Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Ektopik”

Fasilitator:
Retnayu Pradanie S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 3 A2-2017


Sesi Putri Arisandi 131711133014
Rizky Nur Rochmawati 131711133029
Novianti Lailiah 131711133032
Rizka Amalia Setiaputri 131711133092
Annisa Fitria 131711133094
Alvira Eka Nadia W. 131711133107
Ismatulloh Jihan Alim 131711133111
Della Yolina 131711133148

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SEPTEMBER 2019

1
A. Definisi kehamilan ektopik
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian
besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga
perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.
(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang
luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim
(Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium
kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum
yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri.
B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum
uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa
tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi
hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen

2
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi.
Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia
f. Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional: Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal, Refluks menstruasi, Berubahnya motilitas tuba karena perubahan
kadar hormon estrogen dan progesteron, Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba
terhadap ovum yang dibuahi, Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
C. Tanda dan gejala
1. Tanda : Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal, Menstruasi abnormal, Abdomen dan pelvis yang lunak, Perubahan
pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan atau tergeser akibat
perdarahan (dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus), Penurunan tekanan
darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi, Kolaps dan kelelahan, Pucat, Nyeri bahu dan
leher (iritasi diafragma), Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak
gembung, Gangguan kencing
2. Gejala:
a. Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
b. Perdarahan: Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang
banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa. Perdarahan
abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
c. Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil
D. Pencegahan
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat
mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat
mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara

3
dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik. Ibu
dapat mengurangi beberapa faktor risiko tertentu dengan mengikuti gaya hidup berikut:
a) Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik.
b) Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko
kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang
dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul.
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
E. Penatalaksanaan
Penanganan awal kehamilan ektopik :
1) Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah sebelum melakukan
pembedahan.
2) Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan penilaian awal.
3) Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii :
a. Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba keduanya
dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus.
b. Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan dan tuba
dipertahankan). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan konservasi kesuburan karena
resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu Kondisi ibu pada saat
itu, Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya, Lokasi kehamilan ektropik,
Kondisi anatomis organ pelvis, Kemampuan teknik bedah mikro dokter, Kemampuan teknologi
fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan
ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan
kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
a) Obat-obatan : Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
4
b) Operasi : Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
 Laparotomi : adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen
dengan tujuan eksplorasi.Eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan memberikan
penekanan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi
dijahit kembali.
 Laparoskopi : adalah suatu tindakan bedah minimal yang umumnya ditujukan untuk
mengurangi resiko yang didapatkan pada operasi besar. Untuk mengamati tuba falopii
dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar
tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah
maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
 Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik : Ukuran kantung kehamilan,
Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”), Tindak lanjut (evaluasi) dapat
dilaksanakan dengan baik
 Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila : Masa tuba, Usia kehamilan,
Janin mati, Kadar β-hCG
 Kontraindikasi pemberian Methrotexate : Laktasi, Status Imunodefisiensi, Alkoholisme,
Penyakit ginjal dan hepar, Diskrasia darah, Penyakit paru aktif, Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.
 Medikamentosa : Methotrexate (obat anti kanker) dapat diberikan, yang
memungkinkan tubuh untuk menyerap jaringan kehamilan dan dapat menyelamatkan
tuba falopii , tergantung pada seberapa jauh kehamilan telah dikembangkan. Jika tuba
telah meregang atau telah pecah dan mulai perdarahan, semua atau sebagian dari
tabung tuba mungkin harus angkat. Pendarahan harus dihentikan segera, dan operasi
darurat diperlukan.

5
 Actinomycin : Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena
selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien-pasien dengan
kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.
 Larutan Glukosa Hiperosmolar : Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi
juga merupakan alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu. Yeko
dan kawan-kawan melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar
dalam menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi methotrexate
tetap lebih unggul. Selain itu, angka kegagalan dengan terapi injeksi larutan glukosa
tersebut cukup tinggi, sehingga alternatif ini jarang digunakan.

6
WOC KEHAMILAN EKTOPIK

Degenerasi Infeksi ovarium


ovarium

Cistoma ovari Histerektomi

Kurang informasi Pembesaran ovarium


Coverektomi,
kistektomi

Kurang pengetahuan Ruptur ovarium

MK: Ansietas MK: Resiko


perdarahan

Komplikasi peritonis
Metabolisme menurun Luka operasi

Peritonitis
Hipolisis -> asam Diskontinuitas jaringan
laktat -> kelebihan
MK: Resiko
perdarahan
Gangguan metabolisme

MK: Defisit perawatan


diri

Port d’entri
MK: Nyeri Akut

MK: Resiko cedera MK: Resiko infeksi

Reflek menelan & muntah Nervus


Anastesi

MK: Resiko aspirasi Peristaltic usus


menurun

MK: Konstipasi Absorbs air di kolon

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

A. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat menstruasi, Gejala dan tanda kehamilan muda, Adakah perdarahan pervagina,
Terdapat amenore, Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah, Berat atau ringannya nyeri tergantung pada
banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
 Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan,
perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
 Auskultasi : Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi : Ekstremitas : reflek patella + / +
3. Pemeriksaan fisik umum:
 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.
4. Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks, Kavum douglas menonjol dan nyeri, Mungkin tersa
tumor di samping uterus, Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan, Pemeriksaan
ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri

8
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk
mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
 Hematokrit : Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
 Sel darah putih : Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.
Leoukosite 15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
 Tes kehamilan : Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-
hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali
lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan
titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer
hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah
seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
 Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
 Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari
rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, Adanya kantung kehamilan di
luar kavum uteri, Adanya massa komplek di rongga panggul
 Laparoskopi : peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG
 Laparotomi : Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
 Kuldosintesis : Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak
perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat
ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
 Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan berimplentasinya hasil konsepsi diluar endometrium
ditandai dengan detance musticulair, perdarahan vagina, mual/muntah, pusing ekspresi
wajah meringis, pucat, gelisa, TD menurun, nadi kecil dan respirasi cepat.

9
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan yang terjadi setelah
operasi ditandai dengan luka post laparatomy luka kemerahan, bengkak, luka basah,
nyeri, pasien lemah dan tidak dapat beraktifvitas.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi operasi, ditandai dengan
luka post operasi, luka kemerahan, bengkak, luka basah, nyeri, pasien lemah.
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan ditandai dengan pasien lemah,
wajah tampak sedih, terdiam, sering tidak mau diajak bicara dan lebih suka sendiri
dikamar.
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kehamilan ektopik, ditandai
dengan pasien bertanya tentang penyakitnya, bingung, pasien takut dengan keadaannya
dan pasien tegang.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 1. Pemberian Analgesik
berhubungan dengan selama 2 x 24 jam diharapakan - Tentukan lokasi,
berimplentasinya hasil nyeri dapat berkurang dengan karakteristik, kualitas dan
konsepsi diluar kriteria hasil : keparahan nyeri sebelum
endometrium ditandai 1. Kontrol Nyeri mengobati pasien.
dengan detance - Secara konsisten - Cek adanya riwayat alergi
musticulair, perdarahan menunjukkan mengenali obat.
vagina, mual/muntah, kapan nyeri terjadi (5). - Pilih analgesik atau
pusing ekspresi wajah - Secara konsisten kombinasi analgesic yang
meringis, pucat, gelisa, menunjukkan sesuai ketika lebih dari satu
TD menurun, nadi kecil menggambarkan factor yang diberikan.
dan respirasi cepat. penyebab (5). - Monitor tanda vital sebelum
- Secara konsisten dan setelah memberikan
menunjukkan menggunakan analgesic narkotik pada
jurnahl harian untuk pemberian dosis pertama kali
memonitor gejala dari waktu atau jika ditemukan tanda-
ke waktu (5). tanda yang tidak biasanya.
- Secara konsisten - Berikan kebutuhan
menunjukkan menggunakan kenyamanan dan aktivitas
analgesic yang lain yang dapat membantu

10
direkomendasikan (5). relaksasi untuk memfasilitasi
2. Tingkat Nyeri penurunan nyeri.
- Nyeri yang dilaporkan tidak 2. Manajemen Nyeri
ada (5). - Pastikan perawatan analgesik
- Ekspresi wajah nyeri tidak ada bagi pasien dilakukan dengan
(5). pemantauan yang ketat.
- Panjangnya episode nyeri - Gunakan strategi komunikasi
tidak ada (5). terapeutik untuk mengetahui
- Tidak bisa beristirahat tidak pengalaman nyeri dan
ada (5). sampaikan penerimaan pasien
- Mengeluarkan keringat tidak terhadap nyeri.
ada (5). - Gali pengetahuan dan
- Berkeringan berlebihan tidak keperacayaan pasien
ada (5). mengenai nyeri.
- Ketegangan otot tidak ada (5).
- Mual tidak ada (5).
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan perawatan 1. Perawatan tirah baring
fisik berhubungan selama 2 x 24 jam diharapkan - Posisikan sesuai dengan body
dengan hambatan mobilitas fisk dapat alignment yang tepat.
ketidaknyamanan yang berkurang dengan kriteria hasil - Hindari menggunakan kain
terjadi setelah operasi : linen kasur yang teksturnya
ditandai dengan luka 1. Koordinasi Pergerakan kasar.
post laparatomy luka - Kontraksi kekuatan otot tidak - Jaga kain linen tetap bersih,
kemerahan, bengkak, terganggu (5). kering dan bebas kerutan.
luka basah, nyeri, - Bentuk otot tidak terganggu - Gunakan alat di tempat tidur
pasien lemah dan tidak (5). yang melindungi pasien.
dapat beraktifvitas. - Kecepatan gerakan tidak - Aplikasikan alat untuk
terganggu (5). mencegah terjadinya
- Kontrol gerakan tidak footdrop.
terganggu (5).
- Keseimbangan gerakan tidak
terganggu (5).
Kerusakan integritas Setelah dilakukan perawatan 1. Perawatan Area Sayatan
kulit berhubungan selama 2 x 24 jam diharapkan - Periksa daerah sayatan

11
dengan adanya insisi integritas kulit kembali normal terhadap kemerahan, bengkak
operasi, ditandai dengan kriteri hasil : atau tanda-tanda dehiscence
dengan luka post 1. Integritas Jaringan : Kulit atau eeviserasi.
operasi, luka dan Membran Mukosa - Monitor proses penyembuhan
kemerahan, bengkak, - Suhu kulit tidak terganggu di daerah sayatan.
luka basah, nyeri, (5). - Bersihkan daerah sekitar
pasien lemah. - Sensasi tidak terganggu (5). sayatan dengan pembersihan
- Elastisitas tidak terganggu (5). yang tepat.
- Hidrasi tidak terganggu (5). - Bersihkan mulai dari daerah
- Keringat tidak terganggu (5). sayatan yang bersih ke area
- Tekstur tidak terganggu (5). yang kurang bersih.
- Ketebalan tidak terganggu (5). - Monitor sayatan untuk tanda
- Perfusi jaringan tidak dan gejala infeksi.
terganggu (5). - Gunakan kapas steril untuk
- Pertumbuhan rambut pada pembersihan jahitan benang
kulit tidak terganggu (5). luka yang efisien, luka dalam
dan sempit dan luka
berkantong.
- Jaga posisi selang drainase.

Daftar Pustaka
Bader TJ. 2005. Ectopic Pregnancy. Ob/Gyn Secrets. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier-Mosby,
page.109.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD
Dewi T.P. dkk. 2017. Kehamilan Ektopik Terganggu: Sebuah Tinjauan Kasus. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala Volume 17 Nomor 1
Lozeau AM, Potter B. 2005. Diagnosis and Management of Ectopic Pregnancy. American
Academy of Family Physician, page.1707-14
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I.Media Aesculapius FKUI
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi, Dalam : Ilmu
Kandungan, Edisi II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
https://www.academia.edu/9523125/Kehamilan_Ektopik (diakses pada 2 September 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai