Anda di halaman 1dari 12

Kamis, 11 Oktober 2012

Satuan acara penyuluhan perawatan luka

SATUAN ACARA PENYULUHAN“ PERAWATAN LUKA”

Selengkapnya Download PDF

1. Masalah keperawatan : Ketidak mampuan keluarga dalam Melakukan perawatan Luka


2. Pokok bahasan : Perawatan Luka
3. Sub pokok bahasan : a. Pengertian Perawatan Luka
b. Manfaat/tujuan Perawatan Luka
c. Alat-alat Perawatan Luka d. Cara Perawatan Luka
4. Sasaran : Pasien dan Keluarga
5. Waktu : ± 30 menit
6. Hari/Tanggal : Kamis /15 Agustus 2012
7. Tempat : Ruang Orthopedi, RSUD Ulin Banjarmasin
8. Pelaksana : Kelompok B
9. Media : Leaflet (terlampir)
10. Tujuan :

A. Tujuan Umum: Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti dan memahami dan mampu
melakukan perawatan luka.

B. Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang: 1.


Menyebutkan pengertian dari Perawatan Luka 2. Mengetahui manfaat /tujuan Perawatan Luka 3.
Mengetahui alat-alat Perawatan Luka 4 . Mengetahui cara Perawatan Luka C. Materi Penyuluhan
( terlampir )

D. Metode • Ceramah dan tanya jawab.

E. Media • Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan sasaran 1. Pembukaan : 3 menit - Memberi


salam pembuka - Memperkenalkan diri - Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan penyuluhan -
Membagi leaflet. Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan 2.
Pelaksanaan : 20 menit - Menjelaskan pengertian luka a. Pengertian Perawatan Luka b. Tujuan
Perawatan Luka c. Alat-alat Perawatan Luka d. Cara Perawatan Luka - Memperhatikan
Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan
3. Evaluasi : 5 menit Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan, dan
memberi reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan. Menjawab pertanyaan
4. Terminasi : 2 menit - Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta - Mengucapkan salam
penutup Mendengarkan Menjawab salam
G. Pengorganisasian Moderator : M. Sandi Suwardi, S.Kep Penyuluh : Syamsu Rizali,S.Kep
Agustina,S.Kep Akhmad Zarkasi, S.Kep Astulani,S.Kep Farida Agustin, S.Kep Susilawati,
S.Kep Notulen : Tri Susilowati, S.Kep

H. Evaluasi
1. Struktur • Peserta peserta hadir ditempat penyuluhan • Penyelenggaraan penyuluhan
dilaksanakan di Ruang Orthopedi Rsud Ulin Banjarmasin • Pengorganisasian penyelenggaraan
penyuluhan dilakukan sebelumnya (SAP, leaflet, lembar balik) 2. Proses • Masing-masing
mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas • Peserta antusias terhadap materi penyuluhan • Tidak
ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan • Peserta mengajukan pertanyaan dan
mahasiswa menjawab pertanyaan secara benar 3. Hasil • Para peserta mengerti penjelasan yang
telah diberikan Perawatan Luka

I. LUKA DAN PERAWATANNYA

A. Pengertian

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :


1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

B. Jenis-Jenis Luka Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah
takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%. b. Clean-contamined Wounds (Luka
bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%. c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi),
termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan
teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%. d. Dirty or Infected Wounds (Luka
kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching


Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II : Luka “Partial
Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang
dangkal. c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia
tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan
sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. b. Luka kronis yaitu luka yang
mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

C. Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain Yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh Biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.

7. Luka Bakar (Combustio)

D. Penyembuhan Luka Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
Memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan
benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhanterjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat
membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka
bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997). 1. Prinsip Penyembuhan Luka Ada beberapa prinsip dalam
penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
(1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan
dan keadaan umum kesehatan tiap orang,
(2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,
(3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,
(5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan
(6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk
bakteri. 2. Fase Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan
jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka
digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).

Menurut Kozier, 1995


a. Fase Inflamatori Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan)
akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan
fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah
dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan
sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu
hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme Fase inflamatori juga memerlukan
pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan
jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang
diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit
bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah
cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses
penyembuhan b. Fase Proliferatif Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah
substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang
meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka.
Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi
tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang
diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa
fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut
granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah. c. Fase Maturasi Fase maturasi dimulai hari ke-
21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen
menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil,
kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Menurut Taylor (1997): a. Fase Inflamatory Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan
berakhir hari ke 3 – 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan
Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai
hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka.
Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel
darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang 24 jam
setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan
faktor angiogenesis yang merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka
sehingga pembentukan kembali dapat terjadi. b. Fase Proliferative Dimulai pada hari ke 3 atau 4
dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar.
Dua substansi ini membentuk lapislapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel
terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi
luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah,
kemerahan dan mudah berdarah. c. Fase Maturasi Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-
21 dan dapat berlanjut selama 1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka
diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru
menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata,
tipis dan garis putih.

Menurut Potter (1998): a. Devensive / Tahap Inflamatory Dimulai ketika sejak integritas kulit
rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4- 6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon
inflamatori, Tibanya sel darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi
pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah
matriks fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory adalah saat
terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan
kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka melalui suatu
proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang kemudian mati dalam beberapa hari dan
meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit
menjadi makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis,
Meningkatkan perbaikan luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose .
Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam. b. Reconstruksion /
Tahap Prolifrasi Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut selama
2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada
jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka. Epitelial sel
memisahkan sel-sel yang rusak. c. Tahap Maturasi Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut
selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat.

E. Faktor yang Mempengaruhi Luka

1. Usia Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.

2. Nutrisi Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan


diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang
nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika
mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi


penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki
sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena
jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah
dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah
perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah
akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk
penyembuhan luka.

5. Hematoma Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.

6. Benda asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel
mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut
dengan nanah (“Pus”).

7. Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada
luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh
darah itu sendiri.

8. Diabetes Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-
kalori tubuh.

9. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang
rentan terhadap infeksi luka. a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan c. Antibiotik : efektif diberikan
segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

F. Komplikasi Penyembuhan Luka Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan,


dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan
bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia
mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin
harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika
perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple
trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –5 hari setelah operasi
sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

G. Perkembangan Perawatan Luka Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang
terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan
perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang
perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada
lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-
etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab
daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998).
Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada
semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering
(Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan
migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep
penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan
rangsangan bagi perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998). Penggantian balutan dilakukan
sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu
dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena
efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline
(Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara
sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan
mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan
kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan.
(Walker. D,1996) Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka.
Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu.
Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu. Perawat dapat menduga tanda dari
penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam
setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.
5. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 –
10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase mengindikasikan infeksi
luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
6. Pembentukan bekas luka.
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih.
8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran Bekas luka
menunjukkan pembentukan kelloid.

H. Tujuan Perawatan
Luka 1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

I. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka

1. Sodium Klorida 0,9 % Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh
karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman
digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida
mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah
merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling
sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk
alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan
isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, Melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering,
menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta
mudah didapat dan harga relatif lebih murah (http://rpromise.com/woundcare/)

2. Larutan povodine-iodine. Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk
garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air,tetapi
dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.Iodide tinture dan
solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley &
Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif,
spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu
(Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap s el
(Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit.
Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan
oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker,
1999).

II.MERAWAT LUKA

A. Pengertian

Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain
yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit
a) Penyebab infeksi
• Luka terbuka dan kotor
• Adanya benda siang atau jaringan yang sudah mati di dalam luka.
• Daya tahan Tubuh turun
• Gizi buruk.
• Mobilisasi terbatas atau kurang gerak b) Tanda dan gejala
• Terjadi bengkak di sekitar luka.
• Panas badan yang meningkat.
• Kemerahan disekitar luka.
• Nyeri.
• Perubahan fungsi organ.
• Cairan yang berupa nanah pada luka.
• Luka berbau tidak sedap.

B. Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah perdarahan
7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.

C. Persiapan alat
1. Set steril yang terdiri atas : a. Pembungkus b. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka c.
Tempat untuk larutan d. Larutan anti septic e. 2 pasang pinset f. Kassa untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama 5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien 7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester

D. Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada Daerah luka,
gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.
5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada Sisi tempat
tidur.
6. Angkat plester atau pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati- hati Kearah
luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau Menggunakan sarung
tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10. Buka set steril
11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai Mengeluarkan
drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu
untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset Dimasukkan dalam
kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.
15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas Dilembabkan dengan
anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya. Gunakan satu
kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain : a. Bersihkan dari atas ke bawah
daripada insisi dan dari tengah keluar b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi c. Untuk luka
yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan
pergerakan melingkar.
16. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19. Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat Dan buang
sampah dengan baik.
22. Cuci tangan
23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang Bertanggung
jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien. Membersihkan Daerah
Drain Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih Ke
daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan
daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi
dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain.
Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.

Daftar Pustaka

1. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An
Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.
2. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.
3. Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.
4. Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991.
5. Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992.
6. Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah, EGC
Jakarta 2000.
7. Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.
8. Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.
9. Zachary CB, Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique, Churchill Livingstone,
London GB, 1990.
10. http://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawat-luka.pdf

Related Posts by Categories

informasi dan tips

 reuni akbar
 rencana reuni akbar
 Jangan Tidur Terlalu Malam
 PETA KOMPAS
 Pendaftara anggota PPNI secara online

 logo
 Siang klinik Rsud ulin Banjarmasin
 PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
 Laporan pendahuluan COLOSTOMI
 selamat hari raya idul adha
 UNDIAN TELKOMSEL 17 TAHUN
 Askep Jiwa Harga diri Rendah
 Keindahan payudara
 Mengetahui ranking Blog atau ranking judul posting
 Perawat ICU Rs Ulin Banjarmasin
 Poto olahraga
 kipas tambahan untuk modem speedy
 Manfaat pemanas air
 Berlibur sambil bermain
 ucapan selamat hari raya idul fitri
 Pemeriksaan Leopold
 Faal Paru pemeriksaan spirometri
 askep kanker servik

kesehatan

 Jangan Tidur Terlalu Malam


 Pendaftara anggota PPNI secara online

 PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
 Laporan pendahuluan COLOSTOMI
 Askep Jiwa Harga diri Rendah
 Keindahan payudara
 Perawat ICU Rs Ulin Banjarmasin
 Poto olahraga
 Pemeriksaan Leopold
 Faal Paru pemeriksaan spirometri
 Diagnosa Keperawatan NANDA
 askep kanker servik
 askep prilaku kekerasan
 Laporan Pendahuluan Myoma Uteri
 Laporan pendahuluan Diare
 Laporan pendahuluan ketuban pecah dini
 Laporan Pendahuluan askep pneumoni
 Sindrom obstruksi pasca TB (SOPT)
 LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PARU
 Laporan pendahuluan SOPT (sindrom obstruksi dan sindrom obstruksi pasca TB)
 Kanker Yang Mengintai Usia Muda
 asma bronkhiale
 asthma bronkhiale

asuhan keperawatan %28ASKEP%29

 PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


 Laporan pendahuluan COLOSTOMI
 Askep Jiwa Harga diri Rendah
 Perawat ICU Rs Ulin Banjarmasin
 Pemeriksaan Leopold
 Faal Paru pemeriksaan spirometri
 Diagnosa Keperawatan NANDA
 askep kanker servik
 askep prilaku kekerasan
 Laporan Pendahuluan Myoma Uteri
 Laporan pendahuluan Diare
 Laporan pendahuluan ketuban pecah dini
 Laporan Pendahuluan askep pneumoni
 Sindrom obstruksi pasca TB (SOPT)
 LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PARU
 Laporan pendahuluan SOPT (sindrom obstruksi dan sindrom obstruksi pasca TB)

Anda mungkin juga menyukai