Sebghati M, Chandraharan E. An update on the risk factors for and management of obstetric haemorrhage.
Women’s Heal. 2017;13(2):34–40.
Epidemiologi
Menurut WHO, setiap tahun terdapat 14 juta ibu atau 11,4%
menderita perdarahan postpartum di seluruh dunia.
Ramadhan JW, Rasyid R, Rusnita D,. 2019. Profil Pasien Hemorrhagic Postpartum di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas (8) hal : 46-53
Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi
menjadi perdarahan primer dan perdarahan sekunder.
Perdarahan Primer
Perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama
Perdarahan Sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah
24 jam persalinan.
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Etiologi
4T
TONE 70% Diakibatkan oleh atonia dari uterus
THROMBIN
<1% Abnormalitas koagulasi yang sangat jarang terjadi
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016. Perdarahan Pasca-salin. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal hal: 7
Tanda dan Gejala
Penyebab yang harus dipikirkan:
Retensio Plasenta
• Plasenta tetap tertinggal dalam uterus
30 menit setelah kelahiran bayi
Sisa Plasenta
• Sebagian kecil dari plasenta masih
tertinggal dalam uterus
Gangguan Pembekuan Darah
• Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak
Robekan Jalan Lahir terlihat gumpalan darah
• Pemeriksaan penunjang ditemukan hasil
• Perdarahan segera
pemeriksaan faal hemostasis yang
• Darah segar yang mengalir segera
abnormal
setelah bayi lahir
• Terdapat faktor predisposisi : solusio
plasenta, eklamsia, emboli cairan
ketuban dan sepsis
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Diagnosis
Perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi
mempengaruhi hemodinamik ibu.
Hemorrhagic
Postpartum Anamnesis
Menanyakan riwayat faktor-faktor predisposisi atau riwayat perdarahan
sebelumnya
Pemeriksaan
• Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan
tinggi fundus uteri.
• Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
• Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Hematologi rutin, penggolongan ABO dan tipe Rh, profil
hemostasis
• Ultrasonnografi (USG)
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Tatalaksana
Awal
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.
2016. Perdarahan Pasca-salin. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan
Kedokteran Feto Maternal
INITIAL MANAGEMENT
H A E M
plasenta atau selaput ketuban. Bila dimasukkan 300 - 400 cc cairan untuk
diduga ada sisa jaringan, segera mencapai tekanan yang cukup adekuat
lakukan tindakan kuretase. Kompresi sehingga perdarahan berhenti.
bimanual dilakukan selama ibu
dibawa ke ruang operasi.
Tindakan
• Lakukan pemijatan uterus
• Pastikan plasenta lahir lengkap
• Berikan 20-40 unitoksitosin dan 10 unit IM, Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit.
• * Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat)
• Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
• Lakukan pemasangan kondom kateter atau kompresi
bimanual internal selama 5 menit
• Tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi.
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan antara lain:
Prosedur jahitan B-lynch Embolisasi arteri uterina, ligasi Prosedur histerektomi subtotal
arteri uterine dan arteri ovarika
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
ROBEKAN TINGKAT II
Robekan Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan
dengan trauma, biasanya akibat episiotomy, robekan
spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi.
Terdapat 4 tingkat robekan yang dapat terjadi pada
persalinan
• Tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat,
tidak perlu dijahit
• Tingkat II mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan
otot di bawahnya Penjahitan mukosa Penjahitan otot Penjahitan kulit
• Tingkat III mengenai m. sfingter ani
• Tingkat IV mengenai mukosa rektum ROBEKAN TINGKAT III ROBEKAN TINGKAT IV
Tindakan
Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
• Lakukan eksplorasi
• Lakukan irigasi
• Hentikan sumber perdarahan
• Lakukan penjahitan
• Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit) lalu rujuk pasien. Penjahitan sfingter ani
Penjahitan dinding
rektum
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Robekan Jalan Lahir
Tindakan
Robekan serviks
• Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan
dari porsio.
• Jepitkan klem ovum
• Lakukan penjahitan
• Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah
30 menit) lalu rujuk pasien.
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Retensio Plasenta
Tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari
30 menit setelah bayi lahir.
Tindakan
• Berikan 20-40 unitoksitosin dan 10 unit IM, Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit
• Lakukan tarikan tali pusat terkendali (peregangan)
• Lakukan plasenta manual
• Antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV).
Plasenta Manual
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Sisa Plasenta
Sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus
Tindakan
• Berikan 20-40 unitoksitosin dan 10 unit IM, Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit
• Lakukan eksplorasi digital
• Lakukan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase
• Antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV)
• Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia
uteri Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Dilatasi dan Kuretase
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan
Inversio Uteri keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomlit
sampai komplit
Tindakan
• Segera reposisi uterus
• Jika pasien sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB IM
atau IV secara perlahan
• Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparatomi
• Jika laparatomi tidak berhasil, lakukan histerektomi
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab lain
Koagulopati dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami
hal yang sama pada persalinan berikutnya.
Tindakan
• Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eclampsia)
• Berikan darah lengkap segar
Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
• Plasma beku segar (15 ml/kg berat badan) jika APTT dan PT
melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut atau pada keadaan
perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan belum ada.
• Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah
merah.
• Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
• Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit <
20.000).
• Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan darah
• golongan O untuk penyelamatan jiwa
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Pencegahan 1
Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki
keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit
kronis, anaemia, dll.
2 Mengenal faktor
postpartum
predisposisi perdarahan