Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIAGNOSA


HIPERTENSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing : Bapak Taat Sumedi, S.Kep.,Ners, MH

Disusun oleh:
Dwinda Maulina Rahma
P1337420218033
Tingkat 3A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff
air raksa (Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang dipompakan jantung
dikalikan tahanan di pembuluh darah perifer. Adapun hipertensi (tekanan darah
tinggi) adalah keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal atau tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90
mmHg (Wijoyo, 2011).
Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.
Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada 2025 akan ada 1,5miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap
tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Di Indonesia,
berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%.
Prevalensi hipertensi di Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk 3.742.194 jiwa
pasien yang menderita hipertensi sebesar 29,6% (Riskesdas) tahun 2013. Berdasarkan
Kemenkes tahun 2017 Kota Samarinda memiliki persentase 28,25% dengan
hipertensi.
B. Respon Lansia Terhadap Masalah Yang Dihadapi
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama.
Kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi secara maksimal agar kualitas hidup
serta status kesehatannya terjaga. Kebutuhan dasar manusia menurut teori
Maslow dalam Tarwoto & Wartonah (2015) yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan
dimiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Pada lansia dengan hipertensi akan mengalami stres yang diakibatkan
karena gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman, finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusandan
ketidakberdayaan karena perubahan pada fisiologi yang meliputi sistem
kardiovaskuler, ditandai dengan elastis dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku serta tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh daraf perifer (normal ±170/90 mmHg).
Pada perubahan psikologi yang meliputi short term memory ( memori jangka
pendek), frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi, dan kecemasan. Perubahan sosial meliputi emosi yang mudah
berubah, sering marah, dan mudah tersinggung.
C. Etiologi
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Faktor Keluarga
Keluarga yang anggotanya mempunyai sejarah tekanan darah tinggi, penyakit
kardiovaskuler atau diabetes, maka biasanya penyakit itu juga akan menurun
kepada anak-anaknya.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar untuk terserang
hipertensi daripada perempuan. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada perempuan sering kali dipicu oleh
perilaku tidak sehat, seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi, dan
rendahnya status pekerjaan. Akan tetapi, pada laki-laki lebih berhubungan dengan
pekerjaan dan pengangguran.
c. Faktor usia
Faktor usia juga pemicu terjadinya hipertensi. Seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dari itu, juga sangat berpotensi terkena hipertensi. Tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus naik sampai usia
55-60 tahun.
2. Faktor yang dapat diubah :
a. Obesitas
Beberapa penyeledikan telah membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Penderita
obesitas beresiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi
dibandingkan dengan orang yang berat badan normal. Efek samping obesitas
antara lain : Gangguan pernapasan, keluhan pada tulang, kelainan kulit,
pembengkakan/edema (Iskandar, 2010)
b. Konsumsi garam yang tinggi
Berdasarkan data statistik diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku
bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. garam (natrium)
bersifat mengikat air pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut mengikat
air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan
meningkatnya volume darah. Apabila volume darah meningkat, kerja jantung
akan meningkat dan akibatnya tekanan darah juga meningkat. Dunia kedokteran
juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam (natrium) oleh obat
diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
c. Merokok
Merokok dapat merangsang system adrenergik dan meningkatkan tekanan darah.
Dan juga dapat menyebabkan terjadinya penyempitan dalam saluran paru-paru
dapat memicu kerja ginjal dan jantung menjadi lebih cepat, sehingga naiknya
tensi darah tidak bisa dihindari (Rusdi, 2009). Zat nikotin yang terdapat dalam
rokok dapat menigkatkan pelepasan epineprin, yang dapat mengakibatkan
terjadinya penyempitan dinding arteri karena kontraksi yang kuat (Iskandar,
2010).
d. Minum minuman beralkohol
Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat mengganggu dan merusak fungsi
beberapa organ salah satu diantaranya hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga
mempengaruhi kinerja atau fungsi jantung ini pada akhirnya menyebabkan
hipertensi. Alkohol juga dapat merangsang dilepaskannya epinefrin atau
adrenalin, yang membuat arteri menciut dan menyebabkan penimbunan air dan
natrium.
e. Stres
Hubungan antara stres dan hipertensi terjadi akibat aktivasi saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat beraktivitas). Aktivitas saraf simpatis yang bekerja secara
aktif dan meningkat juga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah secara
tidak menentu.
f. Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh
meningkat. Olahraga bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dan
mempercepat penyebaran impuls urat saraf kebagian tubuh atau sebaliknya
sehingga tubuh senantiasa bugar.
g. Faktor Obat – obatan
Faktor terjadinya hipertensi karena pengaruh obat – obatan pada dasarnya lebih
potensial dialami oleh kaum perempuan, terutama mereka yang mengkonsumsi
obat – obat kontrasepsi oral. Konsumsi kontrasepsi oral (pil) dapat beresiko
terjadinya perubahan metabolism lemak (lipid) darah. Efek ini tergantung jenis
dan dosis hormon dalam kontrasepsi oral bila esterogen maka berefek lebih baik
karena menaikkan kolestrol HDL (Kolesterol baik) dan menurunkan kolesterol
LDL (kolesterol buruk). Progestinnya mempunyai efek berlawanan dengan
esterogen sehingga kejadian tekanan darah tinggi.
D. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera. Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung,
2013).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. Pada usia
lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.
F. Pathway
Umur Jenis kelamin Gaya Hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal pembuluh darah


Retina

Resistensi Suplai O2 vasokontriksi sistemik koroner spasme


Pembuluh otak pembuluh darah arteririola
Darah otak menurun ginjal
Vasokontriksi iskemi diplopia
Blood flow miocard
Nyeri gangguan sinkop menurun afterload
Kepala pola tidur meningkat nyeri dada resti
injuri
Gangguan respon RAA
perfusi Penurunan intoleransi
jaringan Retensi Na curah jantung aktivitas
edema

kelebihan volume cairan (Nursalam, 2011)

G. Komplikasi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas
berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi,
Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang
tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal (Wahdah, 2011).
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi
kardiovaskular dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat yang
tengah mengalami transisi sosial ekonomi. Dibandingkan dengan individu
yang memiliki tekanan darah normal, penderita hipertensi memiliki risiko
terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar dan risiko yang lebih
tinggi untuk terserang stroke. Apabila tidak diobati, kurang lebih setengah dari
penderita hipertensi akan meninggal akibat penyakit jantung dan sekitar 33%
akan meninggal akibat stroke sementara 10 sampai 15 % akan meninggal
akibat gagal ginjal. Oleh sebab itu pengontrolan tekanan darah merupakan hal
yang sangat penting (Junaidi, 2010).

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pengkajian

1. Aktivitas/ Istirahat
a) Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
b) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
a) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
b) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis,
suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
a) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
b) Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit
ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan.
a) Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic.
b) T anda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
7. Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
8. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
9. Pernafasan
a) Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
b) Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.

Intervensi
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
e. Nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

DIAGNO NOC NOC


SA
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Agen cedera keperawatan selama 3X (1400)
biologis kunjungan, diharapkan nyeri 1. Observasi TTV klien
(sakit kepala) pasien hilang atau 2. Lakukan pengkajian nyeri
berkurang dengan kriteria hasil: komprehensif meliputi
Tingkat Nyeri (2102) lokasi, karakteristik,
Indikator A T durasi, frekuensi, kualitas,
Nyeri terkontrol intensitas atau beratnya
Tingkat nyeri
nyeri dan faktor pencetus.
dipantau secara
3. Gali bersama klien faktor-
reguler
Mengambil tindakan faktor yang dapat
untukmengurangi menurunkan atau
nyeri memperberat nyeri.
Keterangan : 4. Dorong klien untuk
1 : Tidak puas memonitor nyeri dan
2 : Agak puas menangani nyeri dengan
3 : Cukup puas tepat.
4 : Sangat puas 5. Ajarkan teknik terapi non
5 : Sepenuhnya puas farmakologi yaitu dengan
senam hipertensi.
Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan klien
pengetahuan keperawatan selama 3X tentang penyakit
tentang penyakit kunjungan, diharapkan hipertensi
hipertensi b.d pengetahuan klien meningkat 2. Beri reinforcement
ketidakmampuan dengan kriteria hasil : positif atas jawaban
lansia dalam klien tentang hipertensi
perawatan Indikator A T 3. Beri pengetahuan
hipertensi kepada klien tentang
penyakit hipertensi
4. Jelaskan tentang
penyebab, dan tanda
gejala dari hipertensi
5. Ajarkan teknik terapi
non farmakologi yaitu
dengan senam
hipertensi.

Implementasi
Setelah menyusun rangkaian intervensi sesuai diagnosa yang
ditegakkan, penulis melakukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Berikut ini tindakan keperawatan yang penulis lakukan dalam mengkaji
tingkat nyeri klien dan mengajari klien cara melakukan terapi relaksasi non
farmakologi yaitu dengan senam hipertensi.1 untuk menurunkan nyeri yang
dialami klien.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan terhadap
implementasi yang telah dilakukan, serta menilai keberhasilan aktivitas yang telah
dilakukan antara lain dengan :
a. Kumpulkan data tentang respon klien.
b. Bandingkan respon dengan kriteria.
c. Analisa alasan pencapaian tujuan.
Modifikasi rencana keperawatan bila perlu.

Anda mungkin juga menyukai