Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih
dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba Fallopii). Kehamilan
ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat
menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Kehamilan ektopik
terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan
gambaran klinik yang sangat beragam. Kehamilan ektopik terganggu yaitu suatu
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada dinding tuba. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan
atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat
mengalami kehamilan ektopik. 1,2,3
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Di Indonesia kejadian sekitar
5-6 / 1.000 kehamilan. Di Amerika kejadian sekitar 2 / 100 kehamilan. Diantara
kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di
ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh
terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran
telur sisi seberangnya.1,2
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para
wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan
oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Jika
dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian.

1.2 Tujuan

Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan


mengenai kehamilan ektopik terganggu serta mampu menyusun rencana dan
melaksanakan terapi sesuai dengan rencana yang tepat.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat memberi pengalaman belajar
dan pengetahuan mengenai kehamilan ektopik terganggu serta menerapkan ilmu
kedokteran yang dimiliki dan didapat selama proses kepanitraan klinik di bagian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih
dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba Fallopii). Sedangkan
yang disebut dengan kehamilan ektopik terganggu yaitu suatu kehamilan ektopik
yang mengalami ruptur pada dinding tuba. 1,2,3

2.2 Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Di Indonesia kejadian sekitar
5-6 / 1.000 kehamilan. Di Amerika kejadian sekitar 2 / 100 kehamilan. 1,2
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5
berikut ini: 1,2,3
a. Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas:
- Pars ampularis (55%)
- Pars ismika (25%)
- Pars fimbriae (17%)
- Pars interstisialis (2%)
b. Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium,
atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan
kehamilan abdominal sekunder di mana semula merupakan kehamilan tuba
yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars
abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio mengalami reimplantasi
di kavum abdomen misalnya di mesentrium/mesovarium atau di omentum.
c. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit.
d. Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda di mana satu janin
berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.
Kejadian sekitar 1 / 15.000-40.000 kehamilan.
e. Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan namun sangat
jarang.

Gambar 1. lokasi kehamilan ektopik


Sumber: Buku Ilmu Kandungan, Sarwono P.

2.3 Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (1,2,3):
a. Faktor Tuba
- Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
-

menyempit atau buntu.


Keadaan uterus yang hipoplasia dan saluran tuba yang berkelok-kelok
panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan
baik. Juga pada keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan

predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.


Faktor tuba yang lain adalah adanya kelainan endometruosis tuba atau

divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital.


Adanya tumor disaluran sekitar tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga

dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.


b. Faktor abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan saat melalui tuba, kemudian terhenti dan
tumbuh di saluran tuba.
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan
gerakan

tuba

melambat.

Apabila

terjadi

pembuahan

maka

dapat

mengakibatkan kehamilan ektopik.


e. Faktor lain.
Pemakai IUD di mana proses peradangan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosalphing dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan
ektopik. Faktor umur yang sudah menua dan faktor perokok juga sering
dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko kehamilan ektopik, yaitu sebagai berikut: 4
a. Resiko tinggi
- Rekonstruksi tuba
- Sterilisasi tuba
- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
- Paparan dietilstilbesterol (DES) intrauterin
- Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
- Patologi tuba
b. Resiko sedang
- Infertil
- Riwayat infeksi genital
- Sering berganti pasangan
c. Resiko ringan
- Riwayat operasi pelvik atau abdominal sebelumnya
- Merokok
- Douching
- Koitus sebelum 18 tahun
2.5 Patogenesis
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat

kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu : 1,2,3
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk
ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
3. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau
karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda
tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam
syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak sebarapa hebat dan tidak terusmenerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi tetapi setelah darah masuk
ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau seluruh perut
bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehinga
menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina,
menyebabkan nyeri saat BAB.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum

uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit dan berwarna merah
gelap. Frekuensi perdarahan biasanya 51-93%.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik
walaupun tidak jelas karena gejala dan tanda KET bisa langsung terjadi. Frekuensi
amenorea biasanya 23-97%.
Pada pemeriksaan vaginal

biasanya

ditemukan

rasa

nyeri

saat

menggerakan uterus/ nyeri goyang, penonjolan kavum douglas dan nyeri saat
ditekan larena terisi darah, teraba massa lunak di samping uterus.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga
perut dan ditandai oleh nyeri abdomen akut sampai gejala-gejala yang samarsamar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya. 1,2,3,5,6,7
2.7 Penegakkan Diagnosa
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat (1,2,3,5,6,7):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah.
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
3. Pemeriksaan dalam: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus
kanan dan kiri.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b) USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul

5. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam


kavum Douglas ada darah. Caranya yaitu sebagai berikut:
-

Penderita dibaringkan posisi litotomi


Vulva dan vagina dibersihkan dengan aseptik
Spekulum dipasang dan bibir belakang portio dijepit dengan cunam

serviks dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak


Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam Douglas dan dengan spuit 10

ml dilakukan aspirasi
Bila ditemukan darah, maka isinya semprotkan pada kasa dan
perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:
Darah segar berwarna merah yang membeku dalam beberapa
menit maka darah ini berasal dari pembuluh darah yang tertusuk
Darah tua berwarna merah gelap yang tidak membeku maka darah
ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

6. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong


gestasi di luar uterus.
7. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparoskopi.
2.8 Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus
diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelvis. Hasil ini menentukan apakah
perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salphingektomi.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar hCG (kuantitatif). Peninggian kadar hCG
yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat.

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini yaitu:
a.
b.
c.
d.

Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah


Diameter kantong gestasi < 4 cm
Perdarahan dalam rongga perut < 100 ml
Tanda vital baik dan stabil.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan intra vena fluids,

oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat

mungkin

supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit. 1,2,3,5,6,7
2.9 Komplikasi
Komplikasi

yang

dapat

terjadi

tergantung

dari

lokasi

tumbuh

berkembangnya embrio. Komplikasi KE pada tuba pars ampulla, tuba pars ismus,
pars interstisialis dan pars infundibulum fimbriae yaitu ruptur dinding tuba yang
menyebabkan perdarahan intraabdomen yang bisa menyebabkan sepsis, syok
hingga kematian. 1
2.10

Prognosa
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan

diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971)
melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591
kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan
Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik
kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun
angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi
cukup bulan adalah sekitar 50%. 1,2,3

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTIFIKASI

Nama
: Ny.E
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Keramasan

10

Nama suami: Tn.M


Umur
: 39 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat
: Keramasan

3.2 ANAMNESA (Autoanamnesa, 3 Desember 2012)

Keluhan utama
OS mengeluh sakit perut bagian bawah yang semakin parah sejak 2

hari lalu.
Riwayat perjalanan penyakit

Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, OS mengeluh sakit perut


bagian bawah yang bertambah sakit bila bergerak. OS juga mengeluh lemah,
mual dan nafsu makan berkurang. Kemudian OS berobat ke tukang pijat.
Seluruh bagian tubuh OS dipijat termasuk perut.

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, OS mengeluh sakit perut


bagian bawah bertambah parah dan semakin sakit bila bergerak. OS merasa
sangat lemah, mual, nafsu makan berkurang dan demam.

Kemudian OS masuk IGD RSUD Palembang BARI pukul 11.30


WIB dengan keluhan sakit perut yang semakin parah. OS mengaku hamil + 2
bulan anak ke-1. Riwayat keluar darah lendir (-) & air-air (-) dari jalan lahir.
Riwayat trauma (-), batuk pilek (-) & alergi obat (-). Riwayat pernah operasi
kista.
Riwayat Menstruasi :

- Menarche : lupa

- Siklus haid : teratur


Riwayat perkawinan : menikah pada bulan Juli 2010
Riwayat kehamilan sekarang :

- HPHT
: 22-09-2012

- TP
: 29-06-2013

- Usia kehamilan : + 2 bulan

- ANC : 1 kali ke Puskesmas

- Imunisasi TT
: 1 kali
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit jantung
: disangkal
Penyakit ginjal
: disangkal
Penyakit asma
: disangkal
Penyakit hepatitis
: disangkal
Penyakit DM
: disangkal
Epilepsy
: disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Penyakit jantung
: disangkal
Penyakit ginjal
: disangkal

11

Penyakit asma
Penyakit hepatitis
Penyakit DM
Epilepsy

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

3.3 PEMERIKASAAN FISIK


Tanggal 3 Desember 2012
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis, tampak lemah
Nadi
: 94x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan
: 22x/menit
0
Suhu
: 38,5 C
Tekanan darah : 90/70 mmHg

Keadaan spesifik
a. Kepala
Bentuk : simetris
Mata : kelopak mata cekung (-), konjungtiva anemis (+), sklera

ikterik (-)
Hidung
: nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga: sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+), mulut kering (-)

b. Leher

: pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)

c. Toraks
: simetris, retraksi, sonor (+)/(+)
Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan dan kiri,
vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
Jantung
: bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
d. Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor (-), nyeri
tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU tidak teraba, defans
muskular (+),
e. Genital
: tidak dilakukan.
f. Ekstremitas: akral hangat, sianosis (-), CRT < 2, edema (-)

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin (3 Desember 2012)
Hb
: 10,5 g/dl (12-14g/dl)
Ht
: 32% (37-43%)
Hitung jenis : 0/1/2/87/8/2 (0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8)
12

Leukosit
: 24.600/mm3 (5.000-10.000/mm3)
Trombosit
: 185.000/mm3 (150.000-400.000/mm3)
Gol.darah
: O (+)
Clothing Time : 8 (10-15)
Bleeding Time: 2 (1-6)
Tes Kehamilan
: (+)
USG (3 Desember 2012)
Hasil USG : tidak ada kelainan pada vesica urinaria, tidak ada janin dalam

cavum uterus dan terdapat timbunan cairan di dasar rongga perut.

Kuldosentesis (3 Desember 2012)


Hasil Kuldosentesis : ditemukan cairan keruh bercampur darah dan berbau
seperti nanah.

3.5 DIAGNOSA KERJA

Suspect TOA DD/ KET.

3.6 PENATALAKSANAAN
-

Observasi KU & TV ibu


IVFD D5 : RL 2:1 Gtt 20 x/m (makro)
Kateter menetap
Bed rest
Ceftriaxone 2x1 gr IV
Metronidazole 2x500 mg IV
Gentamicin 2x80 mg IV
Paracetamol 3x500 mg tab
Sulfus Ferosus 2x1 tab

3.7 FOLLOW UP

13

Ta
ng
ga
l
04
12
20
12
H
R:
1
ha
ri

05
12
20

Keterangan

S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak


O : KU: tampak lemah, CM
TV: N : 94x/menit,isi/tegangan lemah RR : 20x/menit , TD:
90/70 mmHg, T: 37,8C

KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+),
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral dingin, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : Suspect TOA DD/ KET.
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5% : RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
- Kateter menetap
- Bed rest
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Gentamicin 2x80mg IV
- Paracetamol 3x500mg tab
- Sulfas Ferosus 2x1 tab

S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak, keluar
sedikit darah dari vagina.
O : KU: tampak lemah, CM
TV: N : 92x/menit,isi/tegangan lemah RR : 20x/menit , TD:
90/60 mmHg, T: 360C
14

12
H
R:
2

06
12
20
12
H
R:
3
ha
ri
H
b:

KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral dingin, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : Suspect TOA DD/ KET.
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5% : RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
- Kateter menetap
- Bed rest
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Gentamicin 2x80mg IV
- Paracetamol 3x500mg tab
- Sulfas Ferosus 2x1 tab
S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak, keluar
sedikit darah dari vagina.
O : KU: tampak lemah, CM

TV: N : 96x/menit,isi/tegangan lemah RR : 20x/menit , TD:


90/60 mmHg, T: 360C

KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
15

6,
1g
/dl
(1
3.
00
W
IB
)
H
b:
5,
8g
/dl
(1
5.
00
W
IB
)
07
12
20
12
(0
6.
00
W
IB
)
H
R:
4
ha
ri

dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)


- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral dingin, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : Suspect TOA DD/ KET.
P:
Observasi KU & TV ibu
IVFD D5% : RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
Kateter menetap
Bed rest
Ceftriaxone 2x1gr IV
Metronidazole 2x500mg IV
Gentamicin 2x80mg IV
Paracetamol 3x500mg tab
Sulfas Ferosus 2x1 tab
Cek Hb serial tiap 2 jam
Rencana Laparotomi besok
Persiapan darah (4 PRC)

S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak, keluar
sedikit darah dari vagina.
O : KU: tampak lemah, CM

TV: N : 94x/menit,isi/tegangan lemah RR : 20x/menit , TD:


90/60 mmHg, T: 36,80C

KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), edema (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),

16

08
12
20
12
H
R:
2
ha
ri
po
st
op

Genital: tidak dilakukan.


Ekstremitas : akral dingin, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : Suspect TOA DD/ KET.
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5% : RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
- Kateter menetap
- Bed rest
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Gentamicin 2x80mg IV
- Paracetamol 3x500mg tab
- Sulfas Ferosus 2x1 tab
- Rencana laparotomi jam 10.00 WIB
- Persiapan darah (4 PRC)
P : (post op laparotomi)
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5%/RL 2:1 Gtt 20x/m (makro) (2 line)
- Kateter menetap
- Immobilisasi 24 jam
- Bed rest
- Cefotaxime 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Ketorolac 2x30mg IV
- Ranitidin 2x1 amp IV
- Kalnex 3x500mg IV
- R/ Tranfusi PRC 4 kolf
S : nyeri luka bekas post op, nyeri perut berkurang.
O : KU: tampak lemah, CM

TV: N : 88x/menit,Isi/tegangan lemah RR : 20x/menit , TD:


90/70 mmHg, T: 370C

KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).

17

09
12
20
12
H
R:
3
ha
ri
po
st
op

Abdomen : datar, simetris, lemas, bekas luka post.op tenang,


nyeri tekan perut bagian bawah (+), TFU tidak teraba.
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : post salphingektomi dextra a/i KET (Ruptur Tuba
Dextra)
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5%/RL 2:1 Gtt 20x/m (makro) (2 line)
- Kateter menetap
- Immobilisasi 24 jam
- Bed rest
- Cefotaxime 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Ketorolac 2x30mg IV
- Ranitidin 2x1 IV
- Kalnex 3x500mg IV
- Tranfusi PRC 4 kolf (sudah 2 kolf)
S : nyeri luka bekas post op, nyeri perut berkurang.
O : KU: tampak lemah, CM

TV: N : 80x/menit,isi tegangan cukup, RR : 20x/menit, TD:


100/70 mmHg, T: 36,20C

KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, lemas, bekas luka post.op tenang,
nyeri tekan perut bagian bawah (+), TFU tidak teraba.
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT <2, edema (-)
A : post salphingektomi dextra a/i KET (Ruptur Tuba
Dextra)
P:
- Observasi KU & TV ibu

18

10
12
20
12
H
R:
4
ha
ri
po
st
op

- IVFD D5%/RL 2:1 Gtt 20x/m (makro) (2 line)


- Kateter menetap
- Immobilisasi 24 jam
- Bed rest
- Cefotaxime 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Ketorolac 2x30mg IV
- Ranitidin 2x1 IV
- Kalnex 3x500mg IV
- Tranfusi PRC 4 kolf (sudah 2 kolf)
S : nyeri luka bekas post op, nyeri perut berkurang.
O : KU: tampak lemah, CM

TV: N : 80x/menit RR : 20x/menit , TD: 100/70 mmHg, T:


36,20C

KS:
Kepala
Bentuk : simetris
Mata : kelopak mata cekung (-), konjungtiva anemis (+),

sklera ikterik (-), edema (-)


Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (-), mulut kering (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Mammae : simetris, membesar, tumor (-), areola
hiperpigmentasi (-) , puting susu menonjol (-), kolostrum (-).
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, lemas, bekas luka post.op tenang,
nyeri tekan perut bagian bawah (+), TFU tidak teraba.
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT <2, edema (-)
A : post salphingektomi dextra a/i KET (Ruptur Tuba
Dextra)
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5%/RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
- Kateter menetap (up)
- GV
- Ciprofloxacin 3x500mg tab
- Metronidazole 3x500mg tab
19

Asam Mefenamat 3x500 tab


B.comp C 3x1 tab
Tranfusi PRC 4 kolf (sudah 4 kolf)
Tranfusi PRC 1 kolf lagi
Rencana pulang setelah tranfusi darah

BAB IV
ANALISIS KASUS

4.1 Analisis Anamnesa


Berdasarkan hasil anamnesa, didapatkan keluhan utama OS yaitu
nyeri perut bagian bawah yang semakin parah sejak 2 hari SMRS. OS
mengaku hamil + 2 bulan dan ada riwayat operasi kista. Menurut teori,
keluhan utama pada penderita KET dan TOA yaitu nyeri perut akut
bagian bawah dan faktor resiko KET dan TOA yaitu ada riwayat bekas
operasi kista. Tetapi, pada kasus TOA biasanya penderita tidak hamil.

20

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, didapatkan OS juga


mengeluh lemah, demam, mual dan nafsu makan berkurang. Keluhan
tersebut merupakan keluhan tambahan. Selain itu, OS pernah berobat
ke tukang pijat dan perut OS juga dipijat. Menurut teori, pada penderita
KET dan TOA biasanya perutnya pernah ada riwayat trauma atau

dipijat dikarenakan bisa menyebabkan ruptur pada tuba ovarii.


4.2 Analisis Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan KU OS tampak lemah dan
Temp= 38,5oC. Ini menunjukkan bahwa OS mengalami infeksi.
Menurut teori, pada kasus KET dan TOA biasanya penderita tampak
lemah, denyut nadi meningkat serta isi dan tegangan lemah, suhu tubuh

meningkat, tekanan darah menurun.


Pada pemeriksaan spesifik ditemukan konjungtiva anemis, mukosa
bibir pucat, nyeri tekan dan lepas abdomen bagian bawah dan defans
muskular. Diduga OS mengalami anemia yang disebabkan perdarahan
intra abdomen. Ringan beratnya nyeri sesuai dengan banyaknya
perdarahan yang terjadi. Menurut teori, pada kasus KET dan TOA
sering terjadi ruptur tuba yang menyebabkan perdarahan intraabdomen.
Diduga terjadi ruptur tuba dikarenakan perut OS pernah di pijat oleh

tukang pijat SMRS.

4.3 Analisis Pemeriksaan Penunjang


Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, didapatkan kadar Hb
turun, kadar Ht turun dan hanya saja kadar leukosit yang tinggi. Jadi,
diduga OS mengalami anemia akibat perdarahan intraabdomen dan

infeksi.
Pada pemeriksaan USG tidak ada kelainan pada vesica urinaria,
tidak ditemukan kantung kehamilan dalam cavum uteri dan terdapat
cairan di dasar perut. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG, OS diduga
menderita KET karena tidak ditemukan kantung kehamilan dalam

21

kavum uteri dan juga diduga telah terjadi ruptur tuba karena ditemukan

cairan bebas di dasar rongga perut.


Pada pemeriksaan kuldonsentesis

ditemukan

cairan

keruh

bercampur darah dan berbau seperti nanah. Menurut teori, pada kasus
TOA biasanya ditemukan cairan nanah di cavum douglas sedangkan
pada kasus KET dengan ruptur tuba ditemukan darah berwarna gelap

pada cavum douglasa. Jadi, OS diduga menderita TOA.


4.4 Analisis Diagnosa Kerja
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, OS didiagnosa suspect TOA DD/ KET.

Nyeri perut
bagian bawah
Mual muntah
Demam
Anemia
Nyeri tekan
dan lepas
abdomen
leukositosis
Tes kehamilan

TOA

KET

+
+

+
+
+

+
+
+
Tidak ada
Tidak ada
kantong
kantong
kehamilan
kehamilan
USG
dalam kavum
dalam kavum
uteri dan ada
uteri dan ada
cairan bebas di
cairan bebas di
rongga perut
rongga perut
Ditemukan
Ditemukan
cairan nanah
Kuldosentesis
darah berwarna
bercampur
merah gelap
darah
4.5 Analisis Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori.


Pengobatan konservatif diberikan, terlebih dahulu memperbaiki KU

22

dengan cara pemberian cairan intravena (D5:RL 2:1 Gtt 20 x/m),


pemberian obat antibiotik triple drugs (ceftriaxone 2x1gr IV,
metronidazole 3x500 mg IV, gentamicin 2x80mg IV), pemberian obat
analgetik/antipiretik (paracetamol 3x500mg tab), dan obat penambah
darah (Sulfas Ferosus 2x300mg tab).

4.6 Analisis Follow Up

Hari Rawat = 1
Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila

bergerak. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi teraba


lemah, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan dan lepas perut
bagian bawah, defans muskular (+), akral teraba dingin, sianosis (+), dan CRT
>2. Berarti tidak ada perbaikan setelah diberikan pengobatan 1 hari. Terapi
sementara yaitu diteruskan.

Hari Rawat = 2

Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila
bergerak dan juga keluar sedikit darah dari vagina. Berarti keluhan pasien tidak
berkurang malah bertambah setelah diberikan pengobatan 2 hari. Berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi teraba lemah, tekanan darah
semakin turun, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan dan
lepas perut bagian bawah, defans muskular (+), akral teraba dingin, sianosis (+),
dan CRT >2. Berarti tidak ada perbaikan setelah diberikan pengobatan 2 hari dan
malahan bertambah buruk. Terapi yang diberikan masih sama.

Hari Rawat = 3

Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila
bergerak dan juga keluar sedikit darah dari vagina. Berarti keluhan
pasien tidak berkurang setelah diberikan pengobatan 3 hari.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi teraba
lemah, tekanan darah turun, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan dan lepas perut bagian bawah, defans muskular (+),
akral teraba dingin, sianosis (+), dan CRT >2. Berarti tidak ada
23

perbaikan setelah diberikan pengobatan 3 hari dan malahan bertambah


buruk. Terapi yang diberikan masih sama dan ditambah cek Hb serial
tiap 2 jam dan persiapan tranfusi darah (4PRC) untuk rencana

laparotomi besok.
Setelah cek Hb serial, didapatkan kadar Hb jam 13.00WIB yaitu
6,1g/dl dan kadar Hb jam 15.00WIB 5,8g/dl. Ini menunjukkan bahwa
terjadi anemia berat yang diduga akibat perdarahan intra abdomen.
Menurut teori, seharusnya dilakukan laparotomi segera setelah
diketahui OS mengalami anemia berat tetapi persiapan darah belum ada
maka laparotomi dilakukan besok pagi.

Hari Rawat = 4

Operasi dimulai pukul 10.30WIB, dilakukan insisi pada

luka bekas operasi kista sebelumnya, setelah dibuka ternyata OS menderita


KET dengan ruptur tuba ovarii dextra sehingga harus dilakukan
salphingektomi dan juga ditemukan kista ovari dextra sehingga dilakukan
kistektomi tetapi Ovarium OS tidak diangkat karena OS belum
menopouse. Di dalam rongga abdomen ditemukan darah sebanyak +
1000ml sehingga perlu dibilas dengan NaCl dan di suction untuk
mengeluarkan darah. Setelah rongga abdomen bersih dari darah, dilakukan
penjahitan kembali dinding abdomen dan operasi selesai.

Jadi diagnosa post operasi yaitu post salphingektomi dextra a/i

KET (ruptur tuba dextra). Terapi yang diberikan post operasi yaitu pemberian
cairan intra vena (D5%:RL 2:1 Gtt 20 x/m), pemberian antibiotik (cefotaxime
2x1gr IV, metronidazole 2x500mg IV), obat anti fibrinolitik (Kalnex 3x500mg
IV), obat anti inflamasi (ketorolac 2x30mg IV), pemberian tranfusi darah (4
PRC).

Hari Rawat = 5

Keluhan nyeri perut berkurang dan hanya nyeri luka bekas operasi.
Ini menunjukkan ada perbaikan. Tanda vital kembali normal hanya saja
konjungtiva masih anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan perut bagian

24

bawah, CRT >2. Ini berarti OS masih mengalami anemia dikarenakan baru
tranfusi 2 kolf PRC. Terapi diteruskan dan tranfusi PRC 2 kolf lagi.

Hari Rawat = 6

Keluhan nyeri perut berkurang dan hanya nyeri luka bekas operasi.
Ini menunjukkan ada perbaikan. Tanda vital kembali normal hanya saja
konjungtiva masih anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan perut bagian
bawah. Ini berarti OS masih mengalami anemia dikarenakan baru tranfusi 2 kolf
PRC. Terapi diteruskan dan tranfusi PRC 2 kolf lagi.

Hari Rawat = 7

Keluhan nyeri perut berkurang dan hanya nyeri luka bekas operasi.
Ini menunjukkan ada perbaikan. Tanda vital kembali normal hanya saja
konjungtiva masih anemis, masih nyeri tekan perut bagian bawah. Ini berarti OS
masih mengalami anemia setelah tranfusi 4 kolf PRC. Terapi diganti obat oral
(ciprofloxacin 3x500 mg tab, metronidazole 3x500 mg tab, asam mefenamat
3x500 mg tab dan Becomp C 3x1 tab) dan tranfusi 1 kolf PRC lg dan setelah
tranfusi boleh pulang.

BAB V
KESIMPULAN

Untuk menegakkan diagnosa KET perlu dilakukan anamnesa, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti USG dan kuldosentesis.
25

Penatalaksanaan KET secara umum bisa dibagi dua, yaitu konservatif dengan
obat-obatan atau aktif dengan operasi. KU pasien merupakan pertimbangan

untuk memilih tatalaksana yang akan dilakukan.


Semakin cepat kita mendiaganosa KET dan semakin cepat pula kita
menatalaksana, maka semakin kecil kemungkinan untuk terjadi komplikasi
sehingga prognosisnya baik bagi ibu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijanto,B. 2011. Kehamilan Ektopik dalam Perdarahan Pada Kehamilan


Muda dalam buku Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Cetakan ketiga. PT
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal. 474-487.

2. Rauf,S.,dkk. 2011. Kehamilan Ektopik dalam Gangguan Bersangkutan


Dengan Konsepsi dalam buku Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Cetakan
pertama. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal. 201-208.

3. Asya,Jasran. Kehamilan Ektopik dalam Quick Obgyn. Departemen


Obstetri Ginekologi Dr. Mohammad Hoesin. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Palembang.

26

4. Williams Obstretics. 2005. Edisi ke-22. F.Gary Cunningham (Editor),


Norman F.GrantMD,Kenneth J,.,Md Leveno, Larry C.,Iii,Md
Gilstrap,John C.,Md Hauth, Katherine D.,Clark,Katherine D.Wenstrom,by
McGraw-Hill.

5. Kehamilan Ektopik, http://rizkieyania.blogspot.com/2011/11/kehamilanektopik-terganggu-ket.html diunduh pada tangga 15 Desember 2012.

6. Kehamilan Ektopik Terganggu, http://khaidirmuhaj. blogspot.com /2009 /


03/kehamilan-ektopik-terganggu-ket.html. diunduh pada tanggal 15
Desember 2012.

7. Kehamilan Ektopik Terganggu, http://astaqauliyah. com/2006/11/


kehamilan-ektopik-terganggu/. Diunduh pada tanggal 15 Desember 2012.

8. Tuba Ovarii Absec. http://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/tuboovarian-abscess-apakah-ukuran.html. diunduh pada tanggal 15 desember


2012.

27

Anda mungkin juga menyukai