PERAWATAN LUKA
A. Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yangdisebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan (R.Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah Rusaknya kontinuitas atau kesatuan jaringan tubuh yangbiasanya disertai
dengan kehilangan substansi jaringan. Luka adalahterganggunya intregitas normal dari kulit
dan jaringan dibawahnya (Kozier,1992).
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibatproses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenaiorgan tertentu ( Potter & Parry, 2005).
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut
dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka (Delmafildasari, 2013).
B. Etilologi
a) Luka di sengaja yaitu luka yang sengaja dibuat untuk suatu maksud tertentu. Misalnya
luka operasi / insisi, rencana pengobatan
b) Luka tidak sengaja yaitu luka yang diakibatkan karena kecelakaan. Misalnya luka
bacok, tertikam, tertembak.
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
a) Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.
b) Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
c) Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
d) Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan
berbagai korosif lainnya.
C. Klasifikasi Luka
Luka berdasarkan derajat kontaminasi (Prabakti, 2005; Abdurrahmat, 2014):
a) Luka bersih (Clean wounds), yaitu luka bedah tak terinfeksi, tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi). Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup,
kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1-5%.
b) Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined wounds), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi. Kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3-11%.
c) Luka terkontaminasi (Contamined wounds), termasuk jenis luka terbuka, segar, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
terkontaminasi dari saluran cerna, pada kategori ini termasuk insisi akut, inflamasi
non-purulen. Kemungkinan infeksi luka 10 - 17%.
d) Luka kotor atau infeksi (Dirty wound), ialah jenis luka yang terjadi pada lingkungan
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, termasuk juga luka akibat pelaksanaan
operasi di tempat yang tidak steril, misalnya operasi darurat di lapangan.
Kemungkinan terjadi infeksi lebih dari 27%.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, luka dapat dibagi menjadi:
a) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
D. Patofisiologi
Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan
terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan
terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat.
Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang
dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan
tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada
tepinya antara jaringan mati dan hidup.
E. Manifestasi Klinis
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (local) dan gejala
umum (mengenai seluruh tubuh)
a) Gejala Lokal
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau derajat
rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat / luas kerusakan ujung-ujung saraf
dan lokasi luka.
Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada Lokasi luka, jenis pembuluh
darah yang rusak.
Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa nyeri
atau kerusakan tendon.
b) Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat penyuli/komplikasi yang
terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.
H. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap. Tujuanya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
b) Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada lesi
luka dan respon terhadap proses infeksi.
c) Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d) Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e) Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit diabetus melitus.
I. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi
luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan,
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1) Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2) Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit.
Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan
antiseptik seperti:
c. Oksidansia
f. Derivat fenol
Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan aridin
dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik
borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi .
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan
menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya
perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman
terhadap luka.
Pembersihan luka tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu:
c. Berikan antiseptic
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
J. WOC LUKA
Etiologi vullnus
Traumatik jaringan
NOC NIC
1. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management
berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan
Eksternal : Membranes pakaian yang longgar
- Hipertermia atau Wound Healing : primer dan sekunder Hindari kerutan pada tempat tidur
hipotermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
- Substansi kimia selama….. kerusakan integritas kulit pasien kering
- Kelembaban teratasi dengan kriteria hasil: Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Faktor mekanik Integritas kulit yang baik bisa setiap dua jam sekali
(misalnya : alat yang dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, Monitor kulit akan adanya kemerahan
menimbulkan luka, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
tekanan, restraint) Tidak ada luka/lesi pada kulit derah yang tertekan
- Immobilitas fisik Perfusi jaringan baik Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Radiasi Menunjukkan pemahaman dalam proses Monitor status nutrisi pasien
- Usia yang ekstrim perbaikan kulit dan mencegah terjadinya Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Kelembaban kulit sedera berulang hangat
- Obat-obatan Mampu melindungi kulit dan Kaji lingkungan dan peralatan yang
Internal : mempertahankan kelembaban kulit dan menyebabkan tekanan
- Perubahan status perawatan alami Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
metabolik Menunjukkan terjadinya proses luka, karakteristik,warna cairan, granulasi,
- Tonjolan tulang penyembuhan luka jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,
- Defisit imunologi formasi traktus
- Berhubungan dengan Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
dengan perkembangan perawatan luka
- Perubahan sensasi Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP,
- Perubahan status nutrisi vitamin
(obesitas, kekurusan) Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan status cairan Lakukan tehnik perawatan luka dengan
- Perubahan pigmentasi steril
- Perubahan sirkulasi Berikan posisi yang mengurangi tekanan
- Perubahan turgor pada luka
(elastisitas kulit)
2. Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko : Immune Status Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif Knowledge : Infection control Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan Risk control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lingkungan selama…… pasien tidak mengalami infeksi Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Malnutrisi dengan kriteria hasil: pelindung
- Peningkatan paparan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
lingkungan patogen Menunjukkan kemampuan untuk Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
- Imonusupresi mencegah timbulnya infeksi dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat pertahanan Jumlah leukosit dalam batas normal Gunakan kateter intermiten untuk
sekunder (penurunan Hb, Menunjukkan perilaku hidup sehat menurunkan infeksi kandung kencing
Leukopenia, penekanan Status imun, gastrointestinal, Tingkatkan intake nutrisi
respon inflamasi) genitourinaria dalam batas normal Berikan terapi
- Penyakit kronik antibiotik:.................................
- Imunosupresi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
- Malnutrisi dan lokal
- Pertahan primer tidak Pertahankan teknik isolasi k/p
adekuat (kerusakan kulit,
Inspeksi kulit dan membran mukosa
trauma jaringan, gangguan
terhadap kemerahan, panas, drainase
peristaltik)
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
berkurang napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai
alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus
menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2012). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC
Nurarif, Amir Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnose medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Yogjakarta : Media Action.