PENDAHULUAN
dan sekitar 95% pada tuba fallopii. Bentuk lain dari kehamilan ektopik yaitu
terdiri atas: Pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan
pars interstitial (2%). Kehamilan ektopik < 5% antara lain terjadi di serviks
ganda di mana satu janin berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan
perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa
studi faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah, infeksi saluran
riwayat operasi tuba, cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang,
1
kehamilan ektopik sebelumya, aborsi tuba dan pemakaian IUD, kelainan zigot
ovum ke uterus terlambat, operasi plastik pada tuba, dan abortus buatan.3
Kehamilan ektopik adalah satu dari sejumlah kondisi yang diharapkan dapat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Sebuah kehamilan
ektopik terjadi ketika ovum yang telah dibuahi berimplantasi di luar cavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan
B. Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung
telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor risiko yang diperkirakan
3
g. Bekas radang pada tuba menyebabkan perubahan-perubahan pada
uterus terlambat.
C. Epidemiologi
Di negara berkembang, di antara seluruh kehamilan dilaporkan sekitar 1-2%
berkembang, tapi jumlah spesifik tidak diketahui. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6
per seribu kehamilan. Peningkatan insiden dikaitkan dengan tiga faktor : peningkatan
faktor resiko seperti penyakit radang panggul, wanita merokok di usia reproduktif dan
akan kondisi, yang difasilitasi oleh terbentuknya unit-unit yang melakukan skrining
Kehamilan ektopik menjadi penyebab utama kesakitan ibu, dikarenakan gejala akut
4
berupa nyeri panggul dan perdarahan vaginal dan masalah jangka panjang yaitu
infertilitas.2,4
Kehamilan pada tuba terjadi pada hampir 95 % kehamilan, 70 % kasus terjadi pada
ampulla, 12 % kasus terjadi isthmus, 11 % kasus terjadi pada fimbria, dan 5 % terjadi
akibat kehamilan ektopik dari 35,5 kematian per 10.000 kehamilan dengan ektopik
pada tahun 1970 menjadi 3,8 per 10.000 kehamilan ektopik pada tahun 1989.1,2
D. Faktor Resiko
Faktor resiko yang sering menyebab terjadinya kehamilan ektopik : 6-11
5
a. Usia
Umur merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya kehamilan ektopik.
Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik berumur 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Menurut Linardakis (1998) 40% dari kehamilan ektopik
b. Paritas
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah infeksi,
terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
e. Riwayat kontrasepsi
oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , rasio kehamilan ektopik
pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pemakai
kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik per 1000 akseptor AKDR setiap
tahun. Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden
yang tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi
akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa. Pada
pemakai pil mini 4- 6% dari kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan tetapi
Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik mempunyai
riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita infeksi akibat penyakit GO
(gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang menyebabkan ibu yang
deritanya adalah tanda infeksi atau hanya keputihan yang bersifat fisiologis.
h. Merokok
ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor
ampulla, 25% isthmus, 17% fimbria. Oleh karena lapisan submukosa di tuba fallopii
tipis, memungkinkan ovum yang telah dibuahi dapat segera menembus sampai ke
dengan cepat dan menginvasi daerah sekitarnya. Secara bersamaan, pembuluh darah
ibu terbuka menyebabkan terjadi perdarahan di ruang antara trofoblas atau antara
trofoblas dan jaringan di bawahnya. Dinding tuba yang menjadi tempat implantasi
zigot mempunyai ketahanan yang rendah terhadap invasi trofoblas. Embrio atau janin
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.2
Abortus Tuba
bila implantasi di ampulla, sebaliknya ruptur tuba terutama bila implantasi di daerah
dinding tuba. Jika plasenta terlepas seluruhnya, semua produk konsepsi dapat keluar
melalui fimbria ke rongga abdomen. Saat itu perdarahan dapat berhenti dan gejala
umumnya menghilang. Perdarahan akan tetap terjadi selama produk konsepsi tetap
berada di tuba. Darah akan menetes sedikit-sedikit melalui tuba dan berkumpul di
8
kavum Douglasi. Jika fimbria mengalami oklusi, darah akan terkumpul di tuba
membentuk hidrosalfing. 2
Ruptur Tuba
Produk konsepsi yang melakukan invasi dapat menyebabkan tuba pecah pada
implantasi terjadi di isthmus, jika implantasi terjadi di pars interstitial, rupture terjadi
agak lambat. Ruptur umumnya terjadi spontan, tetapi dapat pula disebabkan oleh
Saat ruptur semua hasil konsepsi keluar dari tuba, atau jika robekan tuba kecil,
perdarahan hebat dapat terjadi tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dari tuba. Jika
hasil konsepsi keluar rongga abdomen pada awal kehamilan, implantasi dapat terjadi
di daerah mana saja di rongga abdomen, asal terdapat sirkulasi darah yang cukup,
sehingga dapat bertahan dan berkembang. Namun hal tersebut jarang terjadi,
sebagian besar hasil konsepsi yang berukuran kecil umumnya akan diresorbsi.
F. Klasifikasi
A. Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian tuba fallopi.
Merupakan bagian jenis terbanyak gestasi ekstra uterin yang paling sering terjadi
9
sekitar 95% dari kehamilan ektopik. Kehamilan tuba akan menghasilkan salah
1. Kematian hasil konsepsi dalam stadium dini : hasil konsepsi ini kemudian bias
2. Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-sama
hasil konsepsi (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari tuba
3. Ruptura tuba : erosi dan akhirnya rupture tuba terjadi kalau hasil konsepsi
bukan saja disebabkan oleh pecahnya kehamilan ovarium tetapi juga rupture tuba
C. Kehamilan uterus merupakan kehamilan pada uterus tidak pada tempat yang
tepat, pada endometrium kavum uteri sebab implantasi terjadi pada kanalis
uteri), kurnua (gestasi pada kornu uteri), tanduk rudimenter (gestasi pada tanduk
rudimenter).
D. Kehamilan servikal adalah jenis dari kehamilan ektopik yang jarang terjadi.
Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya hasil konsepsi,
10
serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu
abdominal.
rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua
rupture atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen.
Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal
ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai
sempurna.
bedakan atas :
normal.
akan pembuluh darah. Karena lapisan miometrium di sini lebih tebal maka
pecah (bagian yang berada di antara kedua lapisan peritoneum visceral yang
K. Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba
G. Manifestasi Klinis
Pasien dengan kehamilan ektopik umunya menunjukkan gajala nyeri dan
perdarahan vaginal pada usia kehamilan 6-10 minggu. Nyeri dapat menetap dan
12
memberat dan kadang hanya satu sisi. Nyeri puncak bahu, syncope dan shock terjadi
pada 20% wanita dan nyeri tekan abdominal lebih dari 75%. Pada pemeriksaan
bimanual, nyeri goyang portio dilaporkan pada 67% kasus dan ditemukan massa
adnexa sekitar 50%. Baru-baru ini, dilaporkan satu dari tiga wanita tidak memiliki
Ruptur pada kehamilan ektopik harus dicurigai jika seorang wanita yang
memiliki hasil tes kehamilan positif dan menunjukkan sinkop dan tanda syok
termasuk takikardia, pucat dan kolaps. Dapat ditemukan distensi abdomen dan nyeri
tekan. Saat pemeriksaan bimanual, akan didapatkan kekakuan, nyeri goyang portio
dan massa adnexa, dan harus dilakukan sehati-hati mungkin karena dapat
mencetuskan perdarahan. Jika kehamilan ektopik terjadi pada wanita muda biasanya
gawatdarurat, jika pasien kolaps dan dicurigai rupture tubal, pemeriksaan klinis
Bagaimanapun, sangat sulit mendiagnosis kehamilan ektopik hanya dari faktor resiko,
riwayat dan pemeriksaan saja. Klinisi harus mencurigai kehamilan pada seorang
wanita dengan gejala abdominal atau pelvis dan mencurigai kehamilan ektopik pada
13
Gambaran klasik kehamilan ektopik adalah adanya riwayat amenorea, nyeri
abdomen bagian bawah dan perdarahan dari uterus. Nyeri abdomen umumnya
mendahului keluhan perdarahan pervaginam biasanya dimulai dari salah satu sisi
abdomen bawah dan dengan cepat menyebar ke seluruh abdomen. Adanya darah di
rongga perut menyebabkan iritasi subdiafragma yang ditandai dengan nyeri pada
Periode amenorea umumnya 6-8 minggu, tetapi dapat lebih lama jika implantasi
dengan hipotensi bahkan sampai syok, takikardi dan gejala peritonism seperti distensi
posterior vagina menonjol karena darah terkumpul di kavum Douglas atau teraba
pervaginam dan nyeri perut berulang. Sebaiknya, setiap perempuan yang mengalami
amenorea disertai nyeri perut bagian bawah dicurigai adanya kehamilan ektopik.
Diagnosa kehamilan ektopik subakut kadang sulit dibedakan dengan salpingitis akut,
apendisitis dengan peritonitis pelvik. Demikian pula dengan kista ovarium yang
14
H. Diagnosis
Untuk mempertajam diagnosis, maka tiap perempuan dalam masa reproduksi
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan
kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis teliti dan
beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut
bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi
a. Anamesis
Pada anamnesis, terdapat trias KET yaitu nyeri perut, amennorrhea, perdarahan
pervaginam
b. Pemeriksaan Fisik
gejala penimbunan darah dalam kavum abdomen, perdarahan dalam rongga perut
tekan dan nyeri goyang pada serviks, forniks posterior menonjol dan nyeri, uterus
dapat teraba agak membesar, terdapat tumor dengan batas tidak jelas disekitar
uterus, dan kavum douglas menonjol, berisi darah dan nyeri bila ditekan.
c. Pemeriksaan Laboratorium
normal oleh hemodilusi yang berlangsung dalam satu atau beberapa hari. Oleh karena
sensitivitas untuk gonadotropin korion (hCG) dalam kisaran 500 hingga 800
persen. Jika digunakan tabung, deteksi hCG adalah dalam kisaran 150 hingga 250
mIU/mL, dan uji ini positif pada 80 hingga 85 persen kehamilan ektopik. Uji yang
metode paling tepat untuk mendeteksi kehamilan. Karena satu kali hasil pemeriksaan
beberapa metode yang menggunakan nilai serum kuantitatif serial untuk menegakkan
16
Progesteron Serum
kemungkinan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 97,5 persen. Nilai yang kurang dari
d. Pemeriksaan Radiologi
USG Abdominal
mencapai 5-10 mm. Bila dihubungkan dengan kadar hCG, pada saat itu kadarnya
sudah mencapai 6.000-6.500 mIU/ml. dari kenyataan ini bisa juga diartikan bila pada
kadar hCG > 6500mIU/ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterine, maka
gestational sach intrauterine berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum
uteri. Namun gambaran ini hanya dijumpai 5-10% kasus.. Kelemahan USG abdomen
17
Gambar 3. Gambaran USG Abdominal, ditemukan gambaran kehamilan ektopik
pada adneksa kiri. Terdapat gestational sac dengan fetal pole, yolk
dengan usia keamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi desidua.
Kavum uteri sering berisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel-sel desidua, pada
pemeriksaan terlihat sebagai struktur cincin anekoik yang disebut kantong gestasi
palsu letaknya simetris di kavum uteri dan tidak menunjukkan struktur cincin ganda. 2
bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi
mudigah/janin yang hidup, mungkin hanya berisi massa ekogenik dengan batas
ireguler ataupun massa kompleks yang terdiri atas sebagian ekogenik dan anekoik.
Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum Douglasi yang meluas sampai
batas atas rongga abdomen. Bila terjadi bekuan darah, gambaran berupa massa
ekogenik yang tidak homogen. Gambaran perdarahan akibat kehamilan ektopik sulit
18
dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi sebab lain seperti
endometriosis pelvik, peradangan pelvik, asites, pus, kista pecah dan perdarahan
ovulasi.2
Kuldosentesis
Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada
darah. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kasa, darah tua berwarna cokelat sampai hitam tidak membeku atau yang berupa
Ultrasonografi transvaginal
19
visualisasi yang lebih jelas dari gestasi normal dan abnormal. Dalam kehamilan intra
dengan akurasi hampir 100% sejak usia gestasi 5,5 minggu. Meski begitu, diakui
praktik radiografi bahwa kehamilan intra uterine saja secara definitif didiagnosis
dengan visualisasi kuning telur atau embrio dalam kantung kehamilan. Hal ini karena
rongga endometrium yang mungkin merupakan hasil dari kerusakan lokal dari
eksentrik. Selain itu, pseudosak bersifat sementara dan tidak konsisten dan keduanya
tidak memiliki reaksi desakan hiperkooik di sekitar mereka. Fitur embrio tambahan
termasuk kantung kuning telur dan aktivitas jantung harus terlihat jelas setelah 6
minggu masa gestasi. Seorang ahli sonografi yang berpengalaman dalam pemindaian
kehamilan dini pada umumnya dapat memberi tahu perbedaan antara pseudosak dan
20
Gambar 5. USG Transvaginal pada Kehamilan Ektopik
kehamilan ektopik dapat didiagnosis dengan adanya massa adneksa, sering terlihat di
Laparoskopi diagnostik
Dalam kasus di mana dugaan kehamilan ektopik dan ultrasound tidak dapat
melakukan laparoskopi diagnostik telah disorot sebagai faktor dalam kasus yang fatal.
mendekati 1500 IU/l. Strategi lain termasuk tes diagnostik alternatif, seperti serum
progesteron atau biopsi endometrium, atau perawatan medis empiris karena pasien
21
kehamilan ektopik belum disingkirkan, pertimbangan harus diberikan untuk
melakukan pengukuran β-hCG serial sampai kadar menjadi tidak terdeteksi, karena
Gambar 6. (A) Kehamilan ektopik tuba kiri saat laparoskopi. (B) Kehamilan
ektopik tuba telah diangkat dengan salpingektomi.
Biopsi endometrium
endometrium dapat diambil dan dianalisis untuk ada tidaknya vili korionik. Tidak
Dilatasi dan kuretase mungkin berguna bila dilakukan bersamaan dengan laparoskopi
diagnostik 'negatif' untuk dugaan kehamilan ektopik. Dokter harus yakin bahwa
kehamilan, jika intrauterin, tidak dapat hidup dan persetujuan yang tepat diperoleh,
e. Penatalaksanaan
22
berdasarkan pada tingkat keparahan & kondisi mereka, kesesuaian pilihan
pecah. Pendekatan laparoskopi lebih disukai daripada pendekatan terbuka pada pasien
yang lebih singkat, kehilangan darah intraoperatif yang lebih sedikit, masa rawat inap
yang lebih pendek dan kebutuhan analgesia yang lebih rendah. Laparotomi harus
dilakukan pada pasien yang mengalami ruptur dan berada dalam keadaan syok
hipovolemik.11
1. Pembedahan
Salphingectomy
Jika tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika
uterus. Jika tuba kontralateral sehat, maka tindakan yang dipilih adalah
Salphingostomy
dan mengeluarkan hasil konsepsi keluar dari tuba Fallopi tanpa mengangkat tuba.
Hal ini terutama dilakukan bila tuba kontralateral rusak atau tidak ada. Sekitar
23
6% kasus membutuhkan pembedahan ulang atau pengobatan bila jaringan
hCG serum dan lebih sering terjadi setelah perdarahan tuba aktif, di mana ukuran
kehamilan ektopik >2 cm atau jika konsentrasi β -hCG serum >3000 IU/l atau
perdarahan dan operasi lebih singkat. Kedua tindakan dapat dilakukan dengan
cepat, perlengketan yang terbentuk lebih minimal, dan merupakan pilihan bila
24
-diameter gestational sac < 4 cm
Kontraindikasi absolut :
-kehamilan intrauterine
-supresi imun
-hipersensitivitas methotrexate
-penyakit paru
-penyakit ulkus peptic
-Disfungsi hati dan ginjal
-menyusui
-ruptur kehamilan ekstrauterine
-instabilitas hemodinamik
Kontraindikasi relative :
- β-hCG >5000 IU/L
-perlu trasfusi darah
-follow-up tidak memungkinkan
2. Medikamentosa
digunakan dan berhasil untuk kehamilan ektopik dan umumnya diberikan dalam
25
Kriteria inklusi untuk manajemen medis kehamilan ektopik dengan
metotreksat :11
1. Karakteristik pasien
2. Secara klinis
3. Pemeriksaan USG
- Tidak ada aktivitas jantung janin atau yolk sac yang jernih pada massa
adneksa
<3000 IU/l (Meskipun batas <5000 IU/l digunakan di beberapa unit dan
26
5. Riwayat medis
- Tidak ada kondisi medis yang parah termasuk penyakit ginjal, penyakit hati,
akan menurunkan produksi progesterone oleh korpus luteum. Efek samping yang
27
f. Prognosis
dini dan persediaan darah yang cukup. Tarjiman melaporkan 4 dari 138 kehamilan
ektopik. Sebagian perempuan steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada
tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%.2
ektopik dapat memiliki kehamilan intra uterine yang viabel. Sekitar 5-20% resiko
kehamilan ektopik rekuren pada mereka yang pernah mengalami kehamilan ektopik
g. Komplikasi
Kehamilan ektopik ini akan mengalami abortus atau rupture apabila masa
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kehamilan ektopik terjadi ketika ovum yang telah dibuahi berimplantasi di luar
cavum uteri.
tuba, faktor abnormalitas dari zigot, faktor ovarium,faktor hormonal, dan faktor
lainnya.
3. Setiap perempuan dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri perut bagian
5. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila
kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.
6. Sekitar 5-20% resiko kehamilan ektopik rekuren pada mereka yang pernah
ektopik.
29
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 34 tahun
Alamat : Jln. Durian
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Pasien usia 34 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus
belakang (+) yang dirasakan hilang timbul sejak kemarin jam 16.00, pelepasan
darah dari jalan lahir (+) berflak berwarna merah segar sejak pukul 21.00 , lendir
(-), air (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi tidak ada, diabetes mellitus tidak ada , penyakit jantung tidak ada,
30
asma tidak ada, alergi tidak ada.
Hipertensi tidak ada, diabetes melitus tidak ada, penyakit jantung tidak ada, asma
tidak ada, alergi tidak ada, tidak ada di keluarga pasien mengeluhkan hal yang
sama seperti pasien.
5. Riwayat menstrusasi :
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama 5-7
hari, ganti pembalut 2-3 kali, nyeri saat hari pertama haid. HPHT tanggal 02
Desember 2022. Perkiraan kelahiran tanggal 09 September 2023.
6. Riwayat pernikahan :
7. Riwayat Obstetri
5. Hamil Sekarang
31
8. Riwayat Kontraspesi :-
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil bulat, isokor
diameter 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+)
- Mulut : Mukosa bibir kering (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis
- Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
- Inspeksi : Bentuk dada normal,pergerakan simetris kanan kiri
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), vokal fremitus
kanan dan kiri sama
32
Jantung
- Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V midline claviculasinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, bisingjantung (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : Tampak cembung
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : nyeri tekan (+) pada semua region
Ekstremits
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
3. Pemeriksaan Obstetri
Pembukaan :-
Ketuban :-
33
Penurunan :-
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hematokrit : 36.8 %
- Glukosa : 95 mg/dl
- HbsAg : Non-Reaktif
D. RESUME
Pasien usia 34 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus
belakang (+) yang dirasakan hilang timbul sejak kemarin jam 16.00, pelepasan
darah dari jalan lahir (+) berflak berwarna merah segar sejak pukul 21.00 , lendir
(-), air (-)
Tanda vital didapatkan Tekanan Darah 109/83 mmHg, Heart rate 82x/menit,
Respiration rate 20 x/ menit, Suhu 36,7 oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri tekan pada seluruh regio abdomen, pemeriksaan dalam didapatkan nyeri
goyang portio (+).
E. DIAGNOSIS
G5P1A3 Gravid 9-10 minggu +KET
34
F. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV
- OP Laparotomi Eksplorasi + Salpingektomi dextra
LAPORAN OPERASI
- Tanggal Operasi : 4 Februari 2023
- Diagnosis Pre Op : G5P1A3 gravid 9-10 minggu + KET
- Diagnosis Post Op : P1A4 + Ruptur Tuba Kanan Pars Ampularis
- Tindakan Operasi : Laparotomi Eksplorasi + Salfingektomi dextra
- DPJP: dr. H. Abdul Faris, Sp.OG(K)
4. Insisi abdomen secara midline 15 cm lapis demi lapisan secara tajam dan
tumpul
7. Menjepit mesosalphyng dextra engan dua buah klem dekat dengan tuba
35
10. Dilakukan jahitan matras kedalam otot uterus dibawah insersi tuba
11. Tuba dipotong di daerah insersinya dalam sayatan baji. Jahitan matras
diikat dan perdarahan berhenti
20. Bersihkan lapangan operasi dan tutup luka dengan kasa steril dan betadin
Terapi Post Op :
36
Dokementasi operasi
37
FOLLOW UP
05 Feb 2023 S : Nyeri Bekas Operasi (+), Pusing (-) Sakit Kepala (-),
08.00 WITA Penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari
jalan lahir (+) sedikit, BAK (+) Kateter, BAB (-), Flatus (-)
O: KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 75 x/menit
S : 36,7 oC
P : 20x/menit
P :
38
06 Feb 2023 S : Nyeri Bekas Operasi (+), Pusing (-) Sakit Kepala (-),
08.00 WITA Penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari
jalan lahir (-), BAK (+) lancar, BAB (-), Flatus (+)
O: KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/75 mmHg
N : 72 x/menit
S : 36,6 oC
P : 20x/menit
P :
07 Feb 2023 S : Nyeri Bekas Operasi (+), Pusing (-) Sakit Kepala (-),
08.00 WITA Penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari
jalan lahir (-), BAK (+) lancar, BAB (-), Flatus (+)
O:
Kesadaran : Compos mentis
KU : Sedang
TD : 105/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
39
Suhu : 36,5oC
R : 20x/menit
P:
- Cefixime 2 x 100 mg
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Meloxicam 3 x 7.5 mg
- Dulcolax supp
40
BAB IV
PEMBAHASAN
41
sekitar separuh wanita, dapat ditemukan leukositosis hingga 30.000/μL.
Pemeriksaan urine yang sering digunakan adalah latex- agglutination inhibition
(hambatan penggumpalan lateks) uji ini positif pada 80 hingga 85 persen
kehamilan ektopik. β-hCG Serum (Radioimmunoassay) merupakan metode
paling tepat untuk mendeteksi kehamilan. Progesteron Serum dapat digunakan
untuk memastikan kehamilan yang berkembang normal Nilai yang melebihi 25
ng/mL menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 97,5
persen. Nilai yang kurang dari 5ng/mL mengisyaratkan bahwa mudigah-janin
telah meninggal, tetapi tidak menunjukkan lokasinya.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Tuli A dkk, 2017. Ectopic pregnancy: a five year retrospective study in a tertiary
1437551112.pdf)
2. Anwar M (ed). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
4. Saifuddin A (ed). Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Press. 2010
260
7. Arnolu, RI. Risk Factors for Ectopic Pregnancy in Logos, Nigeria 1999 ;
184-188.
https://www.aerzteblatt.de/int/archive/article/172413
11. Sivalingam V dkk., 2011. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. Fam
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3213855/
pregnancy-clinical-manifestations-and-diagnosis
https://med.emory.edu/departments/emergencymedicine/sections/ultrasound/case-
of-the-month/obgyn/ectopic-3.html)
45