Anda di halaman 1dari 30

Hemorrhagic Postpartum (HPP)

Pembimbing: dr. Damarizqa Dara S, M.Ked.Klin, Sp.OG

Nur Intan Hasanah Assagaf 1102015172


Chintya Rizki Amelia 1102015048
Wahyu Ramadhan 1102015246
Laras Oktaviani 1102015118
Rianty Fadiah 1102014226

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Definisi
Perdarahan yang terjadi melalui jalan lahir melebihi batas normal
yaitu 500 ml pada persalinan pervaginam dan 1000 ml pada sectio
caesarea, diikuti dengan perubahan tanda vital sebagai akibat dari
ketidakstabilan hemodinamik pada perdarahan yang banyak dan
adanya penurunan hematokrit. Perdarahan postpartum masif
ditujukkan pada pasien yang kehilangan 30%-40% volume darah

Sebghati M, Chandraharan E. An update on the risk factors for and management of obstetric haemorrhage.
Women’s Heal. 2017;13(2):34–40.
Epidemiologi
Menurut WHO, setiap tahun terdapat 14 juta ibu atau 11,4%
menderita perdarahan postpartum di seluruh dunia.

Perdarahan postpartum menduduki peringkat pertama dalam


menyumbangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia

AKI di Indonesia mencapai 190 per 100 ribu kelahiran

Pada negara berkembang kejadian HPP sebanyak 60 % pada


100 ribu kematian ibu setiap tahun dan disebabkan oleh
karena manajemen persalinan yang masih buruk terutama
pada kala 3 yang bisa menyebabkan kehilangan darah
berlebihan

Ramadhan JW, Rasyid R, Rusnita D,. 2019. Profil Pasien Hemorrhagic Postpartum di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas (8) hal : 46-53
Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi
menjadi perdarahan primer dan perdarahan sekunder.

Perdarahan Primer
Perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama

Perdarahan Sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah
24 jam persalinan.

Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Etiologi

4T
TONE 70% Diakibatkan oleh atonia dari uterus

Disebabkan oleh laserasi serviks, vagina dan perineum,


TRAUMA
20% perluasan laserasi pada SC, ruptur atau inversi uteri dan
trauma non traktus genitalia

TISSUE Retensi produk konsepsi, plasenta (kotiledon) selaput


10% atau bekuan, dan plasenta abnormal

THROMBIN
<1% Abnormalitas koagulasi yang sangat jarang terjadi

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016. Perdarahan Pasca-salin. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal hal: 7
Tanda dan Gejala
Penyebab yang harus dipikirkan:

Atonia Uteri Inversio Uteri


• Perdarahan segera setelah anak lahir • Fundus uteri tidak teraba
• Uterus tidak berkontraksi atau lembek • Lumen vagina terisi massa
• Nyeri ringan sampai berat
• Perdarahan banyak bergumpal

Retensio Plasenta
• Plasenta tetap tertinggal dalam uterus
30 menit setelah kelahiran bayi
Sisa Plasenta
• Sebagian kecil dari plasenta masih
tertinggal dalam uterus
Gangguan Pembekuan Darah
• Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak
Robekan Jalan Lahir terlihat gumpalan darah
• Pemeriksaan penunjang ditemukan hasil
• Perdarahan segera
pemeriksaan faal hemostasis yang
• Darah segar yang mengalir segera
abnormal
setelah bayi lahir
• Terdapat faktor predisposisi : solusio
plasenta, eklamsia, emboli cairan
ketuban dan sepsis

Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Diagnosis
Perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi
mempengaruhi hemodinamik ibu.
Hemorrhagic
Postpartum Anamnesis
Menanyakan riwayat faktor-faktor predisposisi atau riwayat perdarahan
sebelumnya

Pemeriksaan
• Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan
tinggi fundus uteri.
• Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
• Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Hematologi rutin, penggolongan ABO dan tipe Rh, profil
hemostasis
• Ultrasonnografi (USG)

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Tatalaksana
Awal
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.
2016. Perdarahan Pasca-salin. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan
Kedokteran Feto Maternal
INITIAL MANAGEMENT

H A E M

Segera meminta Segera menilai jumlah


Menentukan etiologi Perdarahan banyak yang
pertolongan, atau dirujuk darah yang keluar
perdarahan pasca salin terjadi setelah plasenta
ke rumah sakit bila seakurat mungkin dan
lahir harus segera
persalinan di bidan / PKM menentukan derajat
ditangani dengan masase
perubahan hemodinamik Nilai kontraksi uterus
uterus dan pemberian
obat - obatan uterotonika
Kehadiran ahli obstetri, Cari cairan bebas di
bidan, ahli anestesi AMBIL SPESIMEN abdomen
dan hematologis DARAH UTERUS TETAP
sangat penting. Risiko trauma
LEMBEK
Hemoglobin, profil =
Cek kelengkapan
pembekuan darah, KOMPRESI
plasenta
elektrolit dan penentuan BIMANUAL
golongan darah INTERNA

Ask for HELP Assess and Establish Aetiology, Massage the


resuscitate Ensure Availability of uterus
Blood
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016. Perdarahan
Pasca-salin. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal
Sumber : Kolegium POGI
Sumber : Kolegium POGI
MEDICATION
MANAGEMENT O
M
Syntocinon
Bentuk Sediaan: Berikan oksitosin ( Syntocinon ® ) 40 unit dalam 500
Cairan injeksi cc normal salin dan dipasang dengan kecepatan 125
Kekuatan: cc / jam.
10 U.I/mL
Ergometrin dapat diberikan secara intramuskuler atau
Methrine intravena dengan dosis awal 0,2 mg ( secara
Bentuk Sediaan: perlahan ).
Cairan injeksi Ergometrin tidak boleh diberikan / kontraindikasi pada
Kekuatan: preeklampsia, vitium cordis, dan hipertensi.
1/mL
Bila perdarahan pascasalin tidak berhasil dengan
pemberian ergometrin atau oksitosin, dapat diberikan
Gastrul misoprostol per rektal 800 - 1000 mcg.
Bentuk Sediaan:
Tablet
Kekuatan:
200 mcg
Oxytocin infusion / ergometrin /
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016. Perdarahan prostaglandin
Pasca-salin. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal
S T
M M
NON-SURGICAL CONSERVATIVE

Bila perdarahan masif masih tetap Tamponade uterus dapat membantu


terjadi, segera evakuasi pasien ke mengurangi perdarahan. Pemasangan
ruang operasi. Pastikan pemeriksaan tamponade uterus dengan
untuk menyingkirkan adanya sisa menggunakan balloon, Biasanya
MANAGEMENT

plasenta atau selaput ketuban. Bila dimasukkan 300 - 400 cc cairan untuk
diduga ada sisa jaringan, segera mencapai tekanan yang cukup adekuat
lakukan tindakan kuretase. Kompresi sehingga perdarahan berhenti.
bimanual dilakukan selama ibu
dibawa ke ruang operasi.

Tamponade intra uterine or uterine


Shift to theatre packing

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016. Perdarahan


Pasca-salin. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal
A S S
M M M
Ikatan B - Lynch ( B - • Ligasi a. uterine • Tindakan histerektomi pada
SURGICAL CONSERVATIVE

Lynch suture ) pasien pasca persalinan


• Ligasi a. hipogastrika
adalah tindakan hemostasis
Akan tetapi perlu diingat • Lebih diutamakan dilakukan
MANAGEMENT

bahwa tindakan B - Lynch histerektomi sub total


ini harus didahului test • Histerektomi total
tamponade yaitu upaya diindikasikan pada kasus
menilai efektifitas tindakan dengan perdarahan tunggul
B - Lynch dengan cara segmen bawah uterus pasca
kompresi bimanual uterus histerektomi sub total atau
secara langsung di meja pada kasus dengan plasenta
operasi. previa totalis

Systemic Pelvic Subtotal or total


Apply compression suture Devascularization abdominal hysterectomy

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016. Perdarahan


Pasca-salin. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal
Tatalaksana Khusus

Retensio Plasenta Sisa Plasenta

Atonia Uteri Inversio Uteri

Koagulopati Robekan Jalan Lahir


Atonia Uteri
Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

Tindakan
• Lakukan pemijatan uterus
• Pastikan plasenta lahir lengkap
• Berikan 20-40 unitoksitosin dan 10 unit IM, Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit.
• * Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat)
• Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
• Lakukan pemasangan kondom kateter atau kompresi
bimanual internal selama 5 menit
• Tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi.

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan antara lain:

Prosedur jahitan B-lynch Embolisasi arteri uterina, ligasi Prosedur histerektomi subtotal
arteri uterine dan arteri ovarika

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
ROBEKAN TINGKAT II
Robekan Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan
dengan trauma, biasanya akibat episiotomy, robekan
spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi.
Terdapat 4 tingkat robekan yang dapat terjadi pada
persalinan
• Tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat,
tidak perlu dijahit
• Tingkat II mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan
otot di bawahnya Penjahitan mukosa Penjahitan otot Penjahitan kulit
• Tingkat III mengenai m. sfingter ani
• Tingkat IV mengenai mukosa rektum ROBEKAN TINGKAT III ROBEKAN TINGKAT IV
Tindakan
Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
• Lakukan eksplorasi
• Lakukan irigasi
• Hentikan sumber perdarahan
• Lakukan penjahitan
• Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit) lalu rujuk pasien. Penjahitan sfingter ani
Penjahitan dinding
rektum
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Robekan Jalan Lahir
Tindakan
Robekan serviks
• Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan
dari porsio.
• Jepitkan klem ovum
• Lakukan penjahitan
• Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah
30 menit) lalu rujuk pasien.

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Retensio Plasenta
Tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari
30 menit setelah bayi lahir.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :


• Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh karena villi
korialis menembus desidua (plasenta akreta)
• Plasenta menembus desidua sampai myometrium (plasenta
inkreta)
• Villi korialis menembus myometrium sampai perimetrium /
serosa (plasenta perkreta).

Tindakan
• Berikan 20-40 unitoksitosin dan 10 unit IM, Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit
• Lakukan tarikan tali pusat terkendali (peregangan)
• Lakukan plasenta manual
• Antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV).
Plasenta Manual

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Sisa Plasenta
Sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus

Sisa plasenta bisa diduga bila :


• Kala uri berlangsung tidak lancer
• Setelah melakukan plasenta manual kemudian menemukan
adanya kotiledon yang tidak lengkap
• Masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat,
• Kontraksi rahim sudah baik
• Robekan jalan lahir sudah terjahit

Tindakan
• Berikan 20-40 unitoksitosin dan 10 unit IM, Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit
• Lakukan eksplorasi digital
• Lakukan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase
• Antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV)
• Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia
uteri Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Dilatasi dan Kuretase

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan
Inversio Uteri keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomlit
sampai komplit

Tindakan
• Segera reposisi uterus
• Jika pasien sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB IM
atau IV secara perlahan
• Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparatomi
• Jika laparatomi tidak berhasil, lakukan histerektomi

Reposisi Inversio Uteri

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab lain
Koagulopati dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami
hal yang sama pada persalinan berikutnya.

Tindakan
• Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eclampsia)
• Berikan darah lengkap segar
Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
• Plasma beku segar (15 ml/kg berat badan) jika APTT dan PT
melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut atau pada keadaan
perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan belum ada.
• Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah
merah.
• Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
• Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit <
20.000).
• Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan darah
• golongan O untuk penyelamatan jiwa

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiorhardjo
Pencegahan 1
Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki
keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit
kronis, anaemia, dll.

2 Mengenal faktor
postpartum
predisposisi perdarahan

3 Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam


dan pencegahan partus lama

Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di


4 fasilitas rumah sakit rujukan

Kehamilan risiko rendah dagar melahirkan di


5 tenaga kesehatan terlatih

Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan


4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Menguasai langkah-langkah pertolongan
Sarwono Prawiorhardjo
6 pertama menghadapi perdarahan postpartum
•Kematian
Komplikasi
•Infeksi puerperal karena daya tahan penderita
berkurang
•Sindrom Sheehan sebagai akibat nekrosis
pada hipofisisis pars anterior sehingga terjadi
insufisiensi pada bagian tersebut. Gejalanya
adalah asthenia, hipotensi, anemia, turunnya
berat badan sampai menimbulkan kakeksia

Sumber : Kolegium POGI


Prognosis

Tergantung kepada penyebab, waktu, banyaknya kehilangan


darah, kondisi sebelumnya dan keefektifan pengobatan. Jadi
yang lebih penting adalah ketepatan dan kecepatan
diagnosis dan penanganan

Sumber : Kolegium POGI


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai