DAN PENDARAHAN
DI SUSUN OLEH :
YUSMAINI
HENDRA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak bisa
mempertahankan hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu selalu
berinteraksi dengan manusia lainnya. Situasi yang timbul dari proses interaksi
inipun beragam, mulai dari yang ringan, sedang, sampai yang berat. Sehingga
kadang - kadang tanpa kita sadari muncul luka, baik secara fisik maupun
rohani. Luka yang paling sering dialami adalah luka secara fisik. Luka secara
fisik sendiri adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai
organ tertentu ( Lazarus Et Al, 1994 ). Bagian tubuh yang paling sering
terkena luka adalah kulit.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan memiliki berbagai
macam fungsi yang penting dalam mempertahankan kesehatan dan
melindungi individu dari cedera. Fungsi keperawatan yang penting adalah
mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan penyembuhan luka.
Perawat harus memahami faktor yang memengaruhi integritas kulit, fisiologi
penyembuhan luka, dan tindakan khusus untuk meningkatkan kondisi kulit
sehingga dapat melindungi kulit dan mengelola penyembuhan luka secara
efektif.
1.2.Rumusan masalah
1.2.1. Apa itu pengertian luka
1.2.2. Apa saja klasifikasi luka
1.2.3. Bagaimana prinsip penyembuhan luka
1.2.4. Apa saja tipe penyembuhan luka
1.2.5. Bagaimana fase penyembuhan luka
1.2.6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
1.2.7. Apa komplikasi penyembuhan luka
1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan/perawatan luka
2
1.2.9. Apa itu pengertian luka
1.2.10. Apa saja klasifikasi luka
1.2.11. Bagaimana penatalaksanaan perdarahan
1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk menjelaskan pengertian luka
1.3.2. Untuk menjelaskan klasifikasi luka
1.3.3. Untuk menjelaskan prinsip penyembuhan luka
1.3.4. Untuk menjelaskan tipe penyembuhan luka
1.3.5. Untuk menjelaskan fase penyembuhan luka
1.3.6. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka
1.3.7. Untuk menjelaskan komplikasi penyembuhan luka
1.3.8. Untuk menjelaskan penatalaksanaan/perawatan luka
1.3.9. Untuk menjelaskan pengertian luka
1.3.10. Untuk menjelaskan Apa saja klasifikasi luka
1.3.11. Untuk menjelaskan Bagaimana penatalaksanaan perdarahan
3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP LUKA DAN PERDARAHAN
2.1.Pengertian
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan
(Mansjoer, 2000:396). Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada
jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan
dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang
biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
2.2.Klasifikasi Luka
Luka dibedakan berdasarkan :
2.2.1. Berdasarkan penyebab
a) Ekskoriasi atau luka lecet
b) Vulnus scisum atau luka sayat
c) Vulnus laseratum atau luka robek
d) Vulnus punctum atau luka tusuk
e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f) Vulnus combotio atau luka bakar
2.2.2. Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan
a) Ekskoriasi
b) Skin avulsion
c) Skin loss
2.2.3. Berdasarkan derajat kontaminasi
1) Luka bersih
a) Luka sayat elektif
b) Steril, potensial terinfeksi
c) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus
elimentarius, traktus genitourinarius.
2) Luka bersih tercemar
a) Luka sayat elektif
4
b) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal
c) Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan
genitourinarius
d) Proses penyembuhan lebih lama
3) Luka tercemar
a) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung
empedu, traktus genito urinarius, urine
b) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
4) Luka kotor
a) Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
b) Perforasi visera, abses, trauma lama.
2.3.Prinsip penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian
dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa
bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka
bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).
Prinsip Penyembuhan Luka menurut Taylor (1997) yaitu:
1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang,
2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,
3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,
5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama
untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan
6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing
tubuh termasuk bakteri.
5
2.4.Tipe Penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu
penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka
yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan
oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar.
Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis
ini biasanya tetap terbuka.
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement.
Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini
merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir (Mansjoer,2000:397 ;
InETNA, 2004:4).
6
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung
sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari
peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:1).
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini
juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka
digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995
1) Hemostasis
Hemostasis merupakan proses kesimbangan tubuh yang
menyatukan beberapa faktor, terbaru sebanyak lima faktor, antara lain:
pembuluh darah, trombosit, faktor koagulasi, sistem fibrinolitik, dan
faktor inhibisi.
Tujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan
vena, mencegah kehilangan darah karena luka, memperbaiki aliran
darah selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan
untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh darah
yang terluka.
Hemostasis terdiri dari 3 tahap:
a) Hemostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah,.
Hemostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah
dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi
dan sumbat trombosit. Hemostasis primer ini bersifat cepat dan
tidak tahan lama. Karena itu, jika hemostasis primer belum cukup
untuk mengkompensasi luka.
b) Hemostasis Sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan
lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk
mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder
yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Hemostasis
7
sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. dan
bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah
cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke hemostasis
tersier.
c) Hemostasis Tersier
Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar
aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Hemostasis tersier
melibatkan sistem fibrinolisis.
2) Inflamatory
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua
proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh
darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin
(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah
luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik
fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng)
juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke
tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon
seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan
mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan
dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke
daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari
monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini
menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF)
yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.
8
Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan.
Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
3) Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-
21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan)
yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar
yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen
adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan
luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu
sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah
yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan
berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan
mudah pecah.
4) Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin
dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka
menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
9
oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit
penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).
2) Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang
dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi :
pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma
jaringan (InETNA,2004:13).
2.8.Penatalaksanaan/Perawatan Luka
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
2.8.1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2.8.2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan
atau larutan antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2
menit).
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum
luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3
jam
10
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil
karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya
untuk antiseptik borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna,
mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa,
dan baunya tidak menusuk hidung.
3) Oksidansia
a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak
lemah berdasarkan sifat oksidator.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk
mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman
anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur.
b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya
bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara
merangsang timbulnya kerak (korts)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik
wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
7) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol),
merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam
konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah,
kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).
11
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu
diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian
luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat
pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan
meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian
luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain
yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline
atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang
bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap
liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan
osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan
Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
2.8.3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris
(InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan
luka yaitu :
a) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
b) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c) Berikan antiseptik
d) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi lokal
e) Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
2.8.4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
12
2.8.5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
2.8.6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan
yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan
efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
2.8.7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
2.8.8. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi.
Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti,
lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan
adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44)..
No Lokasi Waktu
1 Kelopak mata 3 hari
2 Pipi 3-5 hari
3 Hidung, dahi, leher 5 hari
4 Telinga,kulit kepala 5-7 hari
5 Lengan, tungkai, tangan,kaki 7-10+ hari
6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ hari
13
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA
A. PENGKAJIAN LUKA
1. Anamnesa
Tggl & waktu pengkajian → Mengetahui p’kembangan penyakit
Biodata → nama,umur,jenis kelamin,pekerjaan,alamat
Keluhan utama
Riwayat kesehatan → kes.sekarang (PQRST), riwayat penyakit dahulu,
status kes.keluarga & status p’kembangan
Aktivitas sehari-hari
Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan Kulit
Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan Kulit dpt dilakukan melalui
metode inspeksi & palpasi.
a. Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti :
Adanya perdarahan
Proses inflamasi (kemerahan & pembengkakan)
Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaks inflamasi pada
saat pembekuan berkurang)
Adanya parut atau bekas luka (scar) akibat fibroblas dlm jaringan
granulasi mengeluarkan kolagen yang membentuknya serta
berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi terbentuknya
keloid.
b. Melihat adanya benda asing atau bahan2 pengontaminasi pada luka mis
: tanah, pecahan kaca atau benda asing lain
c. Melihat ukuran, kedalaman & lokasi luka
d. Adanya dariainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap. & nyeri
pada daerah luka
14
B. DIAGNOSSA KEPERAWATAN
Dlm diagnosis keperawatan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada
daerah luka
2. Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan
Contoh diagnosa Keperawatan NANDA
a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan :
* Insisi bedah * Cedera akibat zat kimia
* Efek tekanan * Sekresi & ekskresi
b. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan :
* Imobilisasi fisik
* Paparan sekresi
c. Risiko infeksi yang berhubungan dengan :
* Malnutrisi
* Kehilangan jaringan & peningkatan paparan lingkungan
d. Nyeri yang berhubungan dengan :
* Insisi bedah
e. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
* Nyeri luka operasi
f. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
* Ketidakmampuan menelan makanan
g. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan :
* Nyeri insisi abdomen
h. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan :
* Gangguan aliran arteri
* Gangguan aliran vena
i. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan :
* Persepsi thd jaringan parut
* Persepsi thd dariain operasi
* Reaksi thd pengangkatan bgn tubuh melalui pembedahan
15
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
1. Meningkatkan hemostasis luka
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut
4. Meningkatkan penyembuhan luka
5. Mempertahankan integritas kulit
6. Mendengankan kembali fungsi normal
7. Memperoleh rasa nyaman (mengurangi nyeri)
Rencana tindakan
1. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga atau mempertahankan
agar luka tetap dalam keadaan bersih
2. Mengurangi nyeri & memperceoat proses penyembuhan luka dengan cara
melakukan perawatan luka secara aseptik
D. EVALUASI
1. Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dpt dinilai dari sempurnanya
prose penyembuhan luka, tidak ditemukan adanya tanda radang, tidak ada
perdarahan, luka dlm keadaan bersih & tidak ada keloid/skiatrik
2. Mengevaluasi penyembuhan luka secara terus menerus yang
dilakukan selama mengganti balutan, saat terapi diberikan & saat klien
berusaha melakukan sendiri perawatan lukanya
3. Mengevaluasi setiap intervensi yang dilakukan untuk mempercepat
penyembuhan luka & membandingkan kondisi luka dengan data pengkajian
4. Mencari tahu kebutuhan klien & keluarga tentang peralatan bantuan
tambahan
16
luka tidak slg berdekatan, jahitan tetap dengan luka yang
berada di tempatnya terkontaminasi
Infeksi adanya Tedengan dariainase berwarna coklat Risiko infeksi yang
tanda2 kemerahan pada hari ke-5 setelah berhubungan dengan luka
penyembuhan operasi, tepi luka tidak saling traumatik yang
luka berdekatan terkontaminasi
Ukur suhu, nadi & Klien febris, Nadi 125x/m, jumlah
jumlah sel putih leukosit (sel darah putih) 12.000/mm3
klien
Integritas Luka besih & Jaga agar luka tetap bersih Penyembuhan luka
kulit pada utuh tanpa & kering bergantung pada
area luka inflamasi, Ganti balutan sesuai keadaan yang bersih &
operasi dariainase at program termasuk lembab untuk proses
meningkat maserase pada debridemen & pemberian epitelialisasi & deposisi
pada 20 18 april obat2an jar. Granulasi (Atwater,
april Tepi luka saling 1989; Cooper,1992)
berdekatan
Intruksikan klien atau org Pengkajian luka & kulit
yang penting bg klien di sekitarnya secara
untuk mengkaji & teratur & akurat
merawat luka. merupakan hal yang
Minta klien penting dlm rencana
mendemonstrasikannya asuhan keperawatan
kembali untuk manejemen luka (
Cooper, 1992 )
17
Contoh Evaluasi untuk intervensi kerusakan integritas kulit
Integritas kulit Inspeksi permukaan kulit didekat luka Luka bersih & utuh tanpa
pada area luka & disekitar tempat dariain inflamasi, dariainase atau
operasi Observasi kondisi luka & karakter maserasi
semakin baik dariainase Tepi luka saling mendekat
2.10 PERDARAHAN
2.91.Klasifikasi pendarahan
18
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume
kehilangan darah, sebagai berikut:
- Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total
volume.
- Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume
sirkulasi darah.
WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat diakibatkan oleh
pendarahan sebagai berikut:
- Grade
: Tidak terjadi pendarahan
0
- Grade
: Pendarahan petekial
1
- Grade
: Pendarahan gross, yang memerlukan transfusi darah
3
19
darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak.
Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah
memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh
vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika
yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah
merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang.
b. Elevasi
20
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya
setelah dibalut) sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih
merembes, diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa
membuka balutan yang pertama.
d. Immobilisasi
e. Tourniquet
Pembahasan:
Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik lagi apabila
sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah lecet di
21
kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain masih perlu dikencangkan
dengan sepotong kayu. Caranya eratkan torniket dengan sebuah simpul
hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas simpul tersebut. Selanjutnya
diikat lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu seperti memutar
keran air untuk mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu keras
karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah
kencang ialah menghilangnya denyut nadi di tempat yang rendah dari
torniket dan warna kulit di daerah itu menjadi pucat kekunungan.
Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau diselimuti benda apapun.
Biarkan saja dalam keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan dengan
cara apapun. Hal ini untuk tidak mempercepat kematian jaringan yang
dialiri oleh darah. Setiap 10 menit torniket boleh dikendorkan ( dengan
memutar kayunya) selama 30 detik tepat. Selama torniket kendor, luka
ditekan dengan kasa steril.
Perdarahan hebat
Tangan/ kaki putus
Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket : 5 jari di atas luka
Jenis tourniquets :
Bedah tourniquets
22
Darurat tourniquets
a. Rest
b. Ice
c. Commpression
d. Elevation
23
Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka)
dan pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh).
Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada
pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan.
· Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
· Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika
ada, jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan
lebih lanjut lihat bagian sebelumnya, "Merawat luka".
· Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh
yang terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain
atau baju bersih atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai
menemukan pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan
sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi
silang.
· Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
24
melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya
hal yang tak terduga.
5. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang
terluka, dan korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
c. Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-
dekatnya.
c. Tachicardia.
25
e. Tekanan darah menurun, sistolik < 90 mmHg atau turun > 50 mmHg
dari tekanan semula.
f. Hiperventilasi.
g. Sianosis perifer.
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Aktifitas
c. Sirkulasi
d. Neurosensori
e. Nyeri/ Kenyamanan
f. Keamanan
g. Pemeriksaan Fisik
h. Pemeriksaan Lab
2. Diagnosa
3. Intervensi
26
Tujuan : keseimbangan volume cairan
Kriteria Hasil :
Intervensi:
- Ringer laktat.
- Ringer acetat.
Kriteria Hasil :
27
· Kecepatan dan irama jantung dalam batas normal
Intervensi:
2. Observasi perdarahannya
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
29
Berdasarkan isi dari makalah banyak kekurangan yang terdapat pada isi
yang dijelaskan dan bahasa yang di gunakan penulis sebagian besar masih
teksbook. Hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman dari penulis.
Hendaknya dimasa yang akan datang diharapkan para penulis dan
penerus selanjutnya lebih memahami lagi terhadap materi yang akan
dibuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
30