Anda di halaman 1dari 29

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
RETENSI SISA PLASENTA dan PREEKLAMSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Winarni Risanto, Sp.OG

Disusun oleh:
Sonia Widowati
20174012020

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMU
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :
B. PEMERIKSAAN
Tanggal Masuk RS: 27 Maret 2017 pukul 17.12 WIB (Pemeriksaan di Kamar Bersalin
Kanna)
1. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Keluar sisa jaringan dari kemaluan setelah melahirkan satu minggu yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang ibu datang ke IGD RSUD Kota Yogyakarta dengan keluhan keluar
darah berwarna merah gelap prongkol-prongkol melalui jalan lahir. Ibu merasa lemas
karena banyak darah yang keluar setelah melahirkan di bidan Tias. Bayi lahir spontan
dengan berat badan 3000 gram dan usia kehamilan aterm tidak disertai penyulit
kehamilan. Perdarahan tetap berlangsung selama 7 hari setelah melahirkan mengira
bahwa hal ini biasa karena nifas ibu tidak memeriksakan hal tersebut ke puskesmas
ataupun bidan .Merasa ada jaringan seperti usus yang keluar dari jalan lahir ibu datang
ke bidan Tias untuk memeriksakan hal tersebut dari bidan Tias ibu kemudian dirujuk ke
RS Jogja datang melalui IGD .

c. Riwayat Obstetri
Riwayat Menstruasi
Umur Menarke : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Nyeri Saat Menstruasi : kadang-kadang
HPHT : data tidak ditemukan
HPL : data tidak ditemukan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
UK : Aterm
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Gravida 2, Paritas 1, Abortus 0
No. Tahun Tempat UK Jenis Penolong Penyulit JK/BB Keadaan
Partus Partus Persalinan Anak
Sekarang
1 1999 BPS Aterm Spontan Bidan disangkal /2700 Hidup
2 2013 BPS Aterm Spontan Bidan disangkal /2800 Hidup
3 20/3/2017 BPS Aterm Spontan Bidan disangkal /3000 Hidup

Riwayat Kehamilan Sekarang


Hamil trimester pertama: mual (+), muntah (+), perdarahan (+)
Hamil trimester kedua-ketiga: pusing (jarang), perdarahan (-)
Riwayat Ginekologi
Penyakit berhubungan dengan organ genitalia wanita disangkal
Riwayat Kontrasepsi
Data tidak ditemukan
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat infeksi TORCH disangkal, hipertensi, asma, diabetes mellitus, penyakit jantung
disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung disangkal.
f. Riwayat Personal Sosial
Status pernikahan 1 kali, menikah secara resmi, dan lama perkawinan dengan
suami sekarang 8 tahun
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diharapkan

2. OBYEKTIF
Pemeriksaan fisik pada tanggal 29 Maret 2017 di Kanna 07.30
KU : Cukup
Skala Nyeri : 0

Vital Sign : Tekanan Darah : 160/100 mmHg TB : 155 cm


Nadi : 92 x/menit BB : 49 kg

Pernapasan : 22 x/menit LLA : 23 cm


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Suhu : 36,5 C, aksila
Kepala : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Thorax : Inspeksi : tidak ditemukan jejas maupun deformitas. Gerak nafas simetris
Palpasi : vokal fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : S1-S2 reguler, suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen (Status Obstetrik):
Inspeksi : stria gravidarum (-)
Palpasi : TFU 4 jari diatas simfisis
Kontraksi uterus : keras

Ekstremitas : Simetris, pergerakan aktif (+), edem tungkai (-), varises (-)

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin pada tanggal 27 Maret 2017 pukul 17.31
HEMATOLOGI HASIL RUJUKAN SATUAN METODA
Leukosit 7,5 4-10,6 10^3/uL Automatic Analyzer
Eritrosit 3,81 L 3,90-5,50 10^6/uL Au tomatic Analyzer
Hemoglobin 6,8 L 12,0-16,0 g/dL Automatic Analyzer
Hematokrit 25,5 L 37,0-47,0 % Automatic Analyzer
MCV 67 L 81-99 Fl Automatic Analyzer
MCH 17,8 L 27-31 Pg Automatic Analyzer
MCHC 26,6 L 33-37 g/dL Automatic Analyzer
Trombosit 368 150-450 10^3/uL Automatic Analyzer
RDW-CV 26,7 H 11-16 % Automatic Analyzer
Differential Telling
Neutrofil% 70.1 H 50-70 % Automatic Analyzer
Limfosit% 23,2 20-40 % Automatic Analyzer
Monosit% 5,9 3-12 % Automatic Analyzer
Eosinofil% 0,4 L 0,5-5 % Automatic Analyzer
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Basofil% 0,4 0-1 % Automatic Analyzer
Masa Perdarahan 230 <6 Menit Manual
Masa 830 <12 Menit Manual
Penjendalan
Gula Darah 90 70-140 mg/d GOD-PAP
Sewaktu
IMUNO-SEROLOGI
HBsAg (Rapid) Negatif Negatif
HIV Negative Negatif

C. DIAGNOSIS
PE Perdarahan Post Partum Lambat oleh karena retensi sisa plasenta dengan anemia
TERAPI
- Observasi Keadaan Umum
- Perbaikan keadaan umum
- Transfusi 2 kantong pre medikasi dexametason
- Rencana Kuretase

D. FOLLOW UP

Tanggal 28 Maret 2017 pukul 06.30 WIB


S : Tidak ada keluhan
O : KU : baik
Kesadaran : CM
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
R : 20 x/menit
T : 6,6C, aksila
Kontraksi Uterus : Keras
TFU : Pertengahan sympisis pusat
PPV : 30 cc
BAB : lancar
BAK : lancar
Asi : lancar
A : PE Perdarahan Post Partum Lambat oleh karena Retensi sisa plasenta dg anemia
P : - Transfusi Kolf ke II , Pemeriksa lab Hb Hmt 6 jam post transfusi ke II
- Inj dexamethason 2x5ml
- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
- Ferofort 2x1 tab

Pemeriksaan Darah Rutin pada tanggal 28 Maret 2017 pukul 19.06

Laporan Tindakan Operasi


HEMATOLOGI HASIL RUJUKAN SATUAN METODA
Operator Hemoglobin 9,3Risanto, Sp.OG
: dr. Winarni L 12,0-16,0 g/dL Automatic Analyzer
Hematokrit 32,0 L 37,0-47,0 % Automatic Analyzer
Tanggal operasi : 29 Maret 2017

Nama tindakan : Kuretase

Tanggal
Pukul operasi 29 Maret
dimulai : 13.45201 7 pukul 06.00selesai:
WIB WIB 14.40 lama operasi: 55 menit
S : Tidak ada keluhan
O : KU : baik
Diagnosis pra operatif : PE :Perdarahan
Kesadaran CM Post Partum Lambat oleh karena retensi sisa plasenta dg
anemia TD : 120/85 mmHg
N : 80 x/menit
Diagnosis post operatif:: Post
R 20 x/menit
Kuretase atas indikasi Post Partum Lambat oleh karena retensi sisa
T : 36,2C, aksila
plasenta Hasil lab : Hb 9,3 Hmt 32
Kontraksi uterus : keras
Klasifikasi TFU : :Pertengahan sympisis pusat
Sedang, elektif
PPV : 30 cc
BAB
Laporan tindakan : lancar
operasi:
BAK : lancar
Asi : lancar
Prosedur
A kuretase
:PE rutin Post Partum Lambat oleh karena Retensi Sisa Plasenta dengan anemia
Perdarahan
Dilakukan
P sondase
: - Cefadroxildengan antefleksi
2x500 mg
Dilakukan kuretase secara sistematis mulai jam 12
- Asam mefenamat 3x500 mg
Didapat sisa jaringan 350 ml, darah 70 ml
Tindakan -selesai
Ferofort 2x1 tab

Terapi Post Operasi

Cefadroxil 2x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Ferofot 1x1tablet
Observasi Perdarahan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS

Tanggal 30 Maret 2017 pukul 06.00 WIB


S : Tidak ada keluhan
O : KU : baik
Kesadaran : CM
TD : 160/90 mmHg
N : 76 x/menit
R : 20 x/menit
T : 36,2C, aksila
Kontraksi uterus : keras
TFU : 3 jari di bawah pusat
PPV : 20 cc
BAB : lancar
BAK : lancar
Asi : lancar
A :Post kuretase atas indikasi Post Partum Lambat oleh karena retensi sisa plasenta dengan
anemia , PE ,P3A0
P : Boleh Pulang
- Nifedipin 1x10 mg - Asam mefenamat 3x500 mg
- Ferofort 2x1 tab - Cefadroxil 2x500 mg

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
I . Definisi Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimaksud juga perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menjadi :

a). Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan kurang lebih 500cc pada 24 jam pertama
setelah persalinan.

b).Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan kurang lebih 500 cc setelah 24 jam
persalinan . Beberapa hal yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan
pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik terganggu, abortus,
ruptura uteri, dan penyebab yang lain seperti perdarahan karena robekan serviks, atonia uteri,
retensio plasenta dan perdarahan pasca persalinan karena retensio sisa plasenta.

Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang melebihi 500 cc selama 30 menit
setelah bayi lahir akibat tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang mengganggu
kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan
perdarahan

II . Etiologi Perdarahan Post Partum Primer

a. Paritas
Merupakan faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer berikut adalah
klasifikasi paritas :
1. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk
hidup diluar. Pada primipara dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Menurut Manuaba (2008) pada paritas
yang rendah (paritas 1), menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan
sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Perdarahan sisa plasenta dapat terjadi pada paritas beresiko (primipara),
hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah pada plasenta
sebagai akibat dari komplikasi asupan nutrisi, anemia atau karena belum berfungsinya organ
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
reproduksi. Pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan berikutnya.
2. Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali sedangkan
semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus
semakin lemah hingga besar resiko terjadi perdarahan. Pada multipara terjadi kemunduran dan
cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi
plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi berkurang

Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk multigravida
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pasca persalinan dibandingkan
dengan ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil pertama kali). Hal ini dikarenakan
pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya
perdarahan pasca persalinan menjadi lebih besar. Selain itu juga, pada multipara terjadi
penurunan elastisitas uterus sehingga miometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi
dengan maksimal yang mengakibatkan terjadinya retensio plasenta.

3 Grandemultipara

Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 anak orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Ibu yang pernah
melahirkan 5 orang anak atau lebih baik hidup ataupun mati akan mengalami resiko selama
kehamilan ataupun persalinannya, salah satu komplikasi yang terjadi pada saat persalinan
yaitu perdarahan pada saat melahirkan yang disebabkan oleh otot uterus tempat implantasi
plasenta digantikan oleh jaringan baru yang tidak memiliki susunan jaringan otot sama seperti
sebelumnya sehingga mengurangi kemampuan uterus untuk berkontraksi (Rukiyah,
2010;323).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan pasca persalinan
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga)
mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Sama halnya dnegan
multipara, pada persalinan grande terjadi penurunan elastisitas uterus sehingga miometrium
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan maksimal yang mengakibatkan terjadinya sisa
plasenta

Klasifikasi Retensi Plasenta


Jenis retensio plasenta

a. Plasenta adhesiva Adalah plasenta yang implantasi kuat hingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis.

b. Plasenta akreta adalah implantasi plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta adalah implantasi plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium.

d. Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus.

e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta didalam cavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uterus.

b. Persalinan pendek kurang dari 2 tahun

Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun. Alat reproduksi
memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang diperlukan untuk
masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Jika persalinan kurang dari 2 tahun maka alat reproduksi
belum berfungsi secara sempurna sehingga kemungkinan terjadi perdarahan. Pada kehamilan
dengan jarak < 2 tahun keadaan endometrium mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan
dengan persalinan sebelumnya yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah
endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga
kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan
letak dan keadaan plasenta. Meurut Benson (2009) Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak
kelahiran yang terakhir sering kali mengalami komplikasi dalam 18 persalinan. Sementara
dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Namun
apabila ibu melahirkan secara berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan
mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan organ reproduksi ibu belum pulih
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
secara sempurna. Sehingga pada saat persalinan berikutnya, uterus ibu tidak dapat
berkontraksi dengan baik maka bagian-bagian plasenta yang dikeluarkan tersebut tidak
lengkap dan dapat mengakibatkan perdarahan sisa plasenta

c.Kelainan darah
Gangguan pembekuan darah dapat dicurigai apabila penyebab yang lain dapat
disingkirkan . pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan hasil hemostasis yang abnormal
waktu pendarahan dan waktu fibrinogenemia dan terdeteksi adanya FDP (Fibrin degration
product) serta pemanjangan tes protrombin dan PTT (partial protrombin time)

d. Penanganan kala III yang salah


Pemijatan uterus akan mengganggu mekanisme pelepasan plasenta dan menyebabkan
pemisahan sebagian plasenta
- Abnormalitas plasenta
Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman plasenta dalam uterus
yang mempengaruhi mekanisme pelepasan plasenta

- Kelahiran bayi yang terlalu cepat


Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu mekanisme pelepasan plasenta
secara fisiologis akibat gangguan retraksi sehingga dapat terjadi gangguan retensi sisa
plasenta

Etiologi Perdarahan Post Partum Sekunder

Kehilangan darah yang terjadi antara 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan disebut
perdarahan postpartum terlambat atau sekunder .Perdarahan postpartum sekunder biasanya
terjadi antara hari ke 5 sampai ke hari ke 15

Faktor Penyebab

- Endometritis
- Sub involusi
- Sisa Plasenta
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
- Inversio Uteri
- Pemberian estrogen untuk menekaan laktasi

Gejala Klinis
1. Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui pengeluaran lokhea normal
2. Terjadi perdarahan cukup banyak
3. Rasa sakit di daerah uterus
4. Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari seharusnya
5. Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari ostium uteri keluar
darah.

Sub Involusio
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai
pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang
banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus
yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada
keadaan normalnya .Gejala : nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, kadang di persulit
dengan anemia dan demam.

Sisa Plasenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya terjadi
dalam 6 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta
ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik.
Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan
akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok. Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya
sisa plasenta, kecuali apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan
akan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi
dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai
akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS

Hematom Vulva

Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam
yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap
spontan.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami
nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti
oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya
keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis
akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak
diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma
vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi
yang menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma
dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan
yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan
uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak
daripada keadaan normalnya.

Sisa Plasenta

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya terjadi
dalam 6 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta
ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik.
Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan
akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok. Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya
sisa plasenta, kecuali apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan
akan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi
dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai
akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.

Kriteria Diagnosis Sisa Plasenta yaitu


a. Pemeriksaan fisik: Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus-menerus.
b. Pemeriksaan obstetri: Kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila
kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
c. Pemeriksaan ginekologi: Dilakukan dalam keadaan yang sudah membaik, dapat diketahui
kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta.

V . Faktor Resiko

1 Retensi sisa plasenta sebelumnya

2 Luka atau Operasi uterus sebelumnya

3 Kelahiran preterm

4 Multiparitas

Tata Laksana Sisa Plasenta

Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menitdan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000 ml
larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.

Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase Berikan antibiotika profilaksis dosis
tunggal (ampisillin 2 g IV DAN metronidazole 500 mg). Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana
kasus atonia uteri
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
III Manifestasi klinis

Diagnosis retensi sisa plasenta dapat ditegakkan dengan perdarahan segera 24 jam
pascapersalinan, uterus berkontraksi tetapi terjadi subinvolusi uteri (tinggi fundus uteri tidak
berkurang), serta kadang-kadang disertai rasa sakit pada perut bagian bawah

Penemuan awal kasus retensio sisa plasenta hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pemeriksaan lebih lanjut juga
diperlukan pada kasus ini seperti pemeriksaan keadaan fisik, keadaan umum, pemeriksaan
laboratorium (Hb dan golongan darah) serta pemeriksaan USG untuk melihat kemungkinan
adanya retensi sisa plasenta, gumpalan darah, atau selaput ketuban yang tertinggal

VI . Patogenesis
Plasenta tertanam di sebuah daerah yang luas pada uteri. Segera setelah janin lahir,
uterus masih berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta secara spontan yang mengakibatkan
penciutan permukaan kavum uteri tempat implantasi plasenta dan ukuran rongganya akan
mengecil. Apabila terdapat faktor predisposisi yaitu plasenta previa, umur diatas 35 tahun,
paritas tinggi, riwayat operasi SC, riwayat kuretase dan kehamilan ganda, maka dapat memicu
terjadinya implantasi plasenta abnormal. Etiologi tersebut menyebabkan tertinggalnya
sebagian plasenta di dalam uterus (retensio sisa plasenta). Sisa plasenta akan menghalangi
kontraksi dan retraksi sempurna otot uterus sehingga terjadi subinvolusi uteri, menghambat
penekanan pembuluh darah yang terbuka dan mengganggu hemostasis (proses penghentian
darah) pada tempat implantasi. Tanpa disertai kontraksi uterus secara efektif, perdarahan akan
berlangsung dengan cepat

VII . Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk kasus retensio sisa plasenta dapat dilakukan dengan
cara:

1 Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, perdarahan pervaginam, TFU, dan kontraksi
uterus
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
2 Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi dalam pemberian terapi atau
tindakan:

a Berikan input cairan infus berupa oksitosin 20 unit drip RL atau NaCl 0,9% 1000 ml
60 tetes/menit agar kontraksi uterus efektif. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000
ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.

b Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika


ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam dan metronidazole 500 mg oral setiap 8 jam.

c Lakukan eksplorasi digital apabila serviks terbuka dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan. Apabila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.

PREEKLAMSIA

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan


adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan
aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya
pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan
adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension
with proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,
beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multsistem lain yang
menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak
mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik
karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.

Penegakkan Diagnosis

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan /


diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ. Jika hanya didapatkan
hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan peeklampsia, harus didapatkan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
gangguan organ spesifik akibat preeklampsia tersebut. Kebanyakan kasus preeklampsia
ditegakkan dengan adanya protein urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu
gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:

1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter

2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan


kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya

3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau


adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen

4. Edema Paru

5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus

6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi


uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)

Berdasarkan American Society of Hypertension ibu diberi kesempatan duduk tenang


dalam 15 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah pemeriksaan. Pengukuran
dilakukan pada posisi duduk posisi manset setingkat dengan jantung, dan tekanan diastolik
diukur dengan mendengar bunyi korotkoff V (hilangnya bunyi).1,3 Ukuran manset yang
sesuai dan kalibrasi alat juga senantiasa diperlukan agar tercapai pengukuran tekanan darah
yang tepat.3 Pemeriksaan tekanan darah pada wanita dengan hipertensi kronik harus dilakukan
pada kedua tangan, dengan menggunakan hasil pemeriksaan yang tertinggi

Mengurangi kesalahan pemeriksaan tekanan darah:

- Pemeriksaan dimulai ketika pasien dalam keadaan tenang.

- Sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa atau yang setara, yang sudah
tervalidasi.

- Posisi duduk dengan manset sesuai level jantung.


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
- Gunakan ukuran manset yang sesuai.

- Gunakan bunyi korotkoff V pada pengukuran tekanan darah diastolic

Penentuan Proteinuria

Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24


jam atau tes urin dipstik > positif 1.Pemeriksaan urin dipstik bukan merupakan
pemeriksaan yang akurat dalam memperkirakan kadar proteinuria. 6,7 Konsentrasi
protein pada sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor, termasuk jumlah
urin.Kuo melaporkan bahwa pemeriksaan kadar protein kuantitatif pada hasil dipstik
positif 1 berkisar 0-2400 mg/24 jam, dan positif 2 berkisar 700-4000mg/24jam.
Pemeriksaan tes urin dipstik memiliki angka positif palsu yang tinggi, seperti yang
dilaporkan oleh Brown, dengan tingkat positif palsu 67-83%.8 Positif palsu dapat
disebabkan kontaminasi duh vagina, cairan pembersih, dan urin yang bersifat
basa.Konsensus Australian Society for the Study of Hypertension in Pregnancy
(ASSHP) dan panduan yang dikeluarkan oleh Royal College of Obstetrics and
Gynecology (RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria dipstik hanya dapat
digunakan sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang sangat tinggi, dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein
banding kreatinin. Pada telaah sistematik yang dilakukan Cte dkk disimpulkan bahwa
pemeriksaan rasio protein banding kreatinin dapat memprediksi proteinuria dengan lebih
baik.

Mengurangi kesalahan penilaian proteinuria:

Proteinuria ditegakkan jika didapatkan secara kuantitatif produksi protein urin


lebih dari 300 mg per 24 jam, namun jika hal ini tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
dapat digantikan dengan pemeriksaan semikuantitatif menggunakan dipstik urin > 1+

Preeklampsia Berat
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada preeklampsia, dan
jika gejala tersebut didapatkan, akan dikategorikan menjadi kondisi pemberatan
preeklampsia atau disebut dengan preeklampsia berat. Kriteria gejala dan kondisi yang
menunjukkan kondisi pemberatan preeklampsia atau preklampsia berat adalah salah satu
dibawah ini :

1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada
dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama

2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter

3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya

4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya
nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen

5. Edema Paru

6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus

7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:


Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan absent or reversed
end diastolic velocity (ARDV) Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya
hubungan antara kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi
protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan
preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi
preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi yang
berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara
signifikan dalam waktu singkat
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Hipertensi Kronik

Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan

Diagnosis

Tekanan darah 140/90 mmHg

Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya

hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu

Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)

Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal

Tatalaksana

a. Anjurkan istirahat lebih banyak.


b. Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu perfusi serta
tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki keadaan
janin dan ibu.
a. Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan terkontrol
dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
b. Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg,
berikan antihipertensi
c. Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia
d. Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan penjelasan
bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB
(misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis
antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
c. Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
d. Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
e. Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
f. Jika denyut jantung janin 180 kali/menit, tangani seperti gawat janin.
g. Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.

Hipertensi Gestasional
Definisi Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan

Diagnosis

a. Tekanan darah 140/90 mmHg


b. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan
c. Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
d. Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati da
trombositopenia
e. Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
- Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap
minggu.
- Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
- Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
- Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
- Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

Superimposed preeklampsia

- Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu)
- Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit 20 minggu

Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda dan gejala preeklampsia
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis)

Pencegahan dan tatalaksana kejang


- Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan
sirkulasi (cairan intravena).
- MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
Cara pemberian dapat dilihat di halaman berikut.
- Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis
awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang
memadai.
- Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang
ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS

Antihipertensi

Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat terapi antihipertensi.
Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan obat.
Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya:
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
- Nifedipin 4 x 10-30 mg per oral (short acting) x 20-30 mg per oral (long
acting/Adalat OROS) Dapat menyebabkan hipoperfusi pada ibu dan janin
bila diberikan sublingual
- Nikardipin 5 mg/jam, dapat dititrasi 2,5 mg/jam tiap 5 menit hingga
maksimum 10 mg/jam
- Metildopa 2 x 250-500 mg per oral (dosis maksimum 2000 mg/hari)

V. Managemen syok akibat perdarahan

1. Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.

2. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok

3. Berikan oksigen.

4. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atauRinger Asetat) sesuai dengan
kondisi ibu. (lihat tabel 4.7.1). Pada saat memasang infus, lakukan juga pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan.

5. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan:

o Kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)

o Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan silang

o Profil Hemostasis

- Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)


- Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
- Prothrombin time(PT)
- Activated partial thromboplastin time(APTT)
- Hitung trombosit
- Fibrinogen

6. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
7. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri.

8. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina).

9. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

10. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan
yang masuk. (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30
ml/jam)

11. Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan keadaan
anemia berat

- 1 unit whole blood(WB) atau packed red cells (PRC) dapat


menaikkan hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa
normal.
- Mulai lakukan transfusi darah, setelah informed consent ditandatangani
untuk persetujuan transfusi

12. Tentukan penyebab dari perdarahannya (lihat tabel 4.7.2) dan lakukan tatalaksana
spesifik sesuai penyebab
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
BAB III

PEMBAHASAN

Seorang ibu datang ke IGD RSUD Kota Yogyakarta dengan keluhan keluar darah
berwarna merah gelap prongkol-prongkol melalui jalan lahir. Ibu merasa lemas karena banyak
darah yang keluar setelah melahirkan tetapi mengira bahwa hal ini biasa karena nifas. Ibu
mengalami perdarahan banyak selama 7 hari setelah melahirkan .Sebelum masuk kerumah sakit
ibu datang ke bidan Tias karena merasa ada jaringan seperti usus yang keluar dari jalan lahir
yang diduga adalah plasenta yang masih tertinggal di dalam setelah melahirkan . Dari bidan
pasien dirujuk ke RS Jogja dari IGD pasien masuk ke bangsal Kenanga diberikan infus RL
untuk mengcegah terjadinya syok akibat perdarahan dan transfusi 2 kolff premid dexamethason
untuk anti profilaksis, hasil pemeriksaan lab menunjukkan kadar Hb 6,8 Hmt
Pasien didiagnosis Preeklamsia Retensi sisa plasenta dengan anemia.Paasien dirawat di
bangsal Kenanga selama 3 hari untuk observasi KU dan perdarahan ,perbaikan KU dan
transfusi untuk meningkatkan kadar hb awal masuk yaitu 6,8. Pasien direncanakan kuretase
setelah keadaan membaik. Pada tanggal 29 Maret 2017 hasil lab Hb 9,3 Hmt 32 pasien
disiapkan untuk tindakan kuretase di ruang bersalin Kanna . Pada pasien ini yang dapat
menyebabkan retensi sisa plasenta yaitu multipara terjadinya penurunan elastisitas uterus
sehingga miometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan maksimal yang
mengakibatkan terjadinya retensi sisa plasenta
Setelah operasi cefadroxil 2x500 mg pun diberikan pada pasien sebagai antibiotik
sehingga menurunkan risiko infeksi. Asam mefenamat 3x500 mg diberikan sebagai analgetik
Nifedipin sebagai obat antihipertensi dan ferofort 2x1tab diberikan untuk memenuhi kebutuhan
zat besi pada ibu.
.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. 2013. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC.


www.scrib.com
WHO.2013.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan rujukan
WHO.2009 . guidelines for the management of postpartum haemorrhage and retained placenta
Elizabeth M Caviello AJOG.2015 . Risk factor for retained placenta
Manuaba, et.al. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan BinaPustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Winarni Risanto, Sp. OG

Anda mungkin juga menyukai