Anda di halaman 1dari 6

Konflik Politik dan Ekonomi di Balik Tragedi Kemanusiaan Rohingya

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan
menuturkan, kekerasan yang dialami warga Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar
bukan merupakan konflik agama.

Menurut Daniel, terdapat konflik kepentingan ekonomi yang melatarbelakangi peristiwa


kekerasan tersebut.

Tak hanya itu, kepentingan ekonomi itu dibungkus agar seolah-olah yang terjadi merupakan
konflik antar-agama.

"Sama sekali ini bukan persoalan agama. Ada konflik kepentingan ekonomi di balik persoalan
Rohingya. Di situ ada jalur sumber energi, minyak dan gas. Saya rasa itu yang utama di sana.
Kepentingan itu dibungkus dengan konflik agama dan dipelihara oleh militer Myanmar," ujar
Daniel saat ditemui usai menghadiri dialog dengan para Bhiksu dan pemuka agama Budha di
Wihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, Minggu (3/9/2017).

Menurut Daniel, konflik antar-etnis di Myanmar sudah terjadi sejak masa penjajahan Inggris.
Inggris, kata Daniel, memang menggunakan politik yang memecahbelah etnis dan terus
dipelihara sebagai sebuah peta konflik.

"Kalau dari historis ini dimulai dari penjajahan Inggris yang membelah etnis. Seperti di Khasmir
misalnya, sehingga mewarisi peta konflik di sana. Etnisnya pun berbeda-beda kan," kata Daniel.
Daniel menegaskan, tragedi kemanusiaan terhadap warga Rohingya tidak bisa dilihat sebagai
konflik antara pemeluk agama Budha dan warga Rohingya yang mayoritas memeluk Islam.

"Di dalam Budha itu tidak ada satu ayat pun yang membenarkan pemeluk agama itu terlibat
dalam perang. Apalagi menimbulkan pembunuhan. Itu langsung dianggap melakukan dosa yang
sangat besar," ucapnya.

Sementara itu, dikutip dari situs berita Deutsche Welle, kepala bidang penelitian pada South Asia
Democratic Forum (SADF) Siegfried O Wolf berpendapat, krisis yang dialami warga Rohingya
lebih bersifat politis dan ekonomis. Siegfried menuturkan, komunitas warga Rakhine yang
beragama merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan
disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma.

Di sisi lain etnis Rohingya dianggap sebagian warga Rakhine sebagai pesaing tambahan dan
ancaman bagi identitas mereka sendiri.

Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara politis, karena warga Rohingnya tidak
bisa memberikan suara bagi partai politik mereka.

"Ini menyebabkan tambah runcingnya ketegangan. Sementara itu, pemerintah tidak mendorong
rekonsiliasi, melainkan mendukung fundamentalis Buddha dengan tujuan menjaga
kepentingannya di kawasan yang kaya sumber alam tersebut," ujar Siegfried.

"Faktor-faktor ini adalah penyebab utama di balik konflik antar kelompok etnis dan antar agama.
Ini juga jadi penyebab memburuknya kondisi hidup warga Rohingya, serta pelanggaran hak-hak
sosial-politis mereka," kata dia.

Siegfried memandang kekerasan terhadap warga Rohingya juga memiliki aspek ekonomi.
Rakhine, lanjut Siegfried, adalah salah satu negara bagian dengan warga paling miskin,
walaupun kaya sumber daya alam. Warga Rohingya dianggap menjadi beban ekonomi
tambahan, jika mereka bersaing untuk mendapat pekerjaan dan kesempatan untuk berbisnis.

Pekerjaan dan bisnis di negara bagian itu sebagian besar dikuasai kelompok elit Burma.

"Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja masalah agama,
melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," ucapnya.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2017/09/03/18404621/konflik-politik-dan-ekonomi-
di-balik-tragedi-kemanusiaan-rohingya
Pembantaian Rohingnya, Jokowi: Krisis Kemanusiaan Ini Harus Dihentikan

JawaPos.com – Akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersikap atas krisis pembantaian yang
dialami muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. Sebellum bersikap Jokowi sudah mengutus
Menteri Luar Negeri Retno Lestari Marsudi ke Negara yang sedang dilanda krisis kemanusiaan
tersebut.

Jokowi mengaku sangat menyesalkan kekerasan dan krisis kemanusiaan yang ada di Rakhine
State, Myanmar. "Perlu sebuah aksi nyata, bukan hanya pernyataan kecaman-kecaman. Dan
pemerintah berkomitmen terus untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan," katanya dalam
pesan siaran yang diterima JawaPos.com, Minggu (3/9).

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, pemerintah akan terus bersinergi dengan kekuatan
masyarakat sipil di dalam negeri dan masyarakat internasional agar Indonesia bisa memberikan
pertolongan kepada warga Rohingnya.

"Saya telah menugaskan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia menjalin komunikasi intensif
dengan berbagai pihak termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Komisi
Penasihat Khusus Untuk Rakhine State, Kofi Annan," sambung dia.

Bahkan Retno, kata dia, sudah berangkat ke Myanmar sore tadi untuk meminta pemerintah
Myanmar menghentikan dan mencegah kekerasan. Tentunya hal itu untuk memberikan
perlindungan kepada semua warga termasuk muslim di Myanmar, dan agar memberikan akses
bantuan kemanusiaan.

"Untuk penanganan kemanusiaan aspek konflik itu, pemerintah telah mengirim bantuan makanan
dan obat-obatan. Ini di bulan Januari dan Februari 2017 sebanyak sepuluh kontainer," tambah
dia.

Mantan Wali Kota Solo ini mengaku, pemerintah telah membangun sekolah di Rakhine State dan
juga segera akan membangun rumah sakit yang akan dimulai bulan Oktober yang akan datang di
Rakhine State.

Indonesia lanjut dia juga telah menampung pengungsi dan memberikan bantuan yang terbaik.
"Saya juga menugaskan Menteri Luar Negeri untuk terbang ke Dhaka, di Bangladesh, dalam
rangka menyiapkan bantuan kemanusiaan yang diperlukan pengungsi-pengungsi yang berada di
Bangladesh," ucapnya.

Jokowi berharap dalam pekan ini pemerintah sudah bisa kembali mengirimkan makanan dan
obat-obatan. "Sekali lagi, kekerasan, krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan," tegasnya.

Sumber : https://www.jawapos.com/read/2017/09/03/154906/pembantaian-rohingnya-jokowi-
krisis-kemanusiaan-ini-harus-dihentikan
Ini Pernyataan Lengkap Jokowi Soal Krisis Kemanusiaan Rohingya

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyesalkan krisis kemanusiaan yang terjadi terhadap
etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Jokowi menegaskan sikap Indonesia terhadap tragedi
kemanusiaan itu bukan hanya kecaman tetapi juga dengan aksi nyata.

"Saya dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi Rakhine State,
Myanmar, perlu aksi nyata bukan hanya pernyatan kecaman-kecaman, dan pemerintah
berkomitmen terus untuk membantu krisis kemanusiaan, bersinergi dengan kekuatan masyarakat
sipil Indonesia dan juga masyarakat internasional," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta,
Minggu (3/9/2017).

Jokowi lantas memaparkan sejumlah langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Upaya diplomasi hingga bantuan kemanusiaan telah diberikan oleh Indonesia kepada korban di
Rakhine, Myanmar.

Tak hanya itu, pemerintah juga mengutus Menlu Retno LP Marsudi ke Myanmar dan
Bangladesh untuk menyelesaikan konflik terhadap etnis Rohingya. Jokowi berharap kekerasan
tersebut segera dihentikan.

Berikut ini merupakan pernyataan Jokowi menyikapi kekerasan dan krisis kemanusiaan yang
terjadi terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar:

Saya dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi Rakhine State,
Myanmar, perlu aksi nyata bukan hanya pernyatan kecaman-kecaman, dan pemerintah
berkomitmen terus untuk membantu kriris kemanusiaan, bersinergi dengan kekuatan masyarakat
sipil Indonesia dan juga masyarakat internasional.

Saya telah menugaskan Menlu dan duta besar Indonesia menjalin komunikasi intensif dengan
berbagai pihak termasuk dengan sekjen PBB Antonio Guterres dan komisi penasihat khusus
untuk Rakhine State, Kofi Annan dan sore tadi Menlu telah berangkat ke Myanmar utk meminta
pemerintah Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan, agar memberikan
perlindungan kepada semua warga termasuk muslim di Myanmar dan agar memberikan akses
bantuan kemanusiaan.
Untuk penanganan kemanusiaan dan bantuan tersebut, pemerintah telah mengirim bantuan
makanan dan obat-obatan, di bulan Januari dan Februari sebanyak 10 kontainer juga telah
membangun sekolah di Rakhine State dan juga segera akan membangun rumah sakit yang
dimulai Oktober yang akan datang di Rakhine State.

Indonesia juga telah menampung pengungsi dan memberikan bantuan yang terbaik, saya juga
menugaskan Menlu untuk terbang ke Dakha di Bangladesh dalam rangka menyiapkan bantuan
kemanusiaan pengungsi-pengungsi yang ada di Bangladesh.

Kita harapkan minggu ini, kita akan mengirim lagi bantuan makanan dan obat-obatan. Sekali lagi
kekerasan dan krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan. Saya rasa itu yang bisa saya
sampaikan pada malam ini. Terima Kasih. Wassalamualaikum wr wb.

Sumber : https://news.detik.com/berita/3626813/ini-pernyataan-lengkap-jokowi-soal-krisis-
kemanusiaan-rohingya

Anda mungkin juga menyukai