Anda di halaman 1dari 8

Kesulitan download ?

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/makalah-kehamilan-ektopik-terganggu.html

MAKALAH KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah salah satu komplikasi kehamilan di mana ovum yang
sudah dibuahi menempel di jaringan yang bukan dinding rahim. (Rustam, 2003)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.Sering
disebut juga kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri
atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik.
(Cunningham, 2001)
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi,
tumbuh dan berkembang di luar endometrium kavum uteri. (Anthonius, 2001)
Dari ketiga definisi diatas dapajt disimpulkan bahwa kehamilan ektopik adalah
suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar
endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran
(abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu
adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini
berbahaya bagi wanita tersebut.

B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi masih belum diketahui
secara jelas. Beberapa faktor yang berisiko untuk terjadinya kehamilan ektopik:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan
mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
 Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen.
 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
 Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksa.
 Penggunaan IUD (Intra Utery Device).
2. Faktor Fungsional
 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal.
 Refluks menstruasi.
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain, seperti: riwayat kehamilan ektopik terganggu dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.

C. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara
kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping.
Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan
yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua
di tuba malahan kadangkadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan
masuk kedalam otototot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah

1
menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar,
nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang
dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan
endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi AriasStella. Setelah janin mati,
desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau
berkepingkeping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal
dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan
tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan
tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti
dalam uterus.

D. Tanda Gejala
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti
kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan
perabaan keras pada payudara.1-4
1. Tanda
a. Ketegangan abdomen
 Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80%
kasus kehamilan ektopik terganggu
 Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus
kehamilan ektopik.
b. Masa adneksa ─ Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada ⅓ sampai ½
kasus KE. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi
(hematocele)
c. Perubahan pada uterus ─ Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi
pada kehamilan normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan
muda
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka
dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu.
Apabila anda merasa hamil dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera
temui dokter anda. Hal ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat
mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.

2
2. Gejala
a. Nyeri : Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat.
 Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar.
 Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan
intra-abdominal.
b. Perdarahan : Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan )
terjadi pada 75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.
c. Amenorea : Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE
mengeluhkan adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang
dugaan kehamilan hampir tidak ada.
d. Sinkope : Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3
sampai ½ kasus KET.
e. “Desidual cast” : 5 – 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan ”desidual
cast” yang sangat menyerupai hasil konsepsi.

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus kehamilan ektopik
diantaranya adalah pemeriksaan kada hormon, ultrasonography, dan dilatation &
curettage (D&C).
1. Kadar serum β-Hcg
Kadar β-hCG berkorelasi dengan ukuran dan usia gestasi pertumbuhan
embrionik normal. Pada kehamilan normal, kadar β-hCG menjadi dua kali lipat setiap
48-72 jam sampai mencapai kadar 10.000-20.000mIU/mL. Pada kehamilan ektopik
peningkatan kadar β-hCG tersebut kurang dari normal.
2. Kadar Progesteron
Kadar progesteron adalah modalitas diagnostik lain yang bisa digunakan untuk
membedakan gestasi abnormal dari kehamilan intrauterin yang sehat. Berbeda dengan
kadar β-hCG, kadar progesteron tidak bergantung pada usia gestasional. Kadar
progesteron relatif konstan selama trimester pertama kehamilan, baik normal maupun
abnormal.
3. Ultrasonografi (USG)

3
Modalitas USG mungkin menjadi salah satu modalitas terpenting untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik. Sebetulnya pemeriksaan dengan USG ini lebih
tepatnya ditujukan untuk mengkonfirmasi kehamilan intrauterin. Visualisasi kantong
kehamilan intrauterin dengan atau tanpa aktivitas jantung janin adalah cara yang
adekuat untuk mengeksklusi adanya kehamilan ektopik. USG dapat dilakukan secara
abdominal maupun transvaginal. [11]
4. Dilatasi dan Kuretase (D&C)
Walaupun sekarang ini metode dilatation & curetage (D&C) sudah jarang
digunakan karena sudah luasnya ketersediaan USG, metode ini dapat menjadi opsi
untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik dengan cara menegakan diagnosis
kehamilan intrauterin. Jika jaringan yang didapatkan positif mengandung villi korialis
baik pada percobaan pengapungan jaringan pada saline maupun pada pemeriksaan
histologis, itu artinya terdapat kehamilan intrauterin.
5. Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui apakah
terdapat darah di dalam kavum Douglas. Metode ini dilakukan dengan cara
memasukan jarum menembus fornix posteror vagina ke cul-de-sac dan mencoba
mengaspirasi darah. Namun, walaupun metode ini cukup sederhana, cepat, dan tidak
mahal, penggunaannya saat ini sudah jarang dilakukan karena tingginya hasil positif
palsu (10-14%). Tingginya nilai positif palsu ini dapat disebabkan oleh korpus luteum
yang ruptur, abortus inkomplit, dan menstruasi retrograde.
6. Laparoskopi
Laparoskopi menjadi pilihan terakhir yang digunakan sebagai alat bantu
diagnostik untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian metode diagnostik yang
lain meragukan. Pemakaian rutin pemeriksaan laparoskopi pada semua pasien yang
diduga mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko dan menambah biaya yang
tidak diperlukan walaupun sebenarnya laparoskopi memang pemeriksaan standar
diagnostik.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi
kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan tuba berbeda
dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula
penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik

4
terganggu. Tentunya penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang belum
terganggu berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu
yang menyebabkan syok.
Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien pada
kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar β-hCG. Penurunan kadar β-hCG
diobservasi ketat dengan penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan
kadar stabil atau cenderung turun. Oleh sebab itu, tidak semua pasien dengan kehamilan
ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi
pada keadaan-keadaan berikut: 1) kehamilan ektopik dengan kadar β-hCG yang menurun,
2) kehamilan tuba, 3) tidak ada perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan 4) diameter
massa ektopik tidak melebihi 3.5 cm. Sumber lain menyebutkan bahwa kadar β-hCG awal
harus kurang dari 1000 mIU/mL, dan diameter massa ektopik tidak melebihi 3.0 cm.
Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif pada 47-82% kehamilan tuba.1,6
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas
jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus
memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut
bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen
dan kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang
efektif selama 3-4 bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang
tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi ginjal,
hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi terhadap
pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan
ektopik secara medis.
1. Methotrexate
2. Actinomycin
3. Larutan Glukosa Hiperosmolar

G. Kewenangan Bidan
Bagi setiap wanita hamil yang diduga bidan mengalami kehamilan ektopik atau
ketika tidak dapat dipastikan apakah kehamilan berlangsung di dalam rahim dan wanita
tersebut menunjukan tanda dan gejala kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan medis
lebih lanjut diperlukan.
Bidan dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian riwayat kehamilan serta
evaluasi laboratorium, termasuk pemeriksaan ultrasonografi. Jika kemungkinan

5
kehamilan ektopik tidak dapat disingkirkan, maka bidan harus berkonsultasi dengan
dokter (Varney, dkk, 2006).

H. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi,
tumbuh dan berkembang di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut
mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kewenangan bidan yaitu dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian
riwayat kehamilan serta evaluasi laboratorium, termasuk pemeriksaan ultrasonografi. Jika
kemungkinan kehamilan ektopik tidak dapat disingkirkan, maka bidan harus
berkonsultasi dengan dokter (Varney, dkk, 2006).

I. Dafar Pustaka
1. Cunningham FG. Ectopic Pregnancy. Williams Obstetrics. 21st ed. New York:
McGraw-Hills. 2001.p.883-910.
2. Anthonius BM. Kehamilan Ektopik. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2001.324-67.
3. Rustam MPH. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Jakarta: EGC.2003.h.226-35.
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2002.h. 323-338.
5. Bader TJ. Ectopic Pregnancy. Ob/Gyn Secrets. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier-
Mosby.2005.p.109.
6. Lozeau AM, Potter B. Diagnosis and Management of Ectopic Pregnancy. American
Academy of Family Physician.2005.p.1707-14

6
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Anda mungkin juga menyukai