Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang

mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu
penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Kehamilan ektopik
terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum
uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sama dengan kehamilan ektopik karena kehamilan
pada pars interstitialis tuba dan kanalis serviks masih termasuk dalam uterus, tetapi
jelas bersifat ektopik.
Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan
ekstrauterin. !ebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. !angat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang
rudimenter dan divertikel pada uterus.
"enelitian #unningham tahun $%% berdasarkan data dari &adan Kesehatan
'unia (*), pada tahun $%%+ terdapat satu dari $% (%,%-) kelahiran di dunia
menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba
fallopi, yang sebagian besar (/%) dialami oleh wanita pada usia + tahun ke atas
serta dilaporan bahwa 0% dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua.
1nsiden kehamilan ektopik meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang
berumur $% sampai -% tahun dengan umur rata2rata +% tahun.
3ejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri di perut
samping kiri atau kanan bawah, perdarahan per vaginam, nausea, nyeri bahu dan
pusing. "emeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini
kehamilan ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan #3.
&eberapa penyebab terjadinya kehamilan ektopik di antaranya adalah anya kerusakan
tuba fallopi karena penyakit radang panggul ("1') atau karena infeksi lain, seperti
usus buntu yang pecah atau bedah perut.
Kesukaran membuat diagnosis pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu
demikian besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus atau ruptur
tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perdarahan
sehingga penderita jatuh dalam keadaan pingsan dan masuk dalam keadaan syok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang
mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu

penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Kehamilan ektopik
adalah peristiwa dimana implantasi blastosis terjadi diluar endometrium cavum uteri
seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. 1stilah kehamilan ektopik
terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan
tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan
keadaan umum pasien. !ebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. !angat
jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk
uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. &erdasarkan implantasi hasil
konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, pars ismika tuba, pars
ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.
Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (%,) dari seluruh
kehamilan ektopik. Kehamilan ovarial dapat terjadi apabila spermato4oa memasuki
folikel de 3raaf yang beru pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal dalam
folikel,atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di
ovarium.
'iagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar - kriteria dari !piegelberg,
yakni () tuba pada sisi kehamilan harus normal5 ($) kantong janin harus berlokasi
pada ovarium5 (+) kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii
proprium5 (-) jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong
janin."ada kehamilan ovarial biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan
akibat perdarahan dalam perut. asil konsepsi dapat pula mengalami kematian
sebelumnya sehingga tidak terjadi ruptur5 ditemukan benjolan dengan berbagai
ukuran, yang terdiri atas jaringan ovarium yang mengandung darah, vili korialis, dan
mungkin juga selaput mudigah.

2.2 Etiologi
Kehamilan ektopik pada dasarnya disebabkan oleh segala hal yang
menghambat perjalanan 4igot menuju kavum uteri. 6aktor2faktor mekanis yang
menyebabkan kehamilan ektopik antara lain7 riwayat operasi tuba, salpingitis,
perlekatan tuba akibat operasi non2ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap
diethylstilbestrol, salpingitis isthmica nodosum (penonjolan2penonjolan kecil ke
dalam lumen tuba yang menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim
(8K'9). al2hal tersebut secara umum menyebabkan perlengketan intra2 maupun
ekstraluminal pada tuba, sehingga menghambat perjalanan 4igot menuju kavum uteri.
!elain itu ada pula faktor2faktor fungsional, yaitu perubahan motilitas tuba yang
berhubungan dengan faktor hormonal dan defek fase luteal. Etiologi dari kehamilan
ektopik sudah banyak di sebutkan karena secara patofisiologi mudah dimengerti
sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. 8pabila nidasi
terjadi diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah kehamilan
ektopik. 'engan demikian, faktor2faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan
dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini.
6aktor2faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut 7-,+
a 6aktor tuba
8danya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran
tuba yang berkelok2kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak
berfungsi dengan baik. :uga pada keadaan pascaoperasi rekanalisasi tuba dapat
merupakan presdisposisi terjadi kehamilan ektopik.
6aktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
diventrikel saluran tuba yang bersifat kongenital. 8danya tumor di sekitar saluran
tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan perubahan
bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.
b 6aktor abnomalitas dari 4igot
8pabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka 4iogt
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan
tumbuh di saluran tuba.

c 6aktor ovarium
&ila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga

kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.


d 6aktor hormonal
"ada askseptor, pil K& yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. 8pabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e 6aktor lain
Termasuk disini antara lain adlaah pemakai 1;' di mana proses peradangan
yang dapat timbul endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik. 6aktor umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok
juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.

2.3 Ei!e"iologi
6rekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu
konsepsi yang spontan terjadi dalam dalam +%.%%% atau kurang. 8ngka kehamilan
ektopik per %%% diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan
berkisar antara $,< hingga $,=. 8ngka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke
tahun cenderung meningkat. 'iantara faktor2faktor yang terlibat adalah meningkatnya
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang
lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi
superovulasi.$
8ngka kejadian kehamilan ektopik di 8merika !erikat meningkat dalam
dekade terakhir yaitu dari -, per %%% kehamilan pada tahun =<% menjadi =,< per
%%% kehamilan pada tahun ==$. Kehamilan ektopik masih menjadi penyebab
kematian utama pada ibu hamil di Kanada yaitu berkisar - dari $% kematian ibu
pertahun.0 "ada tahun =/%2an, kehamilan ektopik menjadi komplikasi yang serius
dari kehamilan, terhitung sebesar kematian maternal terjadi di 8merika !erikat.$
'i 9! #ipto >angunkusumo :akarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun
=/< ialah + di antara -.%%< persalinan atau di antara $0 persalinan.!ebagian
besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara $%2-% tahun dengan
umur rata2rata +% tahun. 6rekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara %2-,0.
!ekurangnya = implantasi ektopik terjadi di tuba 6allopii. 'i tuba sendiri, tempat
yang paling sering adalah pada ampulla, kemudian berturut2turut pada pars ismika,
infundibulum dan fimbria, dan pars intersisialis. 1mplanta si yang terjadi di ovarium,
serviks, atau cavum peritonealis jarang ditemukan. $
Kehamilan ovarium merupakan bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik,
dengan dilaporkan insidensi ?<%%% dari ?-%%%% kehamilan. Terapi kesuburan
dijelaskan merupakan faktor risiko.0
1nsiden kehamilan ejtopik ovarium setlag konsepsi alami berkisar dari
pada $%%% hingga pada 0%.%%% kelahiran dan berjumlah + dari seluruh kehamilan
ektopik lainnya. !atu dari setiap sembilan kehamilan ektopik pada pengguna 1;'
adalah kehamilan ovarium.<
2.# Ge$ala %linis
Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala2gejala yang jelas dan
khas jika sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejala2gejalanya
sama dengan kehamilan muda intra uterina. Kisah yang khas dari kehamilan ektopik
terganggu adalah seorang wanita yang sudah terlambat haidnya, tiba2tiba merasa nyeri

perut, kadang2kadang nyeri lebih jelas sebelah kiri atau sebelah kanan. "ada ruptur,
nyeri dapat terjadi di daerah abdomen manapun. @yeri dada pleuritik dapat terjadi
akibat iritasi diafragmatik yang disebabkan oleh perdarahan. !elanjutnya pasien
pusing dan kadang2kadang pingsan, sering keluar darah sedikit pervaginam pada
pemeriksaan didapatkan seorang wanita yang pucat dan gejala2gejala syok. !ebelum
ruptur, tanda2tanda vital umumnya normal. Tekanan darah akan turun dan denyut nadi
meningkat hanya jika perdarahan berlanjut dan hipovoleminya menjadi nyata. "ada
palpasi perut terasa tegang dan pemeriksaan dalam sangat nyeri, terutama kalau
serviks digerakkan (slinger pain) atau pada perabaan kavum doglasi (forniA posterior)
teraba lunak dan kenyal. @yeri tekan seperti itu mungkin tidak terasa sebelum ruptur.
3ambaran klinis kehamilan ektopik tergantung dari dua bentuk, yaitu 7
8pakah kehamilan ektopik masih utuh
8pakah kehamilan ektopik sudah ruptur sehingga terdapat timbunan darah
intraabdominal yang menimbulkan gejala klinis
1. Ge$ala S &'$e%tif
!ebagian besar pasien merasakan nyeri abdomen, keterlambatan menstruasi
dan perdarahan per vaginam. @yeri yang diakibatkan ruptur tuba berintensitas tinggi
dan terjadi secara tiba2tiba. "enderita dapat jatuh pingsan dan syok. @yeri akibat
abortus tuba tidak sehebat nyeri akibat ruptur tuba, dan tidak terus2menerus. "ada
awalnya nyeri terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke rongga abdomen
dan merangsang peritoneum , nyeri menjadi menyeluruh. "erdarahan per vaginam
berasal dari pelepasan desidua dari kavum uteri dan dari abortus tuba. ;mumnya
perdarahan tidak banyak dan berwarna coklat tua. Keterlambatan menstruasi
tergantung pada usia gestasi. "enderita mungkin tidak menyangka bahwa dirinya
hamil, atau menyangka dirinya hamil normal, atau mengalami keguguran (abortus
tuba). !ebagian penderita tidak mengeluhkan keterlambatan haid karena kematian

janin terjadi sebelum haid berikutnya. Kadang2kadang pasien merasakan nyeri yang
menjalar ke bahu. al ini disebabkan iritasi diafragma oleh hemoperitoneum.

2. Te"&an o'$e%tif
"ada kasus2kasus yang dramatis, sering kali pasien datang dalam keadaan
umum yang buruk karena syok. Tekanan darah turun dan frekuensi nadi meningkat.
'arah yang masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum, sehingga
pada pasien ditemukan tanda2tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok,
nyeri lepas, defense musculaire). &ila perdarahan berlangsung lamban dan gradual,
dapat dijumpai tanda anemia pada pasien. ematosalping akan teraba sebagai tumor
di sebelah uterus. 'engan adanya hematokel retrouterina, kavum 'ouglas teraba
menonjol dan nyeri pada pergerakan (nyeri goyang porsio). 'i samping itu dapat
ditemukan tanda2tanda kehamilan, seperti pembesaran uterus.

2.( Patofisiologi
"roses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
halnya di kavum uteri. *vum yang telah dibuahi di tuba bernidasi secara kolumner
atau interkolumner. "ada yang pertama, hasil konsepsi berimplantasi pada ujung atau
sisi jonjot endosalping. "erkembangan hasil konsepsi selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya hasil konsepsi mati secara dini dan kemudian
direabsorbsi. "ada nidasi secara interkolumner hasil konsepsi bernidasi antar $ jonjot
endosalping. !etelah tempat nidasi tertutup maka hasil konsepsi dipisahkan dari
lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan
mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot2otot tuba
dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
'i bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum
gravidarum dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah pula menjadi desidua. 'apat pula ditemukan perubahan pada endometrium
yang disebut fenomena 8rias2!tella, dimana sel epitel membesar dengan intinya
hipertrofik, hiperkromatik, lobuler dan berbentuk tak teratur. !itoplasma sel dapat
berlubang2lubang dan kadang2kadang ditemukan mitosis. !etelah janin mati, desidua
dalam uterus mengalami degenarasi dan kemudian dikeluarkan berkeping2keping
tetapi kadang2kadang dikeluarkan secara utuh. "erdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan
desidua degeneratif.
>engenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. !ebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan 0 sampai % minggu. &erakhirnya kehamilan tuba ada $ cara,
yaitu7
1. A'o)t&s T&'a
Terjadi karena hasil konsepsi bertambah besar menembus endosalping
(selaput lendir tuba ), masuk kelumen tuba dan dikeluarkan ke arah
infundibulum. al ini terutama terjadi kalau konsepsi berimplantasi di daerah
ampula tuba. 'i sini biasanya hasil konsepsi tertanam kolumner karena
lipatan2lipatan selaput lendir tinggi dan banyak. Bagipula disini, rongga tuba
agak besar sehingga hasil konsepsi mudah tumbuh kearah rongga tuba dan
lebih mudah menembus desidua kapsularis yang tipis dari lapisan otot tuba.
8bortus terjadi kira2kira antara minggu ke 02$. "erdarahan yang timbul
karena abortus keluar dari ujung tuba dan mengisi kavum douglasi, terjadilah
hematokel retrouterin. 8da kalanya ujung tuba tertutup karena perlekatan2
perlekatan hingga darah terkumpul di dalam tuba dan mengembungkan tuba
yang disebut hematosalpning.
2. R&t&) T&'a
asil konsepsi menembus lapisan otot tuba ke arah kavum peritoneum.
al ini terutama terjadi kalau implantasi hasil konsepsi dalam istmus tuba.
"ada peristiwa ini, lipatan2lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar
kemungkinan implantasi interkolumner. Trofoblas cepat sampai ke lapisan otot
tuba dan kemungkinan pertumbuhan ke arah rongga tuba kecil karena rongga
tuba sempit. *leh karena itu, hasil konsepsi menembus dinding tuba ke arah
rongga perut atau perineum. 9uptur pada isthmus tuba terjadi sebelum
kehamilan minggu ke2$ karena dinding tuba disini tipis, tetapi ruptur pada
pars interstisialis terjadi lambat kadang2kadang baru pada bulan ke2- karena
disini otot tebal. 9uptur bisa terjadi spontan ataupun karena trauma, misalnya
karena periksa dalam, defekasi, koitus. "ada ruptur tuba, seluruh telur dapat
melalui robekan dan masuk ke dalam kavum peritoneum, hasil konsepsi yang
keluar dari tuba itu sudah mati. &ila hanya janin yang melalui robekan dan
plasenta tetap melekat pada dasarnya, kehamilan dapat berlangsung terus dan
berkembang sebagai kehamilan abdominal.

2.* Diagnosis
2 8namnesis
aid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang2kadang terdapat
gejala subjektif kehamilan muda. @yeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus.
"erdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
2 "emeriksaan ;mum
"enderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut
tanda2tanda syok dapat ditemukan.
2 "emeriksaan 3inekologi
Tanda2tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. "ergerakan serviks
menyebabkan nyeri. &ila uterus diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang2kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Kavum douglasi menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. !uhu kadang naik sehingga menyulitkan perbedaan

dengan infeksi pelvik.


2 "emeriksaan Baboratorium dan "enunjang %
o He"oglo'in+ ,e"ato%)it+ !an ,it&ng le&%osit
"emeriksaan hemoglobin (b) dan jumlah sel darah merah berguna
menegakkan diagnosa kehamilan ektopik tergangg u, terutama bila ada
tanda2tanda perdarahan dalam rongga perut. "erlu diingat, bahwa turunnya
b disebabkan darah diencerkan oleh air dari jaringan untuk
mempertahankan volume darah. al ini memerlukan waktu 2$ hari.
>ungkin pada pemeriksaan b yang pertama2tama kadar b belum
seberapa turunnya maka kesimpulan adanya perdarahan didasarkan atas
penurunan kadar b pada pemeriksaan b berturut2turut. 'erajat
leukositosis sangat bervariasi pada kehamilan ektopik yang mengalami
ruptur, nilainya bisa normal sampai +%.%%%?Cl.
o Gona!ot)oin %o)ioni% -,G U)in/ 10
Tes urin paling sering menggunakan tes slide inhibisi aglutinasi dengan
sensitivitas untuk gonadotropin korionik dalam kisaran %% sampai /%%
ml;?ml. Kemungkinan bernilai positif pada kehamilan ektopik hanya
sampai %20%. Kalaupun digunakan tes jenis tabung, dengan

gonadotropin korionik berkisar antara %2$% ml;?ml, dan tes ini positif
pada /%2/ kehamilan ektopik. Tes yang menggunakan EB1!8 (En4yme2
Binked 1mmunoabsorbent 8ssays) sensitif untuk kadar %2% ml;?ml dan
positif pada = kehamilan ektopik.
o ,G se)&"10
"engukuran kadar D2h#3 secara kuantitatif adalah standar diagnostik
untuk mendiagnosa kehamilan ektopik. "ada kehamilan normal intrauterin,
kadar D2h#3 serum naik $ kali lipat tiap $ hari selama kehamilan.
"eningkatan kadar D2h#3 serum kurang dari 00 menandakan suatu

kehamilan intrauterin abnormal atau kehamilan ektopik. "emeriksaan D2


h#3 serum secara berkala perlu dilakukan untuk membedakan suatu
kehamilan normal atau tidak dan memantau resolusi kehamilan ektopik
setelah terapi.
o K&l!osentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui ada
tidaknya darah dalam kavum douglasi atau mengidentifikasi
hematoperitoneum. !erviks ditarik kedepan kearah simfisis dengan
tenakulum, dan jarum ukuran 0 atau / dimasukkan melalui forniks

posterior kedalam kavum douglasi. &ila ditemukan darah, maka isinya


disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan darah yang dikeluarkan
merupakan 7+,
a. 'arah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.
b. 'arah berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau yang
berupa bekuan kecil, darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
;ntuk mengatakan bahwa punksi kavum douglasi positif, artinya adanya

perdarahan dalam rongga perut dan darah yang diisap mempunyai sifat
warna merah tua, tidak membeku setelah diisap, dan biasnya di dalam
terdapat gumpalan2gumpalan darah yang kecil.
o Ult)asonog)afi
;ltrasonografi abdomen berguna dalam diagnostik kehamilan
ektopik. 'iagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantung gestasi diluar
uterus yang didalamnya terdapat denyut jantung janin. "ada kehamilan
ektopik terganggu dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum
terutama dalam kavum douglasi. ;ltrasonografi vagina dapat
menghasilkan diagnosis kehamilan ektopik dengan sensitifitas dan
spesifitas =0. Kriterianya antara lain adalah identifikasi kantong gestasi
berukuran 2+ mm atau lebih besar, terletak eksentrik di uterus, dan
dikelilingi oleh reaksi desidua2korion.

'iagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh
jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. "ada kehamilan ovarial
biasanya terjadi rupture pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut.
asil konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi
rupture, ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang
mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput mudigah.

!ering terjadi keterlambatan dalam mendiagnosis kehamilan ovarial.


'iagnosis kehamilan ektopik interstitial sering terlewatkan pada ;!3 dan #T !can
pelvis. Kehamilan ovarial terjadi pada sebagian vaskularisasi dari pelvis wanita,
cabang uterin dan arteri ovarian. "erdarahan meternal yang signifikan mengarah
kepada hipovolemia dan syok merupakan akibat tercepat pada kehamilan ovarial.
!eringnya penggunaan prosedur 89T, dokter seharusnya dapat mendiagnosis cepat
kehamilan ektopik. 'iagnosis kehamilan ovarian dibuat berdasarkan evaluasi klinis
dari semua kriteria yang digunakan untuk tipe lain dari kehamilan ektopik. 3ejala
nyeri abdomen akut, perdarahan intraperitoneal, dan hematokrit rendah, dan serum
positif atau tes urin kehamilan. ;ji diagnistik termasuk beta #3, kuldosentesis, dan
;!3. Kehamilan ovarial didiagnosis dengan kriteria ulrasonografi yang ada dari
kadar #3 positif mengindikasikan kehamilan.+2-
Kriteria ultrasound transvaginal untuk kehamilan ovarial cincin putih

echogenic pada ovarium dibandingkan dengan lapisan ovarium. Kantung telur atau
bagian janin mngkin terlihat tapi embrionik jarang terlihat. Korpus luteum memiliki
tekstur anekoik dan lebih tipis ekogenisitas dindingnya dibandingkan dengan
endometrium. ;sltrasound transvaginal tiga dimensi dapat menghasilkan korona dari
uterus. 'iagnosis lain dapat digunakan laparosko pi, yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis sekaligus penatalaksanaan.+2-

2. Penatala%saan
"enatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain

lokasi kehamilan dan tampilan klinis. !ebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan


tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. !elain itu, perlu dibedakan
pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan
ektopik terganggu. Tentunya penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang
belum terganggu berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik
terganggu yang menyebabkan syok.
!eorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam
kondisi baik dan tenang, memiliki + pilihan, yaitu penatalaksanaan ekspektasi
(eApectant management), penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.

1. Penatala%sanaan E%se%tasi
"enatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar < b2h#3
pasien dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar. "ada
penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar b2h#3 yang stabil
atau cenderung turun diobservasi ketat. *leh sebab itu, tidak semua pasien dengan
kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. "enatalaksanaan
ekspektasi dibatasi pada b2h#3 yang keadaan2keadaan berikut7
Kehamilan ektopik dengan kadar menurun,
Kehamilan tuba,
Tidak ada perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan
'iameter massa ektopik tidak melebihi +. cm.
2. Penatala%sanaan 4e !is
"ada penatalaksanaan medis digunakan 4at24at yang dapat merusak integritas
jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat2kandidat penerima tatalaksana medis harus
memiliki syarat2syarat berikut ini7 keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri
perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga
abdomen dan kavum 'ouglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan
kontrasepsi yang efektif selama +2- bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit2
penyakit penyerta, sedang tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang
koeksis, memiliki fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak
memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotreAate. &erikut ini akan dibahas
beberapa metode terminasi kehamilan ektopik secara medis.
4et,ot)e5ate16+17
>ethotreAate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi
keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. "ada penyakit trofoblastik,

methotreAate akan merusak sel2sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien
dengan kehamilan ektopik, methotreAate diharapkan dapat merusak sel2sel
trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. !eperti halnya
dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya,
kandidat2kandidat untuk terapi methotreAat e harus stabil secara hemodinamis
dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal.

A8tino"98in
@eary dan 9ose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama

hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien2pasien dengan


kegagalan terapi methotreAate sebelumnya.
2 La)&tan Gl&%osa Hie)os"ola)
1njeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif
terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu. eko dan kawan2kawan
melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam
menterminasi kehamilan tuba. @amun pada umumnya injeksi methotre Aate tetap
lebih unggul. !elain itu, angka kegagalan dengan terapi injeksi larutan glukosa
tersebut cukup tinggi, sehingga alternatif ini jarang digunakan.
3. Penatala%sanaan Be !a, 12
6ernande4 (==) mengemukakan kriteria untuk menetapkan terapi hamil
ektopik dengan cara non2operatif atau dengan tindakan operasi sebagai berikut 7

:umlah skor diatas 0, dilakukan tindakan operasi laparaskopi atau laparatomi.


"enatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien2pasien dengan kehamilan tuba
yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada kehamilan
ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. "ada dasarnya ada
$ macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan
konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan radikal, di mana
salpingektomi dilakukan. "embedahan konservatif mencakup $ teknik yang kita kenal
sebagai salpingostomi dan salpingotomi. !elain itu, macam2macam pembedahan
tersebut di atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. @amun bila
pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan
per laparoskopi.
Salingosto"i
!alpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi
yang berdiameter kurang dari $ cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.
"ada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang %2 mm pada tuba tepat di atas
hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. !etelah insisi hasil konsepsi segera
terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati2hati. "erdarahan yang terjadi
umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. 1nsisi kemudian
dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. "rosedur
ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. >etode per
laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum
terganggu.
!ebuah penelitian di 1srael membandingkan salpingostomi per
laparoskopi dengan injeksi methotreAate per laparoskopi. 'urasi pembedah an
pada grup salpingostomi lebih lama daripada durasi pembedahan pada grup
methotreAate, namun grup salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih
singkat dan insidens aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah.
>eskipun demikian angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan angka
kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda
secara bermakna.
Salingoto"i
"ada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa
pada salpingotomi insisi dijahit kembali. &eberapa literatur menyebutkan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba
pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi.
Salinge%to"i
9eseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum
maupun yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun
laparoskopi. !alpingektomi diindikasikan pada keadaan2keadaan berikut ini7
Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),
"asien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
Terjadi kegagalan sterilisasi,
Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,
"asien meminta dilakukan sterilisasi,
"erdarahan berlanjut pascasalpingotomi,
Kehamilan tuba berulang,
Kehamilan heterotopik, dan
>assa gestasi berdiameter lebih dari cm

9eseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang2kadang


dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. >etode ini
lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan

jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah
sempit. "ada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula
histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. "ada
salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem,
digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. 8rteria
tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang
direseksi dipisahkan dari mesosalping.
E:a%&asi ;i"')ae !an ;i"')ae%to"i
&ila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat

dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. 'engan menyemburkan


cairan di bawah tekanan dengan alat aFuadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi
dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. 6imbraektomi dikerjakan bila massa
hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan
cairan bertekanan.
Ga"'a) 1 < !iagnosis )eoe)atif !an ostoe)atif a!a asien !engan
%e,a"ilan o:a)i&"1(
2.6 P)ognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini

dan persediaan darah yang cukup. ellman dkk., (=<) melaporkan kematian
diantara /$0 kasus, ilson dkk., (=<) melaporkan kematian diantara = kasus.
8kan tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi. !jahid dan
>artohoesodo (=<%) mendapatkan angka kematian $ dari $% kasus. !edangkan
Tardjiman dkk., (=<+) mendapatkan angka kematian - dari +/ kehamilan ektopik.
"ada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral.
!ebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada
tuba yang lain. 8ngka kehamilan ektopik yang berulang dilapor kan antara %2-,0.
;ntuk perempuan dengan jumlah anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi
dilakukan salpingektomi bilateralis dan sebelumnya perlu mendapat persetujuan
suami dan isteri.

2.7 Ko"li%asi
"ada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah berlangsung (-2
0minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding). 1ni merupakan
indikasi operasi
2 1nfeksi
2 !ubileus karena massa pelvis
2 !terilitas
BAB III
KESI4PULAN

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang

mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab
utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama.
Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (%,) dari seluruh kehamilan
ektopik. Kehamilan ovarial dapat terjadi apabila spermato4oa memasuki folikel de 3raaf
yang beru pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel,atau apabila sel
telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium
Kehamilan ektopik pada dasarnya disebabkan oleh segala hal yang menghambat
perjalanan 4igot menuju kavum uteri. 6aktor2faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan
ektopik antara lain7 riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi non2
ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol, salpingitis isthmica
nodosum (penonjolan2penonjolan kecil ke dalam lumen tuba yang menyerupai divertikula),
dan alat kontrasepsi dalam rahim (8K'9).
6rekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu konsepsi yang
spontan terjadi dalam dalam +%.%%% atau kurang. 8ngka kehamilan ektopik per %%%
diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara $,<
hingga $,=.
Kehamilan ovarium merupakan bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik, dengan
dilaporkan insidensi ?<%%% dari ?-%%%% kehamilan. Terapi kesuburan dijelaskan merupakan
faktor risiko. 1nsiden kehamilan ejtopik ovarium setlag konsepsi alami berkisar dari pada
$%%% hingga pada 0%.%%% kelahiran dan berjumlah + dari seluruh kehamilan ektopik
lainnya. !atu dari setiap sembilan kehamilan ektopik pada pengguna 1;' adalah kehamilan
ovarium.
Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala2gejala yang jelas dan khas jika
sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejala2gejalanya sama dengan
kehamilan muda intra uterina. Kisah yang khas dari kehamilan ektopik terganggu adalah
seorang wanita yang sudah terlambat haidnya, tiba2tiba merasa nyeri perut, kadang2kadang
nyeri lebih jelas sebelah kiri atau sebelah kanan. "ada ruptur, nyeri dapat terjadi di daerah
abdomen manapun.
'iagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan
ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. "ada kehamilan ovarial biasanya terjadi
rupture pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut. asil konsepsi dapat
pula mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan
dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili korialis dan

mungkin juga selaput mudigah.


!ering terjadi keterlambatan dalam mendiagnosis kehamilan ovarial. 'iagnosis
kehamilan ektopik interstitial sering terlewatkan pada ;!3 dan #T !can pelvis. Kehamilan
ovarial terjadi pada sebagian vaskularisasi dari pelvis wanita, cabang uterin dan arteri
ovarian. "erdarahan meternal yang signifikan mengarah kepada hipovolemia dan syok
merupakan akibat tercepat pada kehamilan ovarial. !eringnya penggunaan prosedur 89T,
"enatalaksanaan kehamilan ektopik tergantun g pada beberapa hal, antara lain lokasi
kehamilan dan tampilan klinis. !ebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan tuba berbeda dari
penatalaksanaan kehamilan abdominal. !elain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan
kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik terganggu. Tentunya
penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang belum terganggu berbeda dengan
penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu yang menyebabkan syok.
DA;TAR PUSTAKA
. "rawirohardjo, !., $%%, Kehamilan Ek topik dalam 1lmu Kebidanan, :akarta "usat 7
ayasan &ina "ustaka.
$. >urray, ., &aakdah, ., &ardell, T., Tulandi, T., 'iagnosis and Treatment of Ectopic
"regnancy, #>8 >edia 1nc. (#>8:),$%%5<+(/)
+. @orwit4 9E, !chorge :*. 8namnesis dan pemeriksaan fisik. 'alam 7 @orwit4 9E,
!chorge :*. 8t a glance obstetri dan ginekologi. :akarta 7 Erlangga $%%<. . =5 <2$%
-. "rawirohardjo, !., $%% <, Kehamilan Ektopik dalam 1lmu &edah Kebidanan , :akarta
"usat 7 ayasan &ina "ustaka.
. &enson, 9alph #. Kehamilan ektopik. 'alam 7 &enson, 9alph #. &uku saku obstetri dan
ginekologi. :akarta7 E3#. $%%=. .+%2+5<50$2<
0. Taber &G. Kehamilan ektopik. 'alam 7 >elfiawati !. Kapita selekta kedaruratan obstetri
dan ginekologis. :akarta7 E3#. ==-. h. /20
<. #unningham 63, Beven o K:, &loom !B, au th :#, 9ous e ':, !pong !. Kehamilan
ektopik. 'alam 7 #unningham 63, Beveno K:, &loom !B, auth :#, 9ouse ':, !pong
!. *bstetri illiams. :akarta 7 E3#. $%+. .$2<%
/. !ofian 8. !inopsis *bstetri. 'alam 7 !ofian 8. Kelaianan letak kehamilan. :akarta7 E3#.
$%$. . 0%20
=. &:*3. 'iagnosis and >anagement of Ectopic "regnancy. 9oyal #ollege of *bstetricians
H 3ynaecollogist. $%0
%. &arash :m &uchanan E>, illson #. 'iagnosis and >anagement of Ectopic "regnancy.
8merican 6amily "hysician. =% (). +-2-%.
. Koo :, #ho i :, 1m K!, :un g :, Kwon !. Pregnancy outcomes after

surgical treatment of ovarian pregnancy. 1nternational :ournal of


3ynecology and *bstetrics - ($%) =<I%%
$. :oseph 9:, 1rvie B>. *varian ectopic pregnancy7 8etiology, diagnosis, and challenges in
surgical management. Journal of Obstetrics and Gynaecology. $%$5 +$7 -<$I-<-.
+. !harma @, Jasudevan !. 9uptured ovarian ectopic pregnancy7 #ase 9eport and 9eview.
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci ($%-) +(=) $=-2$==.
-. 9esta !, 6uggetta E, '1tri 6, Evangelista !, Ticino 8, "orpora >3. #ase 9eport 9upture
of *varian "regnancy in a oman with Bow &eta2h#3 Bevels. #ase 9eports in
*bstetrics and 3ynecology. $%$.

. 8l >eshari, #howdh ury @, 8delusi &. *varian "regnan cy. Int J Gynecol *bstet, ==+,
-7 $0=2$<$
0. 6eit , Beibovit4 G, Kerner 9, Keidar 9, !agiv 9. *varian pregnancy following 1J6, in a
woman after bilateral salpingectomy. 8 case report and review of the literature. $%.
<. Tehrani 3, hamo ush G, 3hasemi >, ashemi B. *varian ectopic pegna ncy 7 8 rare
case. 1ran : 9eprod >ed. $%-. $ (-). $/2$/-.
/. Kraemer &, Kraemer E, 3uengoer E, &oess 1:, !olomaye r E6, allwiener ', 9ajab TK.
*varian ectopic pregnancy7 diagnosis, treatment, correlation to #arnegie stage 0 and
review based on a clinical case. 8merican !ociety for 9eproductive >edicine. $%%=. =$
(). +=$e+2.
19. "agidas K, 6rishman 3@. @onsurgical >anagement of "rimary *varian "regnancy with
Transvaginal ;ltrasound23uided Bocal 8dministration of >ethotreAate. :ournal of
>inimally 1nvasive 3ynecology. $%+. $% ($). $$2$-.

Anda mungkin juga menyukai