Anda di halaman 1dari 29

Imada khoironi

30101206643
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di
luar lokasi normal endometrium. Blastokis normalnya
akan berimplantasi pada endometrium kavum uteri.
Bila blastokis tidak berimplantasi pada tempat
tersebut, maka disebut kehamilan ektopik.
Kehamilan Ektopik tergangu (KET) merupakan
kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut
abdomen, dengan trias gambaran klasik yaitu
amenore, nyeri abdomen akut dan perdarahan
pervaginam. Implantasi hasil konsepsi dapat terjadi
pada tuba fallopii, ovarium, dan kavum abdomen
atau pada uterus namun dengan posisi yang
abnormal (kornu, serviks).
Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Angka kejadian kehamilan
ektopik per 1000 kehamilan yang dilaporkan di Amerika
Serikat meningkat empat kali lipat dari tahun 1970
sampai tahun 1992. Pada tahun 1992 di Amerika Serikat
angka kejadian kehamilan ektopik hampir 2% dari
seluruh kehamilan. Yang penting, kehamilan ektopik
menyebabkan 10% kematian yang berhubungan dengan
kehamilan. Sedangkan di Indonesia, laporan dari Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, angka kejadian
kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah 153 diantara
4007 persalinan atau 1 diantara 26 persalinan.
Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang
telah dibuahi ke kavum uteri.
Salpingitis, khususnya endosalpingitis, yang menyebabkan aglutinasi lipatan
arboresen mukosa tuba dengan penyempitan lumen atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya siliasi mukosa tuba akibat infeksi dapat
turut menyebabkan implantasi zigot dalam tuba fallopi. Pada laporan klasik
Westrom, wanita dengan riwayat salpingitis (yang dikonfirmasi dengan
laparoskopi) mempunyai risiko 4 kali lipat untuk menderita kehamilan ektopik.
Bukti infeksi Klamidia (antibodi dalam sirkulasi) berhubungan dengan
peningkatan 2 kali lipat risiko kehamilan ektopik.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus atau infeksi masa nifas,
apendisitis ataupun endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba dan
penyempitan lumennya.
Kelainan pertumbuhan tuba, khususnya divertikulum, ostium assesorius dan
hipoplasia. Kelainan semacam ini sangat jarang terjadi.
Kehamilan ektopik sebelumnya, dan sesudah sekali mengalami kehamilan
ektopik, insiden kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15
persen. Meningkatnya risiko ini kemungkinan disebabkan oleh salpingitis yang
terjadi sebelumnya.
Pembedahan sebelumnya pada tuba, entah dilakukan untuk memperbaiki patensi
tuba atau kadang-kadang dilakukan pada kegagalan sterilisasi. Wanita yang
pernah mengalami pembedahan tuba mempunyai risiko kehamilan ektopik yang
lebih tinggi. Wanita dengan kehamilan ektopik yang dilakukan pembedahan
konservatif mempunyai risiko 10 kali lipat untuk mengalami kehamilan ektopik
berikutnya.
Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan memperbesar risiko
terjadinya kehamilan ektopik. Risiko ini tidak berubah setelah satu kali menjalani
abortus induksi, namun akan menjadi dua kali lipat setelah menjalani abortus
induksi sebanyak dua kali atau lebih, kenaikan risiko ini kemungkinan akibat
peningkatan insiden salpingitis.
Tumor yang mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksa.
Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim yang digalakkan akhir-akhir ini telah
meningkatkan insiden kehamilan ektopik. Tapi harus diingat bahwa penggunaan
IUD modern seperti Copper T tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik dan
malahan merupakan proteksi terhadap kehamilan. Studi yang lebih besar yang
dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa pengguna IUD memiliki risiko kurang dari
50 % untuk mengalami kehamilan ektopik dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan kontrasepsi. Tetapi apabila pemakai IUD menjadi hamil maka
kehamilannya kemungkinan besar merupakan kehamilan ektopik. Sekitar 3-4 %
kehamilan pada pemakai IUD adalah ektopik.

Migrasi eksternal ovum mungkin bukan faktor yang penting kecuali pada kasus-kasus perkembangan
duktus mulleri yang abnormal, sehingga terjadi hemiuterus dengan kornu uterina rudimenter dan tidak
berhubungan. Risiko terjadinya kehamilan ektopik dapat pula sedikit meningkat pada wanita dengan
satu oviduk kalau saja dia mengalami ovulasi dari ovarium sisi kontra lateralnya. Kelambatan
pengangkutan ovum yang telah dibuahi lewat saluran tuba atau oviduk akibat migrasi eksternal akan
meningkatkan sifat-sifat invasif blastokis sementara masih berada di dalam oviduk. Peristiwa ini
mungkin bukan faktor yang penting dalam proses terjadinya kehamilan ektopik pada manusia.
Refluks menstrual pernah dikemukakan sebagai penyebab terjadinya kehamilan ektopik. Kelambatan
fertilisasi ovum dengan perdarahan menstruasi pada waktu sebagaimana biasanya, secara teoritis
dapat mencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau menyebabkan ovum tersebut berbalik ke dalam
tuba. Bukti yang mendukung fenomena ini tidak banyak.
Berubahnya motilitas tuba dapat terjadi mengikuti perubahan pada kadar estrogen dan progesteron
dalam serum. Perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik dalam otot polos uterus serta tuba
fallopi kemungkinan benar menjadi penyebabnya. Segi praktisnya tampak pada peningkatan insiden
kehamilan ektopik yang dilaporkan setelah penggunaan preparat kontrasepsi oral yang hanya
mengandung progestin. Juga dilaporkan peningkatan insiden kehamilan ektopik sebesar 4 hingga 13
persen di antara para wanita yang pernah mendapatkan preparat dietilstilbestrol (DES) intrauteri.
Kejadian ini mungkin lebih disebabkan oleh berubahnya motilitas tuba daripada oleh abnormalitas
strukturnya.
Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah dibuahi. Unsur- unsur ektopik
endometrium dapat meningkatkan implantasi dalam tuba. Meskipun para pengamat pernah
melaporkan adanya fokus-fokus endometriosis dalam tuba fallopi, namun hal ini merupakan keadaan
Dibawah pengaruh hormon estrogen daan progesteron
dari korpus luteum graviditatis dan tropoblas uterus
menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah
pula menjadi desidua. Dapat ditemukan perubahan-
perubahan pada endometrium yang disebut Fenomena
Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya
hipertropik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak
teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau
berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis.
Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian
kehamilan ektopik.1
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami
degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping,
tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan
yang dijumpai pada KET berasal dari uterus dan
disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif.1
Perdarahan pervaginam
Amenore
Nyeri perut bagian bawah.
Pemeriksaan Hb dan jumlah sel darah merah
Perhitungan leukosit
Tes kehamilan
Ultrasonografi (USG)
Diagnosis
Diagnosis KET ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang1-8
Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan trias KET klasik yaitu: amenorea, nyeri perut yang
biasanya bersifat unilateral serta perdarahan pervaginam. Gejala tak spesifik lainnya seperti
perasaan enek, muntah dan rasa tegang pada payudara serta kadang-kadang gangguan
defekasi.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda syok : tekanan darah menurun (sistolik < 90 mmHg), nadi cepat dan lemah (>
110 kali permenit), pucat, berkeringat dingin, kulit yang lembab, nafas cepat (> 30 kali
permenit), cemas, kesadaran berkurang atau tidak sadar.
Gejala akut abdomen : perut tegang pada bagian bawah, nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri
lepas dari dinding perut.
Pemeriksaan ginekologi: biasanya didapatkan servik teraba lunak, nyeri tekan dan nyeri
goyang, korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-kadang sulit diketahui karena
nyeri abdomen yang hebat, kavum Douglas menonjol oleh karena terisi darah.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Kadar Hb, jumlah sel darah merah dan leukosit, tes kehamilan
USG
Kombinasi USG dengan pemeriksaan kuantitatif -hCG
Kuldosintesis
Kuretase uterus
Laparoskopi
Laparotomi
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kehamilan ektopik
terganggu ialah infeksi pelvis, abortus
iminens, kista folikel, korpus luteum yang
pecah, kista ovarium dengan putaran tangkai,
serta apendisitis. Peritonitis. Penyakit-
penyakit ini dapat memberikan gambaran
klinis yang hampir sama dengan KET.
Penatalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu
ialah 1,2,4,5,6,8:
Segera dibawa ke rumah sakit
Transfusi darah dan pemberian cairan untuk mengoreksi anemia
dan hipovolemia.
Operasi segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan. Jenis
operasi yang dikerjakan antara lain berupa salpingektomi yang
dilakukan pada kehamilan tuba dan oovorektomi atau
salpingoovorektomi pada kehamilan di kornu. Pada kehamilan di
kornu jika pasien berumur >35 tahun sebaiknya dilakukan
histerektomi, bila masih muda sebaiknya dilakukan fundektomi.
Pada kehamilan abdominal, bila kantong gestasi dan plasenta
mudah diangkat sebaiknya diangkat saja tetapi bila besar dan
susah diangkat maka anak dilahirkan dan tali pusat dipotong
dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup.
PENATALAKSANAAN
Pertama dilakukan tindakan perbaikan keadaan umum dengan
mengatasi kondisi pre syok. Pada pasien diberikan infus RL 28
tetes/menit sampai kondisi syok teratasi, dengan terus dilakukannya
monitoring tanda-tanda vital. Kemudian seharusnya dilakukan cek Hb
serial setiap 2 jam untuk memantau apakah terdapat penurunan Hb.
Apabila Hb < 9 gr/dL maka dilakukan tranfusi PRC. Namun karena
kondisi emergency dan Setelah mendapat persetujuan dari keluarga
dilakukan tindakan laparatomi untuk menghentikan perdarahan yang
terjadi oleh karena ruptur tuba. Tindakan laparatomi yang dilakukan
bersifat sebagai alat diagnostik sekaligus terapeutik. Saat abdomen
dibuka terdapat darah kurang lebih sebanyak 2500 cc, hal ini
membuktikan adanya perdarahan yang terkumpul di rongga abdomen.
Setelah ditelusuri didapatkan ruptur tuba pars ismika kanan. Setelah
tuba diklem, dilakukan salfingektomi sinistra.
Setelah mendapatkan perawatan selama 4 hari kondisi pasien membaik
dan pasien diijinkan untuk pulang.
IDENTITAS
Nama : Ika Nur Istiani
Umur : 25 tahun
Alamat : genuksari rt 4/3 semarang
Ruang kamar : Nisa 2
No. CM : 1295759
MRS : 9 Mei 2017
Keluhan Utama : keluar darah
Pasien datang ke igd dengan keluhan nyeri perut sejak 2
hari yang lalu serta keluar flek flek sedikit-sedikit,
berwarna kecoklatan, dan keluar terus menerus. Nyeri
dirasakan di seluruh perut bagian bawah, mendadak,
dirasakan seperti tertusuk dan terjadi terus menerus
hingga pasien masuk rumah sakit. Nyeri tidak menghilang
meskipun pasien mengganti posisi tubuhnya dan
mengakibatkan pasien tidak dapat beraktivitas. Keluhan
nyeri seperti ini belum pernah dirasakan sebelumnya oleh
pasien. pasien juga mengeluh merasa sangat lemas sejak
kemarin. Kepala dirasakan sedikit pusing dan pandangan
kadang-kadang berkunang-kunang. Keluhan mual-mual
ringan tanpa disertai muntah juga dirasakan sejak awal
kehamilannya, keluhan ini terutama dirasakan di pagi hari.
Tidak ada keluhan BAK dan BAB. Riwayat pingsan, panas
badan disangkal .
Riwayat obs : G2POA1
G1 : ab dilakukan curretage
G2 : HAMIL SEKARANG
HPHT: 20 3 2017
Uk : 7 minggu
Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama : 5 hari
ANC : Bidan, USG (-)
PPT (+)
Riwayat kontrasepsi :-
Riwayat pernikahan : 1 kali, selama 2 tahun
Riwayat penyakit sebelumnya :
Hipertensi sebelumnya (-)
Diabetes mellitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Asma (-)
Riwayat keputihan (-)
Riwayat operasi :-
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
Kondisi Umum : Lemah
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 101x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Temperatur rektal : 36 oC
Status General :
Mata : Anemia +/+ , ikterus -/-
THT : Kesan tenang
Thoraks : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Po : Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : ~ Status ginekologi
Ekstremitas : Dingin, lembab (+) , odem (-)
Status Ginekologi :
Abdomen : Fut ttb, distensi (+), BU (+) N, nyeri (+)
Defance musculare (+)
Tanda cairan bebas (+) Shifting dullness (+)
Nyeri tekan (+)
Vagina (Insp) : Flx (+), fl (-), P (-), livide (+)
(VT) : Po : Flx (+), fl (-), P (-), nyeri goyang (+)
CU : AF b/c > N
AP : massa -/-, nyeri +/+
CD : menonjol, nyeri +

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap : Hematologi


Hb : 8,0 g/dL
Hematokrit : 32,7%
Leukosit : 9,84 /uL
Trombosit : 299 ribu /uL
APTT/PTTK : 25 detik
PPT : 8.5 detik

Tes Kehamilan: PPT (+)

Ultrasonografi (USG):
GS intrauterin (-)
Tanda cairan bebas (+) di cavum abdomen
Kesan: Kehamilan ektopik terganggu

DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Abortus imminens

DIAGNOSIS KERJA
G2P0A1 uk 7- + Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
No. Teori Pasien
1. Anamnesis Anamnesis
1. Trias klasik KET - Riwayat telat haid (+) dengan HPHT
- Amenorea (20-3-2017)
- Nyeri perut - Nyeri perut mendadak di seluruh perut
- Perdarahan pervaginam bawah yang berat dan terus menerus.
2. Tanda-tanda hamil muda - Flek-flek berwarna kecoklatan pagi
- Mual-muntah hari sebelum MRS.
- Rasa tegang pada payudara - Mual-mual ringan terutama di pagi
hari sejak mulai merasa telat haid.
2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
1. Gejala akut abdomen - Status Ginekologi:
- Nyeri tekan Abdomen: Fut ttb, distensi (+), BU (+)
- Defance musculare N, nyeri (+)
2. Pemeriksaan ginekologi Defance musculare (+)
- Servik teraba lunak, Tanda cairan bebas (+)
- Nyeri goyang, Shifting dullness (+)
- Korpus uteri normal atau sedikit Nyeri tekan (+)
membesar, Vagina :
- Kavum Douglas menonjol oleh (Insp) : Flx (+), fl (-), P (-), livide
karena terisi darah. (+)
(VT) : Po: Flx (+), fl (-), P (-),
nyeri goyang (+)
CU: AF
b/c > N
AP:
massa -/-, nyeri +/+
CD:
menonjol, nyeri +

3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium 1. Laboratorium
- Leukosit normal/meningkat - PPT (+)
- PPT (+) -
2. USG 2. USG
- GS (-) intrauterin, (+) di - GS intrauterin (-)
ekstrauterin - Tanda cairan bebas (+) di cavum
- Tanda cairan bebas pada kavum abdomen
abdomen Kesan: Kehamilan ektopik terganggu
- Massa abnormal di daerah pelvis
3.
3. Kombinasi USG dengan
pemeriksaan kuantitatif -hCG
- GS (-) intrauterin
- Kadar -hCG serum 1500
mIU/ml atau lebih,
4. Kuldosintesis
- Darah (+) di cavum Douglass
5. Kadar progesteron
- < 5 ng/mL
3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium 1. Laboratorium
- Leukosit normal/meningkat - PPT (+)
- Hb <9 - Hb 8.0
- PPT (+) 2. USG
2. USG - GS intrauterin (-)
- GS (-) intrauterin, (+) di - Tanda cairan bebas (+) di cavum
ekstrauterin abdomen
- Tanda cairan bebas pada Kesan: Kehamilan ektopik terganggu
kavum abdomen
3.
- Massa abnormal di daerah
pelvis
3. Kombinasi USG dengan
pemeriksaan kuantitatif -hCG
- GS (-) intrauterin
- Kadar -hCG serum 1500
mIU/ml atau lebih,
4. Kuldosintesis
- Darah (+) di cavum Douglass
5. Kadar progesteron
- < 5 ng/mL
6. Kuretase uterus
- Vili (-)
7. Laparoskopi
8. Laparotomi
Pasien G2P1A1 usia 25 tahun kiriman dari IGD 9 mei 2017
dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 2 hari yang lalu
serta keluar flek flek sedikit-sedikit, berwarna
kecoklatan terdapat riwayat pingsan dan terlambat haid
Keadaan Umum : Lemah
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 101x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Temperatur : 36 oC
Status Obstetri :
G2POA1
G1 : ab dilakukan curretage
G2 : HAMIL SEKARANG
HPHT : 20 /3/ 2017
uk : 7 minggu
Pemeriksaan Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : distensi (+),
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi :Defance musculare (+)Nyeri tekan (+)
Perkusi : Tanda cairan bebas (+) Shifting dullness
(+)
Genitalia
Inspeksi : Vagina : tampak fluksus (+)
Dinding vagina licin dalam batas normal, rugae (+),
Porsio licin, kenyal, , nyeri goyang portio (+)
Corpus uteri antefleksi normal
Adneksa paramaetrium dalam batas normal, massa (-),
nyeritekan (+).
Cavum douglass terdapat penonjolan. Discharge (-), Darah (+)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Hb : 8,6 gr/dL
Hematokrit : 34,0 %
Leukosit : 9,5 ribu/uL
Trombosit : 202 ribu/uL
Golongandarah :B, Rhesus (+)
APTT/PTTK : 25,6 detik
PPT : 8,6 detik
Tes Kehamilan: (+)
Usg:
GS intrauterin (-)
Tanda cairan bebas (+) di cavum abdomen
Kesan: Kehamilan ektopik terganggu
DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Abortus imminens
PENATALAKSANAAN
Terapi. infus RL 28 tetes/menit
pro Laparatomi cito
Cefotaxim 2 g IV
Persiapan darah
Monitoring : Keluhan
Vital Sign
Durante operasi (7 Mei 2017) :
Follow up post laparotomi
Tensi: 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Pdx : post op
Tx : Cefotaxim 2 x 1 g
Metronidazole 2x1
Mx : Obs. 2 jam pasca laparotomi

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S , Wiknjosastro H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;
323-334
Wiknjosastro,H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2000; 198-204
Delfi L. Kehamilan Ektopik. Sinopsis Obstetri; jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 226-37
Cunningham FG, gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, haulth JC, Wenstrom KD. Ectopic Pregnancy. In: William Obstetrics, 21thed; USA; Mc
graw hill; 2001; pp 883-910
Lipscomb GH. Ectopic Pregnancy. Obstetric and Gynecology Principles for Practice.In: Ling FW,Duff P editor. International edition;USA. Mc
Graw Hill; 2001;pp 1134-1147
Speroff L, Glass RH, Kase NG. Ectopic Pregnancy In Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 6thed.Philadelphia.Lippincot William
& Wilkins, 1999,pp 1149-1164
Chapin DS. Kehamilan Ektopik. Dalam: Friedman EA, Acker DB, Scachs BP. Seri Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta; Binarupa
Aksara; 2000. Hal 54-56.
Berek JS. Ectopic Gestasion. In Novaks Gynecology. 13thed.Philadelphia Lippincot Williams & Wilkins, 2002, pp510-534
Beck WW, Jr. Ectopic Pregnancy. In: Obstetrics and Gynecology 4ed. William & Wilkins the Science of Review. New York. 1996; 315-320
Pearson J, Rooyen JV. Ectopic Pregnancy. In: Bandowski BJ, Hearne AE, Lambrou BJC, For HE, Wallase EE editor. The Jhons Hopkins Manual
Of Gynecology and Obstetric; 2nd ed. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins; 2002;pp 305-13.
Braun, RD. Surgical Management of Ectopic Pregnancy. Available in : http://www.emedicine.com/med/topic3316.htm. Last Update : 26
Januari 2007. Accessed : 1 April 2010.
Ectopic Pregnancy. A Guide for Patients. American Society For Reproductive Medicine.1996.

Anda mungkin juga menyukai