Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.

Sekitar 2 dari 100 kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik

dan sekitar 95% pada tuba fallopii. Bentuk lain dari kehamilan ektopik yaitu

kehamilan servikal, kehamilan ovarial dan kehamilan abdominal.1

Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik terjadi 95% di tuba yang

terdiri atas: Pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan

pars interstitial (2%). Kehamilan ektopik < 5% antara lain terjadi di serviks

uterus, ovarium atau abdominal. Dapat juga terjadi kehamilan intraligamenter,

tapi jumlahnya sangat sedikit. Kehamilan heterotopic merupakan kehamilan

ganda di mana satu janin berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan

kehamilan ektopik. Kejadian sekitar satu per 15.000-40.000 kehamilan. Dapat

juga terjadi kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan

walaupun sangat jarang terjadi. 2

Etiologi kehamilan ektopik belum diketahui pasti meskipun sejumlah faktor

resiko telah terungkap. Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada

perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa

studi faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah, infeksi saluran

telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur,

riwayat operasi tuba, cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang,

1
kehamilan ektopik sebelumya, aborsi tuba dan pemakaian IUD, kelainan zigot

yaitu kelainan kromosom, bekas radang pada tuba menyebabkan perubahan-

perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan

ovum ke uterus terlambat, operasi plastik pada tuba, dan abortus buatan.3

Kehamilan ektopik adalah satu dari sejumlah kondisi yang diharapkan dapat

dimanajemen secara medis atau pembedahan. Manajemen bedah sangat penting

dalam skenario klinis kehamilan ektopik pecah. Pendekatan laparoskopi lebih

disukai daripada pendekatan terbuka pada pasien yang hemodinamiknya stabil.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah

dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Sebuah kehamilan

ektopik terjadi ketika ovum yang telah dibuahi berimplantasi di luar cavum uteri.

Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan

peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. 4

B. Etiologi

Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung

telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor risiko yang diperkirakan

sebagai penyebabnya adalah:3

a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada

motilitas saluran telur.

b. Riwayat operasi tuba.

c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.

d. Kehamilan ektopik sebelumya.

e. Kontrasepsi : Pemakaian IUD.

f. Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom.

3
g. Bekas radang pada tuba menyebabkan perubahan-perubahan pada

endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke

uterus terlambat.

h. Operasi plastik pada tuba.

Gambar 1. Kehamilan tubal

C. Epidemiologi
Di negara berkembang, di antara seluruh kehamilan dilaporkan sekitar 1-2%

adalah kehamilan ektopik. Insiden meningkat lebih banyak di negara-negara

berkembang, tapi jumlah spesifik tidak diketahui. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6

per seribu kehamilan. Peningkatan insiden dikaitkan dengan tiga faktor : peningkatan

faktor resiko seperti penyakit radang panggul, wanita merokok di usia reproduktif dan

meningkatnya penggunaan tekhnologi bantu reproduksi dan meningkatnya kesadaran

akan kondisi, yang difasilitasi oleh terbentuknya unit-unit yang melakukan skrining

awal kehamilan. Di USA, kehamilan ektopik menjadi penyebab utamam kematian di

trimester awal kehamilan (0.35/1000 kehamilan ektopik) di negara berkembang di

dunia diperkirakan 10% wanita yang terdiagnosis kehamilan ektopik meninggal.

Kehamilan ektopik menjadi penyebab utama kesakitan ibu, dikarenakan gejala akut

4
berupa nyeri panggul dan perdarahan vaginal dan masalah jangka panjang yaitu

infertilitas.2,4

Kehamilan pada tuba terjadi pada hampir 95 % kehamilan, 70 % kasus terjadi pada

ampulla, 12 % kasus terjadi isthmus, 11 % kasus terjadi pada fimbria, dan 5 % terjadi

di kavum abdomen, ovarium, dan serviks.1

Gambar 2. Persentase lokasi kejadian KET

Ruptur pada kehamilan ektopik (kehamilan ektopik terganggu – KET)

menyebabkan kematian pada 10 – 15 %. Untungnya setelah penggunaan USG

transvaginal dan pemeriksaan beta-hCG dapat menurunkan insidens kematian

akibat kehamilan ektopik dari 35,5 kematian per 10.000 kehamilan dengan ektopik

pada tahun 1970 menjadi 3,8 per 10.000 kehamilan ektopik pada tahun 1989.1,2

D. Faktor Resiko
Faktor resiko yang sering menyebab terjadinya kehamilan ektopik : 6-11
5
a. Usia

Umur merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya kehamilan ektopik.

Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik berumur 20-40 tahun dengan

umur rata-rata 30 tahun. Menurut Linardakis (1998) 40% dari kehamilan ektopik

terjadi antara umur 20-29 tahun.

b. Paritas

Insiden kehamilan ektopik meningkat seiring dengan pertambahan paritas. Kejadian

ini lebih banyak terjadi pada multipara

c. Riwayat Penyakit Terdahulu

Riwayat penyakit yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah infeksi,

tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur, dan keadaan infertile.

d. Riwayat Kehamilan Jelek

Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah

kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola.Sekali pasien pernah

mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai 25% untuk

terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik

menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.

e. Riwayat kontrasepsi

Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan ektopik.

Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi

oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , rasio kehamilan ektopik

dibandingkan dengan kehamilan intrauterin adalah lebih besar daripada wanita-


6
wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi.18 Kejadian kehamilan ektopik

pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pemakai

kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik per 1000 akseptor AKDR setiap

tahun. Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden

yang tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi

akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa. Pada

pemakai pil mini 4- 6% dari kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan tetapi

dilaporkantidak terjadi perubahan insiden pada akseptor pil kombinasi.

f. Riwayat infeksi pelvis

Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik mempunyai

riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita infeksi akibat penyakit GO

(gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang menyebabkan ibu yang

menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan gejala yang di

deritanya adalah tanda infeksi atau hanya keputihan yang bersifat fisiologis.

g. Riwayat operasi tuba

Adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur sterilisasi yang

gagalmaupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba semakin umum sebagai

faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.

h. Merokok

Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden kehamilan

ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor

andrenergik dalam tuba.


7
E. Patofisiologi
Fertilisasi dapat terjadi di bagian mana saja di tuba Fallopi, sekitar 55% terjadi di

ampulla, 25% isthmus, 17% fimbria. Oleh karena lapisan submukosa di tuba fallopii

tipis, memungkinkan ovum yang telah dibuahi dapat segera menembus sampai ke

epitel, zigot akan segera tertanam ke lapisan muskuler. Trofoblas berproliferasi

dengan cepat dan menginvasi daerah sekitarnya. Secara bersamaan, pembuluh darah

ibu terbuka menyebabkan terjadi perdarahan di ruang antara trofoblas atau antara

trofoblas dan jaringan di bawahnya. Dinding tuba yang menjadi tempat implantasi

zigot mempunyai ketahanan yang rendah terhadap invasi trofoblas. Embrio atau janin

pada kehamilan ektopik seringkali tidak ditemukan dan tidak berkembang. 4

 Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini

penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.2

 Abortus Tuba

Terjadinya abortus tuba bergantung pada lokasi implantasi. Umumnya terjadi

bila implantasi di ampulla, sebaliknya ruptur tuba terutama bila implantasi di daerah

istmus. Adanya perdarahan menyebabkan plasenta dan membrane terlepas dari

dinding tuba. Jika plasenta terlepas seluruhnya, semua produk konsepsi dapat keluar

melalui fimbria ke rongga abdomen. Saat itu perdarahan dapat berhenti dan gejala

umumnya menghilang. Perdarahan akan tetap terjadi selama produk konsepsi tetap

berada di tuba. Darah akan menetes sedikit-sedikit melalui tuba dan berkumpul di
8
kavum Douglasi. Jika fimbria mengalami oklusi, darah akan terkumpul di tuba

membentuk hidrosalfing. 2

 Ruptur Tuba

Produk konsepsi yang melakukan invasi dapat menyebabkan tuba pecah pada

beberapa tempat. Jika tuba ruptur minggu-minggu pertama kehamilan biasanya

implantasi terjadi di isthmus, jika implantasi terjadi di pars interstitial, rupture terjadi

agak lambat. Ruptur umumnya terjadi spontan, tetapi dapat pula disebabkan oleh

trauma akibat koitus dan pemeriksaan bimanual. 2

Saat ruptur semua hasil konsepsi keluar dari tuba, atau jika robekan tuba kecil,

perdarahan hebat dapat terjadi tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dari tuba. Jika

hasil konsepsi keluar rongga abdomen pada awal kehamilan, implantasi dapat terjadi

di daerah mana saja di rongga abdomen, asal terdapat sirkulasi darah yang cukup,

sehingga dapat bertahan dan berkembang. Namun hal tersebut jarang terjadi,

sebagian besar hasil konsepsi yang berukuran kecil umumnya akan diresorbsi.

Kadang-kadang jika ukurannya besar, dapat tertahan di kavum Douglasi membentuk

massa yang berkapsul atau mengalami kalsifikasi membentuk lithopedon. 2

F. Klasifikasi

Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari

kehamilan ektopik, dapat dibedakan menurut :8,10,13,14

A. Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian tuba fallopi.

Merupakan bagian jenis terbanyak gestasi ekstra uterin yang paling sering terjadi

9
sekitar 95% dari kehamilan ektopik. Kehamilan tuba akan menghasilkan salah

satu dari ketiga hal ini :

1. Kematian hasil konsepsi dalam stadium dini : hasil konsepsi ini kemudian bias

di absorpsi seluruhnya atau tetap tinggal sebagai mola tuba.

2. Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-sama

hasil konsepsi (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari tuba

untuk masuk ke dalam uterus atau keluar ke dalam kavum peritoneum.

3. Ruptura tuba : erosi dan akhirnya rupture tuba terjadi kalau hasil konsepsi

terus tumbuh hingga melampaui kemampuan peregangan otot tuba.

B. Kehamilan ovarial merupakan kehamilan pada ovarium, perdarahan terjadi

bukan saja disebabkan oleh pecahnya kehamilan ovarium tetapi juga rupture tuba

korpus luteum, torsi dan endometriosis. Meskipun daya akomodasi ovarium

terhadap kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan

ovarium umumnya mengalami ruptur pada trimester awal.

C. Kehamilan uterus merupakan kehamilan pada uterus tidak pada tempat yang

tepat, pada endometrium kavum uteri sebab implantasi terjadi pada kanalis

servikalis (gestasi pada servikal uteri), diverticulum (gestasi pada invertikulum

uteri), kurnua (gestasi pada kornu uteri), tanduk rudimenter (gestasi pada tanduk

rudimenter).

D. Kehamilan servikal adalah jenis dari kehamilan ektopik yang jarang terjadi.

Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya hasil konsepsi,

10
serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu

sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil.

E. Kehamilan Abdominal terbagi menjadi dua yaitu :

1) Primer, dimana impantasi sesudah dibuahi langsung di peritoneum atau cavum

abdominal.

2) Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya

didalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam

rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua

kasus kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat

rupture atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen.

Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal

ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai

maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang

sempurna.

F. Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan intrauterin yang dapat terjadi dalam

waktu berdekatan dengan kehamilan ektopik. Kehamilan heterotopik dapat di

bedakan atas :

1) Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan yang

dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan intrauterin

normal.

2) Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu terjadinya

kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehamilan ektopik yang


11
telah mati atau pun ruptur dan kehamilan intrauterin yang terjadi kemudian

berkembang seperti biasa.

G. Kehamilan interstisial yaitu implantasi hasil konsepsi terjadi dalam pars

interstitialis tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai kehamilan kornual

(kahamilan intrauterin, tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya

akan pembuluh darah. Karena lapisan miometrium di sini lebih tebal maka

rupture terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4.

H. Kehamilan intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang

pecah (bagian yang berada di antara kedua lapisan peritoneum visceral yang

membentuk ligamentum latum).

I. Kehamilan tubouterina merupakan kehamilan yang semula mengadakan

implantasi pada tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara

perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.

J. Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula

mengadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara berangsur

mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.

K. Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba

dan sebagian pada jaringan ovarium.

G. Manifestasi Klinis
Pasien dengan kehamilan ektopik umunya menunjukkan gajala nyeri dan

perdarahan vaginal pada usia kehamilan 6-10 minggu. Nyeri dapat menetap dan
12
memberat dan kadang hanya satu sisi. Nyeri puncak bahu, syncope dan shock terjadi

pada 20% wanita dan nyeri tekan abdominal lebih dari 75%. Pada pemeriksaan

bimanual, nyeri goyang portio dilaporkan pada 67% kasus dan ditemukan massa

adnexa sekitar 50%. Baru-baru ini, dilaporkan satu dari tiga wanita tidak memiliki

tanda klinis dan 9% tidak memiliki gejala.11

Ruptur pada kehamilan ektopik harus dicurigai jika seorang wanita yang

memiliki hasil tes kehamilan positif dan menunjukkan sinkop dan tanda syok

termasuk takikardia, pucat dan kolaps. Dapat ditemukan distensi abdomen dan nyeri

tekan. Saat pemeriksaan bimanual, akan didapatkan kekakuan, nyeri goyang portio

dan massa adnexa, dan harus dilakukan sehati-hati mungkin karena dapat

mencetuskan perdarahan. Jika kehamilan ektopik terjadi pada wanita muda biasanya

dapat ditemui sejumlah kompensasi hemodinamik. Takikardia adalah tanda utama,

tapi syok dekompensasi merupakan perdarahan intraperitoneal. Dalam kasus

gawatdarurat, jika pasien kolaps dan dicurigai rupture tubal, pemeriksaan klinis

memanjang tidak tepat dan diindikasikan dilakukan intervensi pembedahan segera.

Bagaimanapun, sangat sulit mendiagnosis kehamilan ektopik hanya dari faktor resiko,

riwayat dan pemeriksaan saja. Klinisi harus mencurigai kehamilan pada seorang

wanita dengan gejala abdominal atau pelvis dan mencurigai kehamilan ektopik pada

wanita usia reproduktif dengan gejala-gejala kehamilan ektopik.12

Gejala Klinis Akut

13
Gambaran klasik kehamilan ektopik adalah adanya riwayat amenorea, nyeri

abdomen bagian bawah dan perdarahan dari uterus. Nyeri abdomen umumnya

mendahului keluhan perdarahan pervaginam biasanya dimulai dari salah satu sisi

abdomen bawah dan dengan cepat menyebar ke seluruh abdomen. Adanya darah di

rongga perut menyebabkan iritasi subdiafragma yang ditandai dengan nyeri pada

bahu dan kadang-kadang sinkop. 4

Periode amenorea umumnya 6-8 minggu, tetapi dapat lebih lama jika implantasi

terjadi di pars interstitial atau kehamilan abdominal. Pemeriksaan klinik ditandai

dengan hipotensi bahkan sampai syok, takikardi dan gejala peritonism seperti distensi

abdomen dan rebound tenderness. 4

Pada pemeriksaan bimanual ditemukan nyeri saat porsio digerakkan, forniks

posterior vagina menonjol karena darah terkumpul di kavum Douglas atau teraba

massa di dalah satu sisi uterus. 4

Gejala Klinik Subakut

Setelah fase amenorea yang singkat, pasien mengeluh adanya perdarahan

pervaginam dan nyeri perut berulang. Sebaiknya, setiap perempuan yang mengalami

amenorea disertai nyeri perut bagian bawah dicurigai adanya kehamilan ektopik.

Diagnosa kehamilan ektopik subakut kadang sulit dibedakan dengan salpingitis akut,

apendisitis dengan peritonitis pelvik. Demikian pula dengan kista ovarium yang

mengalami perdarahan atau pecah.4

14
H. Diagnosis
Untuk mempertajam diagnosis, maka tiap perempuan dalam masa reproduksi

dengan keluhan nyeri perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan

kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis teliti dan

pemeriksaan cermat diagnosis dapat ditegakkan. Haid biasanya terlambat untuk

beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut

bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi

setelah nyeri perut bagian bawah. 1

a. Anamesis

Pada anamnesis, terdapat trias KET yaitu nyeri perut, amennorrhea, perdarahan

pervaginam

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan dijumpai penderita tampak kesakitan, pucat, anemis, gelisah,

gejala penimbunan darah dalam kavum abdomen, perdarahan dalam rongga perut

dapat ditemukan tanda-tanda syok, gejala gangguan kardiovaskuler, dan gejala

perubahan sistem pernafasan. Pada pemeriksaan dalam/ ginekologi terasa nyeri

tekan dan nyeri goyang pada serviks, forniks posterior menonjol dan nyeri, uterus

dapat teraba agak membesar, terdapat tumor dengan batas tidak jelas disekitar

uterus, dan kavum douglas menonjol, berisi darah dan nyeri bila ditekan.

c. Pemeriksaan Laboratorium

 Hemoglobin, Hematokrit, dan Hitung Leukosit


15
Setelah perdarahan, volume darah yang berkurang dikembalikan kearah

normal oleh hemodilusi yang berlangsung dalam satu atau beberapa hari. Oleh karena

itu, pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit pada awalnya mungkin hanya

memperlihatkan sedikit penurunan. Pada kehamilan ektopik terganggu, derajat

leukositosis sangat bervariasi. Pada sekitar separuh wanita, dapat ditemukan

leukositosis hingga 30.000/μL.

 Pemeriksaan Urine untuk Kehamilan

Pemeriksaan urine yang tersering digunakan adalah pemeriksaan latex-

agglutination inhibition (hambatan penggumpalan lateks) menggunakan slide dengan

sensitivitas untuk gonadotropin korion (hCG) dalam kisaran 500 hingga 800

mIU/mL. pada kehamilan ektopik, kemungkinan positif hanyalah 50 hingga 60

persen. Jika digunakan tabung, deteksi hCG adalah dalam kisaran 150 hingga 250

mIU/mL, dan uji ini positif pada 80 hingga 85 persen kehamilan ektopik. Uji yang

menggunakan enyme-linked immunosorbent assay (ELISA) sensitive hingga 10

sampai 50 mIU/mL dan positif pada 95 persen kehamilan ektopik.

 Pemeriksaan β-hCG Serum

Radioimmunoassay, dengan sensitivitas 5 sampai 10 mIU/mL merupakan

metode paling tepat untuk mendeteksi kehamilan. Karena satu kali hasil pemeriksaan

serum yang positif tidak menyingkirkan kehamilan ektopik maka dirancanglah

beberapa metode yang menggunakan nilai serum kuantitatif serial untuk menegakkan

diagnosis. Metode ini sering digunakan bersama dengan sonografi.

16
 Progesteron Serum

Satu kali pengukuran progesteron sering dapat digunakan untuk memastikan

kehamilan yang berkembang normal. Nilai yang melebihi 25 ng/mL menyingkirkan

kemungkinan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 97,5 persen. Nilai yang kurang dari

5ng/mL mengisyaratkan bahwa mudigah-janin telah meninggal, tetapi tidak menunjukkan

lokasinya. Kadar progesterone antara 5 dan 25 ng/mL bersifat inkonklusif

d. Pemeriksaan Radiologi

 USG Abdominal

Pada kehamilan normal struktur kantong gestasi intrauterine (gestasional sach

intrauterine) dapat dideteksi mulai kehamilan 5 minggu, dimana diameternya

mencapai 5-10 mm. Bila dihubungkan dengan kadar hCG, pada saat itu kadarnya

sudah mencapai 6.000-6.500 mIU/ml. dari kenyataan ini bisa juga diartikan bila pada

kadar hCG > 6500mIU/ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterine, maka

kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. 2

Pemeriksaan ultrasonography sangat membantu dalam penegakkan diagnosis,

terlebih bila dikombinasi dengan pemeriksaan HCG, untuk konfirmasi adanya

gestational sach intrauterine berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum

uteri. Namun gambaran ini hanya dijumpai 5-10% kasus.. Kelemahan USG abdomen

pada kehamilan awal sulit untuk memvisualisasi adanya gestational sach. 2

17
Gambar 3. Gambaran USG Abdominal, ditemukan gambaran kehamilan ektopik

pada adneksa kiri. Terdapat gestational sac dengan fetal pole, yolk

sac, & cardiac activity terdeteksi diluar uterus.

Uterus mungkin besarnya normal, atau mengalami pembesaran tidak sesuai

dengan usia keamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi desidua.

Kavum uteri sering berisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel-sel desidua, pada

pemeriksaan terlihat sebagai struktur cincin anekoik yang disebut kantong gestasi

palsu letaknya simetris di kavum uteri dan tidak menunjukkan struktur cincin ganda. 2

Seringkali dijumpai massa tumor di daerah adneksa yang gambarannya

bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi

mudigah/janin yang hidup, mungkin hanya berisi massa ekogenik dengan batas

ireguler ataupun massa kompleks yang terdiri atas sebagian ekogenik dan anekoik.

Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum Douglasi yang meluas sampai

batas atas rongga abdomen. Bila terjadi bekuan darah, gambaran berupa massa

ekogenik yang tidak homogen. Gambaran perdarahan akibat kehamilan ektopik sulit

18
dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi sebab lain seperti

endometriosis pelvik, peradangan pelvik, asites, pus, kista pecah dan perdarahan

ovulasi.2

 Kuldosentesis

Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada

darah. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain

kasa, darah tua berwarna cokelat sampai hitam tidak membeku atau yang berupa

bekuan-bekuan kecil, darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.2

Gambar 4. Proses kuldosintesis yang menunjukkan ekstraksi darah dari kantong

Douglas Untuk mengidentifikasi kehamilan ektopik.

 Ultrasonografi transvaginal

Ultrasonografi kualitas tinggi, terutama menggunakan rute transvaginal

memudahkan penilaian dini pasien dengan kehamilan, memungkinkan

19
visualisasi yang lebih jelas dari gestasi normal dan abnormal. Dalam kehamilan intra

uterine yang sehat, sebuah TVS mengidentifikasi kantung kehamilan intrauterine

dengan akurasi hampir 100% sejak usia gestasi 5,5 minggu. Meski begitu, diakui

praktik radiografi bahwa kehamilan intra uterine saja secara definitif didiagnosis

dengan visualisasi kuning telur atau embrio dalam kantung kehamilan. Hal ini karena

kehamilan ektopik dapat disertai dengan 'Pseudosak', kumpulan cairan di dalam

rongga endometrium yang mungkin merupakan hasil dari kerusakan lokal dari

desidua endometrium. Namun, lokasi sentral di dalamnya rongga endometrium

membedakan dari kantung kehamilan awal yang biasanya ditempatkan secara

eksentrik. Selain itu, pseudosak bersifat sementara dan tidak konsisten dan keduanya

tidak memiliki reaksi desakan hiperkooik di sekitar mereka. Fitur embrio tambahan

termasuk kantung kuning telur dan aktivitas jantung harus terlihat jelas setelah 6

minggu masa gestasi. Seorang ahli sonografi yang berpengalaman dalam pemindaian

kehamilan dini pada umumnya dapat memberi tahu perbedaan antara pseudosak dan

kantong intrauterine awal yang kosong. Identifikasi IUP dapat menyingkirkan

kehamilan ektopik pada kebanyakan setting kecuali kehamilan heterotopik dicurigai,

di mana kehamilan ektopik berdampingan dengan IUP. 11,12

20
Gambar 5. USG Transvaginal pada Kehamilan Ektopik

Untuk mendiagnosa dengan tidak adanya kantung kehamilan intrauterine,

kehamilan ektopik dapat didiagnosis dengan adanya massa adneksa, sering terlihat di

dalam tuba fallopi.11

 Laparoskopi diagnostik

Dalam kasus di mana dugaan kehamilan ektopik dan ultrasound tidak dapat

disimpulkan, sebuah laparoskopi diagnostik mungkin diperlukan. Hal ini diyakini

sebagai “gold standar” pada kehamilan ektopik. Memang keterlambatan dalam

melakukan laparoskopi diagnostik telah disorot sebagai faktor dalam kasus yang fatal.

Namun, beberapa kehamilan ektopik kecil mungkin terlewatkan pada saat

laparoskopi atau laparotomi. Alternatif untuk laparoskopi diagnostik mungkin

melibatkan pemeriksaan ultrasonografi ulang, terutama ketika β-hCG konsentrasinya

mendekati 1500 IU/l. Strategi lain termasuk tes diagnostik alternatif, seperti serum

progesteron atau biopsi endometrium, atau perawatan medis empiris karena pasien

mungkin mengalami kehamilan ektopik. Jika konsentrasi β-hCG turun tetapi

21
kehamilan ektopik belum disingkirkan, pertimbangan harus diberikan untuk

melakukan pengukuran β-hCG serial sampai kadar menjadi tidak terdeteksi, karena

ruptur masih dapat terjadi. 7

Gambar 6. (A) Kehamilan ektopik tuba kiri saat laparoskopi. (B) Kehamilan
ektopik tuba telah diangkat dengan salpingektomi.
 Biopsi endometrium

Dalam kasus PUL(Pregnancy Unknown Location) tertentu, biopsi

endometrium dapat diambil dan dianalisis untuk ada tidaknya vili korionik. Tidak

adanya vili korionik di hadapan β-hCG statis menunjukkan kehamilan ektopik.

Dilatasi dan kuretase mungkin berguna bila dilakukan bersamaan dengan laparoskopi

diagnostik 'negatif' untuk dugaan kehamilan ektopik. Dokter harus yakin bahwa

kehamilan, jika intrauterin, tidak dapat hidup dan persetujuan yang tepat diperoleh,

karena prosedur ini berpotensi mengganggu kehamilan yang berkelanjutan.11

e. Penatalaksanaan

Kehamilan ektopik dapat dilakukan dengan pembedahan atau secara

medikamentosa. Penatalaksanaan disesuaikan untuk masing-masing pasien,

22
berdasarkan pada tingkat keparahan & kondisi mereka, kesesuaian pilihan

pengobatan dan preferensi pasien.2,11

Manajemen bedah sangat penting dalam skenario klinis kehamilan ektopik

pecah. Pendekatan laparoskopi lebih disukai daripada pendekatan terbuka pada pasien

yang hemodinamiknya stabil. Prosedur laparoskopi dikaitkan dengan waktu operasi

yang lebih singkat, kehilangan darah intraoperatif yang lebih sedikit, masa rawat inap

yang lebih pendek dan kebutuhan analgesia yang lebih rendah. Laparotomi harus

dilakukan pada pasien yang mengalami ruptur dan berada dalam keadaan syok

hipovolemik.11

1. Pembedahan

Salphingectomy

Jika tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika

implantasi terjadi di pars interstitial, mungkin dapat dilakukan reseksi kornu

uterus. Jika tuba kontralateral sehat, maka tindakan yang dipilih adalah

salpingectomy, dimana seluruh tuba Fallopii, atau segmen yang mengandung

kehamilan ektopik diangkat.9

Salphingostomy

Salpingostomy adalah pengangkatan kehamilan ektopik, dengan membedah

dan mengeluarkan hasil konsepsi keluar dari tuba Fallopi tanpa mengangkat tuba.

Hal ini terutama dilakukan bila tuba kontralateral rusak atau tidak ada. Sekitar

23
6% kasus membutuhkan pembedahan ulang atau pengobatan bila jaringan

trofoblas masih tertinggal.4

Salphingostomy laparoskopi harus dipertimbangkan jika kesuburan masa

depan diinginkan. Trofoblas persisten adalah perhatian utama setelah

salpingostomi. Hal ini biasanya dideteksi dengan kegagalan penurunan kadar β -

hCG serum dan lebih sering terjadi setelah perdarahan tuba aktif, di mana ukuran

kehamilan ektopik >2 cm atau jika konsentrasi β -hCG serum >3000 IU/l atau

meningkat sebelum operasi. Wanita harus ditindaklanjuti dengan pengukuran β -

hCG serial dan pengobatan metotreksat sistemik mungkin diperlukan jika

kadarnya gagal turun seperti yang diharapkan.11

Salpingektomi merupakan pilihan utama bila tuba ruptur, mengurangi

perdarahan dan operasi lebih singkat. Kedua tindakan dapat dilakukan dengan

laparotomi dan laparoskopi. Keuntungan laparoskopi adalah penyembuhan lebih

cepat, perlengketan yang terbentuk lebih minimal, dan merupakan pilihan bila

kondisi pasien masih baik.4

Tabel 2. Indikasi pembedahan dan intervensi medis11

Pembedahan Pengobatan medis (methotrexate)


Indikasi : Indikasi :
-ruptur - β-hCG < 5000 IU/L
-instabilitas hemodinamik -peningkatan level β-hCG dalam 48
-gejala jam
-Laparoskopi diagnostic -normal : hemoglobin, leukosit,
-Curiga kehamilan heterotropik platelet, enzim hepar

24
-diameter gestational sac < 4 cm

Kontraindikasi absolut :
-kehamilan intrauterine
-supresi imun
-hipersensitivitas methotrexate
-penyakit paru
-penyakit ulkus peptic
-Disfungsi hati dan ginjal
-menyusui
-ruptur kehamilan ekstrauterine
-instabilitas hemodinamik

Kontraindikasi relative :
- β-hCG >5000 IU/L
-perlu trasfusi darah
-follow-up tidak memungkinkan

2. Medikamentosa

Terapi medikamentosa untuk kehamilan ektopik dengan pemberian

metotreksat. Metotreksat intramuskular adalah terapi medis yang paling banyak

digunakan dan berhasil untuk kehamilan ektopik dan umumnya diberikan dalam

protokol dosis tunggal. Metotreksat adalah antagonis asam folat yang

menargetkan sel yang membelah dengan cepat dan menghentikan mitosis.11

25
Kriteria inklusi untuk manajemen medis kehamilan ektopik dengan

metotreksat :11

1. Karakteristik pasien

- Lebih suka pilihan medis

- Bersedia mengikuti tindak lanjut hingga 6 minggu

- Bersedia untuk tidak minum alkohol selama 7 hari setelah perawatan

- Tidak menyusui atau mau berhenti dalam pengobatan

2. Secara klinis

- Stabil secara hemodinamik

- Nyeri perut minimal

3. Pemeriksaan USG

- Tidak ada aktivitas jantung janin atau yolk sac yang jernih pada massa

adneksa

- Cairan bebas dalam jumlah yang kecil

4. Tidak mungkin kegagalan kehamilan intrauterin dini

- Konsentrasi serum beta-human chorionic gonadotrophin (β-hCG) Biasanya

<3000 IU/l (Meskipun batas <5000 IU/l digunakan di beberapa unit dan

penelitian sebelumnya, tingkat keberhasilan pengobatan lebih tinggi bila batas

bawah yang lebih umum digunakan ini berlaku.)

26
5. Riwayat medis

- Tidak ada penyakit peptic ulcer

- Tidak ada kondisi medis yang parah termasuk penyakit ginjal, penyakit hati,

anemia berat, leukopenia atau trombositopenia

6. Tidak boleh dalam pengobatan bersamaan Agen antiinflamasi nonsteroid

(NSAID),aspirin, penisilin, sulfonamid, trimetoprim, tetrasiklin, diuretik,

fenitoin, antimalaria, siklosporin, retinoid, probenesid, asam folat,

hipoglikemik, vaksin hidup, obat nefrotoksik atau hepatotoksik

Metotreksat menghambat produksi β-hCG oleh trofoblas dan selanjutnya

akan menurunkan produksi progesterone oleh korpus luteum. Efek samping yang

dapat terjadi adalah distress abdomen, demam dizziness, imunosupresi,

leukopenia, malaise, stomatitis ulseratif, fotosensitif dan fatigue.7

Gambar 7. Dosis pemberian methotrexate

27
f. Prognosis

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis

dini dan persediaan darah yang cukup. Tarjiman melaporkan 4 dari 138 kehamilan

ektopik. Sebagian perempuan steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada

tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%.2

Studi menunjukkan sekitar 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan

ektopik dapat memiliki kehamilan intra uterine yang viabel. Sekitar 5-20% resiko

kehamilan ektopik rekuren pada mereka yang pernah mengalami kehamilan ektopik

sebelumnya. Resiko berkurang setelah mengalami kehamilan intra uterine

sebelumnya. Wanita sebaiknya melakukan skrining pada awal kehamilan untuk

mennghindari kecurigaan kehamilan ektopik.11

g. Komplikasi

Kehamilan ektopik ini akan mengalami abortus atau rupture apabila masa

kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya di tuba).

Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik yang rupture dapat menyebabkan

perdarahan yang mengancam nyawa (≥ 0,1 % mengakibatkan kematian ibu). Infeksi

sering terjadi setelah rupture kehamilan ektopik yang terabaikan.

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kehamilan ektopik terjadi ketika ovum yang telah dibuahi berimplantasi di luar

cavum uteri.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan tejadinya hambatan dalam nidasi embrio ke

endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik adalah sebagai berikut: faktor

tuba, faktor abnormalitas dari zigot, faktor ovarium,faktor hormonal, dan faktor

lainnya.

3. Setiap perempuan dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri perut bagian

bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan.

4. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan hemoglobin dan leukosit untuk

mendukung tanda-tanda perdarahan di perut. Pemeriksaan serum dan urin HCG

untuk membedakan kehamilan ektopik & kehamilan normal.

5. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila

kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.

Namun gambaran ini hanya dijumpai 5-10% kasus.

6. Sekitar 5-20% resiko kehamilan ektopik rekuren pada mereka yang pernah

mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Wanita sebaiknya melakukan

skrining pada awal kehamilan untuk mennghindari kecurigaan kehamilan

ektopik.

29
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E

Umur : 34 tahun
Alamat : Jln. Durian
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

Tanggal pemeriksaan : 4 Februari 2022


Tempat : RS Anutapura

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Nyeri Perut tembus belakang

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien usia 34 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus
belakang (+) yang dirasakan hilang timbul sejak kemarin jam 16.00, pelepasan
darah dari jalan lahir (+) berflak berwarna merah segar sejak pukul 21.00 , lendir
(-), air (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Hipertensi tidak ada, diabetes mellitus tidak ada , penyakit jantung tidak ada,
30
asma tidak ada, alergi tidak ada.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Hipertensi tidak ada, diabetes melitus tidak ada, penyakit jantung tidak ada, asma
tidak ada, alergi tidak ada, tidak ada di keluarga pasien mengeluhkan hal yang
sama seperti pasien.

5. Riwayat menstrusasi :

Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama 5-7
hari, ganti pembalut 2-3 kali, nyeri saat hari pertama haid. HPHT tanggal 02
Desember 2022. Perkiraan kelahiran tanggal 09 September 2023.
6. Riwayat pernikahan :

Pasien menikah 1 kali, dengan suami sekarang sudah 13 tahun.

7. Riwayat Obstetri

Gravid : 5 Partus : 1 Abortus : 3

N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Jenis Kelamin/


O Partus partus Kehamila Persalinan Persalinan Berat
n

1. Abortus tahun 2016

2. Abortus tahun 2017

3. Abortus tahun 2019

4. 2020 Rumah Aterm SC Dokter - Laki-laki/3000


sakit gram

5. Hamil Sekarang

31
8. Riwayat Kontraspesi :-

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan tanda vital

Keadaan Umum : Sakit sedang


2. Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran : Compos mentis, GCS = 15 (E4, M6, V5)
Tekanan darah : 109/83 mmHg
Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 82 kali/menit, kuat angkat, irama reguler
Suhu : 36,7°C

Kepala dan leher

- Kepala : Normochepal

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil bulat, isokor
diameter 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+)
- Mulut : Mukosa bibir kering (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis
- Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax
- Inspeksi : Bentuk dada normal,pergerakan simetris kanan kiri
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), vokal fremitus
kanan dan kiri sama

- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru


- Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)

32
Jantung
- Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V midline claviculasinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, bisingjantung (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : Tampak cembung
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : nyeri tekan (+) pada semua region

Ekstremits
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

3. Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Leopold : Tidak dilakukan Pemeriksaan


Pemeriksaan Dalam (VT)

Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan

Vulva : Hiperemis (-) Edema (-)

Vagina : Hiperemis (-) Edema (-)

Portio : Tebal, Lunak, Nyeri goyang portio (+)

Pembukaan :-

Ketuban :-
33
Penurunan :-

Pelepasan : Darah (+), Air (-), Lendir (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

➢ Darah Rutin (04 Februari 2023)

- Leukosit : 15.2 x103/mm3↑

- Eritrosit : 4.4 x106/mm3

- Hemoglobin : 11.4 gr/dl

- Hematokrit : 36.8 %

- Platelet : 366 x103/mm3

- Glukosa : 95 mg/dl

- HbsAg : Non-Reaktif

- Anti HIV : Non-Reaktif

- Antigen SARS Cov-2 : Negatif

D. RESUME

Pasien usia 34 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus
belakang (+) yang dirasakan hilang timbul sejak kemarin jam 16.00, pelepasan
darah dari jalan lahir (+) berflak berwarna merah segar sejak pukul 21.00 , lendir
(-), air (-)

Tanda vital didapatkan Tekanan Darah 109/83 mmHg, Heart rate 82x/menit,
Respiration rate 20 x/ menit, Suhu 36,7 oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri tekan pada seluruh regio abdomen, pemeriksaan dalam didapatkan nyeri
goyang portio (+).
E. DIAGNOSIS
G5P1A3 Gravid 9-10 minggu +KET
34
F. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV
- OP Laparotomi Eksplorasi + Salpingektomi dextra

LAPORAN OPERASI
- Tanggal Operasi : 4 Februari 2023
- Diagnosis Pre Op : G5P1A3 gravid 9-10 minggu + KET
- Diagnosis Post Op : P1A4 + Ruptur Tuba Kanan Pars Ampularis
- Tindakan Operasi : Laparotomi Eksplorasi + Salfingektomi dextra
- DPJP: dr. H. Abdul Faris, Sp.OG(K)

Laporan jalannya operasi :

1. Pasien dibaringkan dengan posisi supine dalam pengaruh anastesi

2. Desinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya

3. Pasang dook steril

4. Insisi abdomen secara midline 15 cm lapis demi lapisan secara tajam dan
tumpul

5. Buka peritoneum tampak darah segar yang bercampur stosel

6. Indetifikasi tuba dextra dan sinistra dan identifikasi sumber perdarahan,


terdapat rupture tuba kanan pars ampularis

7. Menjepit mesosalphyng dextra engan dua buah klem dekat dengan tuba

8. Menggunting mesosalphyng diantara kedua klem-klem disisi tuba


dibiarkan menjepit, klem kedua diikat dengan jahitan chromic

9. Menjahit sepanjang tuba didaerah tuba memasuki kornu uterus

35
10. Dilakukan jahitan matras kedalam otot uterus dibawah insersi tuba

11. Tuba dipotong di daerah insersinya dalam sayatan baji. Jahitan matras
diikat dan perdarahan berhenti

12. Ligament rotundum didekatkan ke kornu dan dijahitkan ke dinding


belakang uterus, control perdarahan

13. Cuci cavum abdomen menggunakan NaCl 0.9%

14. Jahit peritoneum, control perdarahan

15. Jahit otot, control perdarahan

16. Jahit facia, control perdarahan

17. Jahit adiposa, control perdarahan

18. Jahit subcutis, control perdarahan

19. Jahit kulit secra interuptus

20. Bersihkan lapangan operasi dan tutup luka dengan kasa steril dan betadin

21. Operasi selesai

Terapi Post Op :

1. Inj. Ondansentrom 1 amp/8 jam/IV


2. Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
3. Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV
4. Inj. Metronidazole 500mg/12 Jam/IV
5. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV

36
Dokementasi operasi

37
FOLLOW UP

05 Feb 2023 S : Nyeri Bekas Operasi (+), Pusing (-) Sakit Kepala (-),
08.00 WITA Penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari
jalan lahir (+) sedikit, BAK (+) Kateter, BAB (-), Flatus (-)
O: KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/80 mmHg

N : 75 x/menit

S : 36,7 oC

P : 20x/menit

A : P1A4 + Ruptur Tuba Kanan Pars Ampularis

P :

- Inj. Ondansentrom 1 amp/8 jam/IV


- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Metronidazole 500mg/12 Jam/IV
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV

38
06 Feb 2023 S : Nyeri Bekas Operasi (+), Pusing (-) Sakit Kepala (-),
08.00 WITA Penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari
jalan lahir (-), BAK (+) lancar, BAB (-), Flatus (+)

O: KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/75 mmHg

N : 72 x/menit

S : 36,6 oC

P : 20x/menit

A : P1A4 + Ruptur Tuba Kanan Pars Ampularis

P :

- Inj. Ondansentrom 1 amp/8 jam/IV


- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Metronidazole 500mg/12 Jam/IV
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV

07 Feb 2023 S : Nyeri Bekas Operasi (+), Pusing (-) Sakit Kepala (-),
08.00 WITA Penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari
jalan lahir (-), BAK (+) lancar, BAB (-), Flatus (+)
O:
Kesadaran : Compos mentis
KU : Sedang
TD : 105/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

39
Suhu : 36,5oC

R : 20x/menit

A : P1A4 + Ruptur Tuba Kanan Pars Ampularis

P:

- Cefixime 2 x 100 mg

- Metronidazole 3 x 500 mg

- Meloxicam 3 x 7.5 mg

- Dulcolax supp

Boleh pulang dan control dipoli

40
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini ditegakkan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Pasien perempuan G5P1A3 34 tahun masuk dengan keluhan nyeri perut
tembus belakang (+) yang dirasakan hilang timbul sejak kemarin jam 16.00,
pelepasan darah dari jalan lahir (+) berflak berwarna merah segar sejak pukul
21.00 , lendir (-), air (-)
Berdasarkan teori, pada anamnesis, terdapat trias KET Pada anamnesis,
terdapat trias KET yaitu nyeri perut, amennorrhea, perdarahan pervaginam.
Pemeriksaan fisik, keadaan umum sakit sedang, tanda vital didapatkan Tekanan
Darah 109/83 mmHg, Heart rate 82 x/menit, Respiration rate 20 x/ menit, Suhu
36,7oC, cavum douglas menonjol, nyeri tekan abdomen Pada pemeriksaan
pemeriksaan dalam didapatkan nyeri goyang portio (+).

Berdasarkan teori, pada pemeriksaan dijumpai penderita tampak kesakitan,


pucat, anemis, gelisah, gejala penimbunan darah dalam kavum abdomen,
perdarahan dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-tanda syok, gejala
gangguan kardiovaskuler, dan gejala perubahan sistem pernafasan. Pada
pemeriksaan dalam/ ginekologi terasa nyeri tekan dan nyeri goyang pada
serviks, forniks posterior menonjol dan nyeri, uterus dapat teraba agak
membesar, terdapat tumor dengan batas tidak jelas disekitar uterus, dan kavum
douglas menonjol, berisi darah dan nyeri bila ditekan.

- Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit : 15.2 x103/mm3↑

Berdasarkan teori, pemeriksaan darah lengkap didapatkan hemoglobin dan


hematokrit memperlihatkan penurunan dan WBC cenderung meningkat. Pada

41
sekitar separuh wanita, dapat ditemukan leukositosis hingga 30.000/μL.
Pemeriksaan urine yang sering digunakan adalah latex- agglutination inhibition
(hambatan penggumpalan lateks) uji ini positif pada 80 hingga 85 persen
kehamilan ektopik. β-hCG Serum (Radioimmunoassay) merupakan metode
paling tepat untuk mendeteksi kehamilan. Progesteron Serum dapat digunakan
untuk memastikan kehamilan yang berkembang normal Nilai yang melebihi 25
ng/mL menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 97,5
persen. Nilai yang kurang dari 5ng/mL mengisyaratkan bahwa mudigah-janin
telah meninggal, tetapi tidak menunjukkan lokasinya.

Pada kehamilan normal struktur kantong gestasi intrauterine (gestasional


sach intrauterine) dapat dideteksi mulai kehamilan 5 minggu, dimana
diameternya mencapai 5-10 mm. Bila dihubungkan dengan kadar hCG, pada
saat itu kadarnya sudah mencapai 6.000-6.500 mIU/ml. dari kenyataan ini bisa
juga diartikan bila pada kadar hCG > 6500mIU/ml tidak dijumpai adanya
kantong gestasi intrauterine, maka kemungkinan kehamilan ektopik harus
dipikirkan. Pemeriksaan Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada darah. Bila pada pengisapan
ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa, darah tua berwarna
cokelat sampai hitam tidak membeku atau yang berupa bekuan-bekuan kecil,
darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Ultrasonografi
transvaginal memudahkan penilaian dini pasien dengan kehamilan,
memungkinkan visualisasi yang lebih jelas dari gestasi normal dan abnormal.
Laparoskopi diagnostik Dalam kasus di mana dugaan kehamilan ektopik dan
ultrasound tidak dapat disimpulkan, sebuah laparoskopi diagnostik mungkin
diperlukan. Hal ini diyakini sebagai “gold standar” pada kehamilan ektopik

Pasien pasien ini dilakukan operasi Laparotomi Eksplorasi +


Salfingektomi dextra dan didapatkan janin di daerah ampulla dextra,
berdasarkan teori kehamilan ektopik terjadi pada tuba terjadi pada hampir 95 %
42
kehamilan, 70 % kasus terjadi pada ampulla, 12 % kasus terjadi isthmus, 11 %
kasus terjadi pada fimbria, dan 5 % terjadi di kavum abdomen, ovarium, dan
serviks serta pada kehamilan ektopik dapat dilakukan dengan pembedahan atau
secara medikamentosa. Penatalaksanaan disesuaikan untuk masing-masing
pasien, berdasarkan pada tingkat keparahan & kondisi mereka, kesesuaian
pilihan pengobatan dan preferensi pasien. Jika tuba mengalami kerusakan hebat
atau tuba kontralateral baik. Jika implantasi terjadi di pars interstitial, mungkin
dapat dilakukan reseksi kornu uterus. Jika tuba kontralateral sehat, maka
tindakan yang dipilih adalah salpingectomy, dimana seluruh tuba Fallopii, atau
segmen yang mengandung kehamilan ektopik diangkat. Salpingostomy adalah
pengangkatan kehamilan ektopik, dengan membedah dan mengeluarkan hasil
konsepsi keluar dari tuba Fallopi tanpa mengangkat tuba. Hal ini terutama
dilakukan bila tuba kontralateral rusak atau tidak ada. Salpingektomi
merupakan pilihan utama bila tuba ruptur, mengurangi perdarahan dan operasi
lebih singkat. Kedua tindakan dapat dilakukan dengan laparotomi dan
laparoskopi. Keuntungan laparoskopi adalah penyembuhan lebih cepat,
perlengketan yang terbentuk lebih minimal, dan merupakan pilihan bila kondisi
pasien masih baik

Prognosis pada pasien ini adalah bonam. Berdasarkan teori, kematian


karena KET cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang
cukup. Tarjiman melaporkan 4 dari 138 kehamilan ektopik. Sebagian
perempuan steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain.
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%

43
DAFTAR PUSTAKA
1. Tuli A dkk, 2017. Ectopic pregnancy: a five year retrospective study in a tertiary

care hospital. International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics

and Gynecology ;4(5):1400-140 (www.ejmanager.com/mnstemps/89/89-

1437551112.pdf)

2. Anwar M (ed). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : P.T. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2014

3. Nugroho, T. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Cetakan

Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta ; 2010 : Hal. 55-60

4. Saifuddin A (ed). Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : P.T. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2016

5. Siswosudarmo R, Emilia O. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendekia

Press. 2010

6. Wiknjosastro, H. Kehamilan ektopik dalam Ilmu Kandungan Sarwono

Prawirohardjo, Ed. 2, Cet. 6. Jakarta : PT Bina Pustaka ; 2008. Hal. 250-

260

7. Arnolu, RI. Risk Factors for Ectopic Pregnancy in Logos, Nigeria 1999 ;

2005. Jurnal Obstetricia et Gynecologica Scandinavia, Vol 84, No 2, Hal

184-188.

8. Manuaba, IBG . Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi dalam Ilmu

Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Kelurga Berencana untuk

Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC hal 78-87


44
9. Cunningham FG, Gant NF, Loveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstom

KD, penyunting. Williams Obstetrics. Edisi ke-21 ; 2003; Hal. 883-904.Taran F

dkk, 2015. The Diagnosis and Treatment of Ectopic Prenancy. Deutsches

Ärzteblatt International (112): 693–704.

https://www.aerzteblatt.de/int/archive/article/172413

10. Taber B, Melfiawati S. Kehamilan tuba dalam :Kapita Selekta Kedaruratan

Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC ; 1994. Hal. 182-200

11. Sivalingam V dkk., 2011. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. Fam

Plann Reprod Health Care 37(4) : 231–240

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3213855/

12. Tulandi T. 2022. Ectopic pregnancy: Clinical manifestations and diagnosis.

Uptodate. Available From : https://www.uptodate.com/contents/ectopic-

pregnancy-clinical-manifestations-and-diagnosis

13. Anonim.2018. Ectopic Pregnancy. Emory University School Of Medicine,

Department of Emergency Medicine. (Available :

https://med.emory.edu/departments/emergencymedicine/sections/ultrasound/case-

of-the-month/obgyn/ectopic-3.html)

14. Farrer H, Asih Y. Komplikasi pada kehamilan dini dalam : Perawatan

Maternitas. Cetakan 1.Jakarta : EGC ; 2001. Hal. 57

45

Anda mungkin juga menyukai