PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih
dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba Fallopii). Kehamilan
ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat
menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Kehamilan ektopik
terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan
gambaran klinik yang sangat beragam. Kehamilan ektopik terganggu yaitu suatu
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada dinding tuba. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan
atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat
mengalami kehamilan ektopik. 1,2,3
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Di Indonesia kejadian sekitar
5-6 / 1.000 kehamilan. Di Amerika kejadian sekitar 2 / 100 kehamilan. Diantara
kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di
ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh
terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran
telur sisi seberangnya.1,2
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para
wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan
oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Jika
dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih
dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba Fallopii). Sedangkan
yang disebut dengan kehamilan ektopik terganggu yaitu suatu kehamilan ektopik
yang mengalami ruptur pada dinding tuba. 1,2,3
2.2 Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Di Indonesia kejadian sekitar
5-6 / 1.000 kehamilan. Di Amerika kejadian sekitar 2 / 100 kehamilan. 1,2
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5
berikut ini: 1,2,3
a. Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas:
- Pars ampularis (55%)
- Pars ismika (25%)
- Pars fimbriae (17%)
- Pars interstisialis (2%)
b. Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium,
atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan
kehamilan abdominal sekunder di mana semula merupakan kehamilan tuba
yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars
abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio mengalami reimplantasi
di kavum abdomen misalnya di mesentrium/mesovarium atau di omentum.
c. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit.
d. Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda di mana satu janin
berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.
Kejadian sekitar 1 / 15.000-40.000 kehamilan.
e. Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan namun sangat
jarang.
2.3 Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (1,2,3):
a. Faktor Tuba
- Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
-
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan saat melalui tuba, kemudian terhenti dan
tumbuh di saluran tuba.
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan
gerakan
tuba
melambat.
Apabila
terjadi
pembuahan
maka
dapat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu : 1,2,3
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk
ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
3. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau
karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda
tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam
syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak sebarapa hebat dan tidak terusmenerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi tetapi setelah darah masuk
ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau seluruh perut
bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehinga
menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina,
menyebabkan nyeri saat BAB.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum
uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit dan berwarna merah
gelap. Frekuensi perdarahan biasanya 51-93%.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik
walaupun tidak jelas karena gejala dan tanda KET bisa langsung terjadi. Frekuensi
amenorea biasanya 23-97%.
Pada pemeriksaan vaginal
biasanya
ditemukan
rasa
nyeri
saat
menggerakan uterus/ nyeri goyang, penonjolan kavum douglas dan nyeri saat
ditekan larena terisi darah, teraba massa lunak di samping uterus.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga
perut dan ditandai oleh nyeri abdomen akut sampai gejala-gejala yang samarsamar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya. 1,2,3,5,6,7
2.7 Penegakkan Diagnosa
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat (1,2,3,5,6,7):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah.
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
3. Pemeriksaan dalam: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus
kanan dan kiri.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b) USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
ml dilakukan aspirasi
Bila ditemukan darah, maka isinya semprotkan pada kasa dan
perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:
Darah segar berwarna merah yang membeku dalam beberapa
menit maka darah ini berasal dari pembuluh darah yang tertusuk
Darah tua berwarna merah gelap yang tidak membeku maka darah
ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini yaitu:
a.
b.
c.
d.
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat
mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit. 1,2,3,5,6,7
2.9 Komplikasi
Komplikasi
yang
dapat
terjadi
tergantung
dari
lokasi
tumbuh
berkembangnya embrio. Komplikasi KE pada tuba pars ampulla, tuba pars ismus,
pars interstisialis dan pars infundibulum fimbriae yaitu ruptur dinding tuba yang
menyebabkan perdarahan intraabdomen yang bisa menyebabkan sepsis, syok
hingga kematian. 1
2.10
Prognosa
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971)
melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591
kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan
Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik
kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun
angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi
cukup bulan adalah sekitar 50%. 1,2,3
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTIFIKASI
Nama
: Ny.E
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Keramasan
10
Keluhan utama
OS mengeluh sakit perut bagian bawah yang semakin parah sejak 2
hari lalu.
Riwayat perjalanan penyakit
- Menarche : lupa
- HPHT
: 22-09-2012
- TP
: 29-06-2013
- Imunisasi TT
: 1 kali
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit jantung
: disangkal
Penyakit ginjal
: disangkal
Penyakit asma
: disangkal
Penyakit hepatitis
: disangkal
Penyakit DM
: disangkal
Epilepsy
: disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Penyakit jantung
: disangkal
Penyakit ginjal
: disangkal
11
Penyakit asma
Penyakit hepatitis
Penyakit DM
Epilepsy
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Keadaan spesifik
a. Kepala
Bentuk : simetris
Mata : kelopak mata cekung (-), konjungtiva anemis (+), sklera
ikterik (-)
Hidung
: nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga: sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+), mulut kering (-)
b. Leher
c. Toraks
: simetris, retraksi, sonor (+)/(+)
Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan dan kiri,
vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
Jantung
: bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
d. Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor (-), nyeri
tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU tidak teraba, defans
muskular (+),
e. Genital
: tidak dilakukan.
f. Ekstremitas: akral hangat, sianosis (-), CRT < 2, edema (-)
Leukosit
: 24.600/mm3 (5.000-10.000/mm3)
Trombosit
: 185.000/mm3 (150.000-400.000/mm3)
Gol.darah
: O (+)
Clothing Time : 8 (10-15)
Bleeding Time: 2 (1-6)
Tes Kehamilan
: (+)
USG (3 Desember 2012)
Hasil USG : tidak ada kelainan pada vesica urinaria, tidak ada janin dalam
3.6 PENATALAKSANAAN
-
3.7 FOLLOW UP
13
Ta
ng
ga
l
04
12
20
12
H
R:
1
ha
ri
05
12
20
Keterangan
KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+),
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral dingin, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : Suspect TOA DD/ KET.
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5% : RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
- Kateter menetap
- Bed rest
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Gentamicin 2x80mg IV
- Paracetamol 3x500mg tab
- Sulfas Ferosus 2x1 tab
S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak, keluar
sedikit darah dari vagina.
O : KU: tampak lemah, CM
TV: N : 92x/menit,isi/tegangan lemah RR : 20x/menit , TD:
90/60 mmHg, T: 360C
14
12
H
R:
2
06
12
20
12
H
R:
3
ha
ri
H
b:
KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral dingin, sianosis (+), CRT >2, edema (-)
A : Suspect TOA DD/ KET.
P:
- Observasi KU & TV ibu
- IVFD D5% : RL 2:1 Gtt 20x/m (makro)
- Kateter menetap
- Bed rest
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Metronidazole 2x500mg IV
- Gentamicin 2x80mg IV
- Paracetamol 3x500mg tab
- Sulfas Ferosus 2x1 tab
S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak, keluar
sedikit darah dari vagina.
O : KU: tampak lemah, CM
KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
15
6,
1g
/dl
(1
3.
00
W
IB
)
H
b:
5,
8g
/dl
(1
5.
00
W
IB
)
07
12
20
12
(0
6.
00
W
IB
)
H
R:
4
ha
ri
S : Sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak, keluar
sedikit darah dari vagina.
O : KU: tampak lemah, CM
KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), edema (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, tegang, bekas luka post.op (+), tumor
(-), nyeri tekan dan nyeri lepas perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, defans muskular (+),
16
08
12
20
12
H
R:
2
ha
ri
po
st
op
KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
17
09
12
20
12
H
R:
3
ha
ri
po
st
op
KS:
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir pucat (+)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel.Thyroid (-)
Toraks
- Pulmo : simetris, retraksi (-), sonor pada lapangan paru kanan
dan kiri, vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)
- Jantung : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : datar, simetris, lemas, bekas luka post.op tenang,
nyeri tekan perut bagian bawah (+), TFU tidak teraba.
Genital: tidak dilakukan.
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT <2, edema (-)
A : post salphingektomi dextra a/i KET (Ruptur Tuba
Dextra)
P:
- Observasi KU & TV ibu
18
10
12
20
12
H
R:
4
ha
ri
po
st
op
KS:
Kepala
Bentuk : simetris
Mata : kelopak mata cekung (-), konjungtiva anemis (+),
BAB IV
ANALISIS KASUS
20
infeksi.
Pada pemeriksaan USG tidak ada kelainan pada vesica urinaria,
tidak ditemukan kantung kehamilan dalam cavum uteri dan terdapat
cairan di dasar perut. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG, OS diduga
menderita KET karena tidak ditemukan kantung kehamilan dalam
21
kavum uteri dan juga diduga telah terjadi ruptur tuba karena ditemukan
ditemukan
cairan
keruh
bercampur darah dan berbau seperti nanah. Menurut teori, pada kasus
TOA biasanya ditemukan cairan nanah di cavum douglas sedangkan
pada kasus KET dengan ruptur tuba ditemukan darah berwarna gelap
Nyeri perut
bagian bawah
Mual muntah
Demam
Anemia
Nyeri tekan
dan lepas
abdomen
leukositosis
Tes kehamilan
TOA
KET
+
+
+
+
+
+
+
+
Tidak ada
Tidak ada
kantong
kantong
kehamilan
kehamilan
USG
dalam kavum
dalam kavum
uteri dan ada
uteri dan ada
cairan bebas di
cairan bebas di
rongga perut
rongga perut
Ditemukan
Ditemukan
cairan nanah
Kuldosentesis
darah berwarna
bercampur
merah gelap
darah
4.5 Analisis Penatalaksanaan
22
Hari Rawat = 1
Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila
Hari Rawat = 2
Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila
bergerak dan juga keluar sedikit darah dari vagina. Berarti keluhan pasien tidak
berkurang malah bertambah setelah diberikan pengobatan 2 hari. Berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi teraba lemah, tekanan darah
semakin turun, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan dan
lepas perut bagian bawah, defans muskular (+), akral teraba dingin, sianosis (+),
dan CRT >2. Berarti tidak ada perbaikan setelah diberikan pengobatan 2 hari dan
malahan bertambah buruk. Terapi yang diberikan masih sama.
Hari Rawat = 3
Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila
bergerak dan juga keluar sedikit darah dari vagina. Berarti keluhan
pasien tidak berkurang setelah diberikan pengobatan 3 hari.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi teraba
lemah, tekanan darah turun, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan dan lepas perut bagian bawah, defans muskular (+),
akral teraba dingin, sianosis (+), dan CRT >2. Berarti tidak ada
23
laparotomi besok.
Setelah cek Hb serial, didapatkan kadar Hb jam 13.00WIB yaitu
6,1g/dl dan kadar Hb jam 15.00WIB 5,8g/dl. Ini menunjukkan bahwa
terjadi anemia berat yang diduga akibat perdarahan intra abdomen.
Menurut teori, seharusnya dilakukan laparotomi segera setelah
diketahui OS mengalami anemia berat tetapi persiapan darah belum ada
maka laparotomi dilakukan besok pagi.
Hari Rawat = 4
KET (ruptur tuba dextra). Terapi yang diberikan post operasi yaitu pemberian
cairan intra vena (D5%:RL 2:1 Gtt 20 x/m), pemberian antibiotik (cefotaxime
2x1gr IV, metronidazole 2x500mg IV), obat anti fibrinolitik (Kalnex 3x500mg
IV), obat anti inflamasi (ketorolac 2x30mg IV), pemberian tranfusi darah (4
PRC).
Hari Rawat = 5
Keluhan nyeri perut berkurang dan hanya nyeri luka bekas operasi.
Ini menunjukkan ada perbaikan. Tanda vital kembali normal hanya saja
konjungtiva masih anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan perut bagian
24
bawah, CRT >2. Ini berarti OS masih mengalami anemia dikarenakan baru
tranfusi 2 kolf PRC. Terapi diteruskan dan tranfusi PRC 2 kolf lagi.
Hari Rawat = 6
Keluhan nyeri perut berkurang dan hanya nyeri luka bekas operasi.
Ini menunjukkan ada perbaikan. Tanda vital kembali normal hanya saja
konjungtiva masih anemis, mukosa bibir pucat, masih nyeri tekan perut bagian
bawah. Ini berarti OS masih mengalami anemia dikarenakan baru tranfusi 2 kolf
PRC. Terapi diteruskan dan tranfusi PRC 2 kolf lagi.
Hari Rawat = 7
Keluhan nyeri perut berkurang dan hanya nyeri luka bekas operasi.
Ini menunjukkan ada perbaikan. Tanda vital kembali normal hanya saja
konjungtiva masih anemis, masih nyeri tekan perut bagian bawah. Ini berarti OS
masih mengalami anemia setelah tranfusi 4 kolf PRC. Terapi diganti obat oral
(ciprofloxacin 3x500 mg tab, metronidazole 3x500 mg tab, asam mefenamat
3x500 mg tab dan Becomp C 3x1 tab) dan tranfusi 1 kolf PRC lg dan setelah
tranfusi boleh pulang.
BAB V
KESIMPULAN
Penatalaksanaan KET secara umum bisa dibagi dua, yaitu konservatif dengan
obat-obatan atau aktif dengan operasi. KU pasien merupakan pertimbangan
DAFTAR PUSTAKA
26
27