TINJAUAN PUSTAKA
6
7
pencegahan dan perawatan luka yang telah mengalami ulkus diabetik (Potter &
Perry, 2006).
b. Pengkajian luka
Menurut Carville (1998) dalam Maghfuri (2015), Pengkajian Luka sebagai
berikut:
a) Type luka
10
Terdapat dua type luka yaitu luka akut dan luka kronik. Luka gangren pada pasien
DM merupakan type luka kronik.
b) Type penyembuhan
1) Primery intention, Jika terdapat kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi
luka dirapatkan baik dengan jahitan, plaster. Jaringan parut yang dihasilkan
minimal.
2) Delayed Primary Intention, Jika luka terinfeksi atau mengandung benda asing
dan membutuhkan pembersihan intensif, selanjutnya ditutup secara primer
pada beberapa waktu kemudian.
3) Secondary Intention, Penyembuhan luka terlambat dan terjadi melalui proses
granulasi, kontraksi dan epotilazation. Jaringan parut luas.
4) Flap, Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subcutan pada luka yang berasal
dari jaringan terdekat.
c) Kehilangan jaringan
Menggambarkan kedalaman kerusakan jaringan atau stadium kerusakan jaringan
kulit.
1) Superfisial: Luka sebatas epidermis
2) Parsial (partial thikness): Luka meliputi epidermis dan dermis
3) Penuh (Full thikness): Luka meliputi epidermis, dermis dan subcutan. Dapat
melibatkan otot, tendon, dan tulang
d) Penampilan Klinik
Tampilan klinis luka dapat dibagi berdasarkan warna dasar luka antara lain:
1) Hitam atau Nekrotik
a. Eschar yang mengeras dan nekrotik
b. Kering atau lembab
c. Avaskularisasi
2) Kuning atau Sloughy
a. Jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough
b. Luka terkontaminasi, terinfeksi
c. Avaskularisasi
3) Merah atau Granulasi
11
5) Bau: Berhubungan dengan infeksi luka dan kontaminasi luka oleh cairan
tubuh. Bau mungkin berhubungan dengan proses autolisis jaringan nekrotik
pada balutan.
h) Kulit sekitar luka: edema, benda asing, dermatitis, warna, suhu, dan pulsasi.
i) Nyeri: pastikan apakah nyeri dengan penyakit yang di derita atau tidak.
j) Klasifikasi luka diabetik
Wagner (1983) di dalam Maghfuri (2015) membagi derajat luka menjadi enam
tingkatan:
1) Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki.
2) Derajat 1: ulkus superficial terbatas pada kulit.
3) Derajat 2: ulkus dalam menembus tendon dan tulang
4) Derajat 3: abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5) Derajat 4: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selilitis
6) Derajat 5: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnnya
(Carpenito,1983).
1) Pada tahun 1973, NANDA telah menerbitkan daftar diagnosa keperawatan
yang pertama. Kemudian setiap dua tahun sekali dilakukan pengembangan
atau revisi.
a. Tipe Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosis aktual
Diagnosis aktual adalah masalah klien yang ada pada saat pengkajian
keperawatan.
2. Diagnosis keperawatan risiko
13
2) Faktor risiko
1) Penyakit kronis (mis, diabetes melitus
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer;
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi PH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah lama sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatam pertahanan tubuh sekunder
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Sepresi respon inflamasi
5) Vaksinisasi tidak adekuat
16
3. Intervensi
1 Gangguan integritas jaringan b.d Perawatan integritas kulit 1. Dukungan perawatan diri
nekrosis kerusakan jaringan. Observasi: 2. Edukasi perawatan diri
Tujuan: 1. Identifikasi penyebab integritas kulit (mis. 3. Edukasi perawatan kulit
Setelah dilakukan asuhan Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, 4. Edukasi perilaku upaya kesehatan
keperawatan selama 3x24 jam penurunan kelembapan, suhu 5. Edukasi pola perilaku kebersihan
diharapkan masalah teratasi dengan lingkunganekstrem, penurunan mobilitas) 6. Edukasi program pengobatan
kriteria hasil: Terapeutik: 7. Konsultasi
1. Perfusi jaringan normal 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 8. Latihan rentang gerak
2. Tidak ada tanda-tanda 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan 9. Manajemen nyeri
infeksi tulang 10. Pelaporan status kesehatan
3. Ketebalan dan tekstur 3. Bersihkan perineal dengan air hangat,terutama 11. Pemberian obat
jaringan normal selama periode diare 12. Pemberian obat intradermal
4. Menunjukan pemahaman 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau 13. Pemberian obat intramuskular
dalam proses perbaikan kulit minyak pada kulit kering 14. Pemberian obat intravena
dan mencegah terjadinya 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan 15. Pemberian obat kulit
cidera berulang hipoalergik pada kulit sensitif 16. Pemberian obat subkutan
5. Menunjukan terjadinya 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada 17. Pemberian obat topikal
proses penyembuhan luka kulit kering 18. Penjahitan luka
Edukasi: 19. Perawatan area insisi
1. Anjurkan menggunakan pelembap (mis. 20. Perawatan imobilisasi
Lotion, serum) 21. Perawatan kuku
2. Anjurkan minum air yang cukup 22. Perawatan luka bakar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 23. Perawatan luka tekan
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan 24. Perawatan pasca seksio sesaria
sayur 25. Perawatan skin graft
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem 26. Teknik latihan penguatan otot dan sendi
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF 27. Terapi lintah
17
Perawatan luka
Observasi:
1. Monitor karakteristik luka (mis. Drainase,
warna, ukuran, bau)
2. Monitot tanda-tanda infeksi
Terapetik:
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Cukur rambut disekitar daerah luka
3. Bersihkan jaringan nekrotik
4. Bersikan salep yang sesuai ke kulit /lesi, jika
perlu
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
7. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
8. Jadwalkan perubahan situasi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi klien
9. Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
10. Berikan suplemenvitamin dan mineral (mis.
Vitamin , vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai
indikasi
11. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transkutaneous), jika perlu
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi
protein dan kalori
18
Kolaborasi:
1. Kolaborasi prosedur debriment (mis.
Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
2 Resiko infeksi b.d trauma pada Pencegahan Infeksi: 1. Dukungan pemeliharaan rumah
jaringan, proses penyakit Observasi: 2. Dukungan perawatan diri: mandi
(diabetes melitus) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan 3. Edukasi pencegahan luka tekan
Tujuan: sistemik. 4. Edukasi seksualitas
Setelah dilakukan asuhan Terapeutik: 5. Induksi persalinan
keperarawatan selama 3x24 jam 2. Batasi jumlah pengunjung. 6. Latihan batuk efektif
diharapkan masalah teratasi 3. Berikan perawatan kulit pada area edema. 7. Manajemen jalan nafas
dengan kriteria hasil: 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak 8. Manajemen imunisasi/vaksin
1. Klien bebas dari tanda dan dengan pasien dan lingkunganpasien. 9. Manajemen lingkungan
gejala infeksi 5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien 10. Manajemen nutrisi
2. Mendeskripsik.an proses berisiko tinggi. 11. Manajemen medikasi
penularan penyaki, faktor Edukasi: 12. Pemantauan elektrolit
yang mempengaruhi 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi. 13. Pemantauan nutrisi
penularan serta 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar. 14. Pemantauan tanda vital
penatalaksanaannya. 8. Ajarkan etika batuk. 15. Pemberian obat
3. Menunjukan kemampuan 9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau 16. Pemberian obat intravena
untuk mencegah timbulnya luka operasi. 17. Pemberian obat oral
infeksi. 10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi. 18. Pencegahan luka tekan
4. Jumlah leukosit dalam batas 11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan. 19. Pengaturan posisi
normal. Kolaborasi: 20. Perawatan amputasi
5. Menunjukan perilaku hidup 12. Kolaborasi pemberian imunkisasi, jika 21. Perawatan area insisi
sehat. perlu. 22. Perawatan kehamilan risiko tinggi
23. Perawatan luka bakar
19
3) Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohman & Walid,
2016).
4) Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Daftar tujuan-tujuan pasien
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
5. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari
jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
dilakukan perubahan intervensi.
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan adalah:
1) Mempertahankan integritas kulit
a. Kulit tetap halus tanpa menjadi kering dan pecah-pecah
b. Menghindari ulkus yang disebabkan oleh tekanan dan neuropati
2) Menjelaskan dengan kata-kata keterampilan untuk bertahan pada diabetes dan
perawatan preventif
3) Mencapai pengendalian glukosa darah yang optimal
a. Menghindari keadaan hipoglikemia dan hiperglikemia yang ekstrim
b. Keadaan hipoglikemia dapat teratasi dengan cepat
21
Sumber:(https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/ulkus
-diabetikum/etiologi)
melepaskan sepatu dan kausnya dengan memberikan alas kaki yang baik dan
sesuai terjadinya ulkus kaki akan berkurang sesuai dengan cara menjaga
kesehatan kaki.
a. Pencegahan Sekunder
Pengelolaan ulkus/gangren diabetik
Untuk pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang optimal, terdapat beberapa
aspek pada tingkat pencegahan sekunder dan tersier sebagai berikut:
1) Kontrol Metabolik
Keadaan umum pasien harus diperhtikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah
diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki bebagai faktor
terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhn luka. Pada
umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasikan kadar glukosa darah.
Status nutrsi juga harus diperhatikan dan diperbaiki sesuai keadaan kondisi
pasien.
2) Kontrol Vaskular
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan
pasien dan juga sesuai kondisi pasien. Pada umumnya kelainan pembuluh
darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti: warna
dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta
ditambah pengukuran tekanan darah.
3) Modifikasi Faktor Risiko
1) Stop merokok
2) Memperbaiki berbagai faktor risiko terkait aterosklerosis
a. Hiperglikemia
b. Hipertensi
c. Dislipidemia
3) Terapi Farmakologis
Dalam penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di
tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya
27
yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah
kaki penyandang DM.
4) Wound control
Perawatan luka sejak pertama kalipasien datang merupakan hal yang harus
dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat
mungkin.
b. Penatalaksanaan Ulkus DM
Menurut Clevo (2012), terdapat 7 penatalaksanaan ulkus diabetes melitus
yaitu:
1) Lihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan
kotor atau tidak, ada pus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah
dikaji, barulah dilakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka biasanya
menggunakan antiseptik (NaCl) dan kassa steril.
2) Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit
demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru yang
mulai tumbuh).
3) Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes dilihat apakah terdapat sinus (luka
dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, ada baiknya
disemprot (irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab pada
sinus terdapat banyak kuman.
4) Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali (pagi dan sore), setelah
dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah sudah tumbuh granulasi,
(pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang dibasahi larutan NaCl).
5) Setelah luka dibersihkan, lalu ditutup dengan kassa basah yang diberi larutan
NaCl lalu dibalut disekitar luas luka, dalam penutupan dengan kassa, agar
jaringan luar luka tidak tertutup. Sebab jika jaringan luar luka ikut tertutup
akan menimbulkan masrasi (pembengkakan).
6) Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup kembali
dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.
28
yang berlangsung alami dalam proses penyembuhan luka (Bryant & Nix,
2007).
a. Autolitik debridemen
Suatu metode menghilangkan jaringan mati yang dilakukan oleh tubuh
secara alami dengan mengeluarkan enzim proteolitik, fibrinolitik dan
kolagenolitik (Hess, 1999; Bryant & Nix, 2007).
b. Kimiawi debridemen
Suatu metode menghilangkan jaringan mati dengan menggunakan zat
kimiawi atau enzim. Debridemen menggunakan enzim lebih lambat dan
membutuhkan waktu beberapa hari sampai seminggu (Baranoski &
Ayello, 2014).
c. Mekanikal debridemen
Metode menggunakan alat atau bahan untuk menghilangkan jaringan mati.
Metode CSWD (Conservative Sharp Wound Debridement) membutuhkan
waktu satu minggu untuk menghilangkan jaringan mati yang tergantung
luas dan jumlah nekrotik (Baranoski & Ayello, 2014).
d. Biologikal debridemen
Metode menggunakan organisme seperti larva (Lucillia sericata-green
bottle fly) untuk menghancurkan jaringan nekrotik.
e. Surgikal debridemen
Metode menghilangkan jaringan mati dengan pembedahan di operating
room yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah. Metode ini digunakan
pada jaringan mati yang melekat, slough pada permukaan luka dan dapat
digunakan pada luka yang terinfeksi (Baranoski dan Ayello, 2014).
2) Inflamation/Infection control
Pada luka kronis terjadi inflamasi yang memanjang disertai adanya
pertumbuhan bakteri, sehingga perlu manajemen yang tepat dalam mengontrol
atau menghilangkan infeksi. Pemilihan balutan antimikrobial dapat digunakan
untuk mengurangi dan mengontrol pertumbuhan bakteri (Baranoski & Ayello,
2007).
3) Moist Balance
30
2) Proliferasi
Tahapan ini berlangsung dari hari pertama sampai 21 hari (3 minggu).
Tahapan poliferasi sangat dipengaruhi oleh keberadaan sel fibroblas yang akan
menyintesis kolagen sebagai bahan dasar membentuk jaringan granulasi.
Lapisan dermis yang banyak terdapat sel fibroblas akan mempercepat proses
penyembuhan luka, sehingga padatahapan ini tidak boleh diganggu atau
dihambat oleh teknik perawatan luka yang tidak tepat seperti penggunaan
cairan cuci luka. Serabut fibrin yang mulai berkurang dengan proses
fibrinolisis dan adanya kolagen akan membentuk jaringan granulasi. Berikut
peristiwa yang terjadi pada tahapan proliferasi:
1) Awal cedera yang merusak pembuluh darah menyebabkan sel darah merah
akan keluar disertai trombosit (platelet) yang berfungsi untuk membentuk
fibrin dalam pembekuan darah
2) Fibrin terbentuk dan sel neutrofil keluar sebagai bentuk pertahanan tubuh
melawan bakteri
3) Sel makrofag juga keluar untuk memakan bakteri dan debris (jaringan
mati)
4) Makrofag akan menstimulasi sel fibroblast untuk menyintesis kolagen
yang digunakan membentuk jaringan baru (granulasi) sampai sel epitel
dapat migrasi dari pinggir luka dan menutupi keseluruhan luka
5) Fibroblast tetap menyintesis kolagen dan menyusun jaringan baru dan sel
epitel yang terbentuk agar kembali seperti kulit sehat sekitarnya
6) Sel epitel menutupi keseluruhan luka dan tersusun rapi tetapi tensile
strength hanya kembali 80%
a. Sintesis kolagen
Sel fibroblast yang terdapat pada lapisan dermis distimulasi oleh makrofag
untuk menghasilkan kolagen yang menjadi substansi dalam pembentukan
jaringan baru atau granulasi. Kolagen yang terbentuk juga dapat
memberikan tensile strength (kekuatan regangan) dan strukturnya .
b. Pembentukan jaringan granulasi
33