara
c. Teori Kontinuitas
perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
mulai terganggu spti : penglihatan menurun, rambut beruban, stamina & enegi berkurang, wanita (menopause),pria (andop
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih
tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b) Kegemukan atau makan berlebihan
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
f) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin,
DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
II.2.4 Patofisiologi
II.2.5 Pathway
II.2.6 Tanda dan Gejala
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10) Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
12) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13) CT scan
14) Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
II.2.8 Penatalaksanaan
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
c. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi:
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2 : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis
lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4. Re-evaluasi
dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi. Untuk mempertahankan
terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara
pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
II.2.9 Komplikasi
1) Pengkajian
a. Identitas
Umur : resiko hipertensi umumnya terjadi pada pria diatas usia 40 th, sedangkan
dengan wanita, karena factor pria lebih bnyak pengaruhnya seperti : stress,
mereka tidak mengenal tentng hipertensi dan akibatnya serta pentingnya fasilitas
kesehatan.
Pekerjaan : Pekerjaan seperti kuli bangunan, sopir, kuli panggul, dan sebagainya
b. Riwayat Kesehatan
c. Status Fisiologis
Takipnea
Kepala : nyeri kepala yang menjalar sampai ke tengkuk, pusing, sakit kepala
subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam).
Hidung : epistaksis
Telinga : berdenging
Leher : distensi vena jugularis
- Riwayat merokok
- Episode palpitasi,perspirasi.
terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan
- Jalan bersih
2) Diagnosa Keperawatan
kognitif, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang dapat
I. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Alamat : Tambakrejo
Jenis kelamin :
Umur : 56th
Status :
Agama :
(1) Islam (2) Protentas (3) Hindu (4) Katolik (5) Budha
Suku :
Tingkat pedidikan ;
(1) Tidak tamat SD (2) Tamat SD (3) SMP (4) SMU (5) PT (6) Buta huruf
Sumber pendapatan :
(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal (7)
Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur
(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal (7)
Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur
(1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare (4) Penyakit kulit
(1) Tegap (2) Membungkuk (3) Kifosis (4) Skoliosis (5) Lordosis
1.Kepala :
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
2. Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : Kabur/tidak
Peradangan : Ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
3. Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman: terganggu/tidak
Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
6. Leher
JVD : ya/tidak
7. Dada
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
8. Abdomen
Bentuk : distend/flat/lainnya
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Haemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak
10. Ekstremitas
Kekuatan otot
1 : lumpuh
2 : ada kontraksi
3 : Melawan grafitasi dengan sokongan
4 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
5 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
6 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Postur tubuh : skoliosis/lordosis/tegap (normal)
Tremor : ya/tidak
Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
achiles + +
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat
11. Integumen
Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : Kering/lembab
Gangguan pada kulit: ya/tidak, jelaskan ………………………………….
IV. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA (Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998)
maupun lantai. Saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan mata kabur,
klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian belakang, saat mengambil sesuatu
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat, melangkah
secara hati-hati dan perlahan. Klien tampak mengangkat kaki saat berjalan, tidak menyeret.
Terdapat penyimpangan jalur pada saat berjalan dalam garis lurus. Klien juga tampak
V. PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : ……………………………………………………..
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
lebih
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri
Gangguan emosional
□ Ya □ Tidak
2 Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan hal-hal yang
menarik minat anda ?
□ Ya □ Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
□ Ya □ Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?
□ Ya □ Tidak
□ Ya □ Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
□ Ya □ Tidak
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari
pada anda ?
□ Ya □ Tidak
SKOR : 3
Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal
menurun
JUMLAH 0 (fungsi intelektual utuh)
Interpretasi :
Kebiasaan merokok
Frekwensi makan
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang dihabiskan
Pola pemenuhan cairan
Frekwensi minum
(1) Air putih (2) Teh (3) Kopi (4) susu (5) lainnya, ……………..
(1) Insomnia (2) sering terbangun (3) Sulit mengawali (4) tidak ada gangguan
(1) santai (2) diam saja (3) ketrampilan (4) Kegiatan keagamaan
Frekwensi BAB
Gangguan BAB
Frekwensi BAK
Warna urine
(1) Kuning jernih
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK
Mandi
Sikat gigi
N AKTIVITAS NILAI
O
1. Makan 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 15
dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat
tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir, 5
roda )
7. Naik turun tangga 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 10
9. Mengontrol defekasi 10
10. Mengontrol berkemih 10
JUMLAH 100
Penilaian :
0–2 : Ketergantungan
62 – 90 : Ketergantungan berat
91 – 99 :Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
A . Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi.
B . Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan.
F . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
G . Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain: tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
C, D, E, atau F.
Nilai : A (Ny. K mampu beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan dan pengawasan dari
orang lain)
ANALISA DATA
INDIKASI
1. Manajemen stres dan ansietas dengan menentukan tanda dan gejala ansietas.
2. Manajemen nyeri pada gangguan fisik dengan meningkatkan betha endorpin dan
berfungsi meningkatkan imun seluler
3. Manajemen insomnia dengan menurunkan gelombang alpa otak.
KONTRAINDIKASI
1. Cidera akut atau ketidaknyamanan muskuloskeletal, infeksi, inflamsi, dan penyakit berat
atau akut.
2. PMR tidak dilakukan pada otot yang sakit
TEKNIK PELAKSANAAN
1. PMR atau relaksasi otot progresif merupakan kontraksi dan relaksasi berbagai kelompok
otot mulai dari kaki atas atau dari kepala kearah bawah
2. Pelaksanaan terapi diberikan 2 kali setiap hari selama 2 hari berturut-turut dan total
pelaksanaan adalah sebanyak 4 kali.
3. Pelaksanaan gerakan PMR terdiri dari 14 gerakan seperti yang dikembangkan Supriati
(2010)
4. Pertemuan pertama terapis melakukan role play terlebih dulu dan bimbingan kepada
reponden/ konseli sampai konseli memahami dan mampu melakukan 14 gerakan dalam
PMR.
5. Setiap gerakan terdiri dari role model, role play, feedback dan transfer training.
Pertemuan kedua sampai keempat, terapais tidak melakukan secara langsung, tetapi
reponden/konseli mengikuti gerakan terapi dengan panduan CD yang sudah disiapkan
oleh terapis.
WAKTU DAN TEMPAT
1. Dilakukan 2 jam setelah reponden/ konseli makan untuk mencegah rasa mengantuk.
2. PMR dilakukan sebaiknya diberikan pada tempat nyaman dan tidak ramai.
ALAT BANTU DAN PERSIAPAN
1. Musik terapi.
2. Diri terapis dan kemampuan untuk dapat melakukan PMR.
3. Tempat duduk atau tempat tidur
4. Leaflet.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Perkenalan diri terapis dengan menyebutkan nama lengkap dan nama
panggilan
2. VALIDASI
a. Tanya perasaan reponden dan kesiapan reponden mengikuti terapi.
b. Tanyakan ketegangan otot yang dirasakan oleh reponden.
3. KONTRAK
a. Jelaskan jumlah sesi pertemuan yang harus diikuti yaitu 4 kali pertemuan
dilakukan 2 hari setiap hari.
b. Waktu : 30-45 menit
c. Tempat: Ruangan yang tenang
d. Tujuan pertemuan : reponden mampu melakukan gerakan PMR yang terdiri
dari 14 gerakan dengan bimbingan trapis.
4. FASE KERJA
a. Minta reponden untuk melepaskan kaca mata dan jam tangan, melonggarkan
ikat pinggang dan pakaian yang ketat.
b. Mempersilahkan reponden duduk dan tenang pada posisi berbaring di tempat
tidur pada posisi yang nyaman.
c. Mejelaskan PMR mulai dari pengertian, tujuan dan proses pelaksanaan yang
terdiri dari prosedur umum dan gerakan inti.
d. Meinta reponden untuk mempertahankan mata terbuka selama beberapa menit.
Kemudian secara berlahan menutup mata dan mempertahankannya tetap
tertutup.
e. Meminta reponden untuk tarik napas dalam, dalam beberapa kali sebelum
memulai latihan dengan cara nafas dalam secara perlahan-lahan melalui
hidung dan hembuskan keluar melalui mulut 1 kali.
f. Melanjutkan dengan 14 gerakan initi mulai dari otot tangan belakang, otot
bisep, otot bahu, otot dahi, otot mata, otot rahang, otot mulut, otot leher depan,
dan belakang, otot punggung, otot dada, otot perut, otot kaki dan paha.
1. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-1 yaitu genggam tangan dengan
membuat kepalan selama 5-7 detik, dan rasakan ketegangan yang terjadi kemudian
dilepaskan sleama 10 detik. Melakukan gerakan sebanyak 2 kali
2. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-2 yaitu menekuk kebelakang
pergelangan tangan sehingga otot-otot ditangan bagian belakang dan bagian bawah
menegang ke langit-langit selama 5 detik, dan dilepaskan sleama 10 detik. Kemudian
ulangi sekali lagi.
3. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-3 yaitu menggenggam tangan
sehingga menjadi kepalan ke pundak selama 5 detik. Rasakan ketagannya kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
4. Melatih gerkan ke-4 yaitu mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-
akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga selama 5 detik,
kemuadian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
5. Melakukan gerakan ke-5 sampai dengan ke-8 yaitu gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah (dahi, mata, rahang, dan mulut) pertama kerutkan
dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput. Lakukan selama 5
detik kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
6. Tutup keras-keras mata sampai mata terasa tegangannya selama 5 detik kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
7. Katupkan rahang dengan menggigit gigi-gigi dengan kuat selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 detik kemudian ulangi gerakan sekali lagi.
8. Moncongkan mulut sekuat-kuatnya sehingga terasa ketegangan disekitar mulut
selama 5 detik kemudian lepaskan selama 10 detik dan ulangi gerakan sekali lagi.
9. Melatih gerakan ke 9 dan 10 Tekankan kepala kepermukaan bantalan kursi atau
ketempat tidur sehingga dapat merasakan ketegangan dibelakang leher dan
punggung atas kemudian rilekskan. Ulangi sekali lagi
10. Melatih gerkaan ke-11 yaitu mengangkat tubuh dari sandaran kursi atau tempat
tidur. Kemudian punggung dilengkungkan dan dada dibusungkan selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
11. Melatih gerakan ke-12 yaitu menarik napas panjang dan dalam untuk mengisi
paru- paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Ulangi sekali lagi.
12. Melatih gerakan ke-13 yaitu menarik kuat-kuat perut ke dalam kemudian tahan
selama 5 detik sampai perut menjadi kencang dan keras. Lepaskan selama 10
detik
13. Melatih gerakan ke-14 yaitu menarik kuat-kuat perut kedalam kemudian tahan
selama 5 detik sampai perut menjadi kencang dan keras. Lepaskan selama 10
detik dan ulangi sekali lagi.
5. EVALUASI