Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :

NAMA : SINTA OLIVIA RAHAYU


NIM : 201903090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
TAHUN AJARAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan

masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan

menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi

merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling

banyak disandang masyarakat. Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita

semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan

salah satu pintu masuk atau faktor resiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal,

diabetes, stroke.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang menderita

hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya.

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017,

menyatakan bahwa dari 53,3 juta kematian didunia didapatkan penyebab kematian

akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 33,1%, kanker sebesar 16,7%, DM dan

gangguan endokrin 6% dan infeksi saluran pernafasan bawah sebesar 4%. Data

penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2016 didapatkan total kematian

terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler sebesar 36,9%, kanker 9,7%, penyakit


DM dan endokrin 9,3% dan Tuberkulosa 5,9%. IHME juga menyebutkan bahwa

dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor resiko yang

menyebabkan kematian adalah hipertensi sebesar 23%, hiperglikemia sebesar

18,4%, merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7%.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 menyatakan hipertensi terjadi pada

kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64

tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebsar

8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak

minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

I.2 Tujuan

I.2.1 Tujuan Umum

Untuk membuat asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan

hipertensi

I.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep menua/ lansia secara umum

2. Untuk mengetahui konsep hipertensi pada lansia

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi

I.3 Manfaat
BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1 Konsep Dasar Lansia

II.1.1 Pengertian Lansia

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap

orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah

60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak

dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris

Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan

mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury

(termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,

misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaraingan

lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,

pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi

fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat

menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur

20– 30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi

tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya

umur.

II.1.2 Batasan Umur Lansia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun


3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Depkes, membagi lansia sebagai berikut :

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3) Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

II.1.3 Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang

kesehatan).

2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi

maladaptif

Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

II.1.4 Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe

usia lanjut. Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,

dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi

undangan.
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang

proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik

jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,

mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai

konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan

kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

II.1.5 Tugas Perkembangan Lansia

Tugas perkembangan lansia menurut Friedman adalah sebagai berikut

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam

mendukung kesejahteraan lansia misal: perpindahan tempat tinggal lansia

2) Penyesuaian terhadap pendapatan menurun

Ketika lansia memasuki pension, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak

memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/ pendapatan

berkurang.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan

mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari

pasangan. Contoh : mitos tentang seksualitas.

4) Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan


Tugas perkembangan ini secara umum tugas yang paling traumatis. Lansia menyadari

bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian

tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara total.

5) Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi

Ada kecenderungan lansia untuk menjatuhkan diri dari hubungan sosial, namun

keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.

II.1.6 Teori Proses Menua

Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :

1) Teori Biologis

a. Teori radikal bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat

menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan

dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan

berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan

seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan

pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung

DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan

menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan

sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan

membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada

akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan

dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran

lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi

sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan,


adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait dengan

radikal bebas.

b. Teori Cross-Link

Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan

elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan

regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan

senyawa antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess,

1994 dalam Potter & Perry, 2005).

c. Teori imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses

penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan

terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan

sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini

diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya

keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh

menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang

terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun

itu sendiri.

2) Teori Psikososial

a. Teori Disengagement (Penarikan Diri)

Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan

tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah

berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.

Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami

dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.

b. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka

ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang

penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu

komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan

bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan

hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara

kesehatan sepanjang kehidupan.

c. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari

perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang

membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin

menurunkan kualitas hidup.


II.1.7 Pathway Proses Menua
Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Penurunan


Usia 45
hormon
produksi
25 %hormone sudah berkurang hingga akhirnya berhen
estosteron, growt hormon, estrogen)

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal bebas

Kerusakan sel-seDNA (sel-sel tubuh)

mulai terganggu spti : penglihatan menurun, rambut beruban, stamina & enegi berkurang, wanita (menopause),pria (andop

Penyakit degeneratif (DM, osteoporosis, hipertensi, penyakit jantung koroner)


II.2 Konsep Dasar Hipertensi Pada Lansia

II.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih
tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).

II.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):


a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan sistolik Tekanan


Tingkat Jadwal kontrol
(mmHg) diastolik (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 atau lebih 120 atau lebih Dirawat RS
II.2.3 Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b) Kegemukan atau makan berlebihan
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
f) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin,
DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

II.2.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

II.2.5 Pathway
II.2.6 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,

Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

II.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10) Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
12) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13) CT scan
14) Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

II.2.8 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam

olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan

lain-lain.

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %

dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar

antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x

perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

c. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
 Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi:
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2 : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis
lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4. Re-evaluasi
dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi. Untuk mempertahankan
terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara
pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.

II.2.9 Komplikasi

1) Jantung : infark miokard, angina pectoris, gagal jantung kongestif

2) System saraf pusat : stroke, hypertensive encephalopathy

3) Ginjal : penyakit ginjal kronis

4) Mata : hypertensive retinopathy

II.2.10Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia

1) Pengkajian

a. Identitas
 Umur : resiko hipertensi umumnya terjadi pada pria diatas usia 40 th, sedangkan

pada wanita terjadi setelah umur 45 th (setelah menopause)

 Jenis kelamin : Pria lebih beresiko untuk menderita hipertensi dibandingkan

dengan wanita, karena factor pria lebih bnyak pengaruhnya seperti : stress,

merokok, kebiasaan kerja berat, makan tidak terkontrol.

 Pendidikan : Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan

mereka tidak mengenal tentng hipertensi dan akibatnya serta pentingnya fasilitas

kesehatan.

 Pekerjaan : Pekerjaan seperti kuli bangunan, sopir, kuli panggul, dan sebagainya

lebih beresiko untuk menderita hipertensi.

b. Riwayat Kesehatan

 Riwayat garis keluarga tentang hipertensi

 Penggunaan obat yang memicu hipertensi

c. Status Fisiologis

 Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.

 Frekuensi jantung meningkat

 Perubahan irama jantung

 Takipnea

d. Pengkajian Head to Toe

Kepala : nyeri kepala yang menjalar sampai ke tengkuk, pusing, sakit kepala

subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa

jam).

Mata : pupil oedema, diplopia, pandangan kabur, mata berkunang-kunang

Hidung : epistaksis

Telinga : berdenging
Leher : distensi vena jugularis

Dada : - Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja

- Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.

- Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.

- Riwayat merokok

- Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup

dan penyakit cerebro vaskuler.

- Episode palpitasi,perspirasi.

Abdomen : - Mual, muntah.


- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
- Nyeri abdomen
Ekstremitas : diaphoresis, oedema, sianosis, capillary refill lambat.
e. Pengkajian keseimbangan untuk lansia
f. Pengkajian psikososial
a) Perubahan kognitif
- SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual

terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan

kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis.

- MMSE (mini mental state exam)


Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian
dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong
tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.
b) Perubahan psikososial

Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.

Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi

pada mayoritas lansia.

g. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan


- Pengkajian fungsional berdasarkan indeks KATZ
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.Indeks Katz
adalah alat yang secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat
fungsional klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk
memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi
: mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
h. Pengkajian lingkungan
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak

adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan

yang harus diperhatikan :

- Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari

- Jalan bersih

- Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat

- Alas kaki stabil dan anti slip

- Kain anti licin atau keset

- Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi

2) Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

b) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif, gangguan fungsi

kognitif, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang dapat

mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi

c) Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan usia lanjut

d) Resiko jatuh berhubungan dengan usia ≥ 65 tahun

e) Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan


3) Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteris Hasil Intervensi Keperawatan


o
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan kunjungan 1. Kaji keadan umum klien.
. dengan agen pencedera rumah selama …x60 menit 2. Kaji tingkat nyeri klien.
fisiologis diharapkan pasien dapat 3. Kaji lokasi intensitas dan skala nyeri.
mengontrol nyeri atau sakit 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kepala hilang atau berkurang kebutuhan.
dengan kriteria hasil : 5. Berikan tindakan non farmakologis
1. Klien tidak mengungkapkan adanya 6. Berikan penjelasan cara untuk
nyeri atau sakit kepala. meminimalkan aktifitas vasokontriksi.
2. Klien tampak nyaman. 7. Kolaborasi dalam pemberian obat
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal analgesic sesuai indikasi.
terutama tekanan darah (TD : normal
110-130 mmHg, diastole 70-80
mmHg)
2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan kunjungan 1. Jelaskan tentang batas tekanan darah
. berhubungan dengan rumah selama …x60 menit normal, tekanan darah tinggi dan
keterbetasan kognitif, diharapkan pasien mengetahui efeknya.
gangguan fungsi informasi tentang hipertensi 2. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari
kognitif, kurang terpapar dengan kriteria hasil : pengobatan dan prosedur.
informasi, kurang minat 1. klien mengungkapkan pengetahuan 3. Jelaskan pentingnya lingkungan yang
dalam belajar, kurang akan hipertensi. tenang, tidak penuh dengan stress.
dapat mengingat, 2. Melaporkan pemakaian obat-obatan 4. Diskusikan tentang obat-obatan :
ketidaktahuan sesuai program. nama obat, dosis obat, waktu
menemukan sumber pemberian obat, dan tujuan pemberian
informasi obat dan efek samping obat.
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang
cara mencegah dan mengatasi
hipertensi.
6. Anjurkan klien untuk tidak
mengonsumsi makanan dan minuman
yang dapat meningkatkan tekanan
darah.
7. Evaluasi tingkat pengetahuan klien.
II.3 Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia Dengan Hipertensi

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

I. IDENTITAS

Nama : Ny. K

Alamat : Tambakrejo

Jenis kelamin :

(1) Laki-laki (2) Perempuan

Umur : 56th

(1) Middle (2) Elderly (3) Old (4) Very old

Status :

(1) Menikah (2) Tidak menikah (3) Janda (4) Duda

Agama :

(1) Islam (2) Protentas (3) Hindu (4) Katolik (5) Budha

Suku :

(1) Jawa (2) Madura (3) Lain-lain, sebutkan ………………………….

Tingkat pedidikan ;

(1) Tidak tamat SD (2) Tamat SD (3) SMP (4) SMU (5) PT (6) Buta huruf

Lama tinggal di panti :

(1) < 1 tahun (2) 1 – 3 tahun (3) > 3 tahun

Sumber pendapatan :

(1) Ada, jelaskan ……………………….


(2) Tidak, jelaskan ………………………..
Keluarga yang dapat dihubungi :

(1) Ada, ………………….


(2) Tidak …………………..
Riwayat Pekerjaan : ……………………………………………

II. RIWAYAT KESEHATAN


Keluhan yang dirasakan saat ini :

(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal (7)

Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur

Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :

(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal (7)

Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur

Penyakit saat ini :

(1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare (4) Penyakit kulit

(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi

Kejadian penyakit 3 bulan terakhir :

(1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare

(4) Penyakit kulit (5) Jantung (6) Mata

(7) DM (8) Hipertensi

III. STATUS FISIOLOGIS

Bagaimana postur tulang belakang lansia :

(1) Tegap (2) Membungkuk (3) Kifosis (4) Skoliosis (5) Lordosis

Tanda-tanda vital dan status gizi :

(1) Suhu : 36,7 ̊C

(2) Tekanan darah : 140/90 mmHg

(3) Nadi : 95x/menit

(4) Respirasi : 20x/menit

(5) Berat badan : 49kg

(6) Tinggi badan : 153cm

PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1.Kepala :

Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan : ……………………………………..

2. Mata

Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak

Strabismus : ya/tidak

Penglihatan : Kabur/tidak

Peradangan : Ya/tidak

Riwayat katarak : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, Jelaskan : …………………………………………

Penggunaan kacamata: ya/tidak

3. Hidung

Bentuk : simetris/tidak

Peradangan : ya/tidak

Penciuman: terganggu/tidak

Jika ya, jelaskan : ………………………………………….

4. Mulut dan tenggorokan

Kebersihan : baik/tidak

Mukosa : kering/lembab

Peradangan/stomatitis : ya/tidak

Gigi geligi : karies/tidak, ompong/tidak

Radang gusi : ya/tidak

Kesulitan mengunyah : ya/tidak

Kesulitan menelan: ya/tidak


5. Telinga

Kebersihan : bersih/tidak

Peradangan : ya/tidak

Pendengaran : terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan : ………………………………………..

Keluhan lain : ya/tidak

Jika ya, jelaskan : ………………………………………………..

6. Leher

Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak

JVD : ya/tidak

Kaku kuduk : ya/tidak

7. Dada

Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya

Retraksi : ya/tidak

Wheezing : ya/tidak

Ronchi : ya/tidak

Suara jantung tambahan : ada/tidak

Ictus cordis : ICS …………………

8. Abdomen

Bentuk : distend/flat/lainnya

Nyeri tekan : ya/tidak

Kembung : ya/tidak

Supel : ya/tidak

Bising usus : ada/tidak, frekwensi : 12 kali/menit

Massa : ya/tidak, regio

9. Genetalia (tidak terkaji)


Kebersihan : baik/tidak

Haemoroid : ya/tidak

Hernia : ya/tidak

10. Ekstremitas

Kekuatan otot :5 (skala 1 – 5 )

Kekuatan otot

1 : lumpuh
2 : ada kontraksi
3 : Melawan grafitasi dengan sokongan
4 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
5 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
6 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Postur tubuh : skoliosis/lordosis/tegap (normal)

Rentang gerak : maksimal/terbatas

Deformitas : ya/tidak, jelaskan …………………………………………

Tremor : ya/tidak

Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak

Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis : ………………………………

Refleks

Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
achiles + +
Keterangan :

Refleks + : normal

Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen

Kebersihan : baik/tidak

Warna : pucat/tidak

Kelembaban : Kering/lembab
Gangguan pada kulit: ya/tidak, jelaskan ………………………………….

IV. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA (Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998)

1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan


Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk baik kursi

maupun lantai. Saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan mata kabur,

klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian belakang, saat mengambil sesuatu

klien tampak perlahan-lahan

2. Komponen gaya berjalan atau gerakan

Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat, melangkah

secara hati-hati dan perlahan. Klien tampak mengangkat kaki saat berjalan, tidak menyeret.

Terdapat penyimpangan jalur pada saat berjalan dalam garis lurus. Klien juga tampak

sempoyongan saat berjalan.

V. PENGKAJIAN PSIKOSOIAL

Hubungan dengan orang lain dalam wisma :

(1) Tidak dikenal


(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti

(1) Tidak dikenal


(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti

(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi

(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : ……………………………………………………..

Motivasi penghuni panti

(1) Kemampuan sendiri


(2) Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga

(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

1. Masalah emosional

Pertanyaan tahap 1

(1) Apakah klien mengalami susah tidur (TIDAK)


(2) Ada masalah atau banyak pikiran (TIDAK)
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri (TIDAK)
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir (TIDAK)

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban ya 1 atau

lebih

Pertanyaan tahap 2

(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri

Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka

masalah emosional ada atau ada gangguan emosional

Gangguan emosional

SKALA DEPRESI GERIATRIK

1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ?

□ Ya □ Tidak
2 Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan hal-hal yang
menarik minat anda ?

□ Ya □ Tidak

3 Apakah anda merasa hidup anda hampa ?


□ Ya □ Tidak

4 Apakah anda sering merasa bosan ?


□ Ya □ Tidak

5 Apakah anda biasanya bersemangat / gembira ?


□ Ya □ Tidak

6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
□ Ya □ Tidak

7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?


□ Ya □ Tidak

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?


□ Ya □ Tidak

9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?

□ Ya □ Tidak

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya


ingat anda dibanding kebanyakan orang ?

□ Ya □ Tidak

11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?


□ Ya □ Tidak

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
□ Ya □ Tidak

13 Apakah anda merasa anda penuh semangat ?


□ Ya □ Tidak

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?


□ Ya □ Tidak

15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari
pada anda ?

□ Ya □ Tidak

SKOR : 3
Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal

- Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1.


- Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi.
- Skor 10 atau lebih merupakan depresi.

2. Tingkat kerusakan intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini ?
√ 2 Hari apa sekarang ?
√ 3 Apa nama tempat ini ?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Berapa umur anda ?
√ 6 Kapan anda lahir ?
√ 7 Siapa presiden Indonesia ?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap

pengurangan 3 dari setiap angka baru, secara

menurun
JUMLAH 0 (fungsi intelektual utuh)

Interpretasi :

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

II. MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


maksima Klie
l n
5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2020
Musim : panas
1 Orientasi 5
Tanggal : 7
Hari : kamis
Bulan : mei
5 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara : Indonesia
Propinsi : Jawa Timur
2 Orientasi 5
Kabupaten/kota : Pasuruan
Panti
Wisma
3 Sebutkan 3 namaobyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudiaditanyakankepadaklien, menjawab
:
3 Registrasi 3
1. kursi
2. meja
3. kertas
3 Memintaklienberhitungmulaidari 100
kemudiankurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1. 93
4 Perhatian dan kalkulasi 5
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada
5 Mengingat 3 poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)

6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil


menunjukan benda tersebut).
1. Pensil
2. Jam tangan

Minta klien untuk mengulangi kata berkut :


“ tidak ada, dan, jika, atautetapi )
Klien menjawab : tidak ada dan jika atau tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang


terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipatdua dan taruh
dilantai.
1.
2.
3.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”

Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat


dan menyalin gambar.

Total nilai 30 25 Normal

Skor Nilai : 24 – 30 : Normal

Nilai : 17 – 23 : Probable gangguan kognitif

Nilai : 0 – 16 : Definitif gangguan kognitif

V. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Kebiasaan merokok

(1) > 3 batang sehari


(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

Frekwensi makan

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan

(1) 1 porsi dihabis


(2) ½ porsi yang dihabiskan
(3) < ½ porsi yang dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan

(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang dihabiskan
Pola pemenuhan cairan

Frekwensi minum

(1) < 3 gelas sehari


(2) > 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
(1) Takut kencing malang hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman

(1) Air putih (2) Teh (3) Kopi (4) susu (5) lainnya, ……………..

Pola kebiasaan tidur

Jumlah waktu tidur

(1) < 4 jam (2) 4 – 6 jam (3) > 6 jam

Gangguan tidur berupa

(1) Insomnia (2) sering terbangun (3) Sulit mengawali (4) tidak ada gangguan

Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur

(1) santai (2) diam saja (3) ketrampilan (4) Kegiatan keagamaan

Pola eliminasi BAB

Frekwensi BAB

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya, ………………….
Konsisitensi

(1) Encer (2) Keras (3) Lembek

Gangguan BAB

(1) Inkontinensia alvi


(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada
Pola BAK

Frekwensi BAK

(1) 1 – 3 kali sehari

(2) 4 – 6 kali sehari

(3) > 6 kali sehari

Warna urine
(1) Kuning jernih
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK

(1) Inkontinensia urine


(2) Retensi urine
(3) Lainnya, …………………………………
Pola aktifitas

Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan

(1) Membantu kegiatan dapur


(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri

Mandi

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) < 1 kali sehari
Memakai sabun

(1) ya (3) tidak

Sikat gigi

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi

(1) ya (2) tidak

Kebiasaan berganti pakaian bersih

(1) 1 kali sehari


(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks :

N AKTIVITAS NILAI

O
1. Makan 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 15
dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat

tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir, 5

mencukur dan mengosok gigi


4. Aktivitas toilet 10
5. Mandi 5
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak 15

mampu berjalan lakukan dengan kursi

roda )
7. Naik turun tangga 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 10
9. Mengontrol defekasi 10
10. Mengontrol berkemih 10
JUMLAH 100
Penilaian :

0–2 : Ketergantungan

21 – 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung

62 – 90 : Ketergantungan berat

91 – 99 :Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

Pengkajian Fungsional berdasar Indeks KATZ dari AKS

A . Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi.
B . Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan.
F . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
G . Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain: tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai

C, D, E, atau F.

Nilai : A (Ny. K mampu beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan dan pengawasan dari

orang lain)
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1. DS: Peningkatan vol. cairan Nyeri akut


 Klien mengeluh sakit ekstrasell
kepala ↓
 Nyeri kepalanya Peningkatan TD
berdenyut-denyut ↓
 Klien mengatakan Tekanan intravaskuler
tearasa kaku dileher meningkat
bagian belakang ↓
 Klien mengatakan sakit Tekanan PD otak
kepaalanya datang meningkat
sewaktu-waktu
 Klien mengeluh sering
terbangun saat tidur
malam hari
DO:
 Klien tampak sering
memegangi kepalanya
 Klien tampak lemah
 Skala nyeri 5 (0-10)
sedang.
 TTV
TD: 140/90 mmHg
N: 95 x/menit
S    : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 49 kg
2. DS: Kerusakan vaskuler Gangguan pola tidur
 Klien mengeluh sakit pembuluh darah
kepala ↓
 Klien mengeluh sering Vasokontriksi

terbangun saat tidur Gangguan sirkulasi
malam hari ↓
DO: Resistensi pembuluh darah
TD : 140/90 mmHg otak
 Klien tidur selama 4-6
jam
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur


RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Kriteria/Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
berhubungan keperawatan selama durasi, frekuensi, kualitas,
dengan agen 3x60menit diharapkan nyeri intensitas nyeri
pencedera dapat berkurang dengan 2. identifikasi pengaruh nyeri
fisiologis Kriteria Hasil : terhadap kualitas hidup
1. Keluhan nyeri berkurang 3. monitor TTV
2. Tidak mengalami 4. ajarkan teknik nonfarmakologis
kesulitan tidur untuk mengurangi rasa nyeri
3. Pola tidur membaik (teknik nafas dalam)
4. Tekanan darah normal
2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor pengganggu
tidur berhubungan keperawatan selama tidur
dengan kurang 3x60menit diharapkan pola 2. Batasi waktu tidur siang
kontrol tidur tidur membaik dengan 3. Anjurkan menghindari
Kriteria Hasil : makanan/ minuman yang
1. Tidak kesulitan tidur mengganggu tidur
2. Pola tidur normal 4. Ajarkan teknik non farmakologi
(terapi relaksasi otot progresif)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal/ Implementasi Tanggal/ Evaluasi Formatif TTD


Keperawatan Jam Jam
1. Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengeluh masih nyeri
berhubungan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri kepala sampai tengkuk
dengan agen P : nyeri kepala sampai tengkuk O:
pencedera Q : cekot-cekot P : nyeri kepala sampai
fisiologis R : kepala sampai leher bagian belakang leher tengkuk
S : skala 5 (nyeri sedang) Q : cekot-cekot
T : hilang timbul R : kepala sampai leher
2. Memonitor TTV bagian belakang leher
TD : 140/90 mmhg S : skala 5 (nyeri sedang)
N : 88x/menit T : hilang timbul
RR : 22 x/menit TD : 140/90 mmhg
3. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas N : 84x/menit
hidup RR : 20 x/menit
Klien menjadi tidak bisa tidur dan tidak bisa A : Masalah belum teratasi
aktivitas seperti biasanya P:
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk 1. Kaji nyeri klien
mengurangi rasa nyeri 2. Evaluasi terapi teknik
Teknik nafas dalam nafas dalam

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan nyeri


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri mulai berkurang
P : nyeri kepala O:
Q : cekot-cekot P : nyeri kepala
R : tengkuk Q : nyeri terasa
S : skala 4 (nyeri sedang) mencengkram
T : hilang timbul R : tengkuk
2. Memonitor TTV S : skala 4 (nyeri sedang)
TD : 130/90 mmhg T : hilang timbul
N : 92x/menit TD : 130/90 mmhg
RR : 20 x/menit N : 84x/menit
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk RR : 20 x/menit
mengurangi rasa nyeri A : Masalah belum teratasi
Teknik nafas dalam P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk
melakukan terapi teknik
nafas dalam

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan nyeri


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri sudah berkurang
P : nyeri tengkuk O:
Q : cekot-cekot P : nyeri kepala
R : tengkuk Q : nyeri terasa
S : skala 3 (nyeri ringan) mencengkram
T : hilang timbul R : tengkuk
2. Memonitor TTV S : skala 3 (nyeri ringan)
TD : 130/90 mmhg T : hilang timbul
N : 92x/menit TD : 130/80 mmhg
RR : 20 x/menit N : 84x/menit
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk RR : 20 x/menit
mengurangi rasa nyeri A : Masalah belum teratasi
Teknik nafas dalam P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk
melakukan terapi teknik
nafas dalam

2. Gangguan pola 1. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S: Klien mengatakan senang


tidur (hasil : klien mengeluh nyeri kepala sehingga tida diajarkan senam relaksasi otot
berhubungan bisa tidur)
progresif.
dengan kurang 2. Membatasi waktu tidur siang
kontrol tidur (hasil : klien menonton tv saat siang hari) O: Klien nampak
3. Menganjurkan menghindari makanan/ minuman mempraktikan relaksasi otot
yang mengganggu tidur
progresif sesuai intruksi
(hasil : klien tidak minum teh/ kopi)
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis (terapi meskipun ada beberapa
relaksasi otot progresif) gerakan yang kurang tepat.
TD : 140/90 mmhg
A: Masalah keperawatan
gangguan pola tidur
belum teratasi
P: Motivasi klien untuk
melakukan relaksasi otot
progresif setiap
sebelum.bangun tidur.
1. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S:
(hasil : klien mengatakan bahwa nyeri nyerinya 1. Klien mengatakan
sudah berkurang sehingga bisa tidur meskipun
terbangun 1-2x) masih ada beberapa
2. Membatasi waktu tidur siang gerakan yang belum di
(hasil : klien menonton tv saat siang hari)
kuasai.
3. Menganjurkan menghindari makanan/ minuman
yang mengganggu tidur 2. Klien mengatakan
(hasil : klien tidak minum teh/ kopi) sudah bisa tidur pada
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis (terapi
malam hari meskipun
relaksasi otot progresif)
terbangun 1-2x.
O: Klien mampu melakukan
gerakan senam relaksasi
progresif tetapi masih
sering lupa.
TD : 130/90 mmhg
A: Masalah keperawatan
gangguan pola tidur
teratasi sebagian
P: Motivasi klien untuk
melakukan relaksasi otot
progresif setiap hari
1. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S:
(hasil : klien mengatakan bahwa nyerinya sudah 1.
berkurang sehingga bisa tidur meskipun terbangun
mempraktekkan setelah
untuk BAK)
2. Membatasi waktu tidur siang bangun tidur.
(hasil : klien menonton tv saat siang hari) 2.
3. Menganjurkan menghindari makanan/ minuman terbangun di malam hari
yang mengganggu tidur karena BAK
(hasil : klien tidak minum teh/ kopi)
O: Klien mampu
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis (terapi
relaksasi otot progresif) mempraktekkan kembali senam
relaksasi otot progresif,
meskipun tidak berurutan.
TD : 130/80 mmhg
A: Masalah keperawatan
insomnia teratasi sebagian

P: Motivasi klien untuk


melakukan relaksasi otot
progresif setiap hari
Standar Operasional Prosedur
Progressive Muscle Relaxation (PMR)

INDIKASI
1. Manajemen stres dan ansietas dengan menentukan tanda dan gejala ansietas.
2. Manajemen nyeri pada gangguan fisik dengan meningkatkan betha endorpin dan
berfungsi meningkatkan imun seluler
3. Manajemen insomnia dengan menurunkan gelombang alpa otak.
KONTRAINDIKASI
1. Cidera akut atau ketidaknyamanan muskuloskeletal, infeksi, inflamsi, dan penyakit berat
atau akut.
2. PMR tidak dilakukan pada otot yang sakit
TEKNIK PELAKSANAAN
1. PMR atau relaksasi otot progresif merupakan kontraksi dan relaksasi berbagai kelompok
otot mulai dari kaki atas atau dari kepala kearah bawah
2. Pelaksanaan terapi diberikan 2 kali setiap hari selama 2 hari berturut-turut dan total
pelaksanaan adalah sebanyak 4 kali.
3. Pelaksanaan gerakan PMR terdiri dari 14 gerakan seperti yang dikembangkan Supriati
(2010)
4. Pertemuan pertama terapis melakukan role play terlebih dulu dan bimbingan kepada
reponden/ konseli sampai konseli memahami dan mampu melakukan 14 gerakan dalam
PMR.
5. Setiap gerakan terdiri dari role model, role play, feedback dan transfer training.
Pertemuan kedua sampai keempat, terapais tidak melakukan secara langsung, tetapi
reponden/konseli mengikuti gerakan terapi dengan panduan CD yang sudah disiapkan
oleh terapis.
WAKTU DAN TEMPAT
1. Dilakukan 2 jam setelah reponden/ konseli makan untuk mencegah rasa mengantuk.
2. PMR dilakukan sebaiknya diberikan pada tempat nyaman dan tidak ramai.
ALAT BANTU DAN PERSIAPAN
1. Musik terapi.
2. Diri terapis dan kemampuan untuk dapat melakukan PMR.
3. Tempat duduk atau tempat tidur
4. Leaflet.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Perkenalan diri terapis dengan menyebutkan nama lengkap dan nama
panggilan
2. VALIDASI
a. Tanya perasaan reponden dan kesiapan reponden mengikuti terapi.
b. Tanyakan ketegangan otot yang dirasakan oleh reponden.
3. KONTRAK
a. Jelaskan jumlah sesi pertemuan yang harus diikuti yaitu 4 kali pertemuan
dilakukan 2 hari setiap hari.
b. Waktu : 30-45 menit
c. Tempat: Ruangan yang tenang
d. Tujuan pertemuan : reponden mampu melakukan gerakan PMR yang terdiri
dari 14 gerakan dengan bimbingan trapis.
4. FASE KERJA
a. Minta reponden untuk melepaskan kaca mata dan jam tangan, melonggarkan
ikat pinggang dan pakaian yang ketat.
b. Mempersilahkan reponden duduk dan tenang pada posisi berbaring di tempat
tidur pada posisi yang nyaman.
c. Mejelaskan PMR mulai dari pengertian, tujuan dan proses pelaksanaan yang
terdiri dari prosedur umum dan gerakan inti.
d. Meinta reponden untuk mempertahankan mata terbuka selama beberapa menit.
Kemudian secara berlahan menutup mata dan mempertahankannya tetap
tertutup.
e. Meminta reponden untuk tarik napas dalam, dalam beberapa kali sebelum
memulai latihan dengan cara nafas dalam secara perlahan-lahan melalui
hidung dan hembuskan keluar melalui mulut 1 kali.
f. Melanjutkan dengan 14 gerakan initi mulai dari otot tangan belakang, otot
bisep, otot bahu, otot dahi, otot mata, otot rahang, otot mulut, otot leher depan,
dan belakang, otot punggung, otot dada, otot perut, otot kaki dan paha.
1. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-1 yaitu genggam tangan dengan
membuat kepalan selama 5-7 detik, dan rasakan ketegangan yang terjadi kemudian
dilepaskan sleama 10 detik. Melakukan gerakan sebanyak 2 kali
2. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-2 yaitu menekuk kebelakang
pergelangan tangan sehingga otot-otot ditangan bagian belakang dan bagian bawah
menegang ke langit-langit selama 5 detik, dan dilepaskan sleama 10 detik. Kemudian
ulangi sekali lagi.
3. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-3 yaitu menggenggam tangan
sehingga menjadi kepalan ke pundak selama 5 detik. Rasakan ketagannya kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
4. Melatih gerkan ke-4 yaitu mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-
akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga selama 5 detik,
kemuadian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
5. Melakukan gerakan ke-5 sampai dengan ke-8 yaitu gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah (dahi, mata, rahang, dan mulut) pertama kerutkan
dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput. Lakukan selama 5
detik kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
6. Tutup keras-keras mata sampai mata terasa tegangannya selama 5 detik kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
7. Katupkan rahang dengan menggigit gigi-gigi dengan kuat selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 detik kemudian ulangi gerakan sekali lagi.
8. Moncongkan mulut sekuat-kuatnya sehingga terasa ketegangan disekitar mulut
selama 5 detik kemudian lepaskan selama 10 detik dan ulangi gerakan sekali lagi.
9. Melatih gerakan ke 9 dan 10 Tekankan kepala kepermukaan bantalan kursi atau
ketempat tidur sehingga dapat merasakan ketegangan dibelakang leher dan
punggung atas kemudian rilekskan. Ulangi sekali lagi
10. Melatih gerkaan ke-11 yaitu mengangkat tubuh dari sandaran kursi atau tempat
tidur. Kemudian punggung dilengkungkan dan dada dibusungkan selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
11. Melatih gerakan ke-12 yaitu menarik napas panjang dan dalam untuk mengisi
paru- paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Ulangi sekali lagi.
12. Melatih gerakan ke-13 yaitu menarik kuat-kuat perut ke dalam kemudian tahan
selama 5 detik sampai perut menjadi kencang dan keras. Lepaskan selama 10
detik
13. Melatih gerakan ke-14 yaitu menarik kuat-kuat perut kedalam kemudian tahan
selama 5 detik sampai perut menjadi kencang dan keras. Lepaskan selama 10
detik dan ulangi sekali lagi.

5. EVALUASI

Menanyakan Prasaan reponden setelah melakukan terapi


PMR Memberikan reinnforcment positif kepada reponden.
Mengucapkan salam.

Anda mungkin juga menyukai