Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN LUKA.
1) Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan.
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a) Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak
ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b) Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c) Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut
jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing)
atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

2) Proses Penyembuhan Luka


Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap). Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut
1. Fase penyembuhan luka :
a) Fase inflamasi :
1) Hari ke 0-5
2) Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah.
3) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
4) Fase awal terjadi haemostasis
5) Fase akhir terjadi fagositosis
6) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b) Fase proliferasi or epitelisasi
1) Hari 3 – 14
2) Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada
luka luka nampak merah segar, mengkilat
3) Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang
baru, fibronectin and hyularonic acid
4) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka
5) Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c) Fase maturasi atau remodelling
1) Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
2) Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
3) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
4) Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.

2. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka


a. Status Imunologi
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
c. Hidrasi (slows metabolism)
d. Nutritisi
e. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
f. Suplai oksigen dan vaskularisasi
g. Nyeri (causes vasoconstriction)
h. Corticosteroids (depress immune function)

2. CARA PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN DRESSING.


Perkembangan perawatan luka (wound care ) berkembang dengan sangat pesat di dunia
kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan
menggunakan prinsip moisture balance, dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih
efektif untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.
Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai
metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut
belum begitu familiar bagi perawat di Indonesia
Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka
tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang seimbang kelembabannya
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen di dalam matriks nonselular yang
sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines dan
chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka.
Jadi, luka harus dijaga kelembabannya.
Untuk menciptakan suasana lembab, pada cara perawatan luka konvensional
memerlukan kasa sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres
kasa lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini, memerlukan penggantian
kasa yang sering. Sementara untuk metode perawatan modern, dalam menciptakan suasana
lembab menggunakan modern dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid.
Pada perawatan luka secara modern ini harus tetap diperhatikan pada tiga tahapnya
yakni mencuci luka, membuang jaringan mati dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
untuk menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan lama, serta debrimen
jaringan nekrotik atau membuang jaringan dari sel yang mati dari permukaan luka. Dalam hal
ini harus diperhatikan pada pemilihan cairan pencuci yang tepat, hati-hati terhadap
pemakaian antiseptik. Sedangkan teknik pencucian dapat dengan cara perendaman atau
irigasi.
Di sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk mempercepat proses
penyembuhan pada luka. Tujuan dari pemilihan balutan luka ini adalah untuk membuang
jaringan mati, benda asing atau partikel dari luka. Belutan juga dapat mengontrol kejadian
infeksi atau melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri. Pemilihan balutan harus mampu
mempertahankan kelembaban luka, selain juga berfungsi sebagai penyerap cairan luka.
Balutan juga harus nyaman digunakan dan steril serta cost effective. Metode yang dikenal
dengan modern dressing ini beberapa contoh di antaranya yakni dengan penggunaan bahan
seperti hydrogel.Hydrogel berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap lembab. Selain
itu juga melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat
yang akan terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut. Hydrogel juga
dapat meningkatkan autolityk debrimen secara alami. Jenis modern dressing lainnya yakni Ca
Alginat dimana kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan. Kemudian
hydroselulosa dengan fungsi mampu menyerap cairan dua kali lipat dari Ca Alginat.
Selanjutnya adalah hydrokoloid yang mampu menjaga dari kontaminasi air dan bakteri serta
dapat digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder. Penggunaan jenis modern
dressing tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka.

a. Pengkajian Luka
1) Kondisi luka
a) Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna yang meliputi :
1. slough (yellow)
Kuning, kuning kecoklatan,pucat. Merupakan luka terkontaminasi atau terinfeksi.
2. necrotic tissue (black)
Merupakan jaringan nekrosis
3. infected tissue (green)
Merupakan luka infeksi biasanya oleh pseudomonas.
4. granulating tissue (red)
Luka bersih. Banyak vaskularisasi.
5. epithelialising (pink).
Luka mengalami epitelisasi, lindungi luka dari trauma.

Gambar pengkajian dasar luka.


b) Lokasi ukuran dan kedalaman luka
1. Lokasi luka dilihat dari patokan kepala sampai kaki.
2. lebar diukur dari satu sisi ke sisi yang lain.
3. Kedalaman luka diukur dengan menggunakan aplikator, kemudian diukur dengan alat
ukur.
c) Eksudat dan bau
1. Karakteristik eksudat dapat ditentukan oleh jumlah type bau.
Jumlah : tidak ada, sedikit, moderate, dan banyak.
Type : jernih, kekuningan, kemerahan, dan purulent.
Bau : dapat digambarkan tidak berbau, sedikit, sedang, dan sangat berbau. Bau
dipengaruhi oleh karakteristik eksudat, kontaminasi mikroorganisme, dan jumlah
jaringan mati.
d) Tanda-tanda infeksi
1. Luka terinfeksi ditandai dengan erithema yang makin meluas, edema, cairan purulent,
nyeri, peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah sel darah putih dan timbuh bau
yang khas.
e) Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
1. Kelembaban, warna, maserasi, edema, kallus, distribusi rambut, temperatur.
2. Umumnya tepi luka akan dipenuhi jaringan epitel berwarna merah muda.
f) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
2) Status nutrisi klien : BMI ( Body Mass Index), kadar albumin
3) Status vascular : Hemoglobin , TCO2 ( Total Karbon dioksida)
4) Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
5) Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

b. Perencanaan
1) Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) telah mengalami perkembangan sangat pesat selama hampir
dua dekade ini. Teori yang mendasari perawatan luka dengan suasana lembap antara lain:
a. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
b. Mempercepat angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
c. Menurunkan resiko infeksi
d. Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
e. Mempercepat pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses
penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi
komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
f. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang
diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
a. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
b. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
c. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
d. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
e. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke
seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

2) Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya


a. Film Dressing
1. Semi-permeable primary atau secondary dressings
2. Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
3. Conformable, anti robek atau tergores
4. Tidak menyerap eksudat
5. Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
6. Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
7. Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

Gambar.
b. Hydrocolloid
1. Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
2. Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
3. Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesi.
4. Waterproof
5. Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
6. Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
7. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

c. Alginate
1. Terbuat dari rumput laut
2. Membentuk gel diatas permukaan luka
3. Mudah diangkat dan dibersihkan
4. Bisa menyebabkan nyeri
5. Membantu untuk mengangkat jaringan mati
6. Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
7. Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
8. Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
9. Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

d. Foam Dressings
1. Polyurethane
2. Non-adherent wound contact layer
3. Highly absorptive
4. Semi-permeable
5. Jenis bervariasi
6. Adhesive dan non-adhesive
7. Indikasi : eksudat sedang s.d berat
8. Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
9. Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

Gambar.
e. Hidrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Berbahan dasar
gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan; digunakan sebagai dressing primer dan
memerlukan balutan sekunder (pad/kasa dan transparent fi lm). Topikal ini tepat digunakan
untuk luka nekrotik/berwarna hitam/kuning dengan eksudat minimal atau tidak ada.

f. Terapi alternatif
1. Zinc Oxide (ZnO cream)
2. Madu (Honey)
3. Sugar paste (gula)
4. Larvae therapy/Maggot Therapy
5. Vacuum Assisted Closure
6. Hyperbaric Oxygen
c. Implementasi
1) Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
a. Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
b. Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
c. Untuk merangsang granulasi
d. Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
e. Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre
dressings

2) Luka Nekrotik
a. Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
b. Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
c. Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
d. Hydrogels, hydrocolloid dressing
3) Luka terinfeksi
a. Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
b. Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
c. Wound culture – systemic antibiotics
d. Kontrol eksudat dan bau
e. Ganti balutan tiap hari
f. Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver
dressings
4) Luka Granulasi
a. Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga
kelembaban luka
b. Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
c. Moist wound surface – non-adherent dressing
d. Treatment overgranulasi
e. Hydrocolloids, foams, alginates
5) Luka epitelisasi
a. Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
b. Transparent films, hydrocolloids
c. Balutan tidak terlalu sering diganti
6) Balutan kombinasi
a. Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid
b. Untuk debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya hydrocolloid atau alginate
+ film/foam atau hydrofibre + film/foam
c. Untuk memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent foam atau extra absorbent
alginate + foam atau hydrofibre + foam atau cavity filler plus foam

6. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MERAWAT DAN MENGGANTI


BALUTAN LUKA

MERAWAT & MENGGANTI BALUTAN LUKA NEKROTIK LEMBAB


(WARNA DASAR LUKA HITAM atau KUNING)

Prosedur
Tetap ETN CENTRE Di tetapkan Oleh
ETN CENTRE
Pengertian  Luka Kronis adalah luka yang mengalami kegagalan atau hambatan dalam
proses penyembuhan akibat faktor endogen dan / atau exogen.
 Warna Dasar Luka Kuning adalah permukaan dasar luka berwarna kuning,
kuning kecoklatan, kuning kehijauan atau kuning pucat yang merupakan
tanda adanya jaringan fibrous /slough (avaskuler), lembab (jaringan
nekrotik lembab)..
 Warna Dasar Luka Hitam adalah permukaan dasar luka berwarna hitam,
hitam kecoklatan atau hitam kehijauan yang merupakan tanda adanya
nekrosis jaringan (avaskuler), lembab atau kering.
Indikasi 1. Balutan basah oleh exudate atau exudate merembes keluar dari tepi balutan
sekunder (secondary dressing).
2. Warna dasar luka kuning atau hitam, atau campuan keduanya.
3. Luka berbau (mal odor).
Tujuan 1. Membuang jaringan nekrotik.
2. Mengurangi atau menghilangkan bau
3. Memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada klien.
4. Memberikan lingkungan lembab yang memfasilitasi autolytic debridement
Petugas Perawat
Persiapan 1. Memberitahu tentang tujuan dan prosedur perawatan luka
klien dan 2. Memasang sketsel atau menutup tirai jendela / pintu kamar klien.
lingkungan
Persiapan 1. Bak instrumen steril berisi:
alat  1 buah gunting jaringan tajam
 1 buah pinset anatomis
 1 buah pinset chirrurgis
2. Korentang jar dan korntang: 1 set
3. Neerbeken
4. Gloves/sarung tangan sesuai ukuran: 2 pasang
5. Topikal terapi sesuai kondisi luka:
 Hydrogel (GEL)
6. Pembalut/dressing luka (absorbent dressing)sesuai dengan kondisi:
 Transparant film dreesing
 Kasa
7. Underpad
8. Sabun Cuci Luka
9. Perekat balutan non-woven (hipafix / micropore, dll)
10. Gunting verband: 1 buah
11. Kantung sampah medis.
12. Penggaris luka
Prosedur 1. Bawa peralatan ke dekat klien
2. Periksa program perawatan luka/ penggantian balutan yang
direkomendasikan.
3. Letakkan under pad di bawah area luka.
4. Atur posisi klien sesuai lokasi luka dan memudahkan prosedur perawatan.
5. Tempatkan kantung sampah di dekat area kerja.
6. Cuci tangan secara medikal asepsis.
7. Pakai schort (gown) atau apron dan gloves pada kedua tangan
8. Usapkan alkohol 70% atau adhesive remover pada plester balutan yang
menempel di kulit pasien.
9. Lepaskan/angkat perekat balutan secara hati-hati.
10. Basahi kasa (balutan primer) dengan normal saline bila kasa lengket di
dasar luka.
11. Buang kasa pembalut luka ke dalam kantung sampah.
12. Lepaskan gloves jika kotor buang ke kantung sampah.
13. Kenakan gloves baru yang bersih.
14. Bilas luka dengan NaCl 0,9% dan gosok jaringan nekrosis secara lembut
dengan ujung jari sampai bersih dengan menggunakan sabun cuci luka,
15. Keringkan luka dengan cara di tekan ringan dan lembut (bukan digosok)
dengan kasa.
16. Kaji jumlah, jenis, viskositas dan bau exudate; warna dasar luka; ukuran
luka; jaringan granulasi/ fibrorik, dan tanda infeksi.
17. Bersihkan kulit sekitar luka sampai radius ± 5 cm dari tepi luka
18. Kaji luka tentang ukuran (panjang, lebar, kedalaman dalam centimeter),
bau, exudate, warna dasar, debris dan tanda infeksi.
19. Lakukan debridement tajam (CSWD) untuk melepas dan membuang
jaringan nekrotik (jika jaringan nekrotik telah lepas dari dasar luka) dengan
gunting tajam dan pinset.
20. Bilas dengan NaCl 0,9% dan keringkan dengan kassa.
21. Aplikasikan antibiotika topikal (metronidazole powder-jika perlu) dan Gel
di permukaan luka secara merata. Jika ada rongga dalam, isi rongga dengan
Gel sampai ½ kedalamannya.
22. Tutup gel dengan balutan penyerap exudate sebagai primary dressing.
23. Tutup balutan dengan Transparent film dressing (tepi pembalut melingkupi
3 - 4 cm dari tepi luka) atau
24. Tutup dengan beberapa lapis kasa dan tutup seluruh permukaan kasa
dengan plester non-woven (misal Hipafix)
25. Letakkan instrumen yang telah terpakai dan kotor di dalam kom berisi
larutan desinfektan.
26. Rapikan klien dan angkat underpad.
27. Cuci peralatan kotor dan merapikan kembali di tempatnya semula.
28. Lepaskan gloves (bagian dalam di luar), buang ke kantung sampah.
Lepaskan gown/ apron.
29. Cuci tangan secara medical asepsis
30. Catat di chart tentang penggantian balutan luka, penampilan/ukuran luka
dan exudate.
Sumber 1. Bryant RA and Nix DP. 2007. Acute and Chronic Wounds: Current
Rujukan Management Concept. 3rd edition. St Louis, Mosby Elsevier. USA.
2. Carville K, Wound care Manual, 3rd edition, Silver Chain Foundation,
Singapore, 1998.
3. DeLaune and Ladner, 2002, Fundamentals of Nursing, Standards &
Practice, 2nd edition, Thomson Learning, Singapore.
4. Howard Judd, et al. 2003. Wond Care Made Incredibly Easy!. Philadelphia,
Lippincott Williams & Wilkins Company, USA.
5. Smith SF, Duell DJ, Martin BC. 2004. Clinical Nursing Skills, Basic to
Advanced Skills, 6th edition, Pearson Education – Prentice Hall, New
Jersey. USA

MERAWAT & MENGGANTI BALUTAN LUKA GRANULASI


(WARNA DASAR LUKA MERAH)

Prosedur ETN CENTRE Di tetapkan Oleh


Tetap ETN CENTRE
Pengertian Warna Dasar Luka Merah adalah permukaan dasar luka berwarna merah terang
dan lembab yang merupakan tanda bahwa luka dalam proses pertumbuhan
jaringan granulasi dengan vaskularisasi baik dan mudah berdarah.
Indikasi 1. Balutan telah basah oleh exudate / exudate merembes keluar dari pembalut
sekunder (secondary dressing).
2. Warna dasar luka merah.
Kontra Tidak ada
indikasi
Tujuan 1. Memberikan lingkungan lembab yang memfasilitasi pertumbuhan jaringan
granulasi dan proses epithelisasi.
2. Melindungi dari trauma.
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme
4. Memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada klien.
Petugas Perawat
Persiapan  Memberitahukan tentang tujuan dan prosedur perawatan luka.
klien dan  Memasang sketsel atau menutup tirai jendela / pintu kamar klien.
lingkungan
Persiapan 1. Bak instrument steril berisi:
alat  1 buah pinset anatomis
 1 buah gunting jaringan (jika perlu)
 1 buah knop sonde
2. Korntang jar dan korntang: 1 set
3. Neerbeken/basin berisi larutan desinfektan: 1 buah
4. Gloves/sarung tangan sesuai ukuran: 2 pasang
5. Topikal terapi sesuai kondisi luka:
 Gel
6. Balutan penyerap exudate (absorbent dressing) sesuai dengan kondisi luka:
 Calcium Alginate
 Kassa segi empat (ukuran sesuai kebutuhan)
 Transparant film dreesing
7. Underpad
8. Sabun cuci luka
9. Perekat balutan hipoalergenik (hipafix atau ultrafix atau micropore)
10. Gunting verband: 1 buah
11. Penggaris luka
12. Kantung sampah.

Prosedur 1. Bawa peralatan ke dekat klien


2. Periksa program perawatan luka/ penggantian balutan yang
direkomendasikan.
3. Letakkan under pad di bawah area luka.
4. Atur posisi klien sesuai lokasi luka dan memudahkan prosedur perawatan.
5. Tempatkan kantung sampah medis di dekat area kerja.
6. Cuci tangan secara medikal asepsis.
7. Pakai schort (gown)/apron dan gloves pada kedua tangan
8. buka perekat balutan yang menempel di kulit klien.
9. Lepaskan/angkat perekat balutan secara hati-hati.
10. Basahi kasa (balutan primer) dengan normal saline bila kasa lengket di
dasar luka.
11. Buang kasa pembalut luka ke dalam kantung sampah.
12. lepaskan gloves jika kotor buang ke kantung sampah
13. Kenakan gloves baru yang bersih di kedua tangan.
14. Cuci dan Bilas luka dengan NaCl 0,9% dan gosok permukaan luka secara
lembut dengan ujung jari sampai bersih.
15. Keringkan luka dengan cara di tekan ringan dan lembut (bukan digosok)
dengan kasa.
16. Bersihkan kulit sekitar luka sampai radius ± 5 cm dari tepi luka dengan
kasa alkohol 70% (jika tidak ada maserasi).
17. Kaji jumlah, jenis, konsistensi dan bau exudate; warna dasar luka; ukuran
luka; jaringan granulasi atau fibrous, dan tanda-tanda infeksi.
18. Aplikasikan Gel, di permukaan luka secara merata. Jika ada rongga yang
dalam, isi rongga sampai ½ kedalamannya.
19. Aplikasikan balutan penyerap exudate (Calcium Alginate) di permukaan
luka.
20. Tutup transparent film dressing (tepi pembalut melingkupi 3 - 4 cm dari
tepi luka) atau
Beberapa lapis kasa dan tutup seluruh permukaan kasa dengan plester Non-
woven (misal Hipafix)
21. Letakkan instrumen yang telah terpakai dan kotor di dalam kom berisi
larutan desinfektan.
22. Rapikan klien.
23. Cuci peralatan kotor dan merapikan kembali di tempatnya semula.
24. Lepaskan gloves (bagian dalam di luar), buang ke kantung sampah.
Lepaskan gown.
25. Cuci tangan secara medikal asepsis.
26. Catat di chart tentang penggantian pembalut, penampilan luka dan exudate.
Sumber 1. Bryant RA and Nix DP. 2007. Acute and Chronic Wounds: Current
Rujukan Management Concept. 3rd edition. St Louis, Mosby Elsevier. USA.
2. Carville K, Wound care Manual, 3rd edition, Silver Chain Foundation,
Singapore, 1998.
3. DeLaune and Ladner, 2002, Fundamentals of Nursing, Standards &
Practice, 2nd edition, Thomson Learning, Singapore.
4. Howard Judd, et al. 2003. Wond Care Made Incredibly Easy!. Philadelphia,
Lippincott Williams & Wilkins Company, USA.
5. Smith SF, Duell DJ, Martin BC. 2004. Clinical Nursing Skills, Basic to
Advanced Skills, 6th edition, Pearson Education – Prentice Hall, New
Jersey. USA
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
2. SARAN
a. Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern
b. Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Ronald W. 2015. Perawatan luka kronis dengan modern dressing. Bagian bedah
jantung Paru dan Pembuluh darah, Vol 42 (7). https://akperkabpurworejo.ac.id (diakses pada
22 Agustus 2019)

Laitung, Baharia. Standar Operasional Prosedur (SOP) wound care.


https://www.academia.edu/27031526/SOP_WOUND_CARE (diakses pada 22 Agustus 2019)

Saputra, Iwan. 2016. Warna Dasar Luka 2. https://www.slideshare.net/IwanSaputra9/warna-


dasar-luka-2 (diakses pada 22 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai