Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN BEDSIDE TEACHING

PERAWATAN LUKA DIABETIKUM


DI RUANG MELATI II RSUP. Dr. SOERADJI TIRTONEGORO

DISUSUN OLEH:
1. Ferdinandus Wairara
2. Ranty Fristaria

PROGRAM PROFESI NERS


PRODI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN BEDSIDE TEACHING


PERAWATAN LUKA DIABETIKUM
DI RUANG MELATI II RSUP. Dr. SOERADJI TIRTONEGORO

Laporan ini telah dibaca, diperiksa pada


Hari/tanggal:…………………….

Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(………………………………………….) (…………………………………….)
SATUAN ACARA PELATIHAN
BEDSIDE TEACHING PERAWATAN LUKA DIABETES MILITUS
DI MELATI II RSUP. Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

POKOK BAHASAN

Bedside teaching perawatan luka diabetes militus

A. SUB POKOK BAHASAN


1. Konsep perawatan luka diabetes militus
2. Impelentasi perawatan luka diabetes militus
B. SASARAN

1. Target : Preseptor klinik yang akan membimbing mahasiswa


praktik klinik dilahan praktik

2. Tempat : Ruang Melati II RSUP. Dr. Soeradji Trirtonegoro

3. Hari/Tanggal : Sabtu, 04 Januari 2020

4. Waktu : 10.00 WIB s/d 10.30 WIB

C. TUJUAN INSRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pembelajaran selama 30 menit diharapkan dapat melakukan
perawatan luka diabetes militus pada pasien

D. TUJUAN INSRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pelatihan selama 30 menit diharapkan mampu:
1. Menjelaskan konsep pembelajaran klinik model bedside teaching tentang
perawatan luka diabetes militus pada pasien
2. Melakukan perawatan luka diabetes militus pada pasien

E. MATERI
Terlampir
MATERI
PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIKUM

A. Defenisi Ulkus Diabetikum


Ulkus diabetikum merupakan salah satu bentuk dari komplikasi kronik
penyakit diabetes militus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang
dapat disertai adanya kematian jaringan (Macon, 2017). Ulkus diabetik
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit akibat adanya penyumbatan
pada pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer akibat gula darah yang
tinggi sehingga pasien sering merasakan adanya luka, luka terbuka dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun
anaerob(Kirman, 2018).
B. Sifat luka
Berdasarkan sifat luka, yaitu: abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka,
penetrasi, puncture, sepsis, dan lain-lain. Klasifikasi berdasarkan struktur
lapisan kulit, meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis, partial
thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis, dan full thickness
yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia, dan bahkan sampai
ke tulang.
1. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu:
a. Penyembuhan primer (healing by primary intention) Tepi luka bisa
menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang.
Biasanya terjadi setelah suatu insisi. Penyembuhan luka berlangsung
dari internal ke eksternal.
b. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) Sebagian
jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing) Penyembuhan luka
berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka
secara manual.

2. Berdasarkan lama penyembuhan


Lama penyembuhan luka biasa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka
dikatakan akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka
kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam
jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika
proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan
normal, tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat
(delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

C. Fase-fase penyembuhan luka


Menurut Potter (2010):
1. Devensive / Tahap Inflamatory
Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga
4-6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel
darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi
pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan
membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya organisme
infeksius. Respon inflammatory adalah saat terjadi peningkatan aliran darah
pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan kemerahan dan
bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka melalui suatu
proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang kemudian mati dalam
beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan
membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya
makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan
perbaikan luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose.
Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.
2. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut
selama 2-3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C,
dan asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur,
kekuatan dan integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.
3. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih
hingga bekas luka merekat kuat.

D. Prinsip–prinsip perawatan luka


Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (2011) yaitu:
1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang
2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
3. Respon tubuh secara sistemik pada trauma
4. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari Mikroorganisme
6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri.

E. Komplikasi-komplikasi dari penyembuhan luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan
eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2–7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan
(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin
diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi,
kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang
berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –5 hari setelah operasi
sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi
terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres
dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada
daerah luka.

F. Perawatan luka
1. Pengertian
Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan
membalut luka sehinga dapat membantu proses penyembuhan luka.
2. Tujuan
a. Mencegah terjadinya infeksi.
b. Mempercepat proses penyembuhan luka.
c. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
3. Persiapan
a. Alat
1) Set perawatan luka dalam bak instrumen steril :
- Sarung tangan steril.
- Pinset 4 (2 anatomis, 2 cirurgis)
- Kom 2 buah.
- Kasa steril.
2) Plester/Hypavix
3) Gunting perban
4) Bengkok 1 buah
5) Larutan NaCl
6) Perlak dan alas
7) Betadin
8) sarung tangan bersih

b. Lingkungan
- Menutup tirai
- Merapikan tempat tidur

4. Pelaksanaan
- Mengatur posisi sesuai dengan kenyamanan pasien.
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

5. Prosedur Pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah
perawatan luka.
b. Dekatkan semua peralatan yang diperlukan.
c. Letakkan bengkok dekat pasien.
d. Tutup ruangan/tirai di sekitar tempat tidur.
e. Bantu klien pada posisi nyaman.
f. Cuci tangan secara menyeluruh.
g. Pasang perlak dan alas.
h. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester. Angkat
balutan dengan pinset.
i. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan.
j. Dengan sarung tangan/pinset, angkat balutan.
k. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan NaCl.
l. Observasi drainase
m. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan
n. Buka bak instrumen, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan
plester
o. Kenakan sarung tangan steril.
p. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, integritas jahitan dan karakter
drainase serta palpasi luka (kalau perlu).
q. Bersihkan luka dengan larutan NaCl dan betadin dengan menggunkan
pinset. Gunakan satu kasa untuk setiap kali usapan. Bersihkan dari area
yang kurang terkontaminasi ke area yang terkontaminasi. Gunakan dalam
tekanan progresif menjauh dari insisi/tepi luka.
r. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka/insisi. Usap dengan cara
seperti pada langkah 17.
s. Olesi luka dengan betadin/salap/gunakan softratulle.
t. Menutup luka dengan kasa steril dan di plester.
u. Merapikan pasien.
v. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya.
w. Melepaskan sarung tangan.
x. Perawat mencuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A & Perry A.G. 2012. Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC

Russell &Taylor. 2011. Operations Management. International Student Version.

Kirman, C. Medscape (2018). Pressure Injuries (Pressure Ulcers) and Wound Care
Treatment and Management.
Macon, et al. Healthline (2017). What You Should Know About Decubitus Ulcers.

Anda mungkin juga menyukai