Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS HIDUP

LUKA TEMBAK

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Dokter Pembimbing :

dr. I. B. Gd Surya Putra P,Sp.F

Disusun oleh:

GITA SUHA YURANDA

20174012005

SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RSUP DR. SARDJITO

2018
REFLEKSI KASUS HIDUP

I. Pengalaman Kasus
 Identitas Korban
Nama : Tn.G
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tasari, kelurahan pasuruhan, Jawa tengah

 Kronologi Kejadian
11 hari sebelum masuk rumah sakit saat jalan kaki beriringan dengan teman yang
sedang memegang senapan angina, tiba-tiba teman pasien terjatuh dibelakang pasien
dengan posisi tangan masih memegang pelatuk dan tanpa sengaja tertembak dan
mengenai pinggang kanan pasien. Pasien tetap sadar, tidak pingsan maupun mual
muntah setelah kejadian. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas Watumalang dan
dilakukan perawatan luka dan rawat jalan. 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluh nyeri pinggang sehingga pasien datang ke PKU Muhammadiya wonosobo
kemudian dilakukan foto perut dan didapatkan benda asing. Kemudian pasien di rujuk
ke rumah sakit umum pusat DR.Sardjito.
 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak kesakitan, kompos mentis
Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 100/60 mmHg
: Nadi : 64x/ menit
: Frekuensi nafas : 20x/menit
: Suhu : 36.4 C
Antropometri : BB: 45 kg
TB: 155 cm
Pemeriksaan Kepala : tidak terdapat luka dan tidak teraba derik tulang
Pemeriksaan Leher : tidak terdapat luka dan tidak teraba derik tulang
Pemeriksaan Dada : tidak terdapat luka dan tidak teraba derik tulang
Pemeriksaan Punggung : tidak terdapat luka dan tidak teraba derik tulang
Pemeriksaan Perut : Pada bagian pinggang, 25 cm dari kearah belakang kanan
dari pusar terdapat luka terbuka berbentuk bulat dengan tepi luka tidak rata
bergelombang dengan diameter luka 0,5cm. luka tertutup kasa putih dengan ukuran
5x5 cm.
Pemeriksaan kelamin : terpasang selang kecil pada lubang kencing
yang tersambung dengan kantong kencing.
Pemeriksaan anggota gerak atas : terpasang selang infus pada tangan kanan
Pemeriksaan anggota gerak bawah : tidak terdapat luka dan tidak teraba derik
tulang

 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah : dalam batas normal
Foto thorax PA : corpus alienum berada dilokasi dekat dinding
abdomen aspek dextra dekat dengan organ liver.
Foto abdomen 3 posisi : corpus alienum berada dilokasi dekat dinding
abdomen aspek dextra berekatan dengan organ liver.

II. Masalah yang di kaji


Bagaimana menentukan diskripsi luka untuk medikolegal ?

III. Analisis kasus

Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR adalah drajat luka
atau klasifikasi luka sehingga membantu merekonstruksi peristiwa penyebab
terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka (severity of injury).
Dengan demikian, pada pemeriksaan suatu luka bisa saja ada beberapa hal yang
dianggap Dari segi medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam
merinci luka dan kecederaan penting dari segi medikolegal, tidak dianggap perlu
untuk tujuan pengobatan, seperti misalnya lokasi luka, tepi luka, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, sama-sama disadari bahwa pembuatan VeR memiliki
aspek medikolegal yang harus diperhatikan, terutama penilaian klinis untuk
menentukan derajat luka. VeR merupakan salah satu barang bukti sah menurut
KUHAP yang sering diminta oleh pihak penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut
kejahatan terhadap tubuh manusia.

Pada kesimpulan setiap visum et repertum untuk orang hidup harus dilengkapi
dengan kualifikasi luka menurut rumusan pasal 351, 352, dan 90 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Rumusan ketiga pasal tersebut secara implisit
membedakan derajat perlukaan yang dialami korban menjadi luka ringan, luka
sedang, dan luka berat. Secara hukum, ketiga keadaan luka tersebut menimbulkan
konsekuensi pemidanaan yang berbeda bagi pelakunya. Dengan demikian kekeliruan
penyimpulan kualifikasi luka dapat menimbulkan ketidakadilan bagi korban maupun
pelaku tindak pidana. Hal tersebut dapat mengakibatkan fungsi VeR sebagai alat
bukti sah dalam suatu proses peradilan menjadi berkurang. Berdasarkan tujuannya,
paradigma yang digunakan dalam pemeriksaan medikolegal sangat berbeda
dibandingkandengan pemeriksaan klinis untuk kepentingan pengobatan. Tujuan
pemeriksaan medikolegal pada seorang korban adalah untuk mencari adanya tanda-
tanda tindak pidana terhadap tubuh manusia untuk kepentingan penegakkan hukum.

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka
merupakan kerusakan atau hilangnya bubungan antar jaringan (discontinuous tissue)
seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan
saraf dan tulang.
Trauma tumpul ialah suatu roda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. Hal ini disebabkan oleh benda-benda
yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju,
jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain sebagainya.Trauma
tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu luka memar (contusion), luka lecet
(abrasion) dan luka robek (vulnus laceratum).

Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk
pola yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum)
atau luka bacok (vulnus caecum).
Perbedaan antara trauma tumpul dan trauma tajam, tercantum dalam table di bawah ini:

Trauma Tumpul Tajam

Bentuk Luka Tidak Teratur Teratur

Tepi Luka Tidak Rata Rata


Jembatan Jaringan Ada Tidak ada

Rambut Tidak ikut terpotong Ikut terpotong

Dasar Luka Tidak teratur Berupa garis atau titik

Sekitar Luka Ada luka lecet atau memar Tidak ada luka lain

Berdasarkan deskripsi luka yang ada, kita sebagai dokter dapat membantu pihak hukum
untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab
IX pasal 90 dimana pada kasus-kasus tindak pidana dapat digunakan untuk menentukan
hukuman kepada para pelaku kekerasan.

IV. Kesimpulan

Visum et repertum merupakan salah satu bentuk bantuan dokter dalam penegakan hukum
dan proses peradilan. Visum et repertum merupakan alat bukti yang sah dalam
prosesperadilan sehingga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkandalam sistem
peradilan. Sebuah VeR yang baik harus mampumembuat terang perkara tindak pidana
yang terjadi dengan melibatkan bukti-bukti forensik yang cukup.

V. Referensi

Affandi D. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat


Luka. Majalah Kedokteran Indonesia, Volum: 60, Nomor: 4. 2010

Arif B, Wibisana W, Siswandi S,dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran


Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994
Barama Michael. Kedudukan Visum et Repertum Dalam Hukum Pembuktian.
Departemen Pendidikan Republik Indonesia Universitas Sam Ratulangi Fakultas
Hukum Manado. 2011

Anda mungkin juga menyukai